Anda di halaman 1dari 25

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah AWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Pembahasan
Konsep dan Asuhan Keperawatan Maternitas Dengan Plasenta Previa.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu saya dalam menyusun makalah ini. Terlebih saya ucapkan
terimakasih kepada :
1. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada
penulis secara moril maupun materil hingga makalah ini dapat selesai.
2. Ibu Ns. Ditha Astuti Purnamawati, M.Kep yang telah banyak membimbing saya
dalam pembuatan makalah ini.
3. Teman-teman Mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak jurusan D-III
Keperawatan tahun ajaran 2020/2021.
4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan ini.
Penulis menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan makalah ini sangat
penulis harapkan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca, khususnya guna mengetahui informasi tentang Konsep dan Asuhan
Keperawatan Maternitas Dengan Kelainan Plasenta.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pontianak, 09 Februari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ 1


DAFTAR ISI................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
A. Latar Belakang .................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
C. Tujuan ................................................................................................................ 4
1. Tujuan Umum ............................................................................................... 4
2. Tujuan Khusus .............................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II ........................................................................................................................... 6
TINJAUAN TEORI ..................................................................................................... 6
A. Konsep Teori Plasenta Previa .......................................................................... 6
1. Definisi ............................................................................................................ 6
2. Etiologi............................................................................................................ 6
3. Patofisiologi .................................................................................................... 7
4. Klasifikasi....................................................................................................... 9
5. Manifestasi Klinis .......................................................................................... 9
6. Penatalaksanaan .......................................................................................... 11
7. Pathway ........................................................................................................ 14
8. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................. 15
B. Konsep dan Asuhan Keperawatan ................................................................ 15
1. Pengkajian.................................................................................................... 15
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................................... 19
3. Intervensi Keperawatan ............................................................................. 19
BAB III........................................................................................................................ 22
PENUTUP ................................................................................................................... 22
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 24
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang

berbahaya . Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus

sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum.

Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu

mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .

Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir

setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia

kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan

saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak

daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan

yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya

bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak

bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak

seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus

selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang

secara klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah

plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas

sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua

persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan

yang belum jelas penyebabnya.


Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga

atau setelah usia kehamilan , namun beberapa penderita mengalami

perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-gesa datang untuk

mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan

biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang

untuk mendapatkan pertolongan.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih

banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai

perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah

ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi .

Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari

segi medisnya maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu

dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana Konsep dan Asuhan Keperawatan Maternitas
dengan Plasenta Previa

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini agar mahasiswa mampu memahami
Konsep dan Asuhan Keperawatan Maternitas dengan Plasenta Previa

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui konsep teori kelainan plasenta
b. Untuk mengetahui konsep keperawatan pada plasenta previa
D. Manfaat Penelitian
Hasil makalah ini diharapkan dapat bermanfat bagi teoritis maupun praktisi
1. Penulis
Penulisan makalah ini diharapkan memberi manfaat bagi penulis untuk
menambah wawasan serta pengetahuan maupun pengalaman
2. Pembaca
Penulisan makalah ini diharapkan memberi manfaat bagi pembaca sebagai
referensi menambah wawasan serta pedoman dalam mengelola
pengetahuan dibidang maternitas
3. Institusi
Diharapkan dapat bermanfaat untuk institusi sebagai bahan masukan
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta dapat diterapkan dengan
baik diruang lingkup institusi
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori Plasenta Previa

1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada

segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh

pembukaan jalan lahir.

Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada

didepan jalan lahir (prae = di depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud

plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah

sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.

Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi

plasenta di bagian bawah sehingga menutupi ostium uteri internum, serta

menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah rahim.

