Anda di halaman 1dari 18

PENGENDALIAN INFEKSI DI UNIT HEMODIALISIS

Dhiyan Kusumawati, S.Kep.,Ners


PD IPDI DIY
I.Pendahuluan
Pasien hemodialisa (HD) sangat rentan terkena infeksi yang didapat dari berbagai
sumber. Beberapa hal yang merupakan faktor tersebut adalah : proses kanulasi,
imunosupresi, kontak yang sering dengan petugas kesehatan selama prosedur dan
perawatan dan kurangnya penghalang fisik antara pasien dengan lingkungan
hemodialisa. Pencegahan dan kontrol infeksi yang efektif dengan melibatkan
berbagai intervensi bertujuan untuk mengurangi resiko infeksi di unit HD (APIC,
2010).
II. Pencegahan dan kontrol infeksi di ruang hemodialisis
A.Kebersihan tangan
Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang baik dan benar dianggap sebagai
penyebab utama infeksi nosokomial dan penyebaran mikroorganisme multi resisten
di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting
terhadap timbulnya wabah (Depkes RI, 2008).Penelitian menunjukkan rantai utama
transmisi healthcare associated infections(HAIs) adalah dari tangan tenaga
pelayanan kesehatan. Kebersihan tangan merupakan hal yang penting dalam
pencegahan infeksi. Namun, kepatuhan kebersihan tangan tenaga kesehatan masih
sangat rendah, kira-kira hanya 40%.Banyaknya waktu yang diperlukan untuk cuci
tangan merupakan salah satu hal rendahnya kepatuhan cuci tangan tenaga kesehatan.
Namun kepatuhan terhadap cuci tangan dapat dikembangkan dengan pendidikan
berkelanjutan, supervisi dan penyediaan tempat cuci tangan yang mudah dijangkau,
jumlah wastafel,sabun dan hand towel/paper towel yang cukup ( 1 wastafel setiap
4-6mesin HD) dan penyediaan alkohol based hand rub
yang ditempatkan disetiap tempat tidur pasien (Karkar, 2014).
Penelitian membuktikan bahwa daerah di bawah kuku (ruang subungual)
mengandung jumlah mikroba yang tertinggi. Kuku yang panjang dapat berperan
sebagai reservoir untuk bakteri gram negatif. Kuku yang panjang baik alami
maupun buatan, lebih mudah melubangi sarung tangan. Oleh karena itu, kuku harus
dijaga tetap pendek tidak melebihi 3mm dari ujung jari. Penggunaan cat kuku dan
perhiasan juga tidak diperkenankan (Depkes, 2008).Hal-hal yang perlu diingat
saat membersihkan tangan :
1.Bila jelas terlihat kotor atau terkontaminasi oleh bahan yang mengandung protein,
tangan harus dicuci dengan sabun dan air mengalir
2.Bila tangan tidak jelas terlihat kotor atau terkontaminasi, harus digunakan
antiseptic berbasis alkohol untuk dekontaminasi tangan rutin
3.Pastikan tangan kering sebelum memulai kegiatan. Masalah yang selalu timbul
adalah bagaimana membuat petugas kesehatan patuh pada praktek mencuci tangan
yang telah direkomendasikan. Meskipun sulit untuk merubah kebiasaan mengenai
hal ini, menurut Depkes 2008, ada beberapa cara yang dapat meningkatkan
keberhasilan seperti :
1. Menyebarluaskan panduan terbaru mengenai praktek menjaga kebersihan tangan
dimana tercantum bukti mengenai efektifitasnya dalam mencegah penyakit dan
perlunya petugas kesehatan untuk mengikuti panduan tersebut
2. Melibatkan pimpinan/pengelola rumah sakit dalam diseminasi dan penerapan
pedoman kebersihan tangan
3. Menggunakan teknik pendidikan yang efektif, termasuk role model (khususnya
supervisor), mentoring, monitoring dan umpan balik positif
4. Menggunakan pendekatan kinerja yang ditargetkan ke semua petugas kesehatan,
bukan hanya dokter dan perawat untuk meningkatkan kepatuhan
5. Mempertimbangkan kenyamanan petugas dan pilihan yang efektif untuk menjaga
kebersihan tangan sehingga membuat petugas lebih mudah mematuhinya.

