Anda di halaman 1dari 16

husnunnisaabbas

Lanjut ke konten

asuhan keperawatan pada klien dengan


placenta previa

 MAKALAH MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PLACENTA PREVIA
 
 

OLEH :
KELOMPOK V
HUSNUNNISA ABBAS

HANDAYANI

HIDAYATI

HARDIANTI

HARDIONO PARAKASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR


PRODI KEPEREAWATAN PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien dengan Placenta Previa”
dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mengalami berbagai hal baik suka maupun duka.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak akan selesai dengan lancar dan tepat waktu
tanpa adanya bantuan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur atas
terselesainya makalah ini, maka dengan tulus penulis sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik
penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan
dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berhubungan dengan judul makalah ini.

Parepare 7 Maret 2015

 
Penyusun

DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………. 1

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang……………………………………………………………………………… 3
2. Tujuan penulisan……………………………………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN

1. Defenisi…………………………………………………………………………………………
5
2. Etiologi…………………………………………………………………………………………
5
3. Patofisiologi………………………………………………………………………………….. 6
4. Klasifikasi……………………………………………………………………………………..
6
5. Manifestasi Klinis………………………………………………………………………….. 6
6. Komplikasi…………………………………………………………………………………….
7
7. Pemeriksaan diagnostik………………………………………………………………….. 8
8. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………….. 8
BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian……………………………………………………………………………………
11
2. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………………. 14
3. Intervensi Keperawatan dan rasional………………………………………………. 14
4. Implementasi Keperawatan…………………………………………………………… 18
5. Evaluasi……………………………………………………………………………………….
18
BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………. 19
2. Saran…………………………………………………………………………………………..
19
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………………… 20
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada
kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada kehamilan tua disebut
perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22
minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus

Perdarahan antepartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22 minggu
tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan patologis yang
sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak
daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup berbeda .
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan
perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak
seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa
hal itu bersumber pada kelainan plasenta.

Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis biasanya tidak
terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio plasenta serta perdarahan
yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan
yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya.

Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia kehamilan ,
namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan tidak akan tergesa-
gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan
biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak , mereka datang untuk mendapatkan
pertolongan.

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 22 minggu yang lebih banyak pada permulaan
persalinan biasanya harus lebih dianggap sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya ,
penderita harus segera dibawah ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan
operasi . Perdarahan anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya
maupun dari aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya.

1. Tujuan
2. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa

2. Tujuan Khusus
3. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa.
4. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta previa.
5. Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa.
6. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan pada klien plasenta previa.

BAB II
LANDASAN TEORI
 
1. DEFENISI
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di depan ;
vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya tidak normal,
rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum.

Menurut Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen bawah
rahim.

1. ETIOLOGI
Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan . bahwasanya
vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat persalinan yang lampau
dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang dapat dimengerti bahwa apabila
aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan kembar maka plasenta yang letaknya
normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya sehingga mendekati atau menutupi sama
sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta previa pada primigravida yang berumur lebih 35
tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25
tahun . Pada grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun.

1. PATOFISIOLOGI
Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat sekmen uterus
telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke tiga karena
segmen bawah uterus lebih banyak mengalami perubahan. Pelebaran sekmen bawah uterus dan
pembukaan servik menyababkan sinus uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau
karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkankarena adanya
ketidakmampuan selaput otot segmen bawah uterus untuk  berkontraksi seperti pada plasenta letak
normal.

1. KLASIFIKASI
Adapun klasifikasi dari placenta previa adalah sebagai berikut :

1. Plasenta Previa totalis : seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta


2. Plasenta Previa Lateralis : hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta.
3. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus servisis) tertutup oleh
jaringan plasenta.
4. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan
(ostium internus servisis).
5. Plasenta letak rendah, apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus
belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
permukaan sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.
 

1. MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan adalah gejala primer dari placenta previa dan terjadi pada mayoritas (70%-80%) dari
wanita-wanita dengan kondisi ini. Perdarahan vagina setelah minggu ke 20 kehamilan adalah
karakteristik dari placenta previa. Biasanya perdarahan tidak menyakitkan, namun ia dapat
dihubungkan dengan kontraksi-kontraksi kandungan dan nyeri perut. Perdarahan mungkin mencakup
dalam keparahan dari ringan sampai parah.