2. Etiologi
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas

dapat diterangkan . bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau

perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau dapat

menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat

dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada

kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan

memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama

sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida

yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan

dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada


grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih

sering dari grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

3. Patofisiologi
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebihbanyak
tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi
plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah
kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang
vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller
di atas.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari
300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit
pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-
jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan
sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-
sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel;
stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan
pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan
tropoblast (Kay, 2003).
Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim
dapat disebabkan:
a) Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
b) Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk
mampu memberikan nutrisi janin
c) Villi korealis pada korion leave yang persisten
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan
lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh
pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu
tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saai itu
mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan
dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-
hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh
karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai (Oxorn, 2003).
Terjadinya plasenta previa biasa terjadi pada tahap pertama setengah
dari kehamilan, dan persistensinya terhadap istilah akan tergantung
padausia kehamilan dan definisi yang digunakan untukhubungan yang tepat
dari os serviks interna ke plasenta di TVS. Dalam panduan ini, terminologi
berikut dianjurkan untuk menggambarkan hubungan ini: kapan tepi
plasenta tidak mencapai os internal, jaraknya dilaporkan dalam milimeter
dari os internal; ketika tepi plasenta tumpang tindih os internal dengan
jumlah apapun, jarak digambarkan sebagai milimeter tumpang tindih.
Sebuah tepi plasenta yang persis mencapai os internal digambarkan
oleh pengukuran 0 mm.Untuk tepi plasenta mencapai atau tumpang tindih
os internal,Mustafa et al. menemukan dalam sebuah studi longitudinal
sebuah kejadian42% antara 11 dan 14 minggu, 3,9% antara 20 dan 24
minggu, dan 1,9% pada saat. Dengan tumpang tindih antara 23 mm11 dan
14 minggu, mereka memperkirakan bahwa probabilitas plasenta previa
pada saat itu adalah 8%. Demikian pula Hill et al. Melaporkan kejadian 6,2%
untuk plasenta yang membentang di atasOs internal antara 9 dan 13 minggu.
Dalam seri mereka 1252pasien, 20 (1,6%) memiliki tumpang tindih tepi
plasenta16 mm atau lebih, dan hanya 4 yang memiliki plasenta previa
bertahan sampai term (0,3%). Dua studi tambahan yang ada memeriksa
berbagai jarak tumpang tindih antara 9 dan16 minggu23,24 sepakat bahwa
persistensi plasenta previa adalahsangat tidak mungkin jika tingkat
tumpang tindih plasenta tidak lebih dari 10 mm.
Dua penelitian meneliti nilai cut-off di18 sampai 23 minggu
gestasi.25,26 Ini menemukan kejadian serupa dari plasenta mencapai atau
tumpang tindih internalOs hingga 2%, dan keseluruhan kurang dari 20% ini
bertahan sebagai plasenta previa Kemungkinan plasenta persisten previa
efektif nol saat tepi plasenta tercapainamun tidak tumpang tindih os (0 mm)
dan meningkat secara signifikan melebihi 15 mm tumpang tindih sehingga
jarak> 25 mm, tumpang tindih memiliki kemungkinan adanya plasenta
previa saat melahirkan antara 40% dan 100%.

4. Klasifikasi
Klasifikasi Plasenta Previa :

a. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta

b. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh


plasenta.

c. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus


servisis) tertutup oleh jaringan plasenta.

d. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada


pinggir pembukaan (ostium internus servisis).

e. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada


segmen bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir
atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak
akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

5. Manifestasi Klinis
Kay (2003) menyebutkan bahwa gejala plasenta previa mencakup
satu atau kedua hal berikut:

a. Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan
sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat
terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum
selama trimester ketiga.

b. Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda


plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti
untuk sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu
kemudian. Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala
apapun. Dalam kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh
USG dilakukan untuk alasan lain (Kay, 2003).
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan
belum masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta
previa sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa posterior;
atau bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa
anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak
sungsang (Scearce, 2007).
Gejala klinis yang muncul :
a) Perdarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
Perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester ketiga,
darah biasanya berwarna merah segar. Dapat juga dipicu
oleh trauma, coitus (penetrasi penis), maupun pemeriksaan
bimanual/spekulum. Pendarahan pertama (first bleeding)
biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan
periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim
ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent
bleeding) biasanya lebih banyak.Perdarahan ini umumnya
akan berhenti tanpa penanganan khusus sebelum kembali
terjadi pada beberapa hari atau beberapa minggu kemudian
b) Bagian terdepan janin tinggi (floating). Sering dijumpai
kelainan letak janin
c) Janin biasanya masih baik
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan plasenta previa dibagi dua yaitu :

a. Konservatif : Dilakukan bila perdarahan sedikit, keadaan ibu dan


janin baik, berat janin < 2500 gram atau usia gestasi < 36 minggu. Bila
terjadi perdarahan banyak atau gawat janin, dilakukan tindakan aktif.
Pemberian tokolitik hanya pada kasus terpilih.

b. Aktif : Dilakukan bila TBJ ³ 2500 gram atau usia gestasi ³ 36


minggu. Bila terjadi perdarahan banyak lakukan resusitasi cairan, atasi
anemia (transfusi), dan PDMO. Plasenta yang terletak dua sentimeter
dari OUI merupakan indikasi kontra persalinan per vaginam (RCOG
Evidence Base Level III). Cara persalinan harus berdasarkan keputusan
klinik disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Pada kasus sulit dengan
kemungkinan terjadi plasenta akreta, sebaiknya didampingi spesialis
obstetri dan ginekologi senior.