B. Alat pelindung diri


Menurut Depkes 2008, alat pelindung diri
mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata (pelindung wajah dan kaca
mata), topi, gaun, apron dan pelindung lainnya.Alat pelindung diri dapat digunakan
sendiri atau dikombinasikan untuk melindungi membran mukosa, saluran pernafasan,
kulit dan pakaian dari pajanan agen infeksius. Jenis-jenis alat pelindung diri :
1.Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi pasien
dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan. Sarung tangan
merupakan penghalang (barrier)fisik paling penting untuk mencegah penyebaran
infeksi. Sarung tangan harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya
untuk menghindari kontaminasi silang (Depkes, 2008).Penggunaan sarung tangan dan
kebersihan tangan, merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penyebaran
penyakit dan mempertahankan suatu lingkungan bebas infeksi. Selain itu pemahaman
mengenai kapan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi diperlukan dan kapan
sarung tangan tidak perlu digunakan, penting untuk diketahui agar dapat menghemat
biaya dengan tetap menjaga keamanan pasien dan petugas (Depkes,
2008).Rekomendasi praktis penggunaan sarung tangan pada saat kontak dengan pasien
dan peralatannya akan membutuhkan jumlah sarung tangan yang banyak sekali bahkan
mungkin tidak realistik di unit HD. Namun, jika area yang akan disentuh terlihat kotor
atau ada indikasi contact precaution, memakai sarung tangan menjadi suatu keharusan.
Sarung tangan steril digunakan pada saat melakukan prosedur dengan teknis aseptic
seperti pada saat insersi kateter atau memanipulasi kateter. Jenis-jenis sarung tangan :
a.Sarung tangan bersih
b.Sarung tangan steril
c.Sarung tangan rumah tangga

Menurut APIC 2010, sarung tangan harus :


a.Dipakai saat merawat pasien
b.Dipakai saat menyentuh peralatan medis pasien atau sampel laboratorium atau
dialiser reuse
c.Dipakai saat membersihkan mesin, membersihkan ruang perawatan, membersihkan
tumpahan darah
d.Diganti pada saat merawat pasien lain atau menangani mesin lain
e.Diganti pada saat berpindah dari area kotor ke area bersih pada pasien yang
sama
f.Diganti setelah melakukan kanulasi
g.Membuang sarung tangan diikuti dengan cuci tangan

2.Masker
Maker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian bawah
dagu dan rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang
keluar sewaktu petugas kesehatan berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah
percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas
kesehatan.Pada perawatan pasienyang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui udara atau droplet, masker yang digunakan harus dapat
mencegah partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan (Depkes,2008).

3.Alat pelindung mata


Alat pelindung mata melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain
dengan cara melindungi mata. Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan
pelindung mata atau pelindung wajah jika melakukan tugas yang memungkinkan
adanya percikan cairan secara tidak sengaja ke arah wajah (Depkes, 2008). Menurut
APIC 2010, pelindung wajah digunakan pada saat :
a.Memasang dan melepas peralatan HD
b.Reprocessing dialiser atau pada saat mencuci peralatan medis yang lain
c.Digunakan ketika petugas dan pasien yang batuk dan tidak bermasker berjarak
kurang dari 6 kaki
4.Topi
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk ke area perawatan. Tujuan utama pemakaian topi adalah untuk
melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
5.Gaun pelindung
Pemakaian gaun pelindung terutama untuk melindungi baju dan kulit petugas
kesehatan dari sekresi respirasi. Kontaminasi pada pakaian yang dipakai
saat bekerja dapat diturunkan 20 -100x dengan memakai gaun pelindung.

5.Apron
Apron yang terbuat dari karet atau plastik merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harusm
menggunakan apron di bawah gaun penutup ketika melakukan perawatan
langsung pada pasien, membersihkan pasien atau melakukan prosedur dimana ada
risiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.
7.Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cidera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu boot karet atau sepatu
kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan tetapi harus dijaga tetap bersih
dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain.

