Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN PELAYANAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU

LAHIR (BBL)
(Macam-Macam Posisi Persalinan)
Dosen Pengampu : Ibu Mundarti, S.Pd, SSiT, M.Kes

Disusun oleh :
Nama : Luthfi Amanda Rahmawati
Nim : P1337424221080
Kelas : Hibiscus

PRODI D III KEBIDANAN MAGELANG


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
MACAM-MACAM POSISI PERSALINAN

1. Posisi Miring (Lateral)


Ibu berbaring posisi lateral, miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan anjuran
dokter dan bidan. Kemudian pada saat dimulai proses persalinan, Ibu hamil mengambil
posisi dengan satu kaki diangkat ke arah perut dan tangan sisi yang sama diletakkan pada
lipatan antara lutut dan paha untuk mendekati dinding perut..

2. Posisi Setengah Duduk (Semi Fowler)


Inilah posisi yang paling sering diambil untuk pertolongan persalinan. Dimana
posisi ini ibu hamil tidur terlentang dengan bantal mengganjal punggung atau bisa juga
dipangku oleh suami. Posisi ini selain aman untuk pemantaun proses turunnya kepala
juga memberi kesempatan dukungan mental bagi ibu bersalin dengan kehadiran suami.
Suami bisa sambil memeluk dan memberi support selama dalam proses persalinan. Posisi
ini tidak dianjurkan untuk persalinan yang mengalami perpanjangan kala dua  Selain akan
menimbulkan rasa lelah karena telentang terus menerus,  ibu bersalin juga merasa tidak
nyaman pada punggung, akibat penekanan pembuluh darah besar  dari ibu ke plasenta
maka dapat  mengurangi kelancaran suplai oksigen dari ibu ke bayi.
3. Posisi Berbaring (Litotomi)
Pada posisi ini seorang ibu hamil berbaring terlentang sejajar tempat tidur dengan
kepala dibantu di sangga oleh suami, atau bidan dan kedua tangan ibu merangkul 
pelipatan paha di dekatkan ke arah perut dengan bimbingan bidan. Atau dapat pula kedua
kaki diletakkan pada penopang kaki yang didesain pada tempat tidur ibu bersalin. Pada
posisi ini memudahkan pemantauan pembukaan jalan lahir, kepala bayi untuk diarahkan
dan dipegang mengikuti putaran saat proses lahirnya kepala, serta memudahkan
pembebasan bila terdapat lilitan tali pusat pada leher bayi dengan mengarahkan kepala
bayi  mendekati perut ibu. Penahanan pada perineum antara anus dan vagina dapat
dilakukan dengan  mudah agar tidak terjadi robekan perineum yang luas.

4. Posisi Jongkok (Squatting)


Posisi persalinan dengan cara jongkok semakin dipilih sebagai proses persalinan
alami. Pada asuhan persalinan normal, posisi jongkok ini dapat menjadi pilihan. Selama
proses persalinan dengan posisi jongkok, dokter dan bidan lebih ketat memantau proses
turunnya kepala agar tidak meluncur dengan cepat dan mencegah terjadinya cedera.
Namun demikian untuk mengantisipasi bila terjadi kemacetan pada saat proses persalinan
yang membutuhkan tindakan dan bantuan dokter atau bidan, maka posisi ini kurang
menguntungkan sehingga harus segera kembali pada posisi litotomi.
5. Posisi Duduk
Posisi duduk adalah posisi kedua terbaik setelah posisi jongkok untu persalinan
kala II. Posisi duduk juga memiliki beberapa manfaat pada kala I persalinan, seperti
mempercepat dan memperlancar persalinan. Posisi duduk ini ini bisa dilakukan dengan
duduk tegak di kursi, di toilet, atau pada bola persalinan. Anda bisa menghadap maju atau
mundur, tetapi Anda mungkin akan condong ke depan sedikit. Duduk di toilet terasa
canggung namun ini cukup efektif. Ini juga termasuk duduk di paha suami, atau ibu bisa
melahirkan dengan duduk di bangku melahirkan, yang berarti bahwa dalam beberapa hal
mungkin dasarnya sama dengan berjongkok.

6. Posisi Berlutut
Ibu bisa berlutut dengan kedua kaki ditekuk dan dibuka. Posisi ini memanfaatkan
gaya gravitasi untuk mempermudah proses kelahiran bayi. Berlutut adalah salah satu
pilihan posisi persalinan yang lain. Beberapa proses persalinan yang mengalami kesulitan
akan dilakukan perubahan posisi ibu dan proses perubahan posisi dapat membantu
persalinan dalam hal ini dapat membuat persalinan lebih cepat dan membantu bayi
bergerak menuruni jalan lahir, dan dengan demikian meningkatkan kesempatan Anda
memiliki persalinan normal dan alam.

7. Posisi Berdiri
Saat waktu melahirkan tiba, ibu bisa merasa gelisah dan ingin terus bergerak.
Karena itu, banyak dari ibu yang memilih untuk melahirkan dalam posisi bersalin berdiri,
dengan cara bersandar pada tempat tidur, dinding atau dengan cara memegang suaminya.
Posisi berdiri yang membiarkan tubuh tetap tegak dapat memudahkan ibu hamil untuk
mengatasi kontraksi. Ibu dan bayi pun lebih siap dalam menjalani persalinan karena
posisi ini merangsang bayi untuk turun ke rongga panggul.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil yang memilih posisi berdiri dapat
menjalani waktu persalinan paling cepat serta cenderung tidak membutuhkan anestesi
pengurang nyeri kontraksi seperti epidural. Jika ingin melahirkan dengan posisi ini, ada
baiknya ibu sedikit berjalan-jalan sebelum masuk ruang bersalin. Tentunya aktivitas
tersebut dibolehkan jika kondisi ibu belum mengalami pecah ketuban.
Jika waktu melahirkan sudah terasa hampir tiba, masuklah ke ruang bersalin.
Berpeganglah pada tiang, dinding, kursi atau bertumpu pada tangan suami. Lebarkan kaki
sedikit untuk memberi jalan bayi . Pada prakteknya, posisi berdiri juga bisa dilakukan
dengan setengah jongkok sambil mengejan. Dokter atau bidan harus sudah siap dengan
posisi berlutut atau berjongkok untuk menangkap bayi.
8. Posisi Merangkak
Posisi merangkak yaitu lengan vertikal dengan bahu dan tidak jauh ke belakang
atau kedepan tidak boleh lebih dari bahu untuk mengurangi kelelahan.

9. Persalinan Dalam Air (Water Birth)


Ketika ibu hamil sudah masuk bukaan 5-6, dengan dibantu dokter/perawat, ibu
hamil dimasukkan ke kolam khusus yang dipastikan kebersihan dan sterilisasinya.
Temperatur air harus sesuai dengan suhu tubuh ibu, tidak kurang atau lebih, untuk
mencegah terjadinya temperature shock saat bayi meluncur ke air.
10. Persalinan Dengan Bantuan Forcep
Forceps atau forsep adalah alat yang bertugas untuk memandu bayi di dalam
kandungan agar bisa keluar dengan mudah melalui jalan lahir selama proses melahirkan
berlangsung. Biasanya, forcep atau forsep digunakan ketika ada masalah yang
menghambat keluarnya bayi. Alat ini digunakan ketika kontraksi tidak mampu
mengeluarkan bayi di dalam kandungan.

11. Proses Persalinan Dengan Bantuan Vacum


Ekstraksi vakum adalah salah satu prosedur untuk membantu proses persalinan
normal. Persalinan dengan bantuan ekstraksi vakum dilakukan dengan alat yang disebut
vakum ekstraktor. Umumnya, tindakan ini baru dilakukan ketika proses persalinan
normal mengalami hambatan. Alat ini digunakan dengan cara menempelkan cup vakum
ekstraktor ke permukaan kepala bayi saat mulai terlihat keluar dari vagina.
12. Proses Persalinan Dengan Sectio Caesarea (SC)
Melahirkan melalui bedah caesar berarti mengeluarkan bayi melalui sayatan dari
perut sang ibu, bukan dari vagina. Sebelum pembedahan, dokter akan memberikan obat
bius atau anestesi epidural agar area perut yang akan disayat menjadi mati rasa.

Anda mungkin juga menyukai