Anda di halaman 1dari 40

BlOK SISTEM REPRODUKSI

MAKALAH

KONSEP & ASKEP PASIEN DENGAN MASALAH PLASENTA PREVIA

Oleh :

Kelompok II :
1. David pratudi
2. Ikhsan dinil haq
3. Meriza dahlia putri
4. Prima jela tiara putri
5. Riva handayani

Dosen Pembimbing
Ns. Yelmi Reni Putri,S.Kep.MAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang merupakan salah
satu prasarat tugas perkuliahan .
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu mulai dari awal sampai tersusunnya makalah ini.
Semoga bantuan, petunjuk dan dukungan yang telah diberikan menjadi amal
dan ibadah serta mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari makalah ini
jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran yang
membangun dari pembaca. Mudah-mudahan makalah ini memberikan manfaat bagi
pembaca terutama sekali bagi mahasiswa.

Bukittinggi, Mai 2015

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………… i

DAFTAR ISI ………………………………………………………… ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang ………………………………………………..

B. Rumusan masalah ………………………………………………..

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian ……………………………………………………….

2. Klasifikasi …………………………………………..…………….…

3. Etiologi .……..……………………………………………………….

4. Factor resiko …………………………………………………………

5. Patofisiologi …………………………………………………………

6. Manifestasi klinis ……………………………………………………

7. Insiden ………………………………………………………………

8. Komplikasi…………………………………………………………..

9. Pemeriksaan penunjang……………………………………………..

10. Penatalaksanaan…………………………………………………….

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH PLASENTA

PREVIA
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………

B. Saran ………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA..……………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang

berbahaya.Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus

sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan

anterpartum.Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua

adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus.

Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir

setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia

kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan

saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak

dari pada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan

yang cukup berbeda.Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya

bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak

bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak

seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus

selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang

secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah


plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas

sumbernya.Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3% dari semua persalinan

yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang

belum jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga

atau setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan

sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk

mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan

persalinan biasa.Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka

datang untuk mendapatkan pertolongan.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih

banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai

perdarahan anterpartum apapun penyebabnya, penderita harus segera dibawah

ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi,

Diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya

maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam

penyelamatan ibu dan janinnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut ;
1. Menjelaskan konsep dasar dari plasenta previa
2. Membuat asuhan keperawatan pada plasenta previa
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian plasenta previa

Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang


letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.Manuaba (1998) mengemukakan
bahwa plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen
bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum
(Saifuddin, 2002).

2. Klasifikasi Plasenta Previa

Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis


dibagi dalam bentuk klinis, yaitu:
a. Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh ostium uteri internum pada
pembukaan 4 cm.
b. Plasenta Previa Sentralis, yaitu bila pusat plasenta bersamaan dengan
kanalis servikalis.
c. Plasenta Previa Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum.
d. Plasenta Previa Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di
sekitar pinggir ostium uteri internum.
Menurut Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
a. Plasenta Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri
internum.
b. Plasenta Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium
uteri internum.
c. Plasenta Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya
dan menutupi sebagian ostium uteri internum.
Menurut De Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta
previa berdasarkan pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :
a. Plasenta Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
b. Plasenta Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis
posterior bila sebagian menutupi ostium bagian belakang, plasenta previa
lateralis bila menutupi ostium bagian depan, dan plasenta previa
marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi
plasenta.
Penentuan macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya
pembukaan, misalnya plasenta previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin
akan berubah menjadi plasenta previa parsialis pada pembukaan 8 cm,
penentuan macamnya plasenta previa harus disertai dengan keterangan
mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro, 2002).

3. Etiologi Plasenta Previa

Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa


pendapat para ahli, penyebab plasenta previa yaitu :
a. Menurut Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di
segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri
belum siap menerima implantasi, endometrium yang tipis sehingga
diperlukan perluasaan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada
janin, dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
b. Menurut Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti
tetapi meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section
sesarea, bekas operasi, kelainan janin dan leiomioma uteri.

4. Faktor Risiko Plasenta Previa


a. Faktor predisposisi
Menurut Manuaba (1998), faktor – faktor yang dapat meningkatkan
kejadian plasenta previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda <
20 tahun dan pada umur > 35 tahun, paritas yaitu pada multipara,
endometrium yang cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau manual
plasenta, perubahan endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada
keadaan malnutrisi karena plasenta previa mencari tempat implantasi yang
lebih subur, serta bekas persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2
tahun dan kehamilan ≥ 2 tahun.Menurut Mochtar (1998), faktor – faktor
predisposisi plasenta previa yaitu:
 Umur dan paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah,
di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan
paritas kecil. Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah
pada usia muda dimana endometrium masih belum matang.
 Endometrium yang cacat Endometrium yang hipoplastis pada kawin
dan hamil muda, endometrium bekas persalinan berulang – ulang
dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage, dan
manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena
endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
 Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada umur muda. 
b. Faktor pendukung 
Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi
plasenta previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa teori dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa,
diantaranya :
 Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti : fibroid atau
jaringan parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesar
atau aborsi).
 Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
 Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
Menurut Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi
pada plasenta yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis,
diabetes mellitus, atau kehamilan multipel. Sebab – sebab terjadinya
plasenta previa yaitu : beberapa kali menjalani seksio sesarea, bekas
dilatasi dan kuretase, serta kehamilan ganda yang memerlukan perluasan
plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin karena endometrium
kurang subur (Manuaba, 2001). 
c. Faktor pendorong
Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan
perubahan atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada
perokok berat (lebih dari 20 batang sehari) Sastrawinata,(2005).
 