Pemeriksaan ultrasound digunakan untuk menegakan diagnosis dari placenta previa. Evaluasi
ultrasound transabdominal (menggunakan probe pada dinding perut) atau transvaginal (dengan probe
yang dimasukan kedalam vagina namun jauh dari mulut serviks) mungkin dilakukan, tergantung
pada lokasi dari placenta. Adakalanya kedua tipe-tipe dari pemeriksaan ultrasound adalah perlu.
Adalah penting bahwa pemeriksaan ultrasound dilakukan sebelum pemeriksaan fisik dari pelvis pada
wanita-wanita dengan placenta previa yang dicurigai, karena pemeriksaan fisik pelvic mungkin
menjurus pada perdarahan yang lebih jauh.

Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang keluar melalui vagina)
tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada
umumnya asimptomatik (tidak memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya
perdarahan tersebut tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar. Pada umumnya perdarahan
pertama terjadi tanpa faktor pencetus, meskipun latihan fisik dan hubungan seksual dapat menjadi
faktor pencetus.

Perdarahan terjadi karena pembesaran dari rahim sehingga menyebabkan robeknya perlekatan dari
plasenta dengan dinding rahim. Koagulapati jarang terjadi pada plasenta previa. Jika didapatkan
kecurigaan terjadinya plasenta previa pada ibu hamil, maka pemeriksaan Vaginal Tousche
(pemeriksaaan dalam vagina) oleh dokter tidak boleh dilakukan kecuali di meja operasi mengingat
risiko perdarahan hebat yang mungkin terjadi.

1. KOMPLKASI
1. Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
2. Perdarahan sebelum atau selama melahirkan yang dapat menyebabkan histerektomi
(operasi pengangkatan rahim).
3. Plasenta akreta, plasenta inkreta, plasenta perkreta
4. Prematur atau kelahiran bayi sebelum waktunya (< 37 minggu)
5. Kecacatan pada bayi
 

1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. USG (Ultrasonographi)
Dapat mengungkapkan posisi rendah berbaring placenta tapi apakah placenta melapisi cervik tidak
biasa diungkapkan

2. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh janin.

Pemeriksaan laboratorium

3. Hemoglobin dan hematokrit menurun. Faktor pembekuan pada umumnya di dalam batas
normal.
4. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika memungkinkan hingga
kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesudah 34 minggu). Pemeriksaan ini disebut pula prosedur
susunan ganda (double setup procedure). Double setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang
dilakukan di ruang operasi dengan kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.

5. Isotop Scanning atau lokasi penempatan placenta.


6. Amniocentesis, Jika 35 – 36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada
amniocentesis untuk menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau
kehadiran phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan
jika paru-paru fetal sudah mature.
 

1. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Episode pendarahan significan yang pertama biasanya terjadi di rumah pasien, dan biasanya tidak
berat. Pasien harus dirawat dirumah sakit dan tidak dilakukan pemeriksaan vagina, karena akan
mencetuskan perdarahan yang sangat berat. Dirumah sakit TTV pasien diperiksa, dinilai jumlah
darah yang keluar, dandilakukan close match. Kehilangan darah yang banyak memerlukan transfusi.
Dilakukan palpasi abdomen untuk menentukan umur kehamilan janin, presentasi,dan posisinya.

Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan segara setelah masuk, untuk mengkonfirmasi diagnosis


Penatalaksanaan selajutnya tergantung pada perdarahan dan umur kehamilan janin. Dalam kasus
perdarahan hebat, diperlukan tindakan darurat untuk melahirkan bayi (dan plasenta) tanpa
memperhitungkan umur kehamilan janin. Jika perdarahan tidak hebat, perawatan kehamilan dapat
dibenarkan jika umur kehamilan janin kurang dari 36 minggu. Karena perdarahan ini cenderung
berulang,ibu harus tetap dirawat di RS.

Episode perdarahan berat mungkin mengharuskan pengeluaran janin darurat, namum pada
kebanyakan kasus kehamilan dapat dilanjutkan hingga 36 minggu ; kemudian pilihan melahirkan
bergantung padaapakah derajat plasenta previanya minor atau mayor. Wanita yag memiliki
derajat plasenta previa minor dapat memilih menunggu kelahiran sampai term atau denganinduksi
persalinan, asalkan kondisinya sesuai. Plasenta previa derajat mayor ditangani dengan seksio
seksarae pada waktu yang ditentukan oleh pasien ataudokter, meskipun biasanya dilakukan sebelum
tanggal yang disepakati, karena perdarahan berat dapat terjadi setiap saat.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Sebelum dirujuk anjurkan pasien untuk tirah baring total dengan     menghadap ke kiri, tidak
melakukan senggama, menghidari peningkatan tekanan rongga perut (misal batuk, mengedan karena
sulit buang air besar). Pasang infus NaCl fisiologis. Bila tidak memungkinkan, beri cairal
peroral, pantau tekanan darah dan frekuensi nadi pasien secara teratur tiap 15 manit
untuk mendeteksi adanya hipotensi atau syok akibat perdarahan. Pantau pula BJJ
dan pergerakan janin.Bila terjadi renjatan, segera lakukan resusitasi cairan dan transfusi darah bila
tidakteratasi, upaya penyelamatan optimal, bila teratasi, perhatikan usia kehamilan.Penanganan di RS
dilakukan berdasarkan usia kehamilan.
 