Penatalaksanaan Terapi :
1. Terapi konservatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir
prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam
melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non
invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan
baik.Syarat pemberian terapi ekspektatif :

a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang


kemudian berhenti
b. Belum ada tanda-tanda in paru
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam
batas normal)
d. Janin masih hidup
Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain :
 Rawat inap, tirah barig, dan berikan antibiotic profilkasis
 Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi
plasenta, usia kehamlan, profil biofisik, letak, dan
presentasi janin
 Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
a) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c) Betamethasone 24 mg IV dosis tunggal untuk
pematangan paru janin
 Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test)
dari test amniosentesis.
 Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta
masih berada di sekitar ostinum uteri internum, maka
dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat darurat.
 Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37
mingu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat
jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak
untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera
kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.
2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan
pervaginam yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana
secara aktif tanpa memandang maturitas janin.Untuk diagnosis
placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan,
setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :

a. Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah


siap

b. Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu

c. Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor


(misal : anensefali)

d. Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati


PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah :
1. Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.Tujuan SC antara
lain :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat
segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada
cervik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim
menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi
placenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya
perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus
uteri. Pada saat melakukan SC siapkan darah pengganti untuk
stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan lakukan perawatan lanjut
pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan
keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Melahirkan pervaginaan
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a) Amniotomi dan akselerasi
b) Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis /
marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi
kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti
segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika
kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi
dengan infus oksitosin.
3. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan
tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton
Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
4. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian
diberi beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini
kurang efektif untuk menekan placentadan seringkali menyebabkan
perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan
pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.

7. Pathway
8. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

b. Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit

Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak


tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut
plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan
pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain
(Oyelese, 2006).

c. Pemeriksaan inspekulo

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah


perdarahan berasal dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan
serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Johnson, 2003).

d. Transvaginal sonography (TVS)

TVS digunakan untuk menyelidiki lokasi plasenta kapan saja


saat hamil dan saat lokasi plasenta berada dianggap rendah.
Sonographers didorong untuk melaporkan jarak sebenarnya dari tepi
plasenta ke os serviks internal di TVS.

B. Konsep dan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data
Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,

pendidikan, alamat, medicalrecord dll.

Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28

minggu/trimester III.

 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang

 Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;

terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi

intravaginal/rectal.
 Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya

robekan pembuluh darah dan placenta.

c) Inspeksi

- Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.

- Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.

d) Palpasi abdomen

- Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.

- Sering dijumpai kesalahan letak

- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya

kepala masih goyang/floating

b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Obstetri

Memberikan imformasi yang penting mengenai

kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat menentukan

kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri

meliputi:

 Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)

 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi

 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan

penolong persalinan

 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan

 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,

dan perdarahan.

 Komplikasi pada bayi

 Rencana menyusui bayi


2) Riwayat mensturasi

Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan

taksiran persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama

haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan

HPHt dapat digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah

tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

3) Riwayat Kontrasepsi

Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada

janin, ibu, a t a u keduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap

harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan

kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut

pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada

pembentukan organ seksual pada janin.

4) Riwayat penyakit dan operasi:

Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi,

dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh

karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma

pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan

c. Pemeriksaan fisik
1) Umum

Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:

(1) Rambut dan kulit

 Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu

dan linea nigra.


 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen

dan paha.

 Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah

(2) Mata : pucat, anemis

(3) Hidung

(4) Gigi dan mulut

(5) Leher

(6) Buah dada / payudara

 Peningkatan pigmentasi areola putting susu

 Bertambahnya ukuran dan noduler

(7) Jantung dan paru

 Volume darah meningkat

 Peningkatan frekuensi nadi

 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu

darah pulmonal.

 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.