C.Kebersihan dan disinfeksi lingkungan


Semua permukaan horizontal ditempat dimana pelayanan yang disediakan untuk
pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila terlihat kotor, permukaan tersebut juga
harus dibersihkan bila pasien sudah keluar dan sebelum pasien baru masuk
(Depkes, 2008). Untuk mencegah dan mengontrol perkembangbiakan
mikroorganisme, pembersihan dan disinfeksi lingkungan luar di unit HD sangat
penting untuk dilakukan (mesin HD, bed atau kursi HD,troli) dan permukaan
peralatan lain yang sering di sentuh oleh pasien dan staf harus dibersihkan sebelum
dipakai pasien berikutnya.Di lingkungan pelayanan hemodialisa, lingkungan akan
terkontaminasi dengan berbagai macam pathogen dimana transmisi terbesar pathogen
tersebut melalui tangan tenaga kesehatan. Lingkungan hemodialisa cenderung
terkontaminasi oleh “blood borne phatogen” berupa HBV, HCV dan HIV dan agen
infeksius lainnya seperti methicillin-resistant Staphylococcus aureus(MRSA),
vancomycin-resistant Enterococci(VRE) dan Clostridium difficile (Karkar, 2014).
Mikroorganisme dapat bertahan hidup dengan berbagai macam periode dari hari
sampai dengan bulan,temperaturyang rendah, kelembaban yang tinggi merupakan
media yang baik bagi mikroorganisme untuk berkembang biak.Virus
dapatdinonaktifkan oleh alkohol 70%dan klorin 0.5%. Hal-hal penting mengenai
pembersihan dan disinfeksi permukaan lingkungan :
1.Lingkungan yang digunakan oleh pasien harus dibersihkan dengan teratur
2.Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit/mukosa pasien dan permukaan
yang sering disentuh oleh petugas kesehatan yang memerlukan disinfeksi setelah
dibersihkan
3.Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor
4.Jangan melakukan disinfeksi fogging di ruang perawatan
5.Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti pegangan pintu,
bed rails, light switch
6.Bersihkan dinding, blinds, dan jendela, tirai di area perawatan pasien
7.Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk melakukan pembersihan dan
disinfeksi peralatan dan harus membersihkan tangan setelah APD dilepas.
8.Lakukan pembersihan dan disinfeksi untuk pengendalian lingkungan yang
terkontaminasi sesuai prosedur
9.Larutan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena tumpahan (catatan :
sodium hipoklorit dapat digunakan untuk disinfeksi, dengan konsentrasi yang
dianjurkan berkisar dari 0,05% sampai 0,5%)
10.Pastikan kepatuhan dari petugas kebersihan untuk pembersihan dan disinfeksi
11.Anjurkan keluarga, pengunjung, pasien tentang kebersihan tangan untuk
meminimalkan penyebaran mikroorganisme (Depkes, 20080).Rekomendasi Pernefri
2006 terkait peralatan medis/non medis untuk tempat sampah adalah :
1.Tempat sampah medis untuk benda tajam
a.Wadah harus tahan tusukan
b.Jarum suntik bekas pakai, potongan kemasan obat yang tajam (ampul) atau
sampah tajam lainnya di taruh di tempat sampah ini. Wadah tidak boleh diisi
sampai penuh, maksimal sampai 3/4 bagian
c.Bila sudah terisi cukup, pastikan wadah tertutup dengan aman, taruh
ditempat khusus pengumpulan pengambilan sampah.
d.Bila terdapat percikan darah pada permukaan tempat sampah, segera
bersihkan dengan cairan klorin 0,1%
2.Tempat sampah medis untuk benda tidak tajam
a.Wadah berupa kantong plastik 2 lapis yang dapat diikat kencang
b.Kasa bekas, dialiser, blood line bekas pakai dibuang pada wadah ini.
c.Blood line dibuang dalam keadaan klem tertutup agar sisa darah tidak
berceceran.
3.Tempat sampah non medis
Berfungsi untuk menampung sampah yang tidak tercemar darah dan cairan
tubuh, seperti kertas, pembungkus kemasan dan lain-lain.
D.Kebersihan dan desinfeksi permukaan luar mesin
Direkomendasikan untuk membersikan dan mendisinfeksi lingkungan luar /badan
mesin HD setelah dipakai. Disinfektan level rendah dan cairan desinfektan yang
sudah diregistrasi oleh EPA untuk pelayanan kesehatan direkomendasikan untuk
dipakai pada bagian –bagian non kritikal (termasuk mesin HD) dan bisa juga
menggunakan disinfektan sesuai dengan perusahaan yang memproduksi mesin
tersebut.Ketika ada percikan atau tumpahan darah, maka disinfektan level sedang
digunakan untuk melakukan disinfeksi (1:100 cairan hipoklorite)(Karkar, 2014).
Perhatian khusus ditujukanpada bagian control mesin dialisis, seperti “dialysate
port”, “pressure tranducer arterial-vena”, “air detector”, “heparin pump”dan “blood
pump” pada setiap kali prosedur HD selesai dilakukan