Bila terdapat renjatan, usia gestasi kurang dari 37 minggu, taksiran Berat Janin kurang dari 2500g,
maka :

 Bila perdarahan sedikit, rawat sampai sia kehamilan 37 minggu,lalu lakukan mobilisasi
bertahap, beri kortikosteroid 12 mg IV/hari selama 3hari.
 Bila perdarahan berulang, lakukan PDMO kolaborasi (PemeriksaanDalam Di atas Meja
Operasi), bila ada kontraksi tangani seperti kehamilan preterm. Bila tidak ada renjatan usia gestaji
37 minggu atau lebih, taksiran berat janin 2500g atau lebih lakukan PDMO, bila ternyata
plasenta previa lakukan persalinan perabdominam, bila bukan usahakan partus pervaginam.
 

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
 

1. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data
 Anamnesa
 Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medicalrecord dll.
 Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/trimester III.
 Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
 Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek; terbentuknya SBR,
terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
 Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan pembuluh darah
dan placenta.
 Inspeksi
 Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
 Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
 Palpasi abdomen
 Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
 Sering dijumpai kesalahan letak
 Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating
2. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnyaagar  perawat dapat
menentukan kemungkinan masalah pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:

 Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)


 Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
 Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan penolong persalinan
 Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
 Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan perdarahan.
 Komplikasi pada bayi
 Rencana menyusui bayi
 Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran persalinan(TP). TP ditentukan
berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat
digunakan rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.

 Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu, ataukeduanya. Riwayat
kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi
oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada
pembentukan organ seksual pada janin.

 Riwayat penyakit dan operasi:


Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk pada
kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus di dokumentasikan

3. Pemeriksaan fisik
 Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:

1. Rambut dan kulit


 Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra.
 Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
 Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
 
1. Mata : pucat, anemis
2. Hidung
3. Gigi dan mulut
4. Leher
5. Buah dada / payudara
 Peningkatan pigmentasi areola putting susu
 Bertambahnya ukuran dan noduler
1. Jantung dan paru
 Volume darah meningkat
 Peningkatan frekuensi nadi
 Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah pulmonal.
 Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
 Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
 Diafragma meningga.
 Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
1. Abdomen
 Menentukan letak janin
 Menentukan tinggi fundus uteri
1. Vagina
 Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick)
 Hipertropi epithelium
1. System musculoskeletal
 Persendian tulang pinggul yang mengendur
 Gaya berjalan yang canggung
 Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
 

 Khusus
 Tinggi fundus uteri
 Posisi dan persentasi janin
 Panggul dan janin lahir
 Denyut jantung janin
 

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan cardiac out put berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang besar.
2. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan mengenai
efek perdarahan dan menejemennya.
3. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal,
kerusakan system imun.
 

1. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Keperawatan Hasil Intervensi Rasional

Setelah Pengkajian yang


dilakukkanya akurat mengenai
tindakan status hemodinamik
keperawatan 2 X 24 merupakan dasar
jam diharapkan untuk perencanaan,
penurunan kardiak intervensi, evaluasi.
output tidak terjadi 1.      Kaji dan catat Memperbaiki
atau teratasi dengan TTV, TD serta volume vaskuler
kriteria hasil : jumlah perdarahan. membutuhkan terapi
Volume darah   IV dan intervensi
intravaskuler dan farmakologi.
kardiak output dapat 2.      Bantu Kehilangan volume
diperbaiki sampai pemberian darah harus
nadi, tekanan darah, pelayanan kesehatan diperbaiki untuk
nilai hemodinamik, atau mulai sarankan mencegah
Penurunan kardiak serta nilai terapi cairan IV atau komplikasi seperti
output berhubungan laboratorium terapi transfusi infeksi, gangguan
dengan perdarahan menunjukkan tanda darah sesuai janin dan gangguan
dalam jumlah yang normal kebutuhan. vital ibu hamil.
1 besar

2 Ansietas Setelah dilakukan 1.    Terapi bersamaKehadiran perawat


berhubungan tindakan pasangan dan dan pemahaman
dengan kurangnya keperawatan selama menyatakan secara empati
pengetahuan efek 3 x 24 diharapkan perasaan. merupakan alat
perdarahan dan ansietas dapat   terapi yang
manejemennya. berkurang dengan potensial untuk
kriteria hasil :   mempersiapkan
Pasangan dapat pasangan untuk
mengungkapkan menanggulangi
harapannya dengan   situasi yang tidak
kata-kata tentang diharapkan.
manajemen yang   Hal yang diberikan
sudah direncanakan, perawat akan
sehingga dapat memperkuat
2.    Menentukan
mengurangi tingkat pemahaman penjelasan dokter
kecemasan dan untuk
pasangan tentang
pasangan. situasi dan memberitahu dokter
jika ada penjelasan
manajemen yang
sudah direncanakan. yang penting.

