BAB II
mendefenisikan luka tusuk jarum suntik sebagai luka yang disebabkan oleh jarum
suntik seperti jarum hipodermik, jarum pengambilan darah, stylet intravena, dan
(NIOSH-CDC 1999).
jarum suntik dan luka akibat alat medis tajam lainnya sebanyak 385.000 kasus
per tahun atau 1,000 kasus per hari. Kejadian luka tusuk jarum suntikyang
sesungguhnya mugkin lebih tinggi dari perkiraan CDC karena banyak kasus yang
petugas kesehatan tidak melaporkan luka tusuk jarum suntik yang terjadi pada
sakit pendidikan di Kuala Lumpur insiden luka tusuk jarum untuk pembantu
perawat sebesar 50%, perawat 37%, dan dokter 27,2% (Ng, 2007).
11
12
mencantumkan hasil penelitian dr. Joseph tahun 2005-2007 yang mencatat bahwa
proporsi luka tusuk jarum suntik mencapai 38-73% dari total petugas kesehatan
(Rival, 2012).
Luka tusuk jarum suntik merupakan kecelakaan yang tidak dikehendaki dan
bila terpajan patogen darah, misalnya HBV, HCV dan HIV, dapat berdampak
infeksi. Oleh karena itu perlu untuk mengetahui besaran prevalensi dan
pelayanan kesehatan, Center for Disease Control and Prevention (CDC) pada
dan pengendalian infeksi penyakit yang ditularkan melalui darah (HIV, HBV dan
Standar didasarkan pada keyakinan bahwa darah dan cairan tubuh berpotensi
menularkan penyakit, baik yang berasal dari pasien maupun petugas kesehatan
(CDC, 2011).
1. Kebersihan tangan
sarung tangan untuk mencegah kontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya
2010), yaitu :
tindakan aspetik
Cuci tangan dilakukan sebelum melakukan tindakan steril, cara cuci tangan
berlangsung di suatu tempat kerja jika tersedia saran cuci tangan (Dirjen P2MPL,
2010). seperti:
1. Air mengalir
Sarana utama untuk cuci tangan yaitu air mengalir dengan saluran
kimiawi atau mekanis saat cuci tangan akan terhalau dan tidak menempel
3. Larutan Antiseptik
Satu hal yang perlu diingat, tangan manusia tidak dapat disterilkan. Tujuan
dari cuci tangan hanya untuk mengurangi jumlah mikrorganisme pada kulit
pekerja dari risiko pajanan darah, cairan tubuh lain, secret, eksreta, kulit yang
tidak utuh (luka), dan selaput lender pasien. Jenis-jenis alat pelindung diri yang
1. Sarung tangan
3. Penutup kepala
Dari kelima alat pelindung diri (APD) tersebut tidak semuanya harus
dipakai setiap saat. Jenis alat pelindung diri yang digunakan tergantung pada
1. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan langkah pertama yang penting dalammenangani
aman untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan (Dorjen P2MPL,
2010).
2. Pencucian
Pencucian yaitu suatu proses pembersihan yang dilakukan untuk
menghilangkan segala kotoran yang kasat mata dari benda dan permukaan benda
dengan sabun atau deterjen, air dan sikat. Selain itu, proses pencucian juga
sterilisasi sehingga proses disinfeksi dan sterilisasi menjadi lebih efektif (Dirjen
P2MPL, 2010).
mesin pencuci.
kesehatan apabila sterilisasi tidak dapat dilakukan atau sterilisator tidak tersedia.
dan HIV tetapi tidak dapat membunuh endospora (Dirjen P2MPL, 2010).
rumah sakit, biasanya ada dua cara sterilisasi yaitu secara fisik (dengan
pemanasan kering, uap panas bertekenan, radiasi dan filtrasi) dan secara kimiawi
19
(gas etilen oksida dan zat kimia cair). Sterilisasi dianggap sebagai cara yang
paling efektif dan ama untuk mengelola alat kesehatan yang berhubungan
langsung dengan darah atau jaringan di bawah kulit (Dirjen P2MPL, 2010).
menjadi penyimpanan alat yang dibungkus dan yang tidak dibungkus. Alat
kesehatan yang dibungkus dapat dianggap steril selama bungkusan tetap utuh dan
Sedangkan alat yang tidak dibungkus dapat dinyatakan steril jika tersimpan
dalam wadah steril dan tertutup serta diyakini streril paling lama 1 minggu.
Namun, jika ragu-ragu tentang sterilitas suatu peralatan baik yang dibungkus
maupun tidak dibungkus maka alat dianggap tercemar dan perlu disterilkan
sebagian besar disebabkan oleh kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum suntik
atau tergores benda tajam (termasuk pecahan kaca) yang sudah terkontaminasi
(Levy et.al, 2000). Menurut Kemenkes RI, 40% dari kecelakaan yang terjadi
merupakan kecelakaan kerja yang dapat dicegah dan terjadi akibat melakukan
tangan
b. Saat memindahkan alat tajam dari satu orang ke orang lain, menggunakan
teknik tanpa sentuh (hands free) yaitu dengan menggunakan nampan atau alat
perantara
c. Petugas tidak dianjurkan untuk menutup kembali jarum suntik bekas pakai
6. Pengelolaan Limbah
Suatu sarana pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit menghasilkan limbah
sebagai hasil akhir proses kerjanya. Limbah yang dihasilkan diantaranya yaitu
limbah rumah tangga atau limbah non medis, dan limbah medis. Limbah medis
berupa limbah klinis, limbah laboratrium, dan limbah berbahaya (B3) (Dirjen
P2ML, 2010).
kerja, efektif mencegah pajanan luka dan membran mukosa terhadap pathogen
terpajan
tidak aman yang menyebabkan sebagian besar infeksi dengan patogen yang
suntik dari masyarakat luas melalui paparan limbah benda tajam yang
beban penyakit dari suntikan yang tidak aman diberbagai daerah. Menurut
menyumbang 32% dari infeksi virus hepatitis B, 40% dari infeksi virus hepatitis
23
C,28% dari kanker hati, 24% dari sirosis dan 5% dari infeksi HIV pada tahun
2000 (Hauri, 2003). Secara keseluruhan,sekitar 500 000 kematian per tahun yang
Suatu program "Safe Injection Practice” merupakan suatu kajian cepat dan
dari praktek injeksi yang aman, serta penentu dan konsekuensi dari tindakan
mereka. Hal ini didasarkan pada sampel gabungan injeksiresep, penyedia injeksi
dan masyarakat umum. Hal ini dapat menawarkan berbagai strategi pengambilan
sampelsesuai dengan tingkat presisi yang diperlukan dan sumber daya yang
Sebuah strategi akan berhasil untuk mencapai praktik injeksi yang aman jika
melalui penggunaan suntikan yang aman . Seperti strategi akan berisi tigaelemen
(WH0, 2015):
cukup untuk meniadakan luka tusuk jarum suntik dan benda tajam lainnya
24
(NSI) dan benda tajam lainnya yang lebih baik (Eucomed, 2001).
ditempahkan pada alat suntik yang digunakan untuk pengambilan cairan tubuh,
mengakses vena atau arteri, atau memasukkan obat atau cairan lain, yang secara
efektif mengurangi risiko pajanan insiden luka tusuk jarum dan benda tajam
sebagai berikut :
alat suntik safety design akan meningkatkan keamanan menyuntik dan diprediksi
penampungan alat suntik bekas pakai. Alat penampungan ini merupakan startegi
penting dan elemen inti dari upaya pencegahan dan pemgendalian luka tusuk
tubuh dapat terjadi melalui tusukan, luka, percikan pada mukosa mata, hidung
atau mulut, dan percikan pada kulit yang tidak utuh (Levy et.al,2000).
Jika pada suatu pelayanan kesehatan terjadi kecelakaan kerja, maka harus
dan kesehatan kerja (K3) dan kepada tim pengendalian infeksi. Pekerja yang
tempat kerja terdiri dari beberapa langkah (Dirjen P2MPI, 2010), diantaranya
yaitu:
1. Langkah 1
Tindakan pertama pada setiap pajanan yaitu cuci dengan air mengalir dan
2. Langkah 2
Menelaah pajanan mulai dari jenis dan alur pajanan, bahan pajanan, status
3. Langkah 3
4. Langkah 4
mengalami Needle Stick Injury (NSI) atau cidera akibat tersayat benda tajam.
Penanganan segera (ANA, 2002), mencakup: a) Mencuci luka dengan sabun dan
kepada layanan kesehatan petugas, UGD, atau fasilitas kesehatan untuk pegawai
lainnya e) Melakukan tes for HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C dengan segera. f)
Stick Injury (NSI) atau cidera akibat tersayatbenda tajam lainnya. Kebijakan
fasilitas terkait Neddle Stick Injury atau cidera akibat tersayat benda tajam
1) Memberikan akses dalam dua jalan terhadap tindak lanjut pasca pajanan
keefektifan produk
masker dan perisai muka. Perlengkapan ini harus sesuai ukuran petugas
kesehatan dan memilki kualitas yang baik dan mudah dan siap digunakan.
pada semua kejadian Needle Stick Injury (NSI) atau tersayat benda tajam
(Naphole, 2009).
28
jarum termasuk tingkat pengetahuan tentang penyakit akibat pathogen darah dan
terjadinya luka tusuk jarum suntik meliputi persepsi terhadap risiko penularan
melalui luka tusuk jarum suntik dan benda tajam lainnya, pengetahuan dan
Jagger dalam Foley menyatakan bahwa alat suntik yang lebih aman,
pengendalian cara kerja dapat mengurangi kejadian luka tusuk jarum dan benda
2.3.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
tahu atau tidaknya petugas kesehatan mengenai cara penularan blood borne
1. Melalui selaput mukosa:percikan darah atau cairan tubuh lainnya pada mata
atau mulut
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Saroha Pinem (2003), Salah satu
tingkat pengetahuan kurang , berpeluang hampir 3 kali untuk tidak patuh dalam
pengetahuan tinggi tentang cara penularan (transmisi ) HIV 1,6 kali lebih patuh
suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tidakan atau aktivitas,
dari sikap
yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling
tinggi.
memilik sikap positif terhadap pasien dengan HIV/AIDS lebih cenderung patuh
terjadinya sesuatu kecelakaan dan sejauh mana kita peduli dengan dampak
Persepsi terhadap risiko pada petugas kesehatan yang tidak mengalami needle
stick injury lebih tinggi dari petugas kesehatan yang mengalami needle stick
behaviors that have the potential to be harmful or dangerous, et at the same time
provide the opportunity for some kind of outcome that can be perceived as
positive. Driving fast ora engaging in substance use would be examples of risk-
taking behavior. They may bring about positive feelings in the moment. However,
they can also put you at risk for serious harm, such as an accident
(www.ptsd.about.com).
pada kecenderungan untuk terlibat dalam perilaku yang memiliki potensi menjadi
berbahaya, namun pada saat yang sama memberikan hasil yang dapat dirasakan
memiliki perasaan yang sangat puas atau senang saat melakukan hal tersebut.
Akan tetapi, hal ini dapat menempatkan mereka pada resiko yang sangat
menggunakan APD.
Hal ini didukung oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Mc Govern et
penelitian dalam DeJoy (1995), Salah satu faktor pekerjaan yaitu beban kerja
et.al.,1990 dalam DeJoy (1995), ketidakcukupan waktu menjadi alasan yang kuat
pada ketidakpatuhan.
lingkungan kerja. Salah satu cara stress dapat mempengaruhi kesakitan dan
kesehatan adalah “the health behavior route”. Faktor beban kerja ini dapat
(Smet, 1994).
keselamatan dalam lingkungan kerja mereka dan menjadi landasan mereka untuk
keselamatan kerja sebagai sesuatu hal yang penting dan diprioritaskan, dimana
fungsi organisasi yang lain (Feyer, Anne Marie and Williamson (ed), 1998).
bersifat formal maupun informal yang diterima dari pimpinan, supervisor, dan
rekan kerja. Umpan balik yang bersifat formal misalnya penilaian kinerja.
Sedangkan umpan balik yang bersifat informal cenderung lebih tidak tegas dan
2.3.10 Keterampilan
Kewaspadaan universal (universal precaution) merupakan konsep dimana
semua darah dan cairan tubuh diperlakukan sebagai infeksius dan dalam bekerja
pemakaian jarum suntik dan benda tajam lainnya di sarana kesehatan harus
35
mempunyai risikoneedle stick injury (NSI) yang lebih tinggi dibanding yang
diterima (Luo et.al., 2010). Penelitian lain yangsemakin banyak dilakukan oleh
DeJoy et.al pada tahun 2000 juga menunjukkan bahwa semakin banyak pajanan
kewaspadaan standar..
adalah suatu fungsi dari interaksi antara indvidu dengan lingkungannya. Semua
(Rivai, 2011).
Perilaku pencegahan infeksi HIV, HBV, HCV dapat dinilai dari kepatuhan
mana perilaku tertentu sesuai dengan instruksi atau saran. Menurut Heynes,
information derrivied from some other information source (such as advice given
in a health promotion leaflet or via mass media campaign “ ( Albery dan Marcus,
2008).
kesehatan yang dikeluarkan oleh Green et.al, 1980. Model tersebut menjelaskan
Faktor Predisposisi
Faktor Enabling
Kepatuhan
(pemungkin)
terhadap
Kewaspadaan
Faktor Reinforcing Universal
(penguat)
faktor tersebut diantaranya yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
penguat.
universal yaitu faktor yang berasal dari individu pekerja seperti pengetahuan,
sikap, tingkat pendidikan dan masa kerja. Selain itu, tingkat kepatuhan seseorang
dukungan dan pengawasan dari atasan dan/atau dari teman sejawat (DeJoy et al,
Universal) juga dapat ditinjau dari model perlindungan diri di tempat kerja yang
Faktor Individu
Sosiodemografi, Sikap,
Kepercayaan, Nilai,
pengetahuan, dan pendidikan
KEPATUHAN
faktor organisasi.
injection practice dan , mengacu pada teori pendidikan kesehatan yaitu model
PRECEDE oleh Laurence Green (1980), Modifikasi oleh DeJoy (1986) yaitu
untuk aplikasi perilaku melindungi diri sendiri di tempat kerja (McGovern, et al.,
2000).
41
Teori L.Green
FAKTOR PREDISPOSING
Umur, masa
kerja,pendidikan,pengetahuan,
sikap,kepercayaan,kegemaran,ketr
ampilan
FAKTOR REINFORCING
Reward Kepatuhan
NSI
FAKTOR ENABLING
Safety
injection
Personal Traits
Sosiodemografi,
Sikap, Kepercayaan,
Nilai, pengetahuan,
dan pendidikan
KEPATUHAN
42
HIV)
a. Cognitive demand
b. Job ambiguity
c. Beban Kerja
b. Ketersediaan APD
d. Pelatihan
et.al., 1980) dimodifikasi oleh DeJoy (1986) untuk aplikasi melindungi diri
sendiri di tempat kerja. DeJoy, Gershon & Murphy (1995) menjelaskan untuk
1. Faktor demografi, terdiri dari : umur, lama kerja pada pekerja saat ini,
bekerja
44
safety climate
Dalam penelitian ini, tidak semua variable yang ada di kerangka teori
diadopsi dari model studi Mc Govern, et.al (2000) dan DeJoy, Gershon, &
Murphy (1995).
sebagai berikut :
45
FAKTOR PEKERJAAN
FAKTOR PENGUAT
individu, faktor terkait pekerjaan, faktor organisasi ,faktor penguat dan faktor
bertujuan untuk melihat hubungan dua variabel yaitu variabel independen dan
Dr.Kariadi
Dr.Kariadi
Tugurejo
Dr.Kariadi
Tugurejo
Kariadi
di RSUD Tugurejo
Tugurejo
Kariadi
di RSUD Tugurejo
Tugurejo
di RSUD Tugurejo
di RSUD Tugurejo
55