5. Patofisiologi
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya
pada trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai
terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.
Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal
yaitu bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan
melebarnya istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang
berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan
pada tapaknya. Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada
bagian tapak plasenta yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi
perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari
plasenta. Oleh sebab itu, perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti
akan terjadi oleh karena segmen bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan
antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen
bawah uterus dan servik menyebabkan sinus uterus robek karena lepasnya
plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut
otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak
normal (Mansjoer, 2001).

6. Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinik dari plasenta previa adalah :
 Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
 Darah segar atau kehitaman dengan bekuan
 Perdarahan dapat terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik, kontraksi
Braxton Hicks atau koitus
 Perdarahan permulaan jarang begitu berat. Biasanya perdarahan akan berhenti
sendiri dan terjadi kembali tanpa diduga.
 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan luar bagian terbawah janin biasanya belum
masuk pintu atas  panggul. ada kelainan letak janin Pemeriksaan inspekulo :
Perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum.
7. Insiden plasenta previa

Menurut Brenner dkk (1978) menemukan, dalam paruh terakhir kehamilan,


insiden plasenta previa sebesar 8,6 % atau 1 dari 167 kehamilan. 20 % diantaranya
merupakan plasenta previa totalis.(Williams,847). Di RS.DR Cipto Mangunkusumo
antara tahun 1971-1975, terjadi37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan
yang terdaftar atau kira-kira 1 diantara 125 persalinan terdaftar (Ilmu Kebidanan,
367) Kejadian plasentaprevia adalah 0,4-o,6 % dari keseluruhan persalinan. (Acuan
Nasional).

8. Komplikasi

Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin.


Menurut Manuaba (2001), adapun komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu :
 Komplikasi pada ibu, antara lain : perdarahan tambahan saat
operasi menembus plasenta dengan inersio di depan., infeksi
karena anemia, robekan implantasi plasenta di bagian belakang
segmen bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan
jaringan rapuh dan sulit diketahui.
 Komplikasi pada janin, antara lain : prematuritas dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia
disertai daya tahan rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan
kematian.
Menurut Chalik (2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan
janin antara lain :
 Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah
pelepasan tapak plasenta dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan
yang tidak dapat dicegah berulang kali, penderita anemia dan syok.
 Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga
dengan mudah jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam
miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi sebab dari kejadian
placenta akreta dan mungkin inkerta.
 Servik dan segmen bawah raim yangrapuh dan kaya akan pembuluh
darah sangat potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang
banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.

9. Pemeriksaan penunjang

a. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi
apakah placenta melapisi cervik tidak biasa diungkapkan
b. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan
bagian-bagian tubuh janin.
c. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada
umumnya di dalam batas normal.
d. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi
seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga kelangsungan hidup
tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula
prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah
pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi
dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar. 
10. Penatalaksanaan umum plasenta previa

Sebelum dirujuk, anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap
kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan tekanan rongga perut
( misalnya batuk, mengedan karena sulit buang besar )
Perhatian: Tidak dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan dalam pada perdarahan
antepartum sebelum tersedia persiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan inspekulo
secara hati-hati, dapat menentukan sumber perdarahan berasal dari kanalis serviks
atau sumber lain (servisitis, polip, keganasan, laserasi atau trauma).Meskipun
demikian, adanya kelainan di atas menyingkirkan diagnosa plasenta previa.
Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan memberi infuse cairan I.V (NaCl 0,9 %
atau Ringer Laktat).
Lakukan penilaian jumlah perdarahan :
Jika perdarahan banyak dan berlangsung terus, persiapan sseksio sesarea
tanpa memperhitungkan usia kehamilan/prematuris.Jika perdarahan sedikit dan
berhenti dan fetus hidup tetap preatur, pertimbangkan terapi ekspektatif sampai
persalinan atau terjadi perdarahan banyak.
Terapi Ekspektatif
Tujuan : supaya janin tidak terlahir premature dan upaya diagnosis dilakukan secara
non invasive.
Syarat terapi ekspektatif :
 Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti
 Belum ada tanda inpartu.
 Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas norma).
 Janin masih hidup.
 Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis.
Pemeriksaan USG untuk menentukan implantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak, presentasi janin.
Perbaiki anemia dengan pemberian sulfas ferosus atau ferosus fumarat per oral 60
mg selama 1 bulan.Pastikan tersedianya sarana untuk melakukan transfuse.
Jika perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih lama,
pasien dapat dirawat jalan (kecuali rumah pasien di luar kota atau diperlukan waktu
>2 jam untuk mencapai rumah sakit) dengan pesan segera kembali ke RS jika terjadi
perdarahan.
Jika perdarahan berulang pertimbangkan manfaat dan resiko ibu dan janin untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut dibandingkan dengan terminasi kehamilan.
Terapi Aktif
Rencanakan terminasi kehamilan jika :
 Janin matur
 Janin mati atau menderita anomaly atau keadaan yang mengurangii
kelangsungan hidupnya (misalnya anensefali).
 Pada perdarahan aktif dan banyak, segera dilakukan terapi aktif tanpa
memandang maturitas janin. Jika terdapat plasenta previa letak rendah  dan
perdarahan yang terjadi sangat sedikit, persalinan pervaginan masih mungkin.
Jika tidak, lahirkan dengan seksio sesarea. Jika persalinan dengan seksio
sesarea dan terjadi perdarahan dari tempat plasenta
 Jahit tempat perdarahan dengan benang.
 Pasang infuse oksitosin 10 unit 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat)
dengan kecepatan 60 tetes permenit.
penanganan yang sesuai .Hal tersebut meliputi ligasi arteri atau histerektomi Jika
perdarahan terjadi pasca persalinan, segera lakukan.
Penanganan plasenta previa
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. E DENGAN INDIKASI PLASENTA
PREVIA