E.Pembersihan dan Disifeksi bagian dalam mesin


Bagian dalam mesin HD harus didisinfeksi setiap kali prosedur dialisis selesai
(prosedur rutin meliputi draining, disinfection, rinsing) sesuai dengan proto
kol yang dianjurkan oleh pabrik
. Bila terjadi kebocoran darah pada sistem resirkulasi, dilakukan prosedur rutin
disinfeksi dan pembilasan sebanyak 2 kali sebelum mesin tersebut dipakai kembali.
F.Pembersihan dan Disifeksi peralatan tambahan
Peralatan tambahan yang digunakan di HD meliputi gelas ukur atau ember yang
digunakan untuk mencampur bicarbonate. Alat-alattersebut harus dibersihkan dan
didisinfeksi sebelum digunakan untuk pasien berikutnya termasuk eksternal pressure
tranducers. Jika cairan bicarbonate dibuat dalam ember atau wadah lainnya, sisa
cairan bicarbonate dan cairan bicarbonate yang terbuka selama 24 jam harus dibuang
karena hal tersebut akan menjadi media yang baik untuk tumbuhnya kuman(Karkar,
2014).
G.
Penanganan a
lat
-
alat habis pakai dan reuse
APIC dan CDC merekomendasikan :
1.
Barang barang yang dipakai oleh pasien hanya digunakan untuk pasien terse
but dan
dibuang setelah digunakan
2.
Barang
-
barang yang tidak terpakai dibersihkan dan dilakukan disinfeksi s
e
belum
ditempatkan diarea yang bersih atau akan digunakan untuk pasien y
a
ng lain atau
dibuang jika tidak bisa dilakukan disinfeksi
3.
Barang
-
barang yang
tidak bisa dilakukan disinfeksi hanya digunakan untuk satu
pasien
Faktanya,
mengalokasikan manset untuk setiap pasien
sangat tidak praktis
.
Penggunaan manset tahan air yang bisa direuse bisa sebagai
alternatif.
H.
Water treatment
: Tes dan purity
Air yang digunakan unit HD dalam menjalankan proses HD harus memenuhi
syarat
-
syarat tertentu antara lain bebas dari kuman dan kontaminan atau minimal
mengandung konsentrasi terendah sesuai dengan standar yang ditetapkan
.
Air yang
digunakan untuk HD harus d
iperlakukan menggunakan
reverse osmosis
dan atau
deionisasi untuk menghasilkan air sesuai dengan standar AAMI.
Hitung kuman dialisat
harus kurang dari 200/ml setelah inkubasi 48 jam (AAMI,1981).
H
itung kuman total
harus menggunakan pemeriksaan mikrobiolog
i konvensional (
pour plate, spread
plate
)
.
Alternatif lain adalah konsentrasi lipopolisakarida bakteri dalam air kurang dari
1 ng/ml atau 5 u
nit endotoksin yang diukur denga
n pemeriksaan Limulus amebocyte
lysate.

