Lanjut ke konten
MAKALAH MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PLACENTA PREVIA
OLEH :
KELOMPOK V
HUSNUNNISA ABBAS
HANDAYANI
HIDAYATI
HARDIANTI
HARDIONO PARAKASI
Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu
tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas
terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan
dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………. 1
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……………………………………………………………………………… 3
2. Tujuan penulisan……………………………………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN
1. Defenisi…………………………………………………………………………………………
5
2. Etiologi…………………………………………………………………………………………
5
3. Patofisiologi………………………………………………………………………………….. 6
4. Klasifikasi……………………………………………………………………………………..
6
5. Manifestasi Klinis………………………………………………………………………….. 6
6. Komplikasi…………………………………………………………………………………….
7
7. Pemeriksaan diagnostik………………………………………………………………….. 8
8. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………….. 8
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian……………………………………………………………………………………
11
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………. 14
3. Intervensi Keperawatan dan rasional………………………………………………. 14
4. Implementasi Keperawatan…………………………………………………………… 18
5. Evaluasi……………………………………………………………………………………….
18
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 19
2. Saran…………………………………………………………………………………………..
19
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………… 20
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada
kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut
perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22
minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus
Perdarahan antepartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu
tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang
sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak
daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda .
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan
perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak
seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa
hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak
terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan
yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan
yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan ,
namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-
gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan
biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan
pertolongan.
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan
persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya ,
penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan
operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya
maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.
1. Tujuan
2. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa
2. Tujuan Khusus
3. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa.
4. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta previa.
5. Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.
6. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan pada klien plasenta previa.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. DEFENISI
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ;
vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal,
rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.
Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah
rahim.
1. ETIOLOGI
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan . bahwasanya
vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau
dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila
aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya
normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama
sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35
tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25
tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.
1. PATOFISIOLOGI
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat sekmen uterus
telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan
pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkankarena adanya
ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada plasenta letak
normal.
1. KLASIFIKASI
Adapun klasifikasi dari placenta previa adalah sebagai berikut :
1. MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas (70%-80%) dari
wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah
karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat
dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup
dalam keparahan dari ringan sampai parah.
Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta previa. Evaluasi
ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe
yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung
pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu.
Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada
wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin
menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar melalui vagina)
tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada
umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya
perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan
pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi
faktor pencetus.
Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari
plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan
kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche
(pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat
risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.
1. KOMPLKASI
1. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
2. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi
(operasi pengangkatan rahim).
3. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
4. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
5. Kecacatan pada bayi
1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah placenta melapisi cervik tidak
biasa diungkapkan
2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.
Pemeriksaan laboratorium
3. Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas
normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga
kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesudah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur
susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
1. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan biasanya tidak
berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan
mencetuskan perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah
darah yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi.
Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan posisinya.
Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin darurat, namum pada
kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan
bergantung padaapakah derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki
derajat plasenta previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi
persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio
seksarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum
tanggal yang disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan menghadap ke kiri, tidak
melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena
sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal
peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit
untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ
dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bila
tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS
dilakukan berdasarkan usia kehamilan.
Bila terdapat renjatan, usia gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g,
maka :
Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 37 minggu,lalu lakukan mobilisasi
bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari.
Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (PemeriksaanDalam Di atas Meja
Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji
37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata
plasenta previa lakukan persalinan perabdominam, bila bukan usahakan partus pervaginam.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
Anamnesa
Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medicalrecord dll.
Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III.
Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR,
terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah
dan placenta.
Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
Palpasi abdomen
Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
Sering dijumpai kesalahan letak
Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnyaagar perawat dapat
menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya. Riwayat
kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.
3. Pemeriksaan fisik
Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
Khusus
Tinggi fundus uteri
Posisi dan persentasi janin
Panggul dan janin lahir
Denyut jantung janin
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang besar.
2. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan mengenai
efek perdarahan dan menejemennya.
3. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal,
kerusakan system imun.
1. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Keperawatan Hasil Intervensi Rasional
Pendidikan pasien
yang diberikan
merupakan cara
yang efektif
mencegah dan
menurunkan rasa
3. Berikan cemas. Pengetahuan
pasangan informasi akan mengurangi
tentang manajemen ketakutan akan ha-
yang sudah hal yang tidak
direncanakan. diketahui.
Penurunan perfusi
2. Catat suhu,
ginjal
hitung SDP, dan bau
mengakibatkan
serta warna rabas
penurunan haluaran
vagina, dapatkan
urin
kultur bila
dibutuhkan.
.
Heparin dapat
3. Catat
masukan/haluaran
urin. Catat berat
jenis urin.
4. Berikan
heparin, bila
diindikasikan
digunakan pada
KID di kasus
kematian janin, atau
kematian satu janin
pada kehamilan
multiple, atau
untukmemblok
siklus pembekuan
dengan melindungi
factor-faktor
pembekuan dan
menurunkan
hemoragi sampai
terjadi perbaikan
pembedahan
Mungkin
diindikasikan untuk
5. Berikan mencegah atau
antibiotic secara meminimalkan
parenteral infeksi.
1. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.
1. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah
teratasi dan masalah teratasi sebagian.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau
kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya
plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio.
Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular
Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan
seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat
terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).
Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin
terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang
lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada
bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).
1. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .Jakarta
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi
kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF
obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
BAGIKAN INI:
Twitter
Facebook
TERKAIT
asuhan keperawatan klien dengan ca colondalam "Tak Berkategori"
ASKEP MENINGITISdalam "KEPERAWATAN"
asuhan keperawatan klien dengan ca colondalam "Tak Berkategori"
Navigasi pos
PREVIOUSAsuhan Keperawatan Pada Klien Dengan HIV AIDS
NEXTdiet pepaya? let’s try guys..
TINGGALKAN BALASAN
Toggle Sidebar
MENU
Beranda
Perihal
Blog di WordPress.com.
Ikuti