Pengkajian dilakukan pada hari selasa,Mai 2015 pada pukul 18.00 WIB
dengan melihat status klien.
Identitas:
 Klien
Nama : Ny.E
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Agama : Islam
Alamat : Karanganyar
Status : Kawin
Pekerjaan : PNS

Penanggung Jawab:

Nama : Tn.D
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Karanganyar
Hubungan : Suami
Pekerjaan : PNS
Sumber biaya : Askes Sosial
Medis
Dx Medis : Post Partum SC Placenta Previa Totalis
Tgl Masuk : 5 Mai 2015
Bangsal/ Kelas : Mawar-Melati/ 1508
No. Reg : 1.0611.000
Dokter yang merawat : Dr. Daniel Kartipin, Sp.OG

Riwayat Penyakit:
 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan ini merupakan kehamilan yang pertama.Klien
mengatakan hamil 38 minggu, namun klien belum merasakan kenceng-
kenceng di perutnya/ kontraksi, pada saat dilakukan pemeriksaan diperkirakan
HPL (Hari Perkiraan Lahir) tanggal 12 Mai 2015.Kehamilan I belum partus
(G1P0A0). Klien mengatakan pada tanggal 5 Mai periksa di Poliklinik Rumah
Sakit Dr.Oen Surakarta pada jam 20.20 WIB, klien diperiksa oleh Dr.
Kartipin, Sp.OG dan diindikasikan untuk SC (Section Caesarea) karena
adanya plasenta previa totalis. Klien masuk ruang bersalin pada tanggal 5 Mai
2015 pada jam 20.00 WIB dari pemeriksaan diperoleh TD = 120/90 mmHg, N
= 83 x/mnt, R = 20 x/mnt, S = 36,5 0C. Perawat melaporkan pada Dr. Kartipin,
Sp.OG, besok pada tanggal 6 Mai 2015 jam 14.00 WIB ada operasi SC atas
nama Ny.E.
Dari ruang bersalin klien dipindahkan ke ruang Mawar-Melati tanggal 5 Mai
2015 jam 21.00 WIB, di ruang Mawar-Melati klien hanya diobservasi dan tidak
terpasang infus dan kateter, klien disuruh puasa jam 24.00 WIB sampai jam 14.00
WIB. Pukul 13.30 WIB klien dibawa ke kamar operasi dan operasi dimulai pada jam
14.00 WIB. Dokter edah Dr. Kartipin, Sp.OG, anestesi dr. Sugeng Sp.An.
Anestesinya spinal.
Setelah di operasi klien dibawa ke bangsal Mawar-Melati kamar 1S0 8 pada
tanggal 6 Mai 2015 jam 17.30 WIB. Di bangsal mendapatkan terapi :
Infus : Asering 30 tpm
Injeksi : Alinamin F 250 mg/8 jam
Dynastat 40 mg/12 jam
Pronalges sup 1/ hari
Cefazol 1 gr/12 jam
Vit C 500 mg/ 12 jam
Bayi lahir pada jam 15.30 WIB, bayi lahir hidup segera menangis dengan
jenis kelamin laki-laki BB = 3100 gram, PB = 50 cm.
Apgar Score 1 menit 5 menit 10 menit
Denyut jantung 2 2 2
Pernafasan 2 2 2
Tonus otot 2 2 2
Peka rangsang 1 2 2
Warna 1 1 2
Jumlah 8 9 10

Saat dikaji klien mengatakan luka bekas jahitan terasa nyeri, skala nyeri 7,
terasa diremas-remas, nyeri bertambah bila untuk bergerak (alih baring), berkurang
bila untuk tidur, nyeri terasa hilang timbul ± 10 menit.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak punya riwayat penyakit yang berat. Klien baru
kali ini sakit dan di rawat di rumah sakit dan melahirkan dengan operasi SC
pada kehamilannya yang pertama.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menurun.

Pola Pengkajian Kesehatan :