 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.

 Diafragma meningga.

 Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.

(8) Abdomen

 Menentukan letak janin

 Menentukan tinggi fundus uteri

(9) Vagina

 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna

kebiruan ( tanda Chandwick)


 Hipertropi epithelium

(10) System musculoskeletal

 Persendian tulang pinggul yang mengendur

 Gaya berjalan yang canggung

 Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan

dengan diastasis rectal

b) Khusus

(1) Tinggi fundus uteri

(2) Posisi dan persentasi janin

(3) Panggul dan janin lahir

(4) Denyut jantung janin

2. Diagnosa Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan dalam


jumlah yang besar

b. Ansietas berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan


mengenai efek perdarahan dan manajemennya

c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan,


organ, profil darah abnormal, kerusakan sisitem imun

3. Intervensi Keperawatan

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perdarahan dalam


jumlah yang besar
Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
curah jantung meningkat
Kriteria hasil :kekuatan nadi perifer meningkat, ejection fractian
meningkat
Intervensi dan Rasional :
 Kaji dan catat TTV, TD serta jumlah perdarahan
R/ : Pengkajian yang akurat mengenai status hemodinamik
merupakan dasar untuk perencanaan, intervensi, evaluasi.
 Bantu pemberian pelayanan kesehatan atau mulai sarankan
terapi cairan IV atau terapi transfusi darah sesuai kebutuhan.
R/ : Memperbaiki volume vaskuler membutuhkan terapi IV dan
intervensi farmakologi. Kehilangan volume darah harus
diperbaiki untuk mencegah komplikasi seperti infeksi,
gangguan janin dan gangguan vital ibu hamil.

b. Ansietas berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan


mengenai efek perdarahan dan manajemennya
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
tingkat pengetahuan membaik
Kriteria hasil : perilaku sesuai anjuran meningkat, verbalisasi minta
dalam belajar meningkat, kemampuan menjelaskan pengetahuan
tentang suatu topik meningkat, perilaku sesuai dengan pengetahuan
meningkt, pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun.
Intervensi dan Rasional :
 Terapi bersama pasangan dan menyatakan perasaan.
R/ : Kehadiran perawat dan pemahaman secara empati
merupakan alat terapi yang potensial untuk mempersiapkan
pasangan untuk menanggulangi situasi yang tidak diharapkan.
Hal yang diberikan perawat akan memperkuat penjelasan
dokter dan untuk memberitahu dokter jika ada penjelasan yang
penting.
 Menentukan tingkat pemahaman pasangan tentang situasi dan
manajemen yang sudah direncanakan.
R/ : Pendidikan pasien yang diberikan merupakancara yang
efektif mencegah dan menurunkan rasa cemas.

 Berikan pasangan informasi tentang manajemen yang sudah


direncanakan.
R/ : Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan hal-hal yang
tidak diketahui.
c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan hipoksia jaringan,
organ, profil darah abnormal, kerusakan sisitem imun
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
tingkat cedera menurun
Kriteria Hasil : kejadian cedera menurun, luka/lecet menurun
Intervensi dan Rasional :
 Kaji jumlah darah
R/ : Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup
klien atau mengakibatkan infeksi pasca partum, anemia pasca
partum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang
disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.

 Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina,
dapatkan kultur bila dibutuhkan
R/ : Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb
meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi.v
 Catat masukan/ keluaran urin. Catat berat jenis urin.
R/ : Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan
haluaran urin.
 Berikan heparin, bila diindikasikan
R/ : Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian
janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau
untuk memblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-
faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi
perbaikan pembedahan
 Berikan antibiotic secara parenteral
R/ :m Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau
meminimalkan infeksi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat

menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.

Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah

kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa

meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu

disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated

Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat

disebabkan karena komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran

kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi

embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan

kongenital dan pertumbuhan janin terganggu sehingga bayi yang dilahirkan

memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu

yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga

meningkat pada bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan

mahasiswa dalam memberikan pelayanan keperawatan dan dapat

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.


2. Bagi petugas-petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan

kesehatan khususnya dalam bidang keperawatan sehingga dapat

memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam

perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi


DAFTAR PUSTAKA

Chalik, TMA. 2009. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam Buku
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2005. Ilmu Kandungan Dan Penyakit Kandungan
.Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH DeCherney
et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology.10th
ed. New York: McGraw-Hill

Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai