PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan
mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan, yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam
suatu tatanan rujukan, serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga dan penelitian. Rumah Sakit juga merupakan
institusi yang dapat memberi keteladan dalam budaya hidup
bersih dan sehat serta kebersihan lingkungan (Depkes RI, 2003).
Rumah sakit juga dimanfaatkan sebagai lembaga pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian serta melakukan kegiatan
penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan
serta jiwa. Petugas-petugas tenaga kesehatan dalam melakukan
pelayanan terhadap pasien mempunyai kemungkinan untuk
tertular penyakit, apabila kurang memperhatikan aspek sanitasi
yang menimbulkan citra negatif dan mempunyai dampak
terhadap timbulnya infeksi nosokomial (Evi, 2009). Infeksi
Nosokomial atau yang dikenal dengan istilah Healthcare
Associated Infections (HAIs) merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang sangat penting, beruang lingkup di sebatasan
rumah sakit, sedangkan Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI)
meliputi seluruh pelayanan kesehatan seperti : rumah sakit,
rumah bersalin, puskesmas, klinik maupun seluruh tempat
pelayanan kesehatan lainnya. Sasaran PPI meliputi pasien,
keluarga pasien maupun petugas kesehatan. Berdasarkan data
dari Jurnal of Hospital Infection (2008) melaporkan, lebih dari
1,4 juta pasien di seluruh dunia baik di negara berkembang dan
Negara maju, menderita penyakit yang disebab kan infeksi
terkait perawatan rumah sakit. Secara umum diseluruh dunia,
5-10 persen mengalami infeksi nosokomial dengan prevalensi
rata-rata 20 hingga 30 persen pada pasien yang masuk ke
Intensive Care Unit. Diperkirakan pada tahun 2010 telah terjadi
1
penularan Hepatitis B (39%), Hepatitis C (40%) dan Human
Immunodeficiency Virus (5%) pada tenaga kesehatan di seluruh
dunia. Sejumlah studi menunjukkan 17,6% perawat yang
mendapatkan infeksi di rumah sakit. Secara global, lebih dari 35
juta petugas kesehatan menghadapi resiko terkena benda tajam
yang terkontaminasi.
Tingginya prevalensi penyakit seperti Human
Immunodeficiency Virus Acquired Immune Deficiency Syndrome,
Hepatitis tipe B, Tuberkolosis Paru serta penyakit menular
lainnya berarti meningkat pula resiko tenga kesehatan yang
dapat tertular penyakit-penyakit infeksi, khususnya bila
kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh yang
dilaksanakan terhadap pasien.
Kepatuhan dalam menjalankan kebersihan tangan oleh tenaga
kesehatan hanya sekitar 30-50 persen. Permasalahan ini
merupakan isu yang harus dihadapi dan ditangani oleh fasilitas-
fasilitas kesehatan dimanapun, termaksud di Indonesia.
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah sakit,
dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam
pembarian pelayanan yang bermutu. Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) ssangat penting untuk melindungi
pasien, petugas dan pengunjung dan keluarga dari resiko
tertularnya infeksi ke suatu rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya. Tujuan dari program PPI adalah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit dan fasilitas
lainnya melalui pencegahan dan pengendalian infeksi,
melindungi sumber daya manusiakesehatan dan masyarakat
dari penyakit infeksi yang berbahaya, serta menurunkan angka
kejadian infeksi Nosokomial. Salah satu upaya dalam mencegah
dan mengendalikan infeksi adalah dengan penerapan
kewaspadaan standar. Salah satu metode yang paling efektif
adalah kebersihan tangan, pemilihan dan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD), dan
lain-lain. Penerapan ini merupakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang harus dilaksanakan terhadap semua
2
pasien dan semua fasilitas pelayanan kesehatan. (Depkes 2010)
Kebersihan tangan, pemilihan dan penggunaan APD
merupakan komponen terpenting dari kewaspadaan standart
dan merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam
mencegah penularan yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan. Kebersihan tangan wajib dilakukan oleh setiap
petugas rumah sakit. Kepatuhan dalam menjalankan
kebersihan tangan oleh tenaga kesehatan hanya sekitar 30-
50%. Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci
tangan dengan air mengalir jika tangan tampak kotor atau
menggunakan antiseptic berbabis alcohol jika tangan tidak
tampak kotor. Tujuan kebersihan tangan adalah meminimalkan
dan menghilangkan mikroorganisme. (Depkes 2010)
1) Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
2) Sasaran
a. Petugas
b. Pasien
C. Landasan Hukum
3
Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
D. Ruang Lingkup
a) Lingkup Area
4
BAB II
ALAT PELINDUNG DIRI
A. Pengertian
Alat pelindung diri (untuk selanjutnya disingkat dengan
APD) merupakan alat yang digunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi seluruh tubuh atau sebagian tubuh
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja (Safety, 2008). Penggunaan APD menjadi
bentuk pengendalian resiko terakhir untuk melindungi
tenaga kerja dari bahaya keselamatan kerja.
5
Gambar 1. Alat Pelindung Diri (APD)
B. JENIS-JENIS APD
1) Sarung tangan
6
tangan rumah tangga terbuat dari karet tebal, tidak
fleksibel dan sensitif, tetapi memberikan perlindungan
maksimum sebagai pelindung pembatas.
7
Gambar 2. Pemasangan sarung tangan
8
2) Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan
membran mukosa mulut dari cipratan darah dan
cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan
udara yang kotor dan melindungi pasien atau
permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat
batuk atau bersin. Masker yang di gunakan harus
menutupi hidung dan mulut serta melakukan Fit Test
(penekanan di bagian hidung).
Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
1. Masker bedah, untuk tindakan bedah atau
mencegah penularan melalui droplet.
2. Masker respiratorik, untuk mencegah penularan
melalui airborne.
3. Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi
atau dapur.
Gambar 3. Memakai Masker
9
leher.
- Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk
tulang hidung dengan kedua ujung jari tengah
atau telunjuk.
- Membetulkan agar masker melekat erat pada
wajah dan di bawah dagu dengan baik.
- Periksa ulang untuk memastikan bahwa
masker telah melekat dengan benar.
10
Pemakaian Respirator Partikulat
11
Adanya janggut dan jambang
12
Gambar 6.Langkah-langkah menggunakan
respirator
13
segelnya.
Lamanya penggunaan maksimal 1 (satu) minggu
dengan pemeliharaan yang benar.
Cara pemeliharaan dan penyimpanan yang benar
(setelah dipakai diletakkan di tempat yang kering
dan dimasukkan dalam kantong berlubang
berbahan kertas).
3) Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju
petugas dari kemungkinan paparan atau percikan
darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau
melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada
tindakan steril.
14
terkontaminasi cairan tubuh pasien (darah).
Cara memakai gaun pelindung:
Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut,
lengan hingga bagian pergelangan tangan dan
15
Gambar 8. Penutup Wajah
16
Gambar 9. Memakai Goggle
5) Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas
dari tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan
mencegah dari kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan
alat kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang agar berfungsi optimal.
Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot atau sepatu yang
menutup seluruh permukaan kaki.
Indikasi pemakaian sepatu pelindung:
- Penanganan pemulasaraan jenazah
- Penanganan limbah
- Tindakan operasi
- Pertolongan dan Tindakan persalinan
- Penanganan linen
- Pencucian peralatan di ruang gizi
- Ruang dekontaminasi CSSD
17
6) Topi pelindung
Tindakan operasi
Intubasi Trachea
18
C. PELEPASAN APD
Langkah-langkah melepaskan APD adalah sebagai berikut:
Lepaskan sepasang sarung tangan
Lakukan kebersihan tangan
Lepaskan apron
Lepaskan perisai wajah (goggle)
Lepaskan gaun bagian luar
Lepaskan penutup kepala
Lepaskan masker
Lepaskan pelindung kaki
Lakukan kebersihan tangan
19
Gambar 13. Melepaskan Sarung Tangan
20
4) Melepas Masker
Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi-
JANGAN SENTUH.
Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali/karet bagian
atas.
Buang ke tempat limbah infeksius.
21
BAB III
PENUTUP
Dengan tersusunnya Pedoman Alat Pelindung Diri di Rumah Sakit Umum Daerah
Awet Muda Narmada ini diharapkan :
1. Dapat memberikan pemahaman kepada semua pihak yang terkait.
2. Diharapkan dengan dukungan, kerjasama dan partisipasi dari semua pihak
yang terkait, agar pedoman ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang
diharapkan demi terwujudnya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah Awet Muda Narmada sesuai dengan visi dan misi-nya serta
untuk mewujudkan Program Menjaga Mutu Terpadu Rumah Sakit Umum
Daerah Awet Muda Narmada.
22