 Pola Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Dalam menjaga kesehatan, klien kurang memahami bagaimana cara
melakukan perawatan payudara dan perawatan bayi.Pada kehamilannya yang
pertama ini klien sering melakukan pemeriksaan teratur ke dokter karena takut
ada apa-apa dengan anaknya.Klien biasanya kalau sakit hanya minum obat
yang diberikan oleh dokter, tidak suka minum jamu. Dari pemeriksaan yang
dilakukan pada kehamilannya diperoleh hasil plasenta previa totalis, jadi perlu
dilakukan SC. Dengan keadaannya yang sekarang klien berharap dia akan
segera sembuh dan bayinya lahir dengan baik.Terakhir klien mendapatkan
imunisasi TT pada saat menikah.Klien tidak mempunyai kebiasaan buruk
yang merugikan kesehatan, misalnya merokok.alkoholik, narkotik dan lain-
lain.Tumbuh kembang klien normal.Klien tinggal dalam lingkungan yang
cukup baik dan bersih.
 Pola Pemenuhan Nutrisi Metabolik
Saluran pencernaan klien saat ini tidak ada gangguan,hanya rasa nyeri
bekas operasi SC di perut.
 Kebiasaan makan sebelum sakit
Klien mengatakan di rumah makan 3x sehari, dengan
menu nasi, sayur dan lauk.Klien menyukai semua makanan dan
tidak mempunyai alergi makanan.
 Kebiasaan makan waktu sakit
Setelah operasi klien puasa,tidak makan di rumah sakit
atau luar.
 Kebiasaan minum sebelum sakit
Klien mengatakan biasanya hanya minum air putih
kurang lebih 8 gelas per hari.Klien minum frekuensinya tidak
tentu, minum kalau merasa haus saja.Sebelum klien
dirawat,klien tidak memiliki gangguan pemenuhan cairan
tubuh seperti diare atau diaphoresis.
 Kebiasaan minum saat sakit
Setelah operasi klien puasa.Input cairan yang masuk ke dalam tubuh
ditambah cairan infus.Input cairan yang masuk ± 500 cc.klien tidak
mengalami gangguan pemenuhan cairan tetapi pendarahan selama nifas.Klien
tidak mengalami penurunan reflek gerak menelan.
Pola Eliminasi :
 Kebiasaan buang air besar (BAB) sebelum sakit
Klien mengatakan biasanya di rumah BAB 1x sehari namun kadang-
kadang 1-2 hari.Waktu BAB juga tidak teratur, karakteristik fecesnya juga
normal, feces lunak, tidak ada darah atau nanah.Klien BAB kadang sembelit,
kadang sakit, klien tidak pernah menggunakan obat pencahar.
 Kebiasaan buang air besar (BAB) saat sakit
Klien mengatakan BAB terakhir tadi sebelum operasi SC
dilakukan.Selama setelah operasi klien tidak BAB karena puasa.
 Kebiasaan buang air kecil (BAK) sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit biasanya BAK sebanyak 5-9 kali
sehari.Urine yang dikeluarkan normal tidak ada darah atau nanah.Makin hari
klien jarang BAK yang membuat klien terbangun dari tidurnya,BAK paling
sering adalah di siang hari.Saat BAK tidak merasakan sakit (nyeri).
 Kebiasaan buang air kecil (BAK) sebelum sakit
Klien menggunakan selang kateter (DC), urine yang dikeluarkan ±200
ml, warna urinenya kuning kemerahan.Saat klien BAK klien merasa kurang
nyaman karena perutnya sakit dan terpasang kateter.
Pola Aktivitas dan Latihan:
 Pola Nafas
Saat bernafas klien tidak ada kesakitan dan nafas tidak sesak.Dalam
keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit pernafasan yang berbahaya.
Jenis pola pernafasannya eupnoe, tidak menggunakan alat bantu pernafasan,
ventilasi normal, tapi kadang nafas pendek.Bentuk dada simetris, tak ada
retraksi dada.Suara nafas tambahan tidak ada, tetapi selama hamil sering sesak
tapi terus hilang.
 Sirkulasi
Klien tidak mengalami nyeri dada dan tidak memiliki riwayat PJK
(Penyakit Jantung Koroner) atau IMA (Infark Myocard Akut).
 Aktivitas dan Mobilitas
Pada saat sakit klien hanya menggunakan waktunya berbaring diam di
atas tempat tidur karena klien harus banyak istirahat di tempat tidur.Namun
klien sudah dianjurkan untuk alih baring (miring kanan/ kiri), klien
mengatakan tidak berani miring-miring karena takut sakit. Klien mengatakan
luka bekas jahitan terasa nyeri dengan skala 7 terasa diremas-remas, nyeri
bertambah bila untuk bergerak (alih baring), berkurang bila untuk tidur nyeri
terasa hilang timbul ± 10 menit. Klien tampak menahan sakit, terdapat luka
jahitan di abdomen (vertikal), klien tampak melindungi daerah jahitan.
Kebiasaan perawatan diri mandi tetap 2x sehari masih diperlukan bantuan
atau pengawasan orang lain (ADL 2). Klien mengatakan saat mandi/ hygiene
perlu dibantu orang lain (perawat) dan belum bisa turun dari tempat tidur.
Pola Tidur dan Istirahat:
 Kebiasaan tidur sebelum sakit
Biasanya klien tidur selama ± 8-9 jam, siang hari 2 jam dan malam
hari 6-7 jam mulai pukul 22.00 sampai 05.00 WIB.Kualitas tidur nyenyak,
tidak menggunakan obat _eristal.
 Kebiasaan tidur waktu sakit
Selama klien dirawat di rumah sakit kerjanya hanya tidur karena
memang tidak ada kegiatan yang lain.Namun kadang terbangun karena nyeri
di perut bekas operasi.Ekspresi wajah tampak lelah dan pucat walaupun
tidurnya cukup.Klien tidurnya tidak teratur, kalau merasa mengantuk baru
tidur. Klien tidak menggunakan obat eristal. Klien kadang hanya terdiam saja
kadang kesakitan kalau gerak.
Pola Persepsi Kognitif:
Klien mengatakan lega karena anaknya telah lahir dengan selamat
walaupun dengan operasi SC.Klien hanya kecewa tidak bisa melahirkan secara
normal. Klien mengatakan belum tahu cara menyusui yang benar. Klien juga
mengatakan belum tahu cara perawatan bayi karena kelahiran yang pertama.Tingkat
pendidikannya adalah SMF (Sekolah Menengah Farmasi). Dalam kehidupannya
sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi. Saat dikaji klien
mengatakan luka bekas jahitan terasa nyeri, skala nyeri 7, terasa diremas-remas nyeri
bertambah bila untuk bergerak (alih baring), berkurang bila untuk tidur, nyeri terasa
hilang timbul ± 10 menit.
Pola Persepsi Konsep Diri:
Klien mengatakan kelahiran anaknya ini adalah anugerah Tuhan dan sangat
mensyukurinya. Berharap agar cepat sembuh dan segera merawat anaknya oleh
karena itu klien selalu kooperatif dengan semua tenaga medis.
Pengkajian konsep diri :
 Body image (citra diri)
Klien menerima rasa sakit dan luka pada tubuhnya dan tidak malu
dengan keadaannya.Merasa senang dengan kelahiran anaknya yang lahir tanpa
ada kecacatan. Klien berharap tubuhnya akan kembali seperti sebelum hamil.
 Ideal diri
Klien menyadari bahwa dalam keadaan sekarang sangat membutuhkan
bantuan dan dukungan dari keluarga untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.Klien berharap cepat sembuh dan segera merawat anaknya dan
menyusuinya dan segera menggendong anak kesayangannya.
 Harga diri
Klien sangat senang dengan kelahiran anaknya dan bangga sebagai
seorang wanita sekarang sudah menjadi seorang ibu dari anak yang sehat.
Namun klien merasa sedih tidak bisa melahirkan normal dan belum bisa
menyusui anaknya.
 Peran
Klien mengatakan belum dapat menjalankan perannya sebagai seorang
ibu karena belum bisa merawat anaknya dan menyusuinya, sebagai seorang
istri dan ibu rumah tangga perannya juga ikut terganggu.
 Identitas
Pasien adalah seorang istri yang baru kali ini mempunyai anak dari
kehamilannya. Jadi klien merasa tidak sendirian lagi sekarang ada bayinya
yang harus dirawatnya.
Pola Peran dan Hubungannya:
Klien mengatakan hubungan dengan orang terdekat tidak ada masalah dan
hubungannya sangat baik. Dengan tetangganya juga baik karena banyak yang
menjenguk dan bayinya. Interaksi dengan tenaga medis, keluarga dan masyarakat
terjalin dengan baik, klien pun tampak kooperatif, komunikasi dengan orang lain
lancar tidak ada konflik dalam hubungannya dengan orang lain.
Pola Seksualitas dan Reproduksi:
Status seksualitas klien sudah menikah tapi belum mempunyai anak. Baru
sekarang ini ia hamil dan mempunyai bayi. Klien mengalami haid pada umur 15
tahun lama haidnya 7 hari dan siklusnya 30 hari.
Pola Koping dan Stres
Jika klien mengalami stress karena adanya masalah dalam keluarganya,
klien membahasnya dengan suaminya untuk mencari pemecahannya. Klien agak
stress karena belum bisa menyusui anaknya dan belum bisa merawatnya dengan baik.
Saat ada masalah ekspresi klien agak sedih kurang bisa tersenyum, hanya diam
memikirkannya.Klien tampak pucat, dan lemah.Sikap terhadap perawatan medis
dilakukan dengan kooperatif, namun klien optimis cepat sembuh dan pulang
membawa anaknya dan merawatnya.Klien merasa kecewa tidak dapat mengasuh dan
menyusui anaknya, tapi klien menerimanya.
Pola Nilai dan Kepercayaan:
Klien adalah seorang penganut agama Islam.Pada saat dirawat klien sangat
bersyukur terhadap Tuhan atas anugerah-Nya berupa bayi yang sangat
didambakannya. Klien tidak melahirkan dengan dukun karena percaya dengan dokter/
medis apalagi kehamilannya ada gangguan (jalan lahir tersumbat plasenta). Klien
selalu berdoa agar cepat pulang membawa anaknya.

Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
Tanda-tanda vital:
TD : 110/60 mmHg
S : 36,50C
N : 74 x/mnt
R : 20 x/mnt

B. Pemeriksaan Fisik
kepala
Kepala : tidak ada hematom
Rambut : hitam, lembab, berombak
Kulit kepala : bersih, tidak ada ketombe
Hidrasi kulit : baik, turgor baik
Mata
Palpebrae : coklat kehitaman, tidak ada edema, tidak ada peradangan
Sclera : warna putih
Conjungtiva : pink tidak ada pendarahan
Pupil : bentuk bulat normal, tidak ada kelainan, isokor
TIO : tekanan infra okuler baik
Telinga : bersih, tidak ada nanah atau tanda-tanda peradangan
Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada pendarahan/ benda asing
Mulut
Rongga mulut : tidak ada peradangan, ada bau mulut
Gigi : tidak ada kelainan, bersih
Lidah : normal/ bersih
Tonsil : 1 (ukuran normal)
Kelenjar tyroid: tidak ada pembesaran
Thorax
Inspeksi : bentuk normal, simetris, pernafasan teratur, tidak ada gangguan nafas
Payudara : keras dan simetris,ASI tidak keluar
Palpasi : vocal vremitus : normal, pengembangan paru normal
Perkusi : suara paru sonor/ normal, bunyi jantung normal
Auskultasi : suara nafas normal, suara jantung normal
Abdomen
Inspeksi : abdomen tidak buncit, terdapat luka pembedahan SC bentuk vertikal,
ada linea nigra dan strie gravidarum
Auskultasi : peristaltic 8x/mnt
Palpasi : abdomen teraba sakit, agak tegang, kontraksi uterus kuat,tfu setinggi
pusat
Suara : abdomen tympani
Genetalia : ada pendarahan, anus bersih, terpasang kateter, bentuk genetalia luar
tidak ada perubahan.
Kulit : bersih tak kering, keringat tidak keluar, warna coklat, wajah pucat
Lengan dan tungkai
Tangan kiri : baik, kekuatan otot baik, terpasang infuse
Tangan kanan : baik, kekuatan otot baik
Kaki kiri : baik tak oedem, kekuatan otot baik
Kaki kanan : baik tak oedem, kekuatan otot baik
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 6 Mai 2015
Jam 17.30 WIB
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Hematologi
Haemoglobin 10,8 g/dl L = 13-16, P = 12-14
Hematokrit 34,0 vol% L = 40-48, P = 37-43

Tanggal 6 Mai 2015


Jam 21.10 WIB
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Normal
Hematologi
Haemoglobin 12,3 g/dl L = 13-16, P = 12-14
Hematokrit 38,5 vol% L = 40-48, P = 37-43
Leukosit 9100 /mm3 5.000-10.000
Trombosit 242.000 /mm3 200.000-500.000
Gol darah O
Masa perdarahan (Duke) 2 Menit 1-3
Masa pembekuan 4 Menit 2-6
Darah Kimia/ Serologi
Gula sewaktui 85 g/dl < = 120
HBsAg (Elisa) Non < = non reactive
reactive > 2 = reactive