 
 
Pendidikan pasien
yang diberikan
merupakan cara
yang efektif
  mencegah dan
menurunkan rasa
3.    Berikan cemas. Pengetahuan
pasangan informasi akan mengurangi
tentang manajemen ketakutan akan ha-
yang sudah hal yang tidak
direncanakan. diketahui.

3. Resiko tinggi cedera Kriteria evaluasi : 1.      Kaji jumlah Hemoragi


(janin) b/d hipoksia Menunjukkan profil darah yang hilang. berlebihan dan
jaringan/ darah dengan hitung Pantau tanda/gejala menetap dapat
organ,profil darah SDP, Hb, dan syok mengancam hidup
abnormal,kerusakan pemeriksaan   klien atau
system imun. koagulasi DBN mengakibatkan
normal.   infeksi pascapartum,
anemia
pascapartum, KID,
  gagal ginjal, atau
nekrosis hipofisis
  yang disebabkan
oleh hipoksia
  jaringan dan
malnutrisi.
Kehilangan darah
  berlebihan dengan
penurunan Hb
  meningkatkan risiko
klien untuk terkena
infeksi.
 

 
 

Penurunan perfusi
2.      Catat suhu,
ginjal
hitung SDP, dan bau
mengakibatkan
serta warna rabas
penurunan haluaran
vagina, dapatkan
urin
kultur bila
dibutuhkan.
.
 
Heparin dapat
3.      Catat
masukan/haluaran
urin. Catat berat
jenis urin.

4.      Berikan
heparin, bila
diindikasikan

 
digunakan pada
KID di kasus
  kematian janin, atau
kematian satu janin
  pada kehamilan
multiple, atau
untukmemblok
  siklus pembekuan
dengan melindungi
  factor-faktor
pembekuan dan
  menurunkan
hemoragi sampai
terjadi perbaikan
  pembedahan

  Mungkin
diindikasikan untuk
5.      Berikan mencegah atau
antibiotic secara meminimalkan
parenteral infeksi.
 
 
1. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

1. EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.

Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
perawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi dapat berupa : masalah
teratasi dan masalah teratasi sebagian.

BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat menyebabkan kesakitan atau
kematian baik pada ibu maupun pada janinnya. Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya
plasenta previa adalah kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio.

Kematian ibu disebabkan karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular
Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena komplikasi tindakan
seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia post operatif dan meskipun jarang dapat
terjadi embolisasi cairan amnion (Hanafiah, 2004).

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan pertumbuhan janin
terganggu sehingga bayi yang dilahirkan memiliki berat yang kurang dibandingkan dengan bayi yang
lahir dari ibu yang tidak menderita plasenta previa. Risiko kematian neonatal juga meningkat pada
bayi dengan plasenta previa (Hanafiah, 2004).

1. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam memberikan pelayanan
keperawatan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi petugas Kesehatan


Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam bidang
keperawatan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan health education dalam
perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi

DAFTAR PUSTAKA
 

Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran , edisi ketiga . Media Aesculapius FKUI .Jakarta
Marilynn E. Doenges & Mary Frances Moorhouse, 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi, edisi
kedua. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Murah, Manoe dkk. 199. Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian /SMF
obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.
Sandra M. Nettina. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.
Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
 

BAGIKAN INI:

 Twitter
 Facebook

TERKAIT
asuhan keperawatan klien dengan ca colondalam "Tak Berkategori"
ASKEP MENINGITISdalam "KEPERAWATAN"
asuhan keperawatan klien dengan ca colondalam "Tak Berkategori"

POSTED ON22 MARET 2015AUTHORHUSNUNNISAABBAS'BLOGCATEGORIESTAK BERKATEGORITAGASUHAN


KEPERAWATANTINGGALKAN KOMENTAR

Navigasi pos
PREVIOUSAsuhan Keperawatan Pada Klien Dengan HIV AIDS
NEXTdiet pepaya? let’s try guys..
TINGGALKAN BALASAN

Toggle Sidebar
MENU
 Beranda
 Perihal
Blog di WordPress.com.
 Ikuti

Anda mungkin juga menyukai