.
Apron
Apron yang terbuat dari karet atau plasti
k
merupakan penghalang tahan air
untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas
kesehatan
harus menggunakan apron di bawah gaun penutup ketika
melakukan perawatan
langsung pada pasi
en, membersihkan pasien atau melakukan prosedur dimana
ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.
7.
Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi k
aki dari cidera akibat benda taj
am atau benda
berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki
. Sepatu boot karet
atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan
tetapi harus
dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan
cairan tubuh
lain.
C.
Kebersihan dan disinfeksi lingkungan
Semua permukaan horizontal ditempat
dimana pelayanan yang disediakan
untuk pasien harus dibersihkan setiap hari dan bila terlihat kotor,
permukaan tersebut
juga harus dibersihkan bila pasien sudah kelua
r dan sebelum pasien baru masuk
(Depkes, 2008).
Untuk mencegah dan mengontrol perkembangb
iakan mikroorganisme,
pembersihan dan disinfeksi lingkungan luar di unit HD sangat
penting untuk dilakukan
(mesin HD, bed atau kursi HD
,
troli) dan permukaan peralatan lain yang sering di
sentuh oleh pasien dan staf harus dibersihkan sebelum dipakai
pasie
n berikutnya.
Di
lingkungan pelayanan hemodialisa, lingkungan akan
terkontaminasi dengan berbagai
macam pathogen dimana transmisi terbesar pathogen tersebut
melalui tangan tenaga
kesehatan. Lingkungan hemodialisa cenderung terkontaminasi
oleh “
blood borne
phatogen
” berupa HBV, HCV dan HIV dan agen infeksius lainnya seperti
methicillin
-
resistant Staphylococcus aureus
(MRSA),
vancomycin
-
resistant
Enterococci
(VRE) dan
Clostridium diffici
le
(Karkar, 2014).
Mik
roorganisme dapat bertahan hidup dengan
berbagai m
acam periode dari hari sampai dengan bul
an,
temperatur
yang rendah,
kelembaban yang tinggi merupakan media yang baik bagi
mikroorganisme untuk
berkembang biak.
Vi
rus dapat dinonaktifkan oleh alk
ohol 70
%
dan klorin 0.5%
.
Hal
-
hal penting mengenai pembersihan dan disinfeksi permukaan
lingkungan :
1.
Lingkungan yang digunakan oleh pasien harus dibersihkan dengan
teratur
2.
Hanya permukaan yang bersentuhan dengan kulit/mukosa pasien
dan permukaan
yang sering disentuh oleh petugas ke
sehatan yang memerlukan disinfeksi setelah
dibersihkan
3.
Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor
4.
Jangan melakukan disinfeksi fogging di ruang perawatan
5.
Bersihkan dan disinfeksi permukaan yang sering disentuh seperti
pegangan pintu,
bed rails, lig
ht switch
6.
Bersihkan dinding,
blinds
dan jendela, tirai di area perawatan pasien
7.
Petugas kesehatan harus menggunakan APD untuk melakukan
pembersihan dan
disinfeksi peralatan dan harus membersihkan tangan setelah APD
dilepas.
6
8.
Lakukan pembersihan dan disinfe
ksi untuk pengendalian lingkungan yang
terkontaminasi sesuai prosedur
9.
Larutan disinfeksi pada bagian permukaan yang terkena
tumpahan (catatan :
sodium hipoklorit dapat digunakan untuk disinfeksi, dengan
konsentrasi yang
dianjurkan berkisar dari 0,05% sampa
i 0,5%)
10.
Pa
s
tikan kepatuhan dari petugas kebersihan untuk pembersihan dan
disinfe
ksi
11.
Anjurkan keluarga
, pengunjung, pasien tentang kebersihan tangan untuk
meminim
alkan penyebaran mikroorganisme (Depkes, 20080).
Rekomendasi Pernefri
2006 t
erkait peralatan m
edis
/
non medis untuk tempat sampah
adalah :
1.
Tempat sampah medis untuk benda tajam
a.
Wadah harus tahan tusukan
b.
Jarum suntik bekas pakai, potongan kemasan obat yang tajam
(ampul) atau
sampah tajam lainnya di taruh di tempat sampah ini. Wadah
tidak boleh diisi
sampai penuh, maksimal sampai 2/3 bagian
c.
Bila sudah terisi cukup, pastikan wadah tertutup dengan aman,
taruh
ditempat khusus pengumpulan pengambilan sampah.
d.
Bila terdapat percikan darah pada permukaan tempat sampah,
segera
bersihkan dengan cairan klorin 0
,1%
2.
Tempat sampah medis untuk benda tidak tajam
a.
Wadah berupa kantong plastik
2 lapis yang dapat diikat kencang
b.
Kasa bekas, dialiser,
blood line
bekas pakai dibuang pada wadah ini.
c.
Blood line dibuang dalam keadaan klem tertutup agar sisa darah
tidak
bercece
ran.
3.
Tempat sampah non medis
Berfungsi untuk menampung sampah yang tidak tercemar darah
dan cairan
tubuh, seperti kertas, pembungkus kemasan dan lain
-
lain.
D.
Kebersihan dan desinfeksi permukaan luar mesin
Direkomendasikan untuk membersikan dan mendisinfeks
i lingkungan luar
/badan mesin HD setelah dipakai. Disinfektan level rendah dan
cairan desinfektan
yang sudah diregistrasi oleh EPA untuk pelayanan kesehatan
direkomendasikan untuk
dipakai pada bagian

bagian non kritikal (termasuk mesin HD) dan bisa juga
menggunakan disinfektan sesuai dengan perusahaan yang
memproduksi mesin
tersebut.
Ketika ada percikan atau tumpahan darah, maka disinfektan level
sedang
digunaka
n untuk melakukan disinfeksi (1:
100 cairan hipoklorite)
(Karkar, 2014).
Perhatian khusus dituj
ukan
pada bagian control mesin diali
sis, seperti “
dialysate
port”, “pressure tranducer arterial
-
vena”, “air detector”, “heparin pump”
dan “
blood
pump”
pada setiap kali prosedur HD selesai dilakukan
7
E.
Pembersihan dan Disifeksi bagian dalam mesin
Bagian
dalam mesin HD harus didisin
feksi setiap kali prosedur diali
sis selesai
(prosedur rutin meliputi
draining, disinfection, rinsing
) sesuai denga
n
proto
k
ol yang
dianjurkan oleh pabrik
. Bila
terjadi kebocoran darah pada sis
tem resirkulasi, dilakukan
prosedur r
utin disinfeksi dan pembilasan sebanyak 2 kali sebelum mesin
tersebut
dipakai kembali.
F.
Pembersihan dan Disifeksi peralatan tambahan
Peralatan tambahan yang digunakan di HD meliputi gelas ukur
atau ember yang
digunakan untuk mencampur bicarbonate. Alat
-
alat
tersebut harus dibersihkan dan
didisinfeksi sebelum digunakan untuk pasien berikutnya termasuk
ek
s
ternal pressure
tranducers
. Jika cairan bicarbonate dibuat dalam ember atau wadah lainnya,
sisa
cairan bicarbonate dan cairan bicarbonate yang terbuka selama
24 jam harus dibuang
karena hal tersebut akan menjadi media
yang baik untuk tumbuhnya kuman
(Karkar,
2014).
G.
Penanganan
a
lat
-
alat habis pakai dan reuse
APIC dan CDC merekomendasikan :
1.
Barang barang yang dipakai oleh pasien hanya digunakan untuk
pasien terse
but dan
dibuang setelah digunakan
2.
Barang
-
barang yang tidak terpakai dibersihkan dan dilakukan disinfeksi s
e
belum
ditempatkan diarea yang bersih atau akan digunakan untuk
pasien y
a
ng lain atau
dibuang jika tidak bisa dilakukan disinfeksi
3.
Barang
-
barang yang
tidak bisa dilakukan disinfeksi hanya digunakan untuk satu
pasien
Faktanya,
mengalokasikan manset untuk setiap pasien
sangat tidak praktis
.
Penggunaan manset tahan air yang bisa direuse bisa sebagai
alternatif.
H.
Water treatment
: Tes dan purity
Air yang digunakan unit HD dalam menjalankan proses HD harus
memenuhi
syarat
-
syarat tertentu antara lain bebas dari kuman dan kontaminan
atau minimal
mengandung konsentrasi terendah sesuai dengan standar yang
ditetapkan
.
Air yang
digunakan untuk HD harus d
iperlakukan menggunakan
reverse osmosis
dan atau
deionisasi untuk menghasilkan air sesuai dengan standar AAMI.
Hitung kuman dialisat
harus kurang dari 200/ml setelah inkubasi 48 jam (AAMI,1981).
H
itung kuman total
harus menggunakan pemeriksaan mikrobiolog
i konvensional (
pour plate, spread
plate
)
.
Alternatif lain adalah konsentrasi lipopolisakarida bakteri dalam
air kurang dari
1 ng/ml atau 5 u
nit endotoksin yang diukur denga
n pemeriksaan Limulus amebocyte
lysate.
Microor

Anda mungkin juga menyukai