 Terapi Medik
Obat oral :
 Cefspan 2 x 1
 Dansera 2 x 1
 Tramol 2 x 1
 Maloco 3 x 1
 Biosanbe 1 x 1

DATA FOKUS
 Data Subyektif
 Klien mengatakan luka bekas jahitan terasa nyeri, skala nyeri 7, terasa
diremas-remas.
 Klien mengatakan nyeri bertambah bila untuk bergerak (alih baring),
berkurang bila untuk tidur, nyeri terasa hilang timbul ± 10 menit.
 Klien mengatakan ASI belum keluar.
 Klien mengatakan belum mampu menyusui bayinya.
 Klien mengatakan masih lemah untuk bergerak-gerak, di tempat tidur.
 Klien mengatakan saat mandi/ hygiene perlu dibantu orang lain
(perawat).
 Klien mengatakan belum bisa turun dari tempat tidur.
 Klien mengatakan belum tahu cara menyusui yang benar.
 Klien mengatakan belum tahu cara perawatan bayi dan payudara.
 Data Obyektif
 Klien tampak menahan sakit
 Terdapat luka jahitan di abdomen (vertikal)
 Klien tampak melindungi daerah jahitan
 Areola menghitam
 Klien tampak pucat dan lemah
 Perawatan diri ADL mandi 2 (memerlukan bantuan /pengawasan
orang lain)
 Klien belum bisa merawat bayinya, karena kelahiran pertama.
 Puting susu vertid (keluar/ menonjol)
 ASI belum keluar
 Abdomen terdapat luka jahitan post SC
 Abdomen terasa sakit, agak tegang,kontraksi uterus kuat, FU satinggi
pusat, perdarahan.

ANALISA DATA
No. Tanggal Data Problem Etiologi Ttd
Dx
1 6 Mai DS : Nyeri akut Reflek spasme
2015 -      Klien mengatakan luka otot sekunder
bekas jahitan terasa nyeri, terhadap tindakan
skala nyeri 7, terasa pembedahan SC
diremas-remas .
-      Nyeri bertambah bila untuk
bergerak (alih baring),
berkurang bila untuk tidur,
nyeri terasa hilang timbul
±10 menit
DO :
-      Klien tampak menahan
sakit
-      Terdapat luka jahitan di
abdomen (vertikal)
-      Klien tampak melindungi
daerah jahitan
-      Klien tampak pucat dan
pucat.
2 6 Mai DS : - Nyeri akut Kontraksi uterus
2015 DO : Abdomen terasa sakit,
agak tegang, kontraksi
uterus kuat, FU setinggi
pusat, perdarahan 1 tella
penuh
3 6 Mai DS : Kurang Keterbatasan
2015 -      Klien mengatakan saat perawatan diri gerak sekunder
mandi/ hygiene dibantu (mandi/hygiene) terhadap post
orang lain(perawat) pembedahan SC
-      Klien mengatakan belum
bisa turun dari tempat tidur
DO :
-      Perawatan diri ADL mandi
2 (bantuan / pengawasan
orang lain)
4 6 mai DS : Kurang Kurangnya
2015 -      Klien mengatakan belum pengetahuan informasi
tahu cara menyusui yang tentang
benar perawatan
-      Klien mengatakan belum payudara dan
tahu cara perawatan bayi perawatan bayi
dan payudara.
DO :
-      Klien belum bisa merawat
bayinya, karena kelahiran
yang pertama
-      Puting susu vertid (keluar/
menonjol) ASI belum keluar
5 6 Mai DS : Menyusui tidak Ketidakefektifan
2015 -      Klien mengatakan masih efektif produksi ASI
lemah kalau bergerak di
tempat tidur
-      klien mengatakan belum
mampu menyusui bayinya
-      klien mengatakan ASI
belum keluar
DO :
-      Puting susu vertid (keluar/
menonjol)
-      Aerola kehitaman
6 6 Mai DS : - Resiko infeksi Kerusakan
2015 jaringan dan
DO : peningkatan
-      Pada abdomen terdapat luka paparan dengan
jahitan post SC lingkungan
sekitar pada luka
post SC

DAFTAR MASALAH

No Tanggal Masalah Keperawatan Tanggal Ttd


Dx ditemukan teratasi
1 6 Mai 2015 Nyeri akut yang berhubungan dengan
reflek spasme otot sekunder terhadap
tindakan pembedahan SC
2 6 Mai 2015 Nyeri akut yang berhubungan dengan
kontraksi uterus
3 6 Mai 2015 Kurang perawatan diri = mandi/ hygiene
keterbatasan gerak sekunder terhadap post
SC
4 6 Mai 2015 Kurang pengetahuan tentang perawatan
payudara dan perawatan bayi yang
berhubungan dengan kurangnya informasi
5 6 Mai 2015 Menyusui tidak efektif yang berhubungan
dengan ketidakefektifan produksi ASI
6 6 Mai 2015 Resiko infeksi yang berhubungan dengan
kerusakan jaringan dan peningkatan
paparan dengan lingkungan sekitar dari
luka post SC

PERENCANAAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Tindakan Ttd
Dx (disertai data Nama
pendukung)
1 Nyeri akut yang : Klien dapat mengontrol nyeri setelah1.  Observasi TTV
berhubungan dengan dilakukan tindakan keperawatan selama2.  Observasi tingkat
reflek spasme otot 3x24 jam nyeri klien meliputi
sekunder terhadap Kriteria P,Q,R,S,T
tindakan pembedahan Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan 3.  Berikan posisi yang
Klien dapat Ö 1.  Tidak
SC nyaman dengan tidur
menyebutkan pernah
DS : faktor 2.  Jarang terlentang memakai
-      Klien mengatakan luka penyebab 3.  Kadang- bantal
bekas jahitan terasa nyeri kadang
4.  Berikan terapi alih
Klien Ö 4.  Sering
nyeri, skala nyeri 7, baring secara
menyebutkan 5.  Selalu
terasa diremas-remas . durasi nyeri bertahap
-      Nyeri bertambah bila Klien Ö 5.  Ajarkan klien teknik
untuk bergerak (alih menggunakan
tindakan relaksasi dengan
baring), berkurang bila
pencegahan nafas dalam
untuk tidur, nyeri
Klien Ö 6.  Berikan injeksi obat
terasa hilang timbul menggunakan
±10 menit tindakan non
analgetik
DO : analgetik
Klien Ö
-      Klien tampak menahan
melaporkan
sakit nyeri
-      Terdapat luka jahitan
di abdomen (vertikal)
-      Klien tampak
melindungi daerah
jahitan
-      Klien tampak pucat
dan pucat.
2 Nyeri akut Tujuan
yang : Klien dapat mengontrol nyeri setelah1.  Observasi TTV
berhubungan dengan dilakukan tindakan keperawatan selama2.  Observasi tingkat
kontraksi uterus 3x24 jam nyeri klien meliputi
DS : - Kriteria P,Q,R,S,T
: Abdomen terasa sakit, Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan 3.  Observasi tinggi
agak tegang, kontraksi Klien dapat Ö 1.  Tidak
fundus uteri
uterus kuat, FU menyebutkan pernah
setinggi pusat, faktor 2.  Jarang 4.  Observasi kontraksi
perdarahan 1 tella penyebab 3.  Kadang- uterus
penuh nyeri kadang
5.  Observasi
Klien Ö 4.  Sering
menyebutkan 5.  Selalu perdarahan
durasi nyeri 6.  Berikan massage
Klien Ö uterus
menggunakan
tindakan 7.  Ajarkan klien teknik
pencegahan relaksasi dengan
Klien Ö nafas dalam
menggunakan
tindakan non
8.  Berikan injeksi obat
analgetik analgetik
Klien Ö
melaporkan
nyeri
Tinggi TFU Ö
1-2 jari di
atas simpisis
Perdarahan Ö
Kontraksi Ö
kuat
3 Kurang perawatan diri : Kemampuan klien dalam perawatan diri1.    Bantu pasien dalam
= mandi/ hygiene = mandi meningkat setelah dilakukan perawatan mandi/
keterbatasan gerak tindakan keperawatan selama 3x24 jam hygiene
sekunder terhadap post Kriteria 2.    Monitor kebersihan
SC Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan kuku, kulit dan
Membasahi Ö 1. 
DS : tubuh
tubuhnya Tergantung
-      Klien mengatakan saat Memakai Ö 2.  Alat dan 3.    Kolaborasi ke
mandi/ hygiene dibantu deodorant orang fisioterapi untuk
orang lain(perawat) Membersihka Ö 3.  Orang meningkatkan
n daerah 4.  Alat
-      Klien mengatakan pergerakan klien
perineal 5.  Mandiri
belum bisa turun dari
4.    Monitor
tempat tidur
kemampuan klien
DO : Menjaga Ö dalam perawatan diri
kebersihan
-      Perawatan diri ADL ketika memandikan
hidung/ wajah
mandi 2 (bantuan / Melakukan 5.    Berikan talk pada
Ö
pengawasan orang oral hygiene liputan kulit
lain)
4 Kurang pengetahuan : Klien dapat mengetahui tentang1.    Kaji pengetahuan
tentang perawatan perawatan payudara dan bayi setelah klien tentang
payudara dan dilakukan tindakan keperawatan selama perawatan payudara
perawatan bayi yang 30 menit 2.    Bantu klien
berhubungan dengan melakukan
kurang informasi Kriteria perawatan payudara
DS : Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan 3.    Ajarkan cara
Tahu Ö1.    Tidak
-      Klien mengatakan perawatan payudara
perawatan pernah
belum tahu cara payudara dan 2.    Jarang tujuan dan waktu
menyusui yang benar bayi 3.    Kadang- perawatan
-      Klien mengatakan Tahu tujuan Ö kadang
4.    Kolaborasi dengan
belum tahu cara perawatan 4.    Sering
payudara dan 5.    Selalu keluarga untuk
perawatan bayi dan
perawatan melakukan
payudara. bayi
perawatan payudara
DO : Tahu kapan Ö
-      Klien belum bisa perawatan
payudara dan
merawat bayinya,
perawatan
karena kelahiran yang bayi
pertama
-      Puting susu vertid
(keluar/ menonjol) ASI
belum keluar
5 Menyusui tidak efektif : Klien mampu menyusui bayinya setelah1.    Observasi
yang berhubungan dilakukan tindakan keperawatan selama keluarganya air susu
dengan 3x24 jam pada ibu
ketidakefektifan Kriteria 2.    Bantu ibu menyusui
produksi ASI Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan baiyi dengan benar
ASI dapat Ö1.    Tidak pernah
DS : 3.    Ajarkan ibu untuik
keluar 2.   Jarang
-      Klien mengatakan melakukan
masih lemah kalau
bergerak di tempat Ibu mampu Ö 3.   Kadang-kadang perawatan payudara
melakukan 4.   Sering
tidur 1x sehari
perawatan 5.   Selalu
-      klien mengatakan payudara 4.    Anjurkan ibu makan
belum mampu Ibu dapat Ö makanan yang
menyusui bayinya menyusui
bergizi
-      klien mengatakan ASI anaknya
5.    Kolaborasi dengan
belum keluar
dokter untuk
DO :
pemberian perlancar
-      Puting susu vertid
(keluar/ menonjol) ASI
-      Aerola kehitaman
6 Resiko infeksi yang : Klien mampu mengotrol resiko infeksi1.    Observasi TTV
berhubungan dengan setelah dilakukan tindakan keperawatan2.    Observasi tanda dan
kerusakan jaringan dan selama 3x24 jam gejala infeksi
peningkatan paparan Kriteria 3.    Lakukan perawatan
dengan lingkungan Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan luka dengan prinsip
Mengontrol Ö1.   Tidak
sekitar dari luka post aseptik
resiko pernah
SC Monitor Ö 2.  Jarang 4.    Tingkatkan intake
DS : - faktor resiko 3.  Kadang- nutrisi
lingkungan kadang
DO : 5.    Ajarkan klien agar
Mengubah Ö 4.  Sering
-      Pada abdomen 5.  Selalu menjaga luka tetap
gaya hidup
terdapat luka jahitan untuk kering
post SC mengurangi
6.  Berikan terapi
resiko
Meningkatka Ö
antibiotik
n status
kesehatan
Tanda-tanda Ö
infeksi tidak
muncul
(kalor, dolor,
rubor, tumor,
fungsiolesa
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Tgl/ No Evaluasi Ttd
Jam Dx (SOAP) Nama
Sabtu, 9- 1 : Klien mengatakan masih nyeri di perut bawah terasa
05-2015 senut-senut, skala 3
12.00 : Klien memegang perutnya, ekspresi wajah kesakitan
:
Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan
Klien dapat Ö 1. Tidak
menyebutkan faktor pernah
penyebab nyeri 2. Jarang
Klien menyebutkan Ö 3. Kadang-
durasi nyeri kadang
Klien menggunakan Ö 4. Sering
tindakan pencegahan 5. Selalu
Klien menggunakan Ö
tindakan non analgetik
Klien melaporkan nyeri Ö
Klien belum dapat mengontrol nyeri secara maksimal
: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan
9-05-2015 2 : Klien mengatakan masih nyeri di perut bawah terasa
senut-senut, skala 3
: Klien memegang perutnya, ekspresi wajah kesakitan
:
Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan
Klien dapat Ö1.  Tidak pernah
menyebutkan faktor 2.  Jarang
penyebab nyeri 3.  Kadang-kadang
Klien menyebutkan Ö 4.  Sering
durasi nyeri 5.  Selalu
Klien menggunakan Ö
tindakan pencegahan
Klien menggunakan Ö
tindakan non analgetik
Klien melaporkan Ö
nyeri
Tinggi TFU 1-2 jari di Ö
atas simpisis
Perdarahan Ö
Kontraksi kuat Ö

Klien belum dapat mengontrol nyeri secara maksimal


: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan
3 : Klien mengatakan mampu aktivitas banyak, mandi tidak
perlu dibantu orang lain
: Klien dapat mandi sendiri
ADL 0 (perawatan diri secara penuh)
:
Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan
Membasahi tubuhnya Ö1. Tergantung
Memakai deodorant Ö 2. Alat dan
Membersihkan daerah Ö orang
perineal 3. Orang
Menjaga kebersihan Ö4. Alat
hidung/ wajah 5. Mandiri
Melakukan oral Ö
hygiene
Perawatan diri mandi meningkat, belum tercapai
maksimal
: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan
4 : Klien mengatakan sudah tahu tentang tata cara atau
prosedur perawatan payudara dan bayi
: Klien bisa menjawab tata cara perawatan payudara
Klien belum bisa menjawab pertanyaan tentang
perawatan bayi
:

Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan
Tahu perawatan payudara Ö 1.   Tidak
dan bayi pernah
Tahu tujuan perawatan Ö 2.   Jarang
payudara dan perawatan 3.   Kadang-
bayi kadang
Tahu kapan perawatan Ö 4.    Sering
payudara dan perawatan 5.   Selalu
bayi
Klien belum sepenuhnya tahu tentang tata cara
perawatan payudara
: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan
5 : Klien mengatakan belum menyusui bayinya
: Air susu belum keluar
Bayi belum menyusu
:

Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan
ASI dapat keluar Ö 1.  Tidak
Ibu mampu melakukan Ö pernah
perawatan payudara 2.  Jarang
Ibu dapat menyusui Ö 3.  Kadang-
anaknya kadang
4.  Sering
5.  Selalu
Klien belum mampu menyusui bayinya
: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan
6 : Klien mengatakan daerah jahitan tidak panas dan sakit
: Jahitan luka merembes

Indikator 1 2 3 4 5 Keterangan
Mengontrol resiko Ö 1.   Tidak
Monitor faktor resiko Ö pernah
lingkungan 2.   Jarang
Mengubah gaya hidup Ö 3.   Kadang-
untuk mengurangi resiko kadang
Meningkatkan status Ö 4.   Sering
kesehatan 5.   Selalu
Tanda-tanda infeksi tidak Ö
muncul (kalor, dolor,
rubor, tumor, fungsiolesa
Klien belum mampu mengontrol resiko infeksi
: Rencana tindakan keperawatan dilanjutkan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah
kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu
disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated
Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat
disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran
kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi
embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan
kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan
memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu
yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga
meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa

Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa

dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Bagi petugas-petugas Kesehatan


Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan

khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk

memberikan health education dalam perawatan pada pasien dengan masalah

plasenta previa.
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan


Maternal/Bayi, edisi kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta.
Sarwono, 1997, Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai