Perangkat USG terdiri dari transducer, monitor, dan mesin USG. Transducer adalah
komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti
dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam
transducer terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang
disalurkan oleh transducer. Monitor merupakan perangkat yang digunakan untuk
menampilkan display hasil USG dan mengetahui arah dan gerakan jarum menuju
sasaran. Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah
data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG merupakan CPU dalam
teknologi USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti
pada CPU pada PC termasuk untuk mengubah gelombang hasil USG menjadi gambar.
Dalam pemeriksaan kandungan dengan USG, ada dua metode yang lazim ditempuh.
Pertama, metode transabdominal. Metode ini paling dikenal karena ditemukan lebih
dahulu. Dokter akan mengoleskan semacam jelly di perut lalu menggerakkan
transducer untuk memperoleh gambaran yang dikehendaki. Secara sederhana, jelly
berfungsi mempertinggi kemampuan mesin USG untuk mengantarkan gelombang
suara. Metode kedua adalah transvaginal. Pada metode ini, transducer dimasukkan ke
vagina. Dengan cara ini, gambar yang dihasilkan lebih jelas karena resolusi yang lebih
tinggi. Maklum, obyek yang diperiksa berada lebih dekat dengan transducer ketimbang
pada metode transabdominal. Sebagai catatan, metode transvaginal dijamin tidak
berefek negatif apa pun untuk wanita hamil dan janin yang dikandungnya. Prosedur
pemeriksaan dengan metode ini memakan waktu sekitar 15 menit. Selama pemeriksaan,
pasien dapat menyaksikan gambar-gambar bayinya melalui monitor.
Pemeriksaan USG tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali
tidak akan memperburuk penyakit penderita. USG juga tidak berbahaya bagi janin
karena USG tidak mengeluarkan radiasi gelombang suara yang bisa berpengaruh buruk
pada otak si jabang bayi. Hal ini berbeda dengan penggunaan sinar rontgen. USG baru
berakibat negatif jika telah dilakukan sebanyak 400 kali. Dampak yang timbul dari
penggunaan USG hanya efek panas yang tak berbahaya bagi ibu maupun bayinya.
Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya,
sehingga saat ini USG mempunyai peranan penting untuk menentukan kelainan
berbagai organ tubuh. Jadi, jelas bahwa dalam penggunaan USG untuk menegakkan
diagnosa medis tidak memiliki kontra indikasi atau efek samping terhadap pasien.
Ada beberapa prosedur yang perlu diperhatikan dalam penggunaan USG, yaitu lebih
kepada persiapan pasien, walaupun sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus.
Walaupun demikian pada penderita obstivasi, sebaiknya semalam sebelumnya
diberikan laksansia. Untuk pemeriksaan alat- alat rongga di perut bagian atas, sebaiknya
dilakukan dalam keadaan puasa dan pagi hari dilarang makan dan minum yang dapat
menimbulkan gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang diperiksa.
Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurang-kurangnya 6 jam
sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang maksimal. Untuk pemeriksaan
kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus penuh. Pasien akan diminta untuk
menurunkan celana/rok hingga pangkal paha. Setelah itu gel dingin, sebagai konduktor
gelombang suara akan dioleskan di atas perut pasien. Sonografer akan menggunakan
suatu alat untuk menghasilkan gelombang suara ke dalam rahim. Alat tersebut
digerakan perlahan di atas perut pasien. Gelombang suara dipantulkan oleh tulang dan
jaringan tubuh kembali ke alat pemindai sebagai sinyal listrik untuk mengghasilkan
citra berwarna hitam dan putih dari si janin. Biasaanya pada kehamilan trimester 1,
dianjurkan agar pasien tidak buang air kecil dulu atau banyak minum agar dapat melihat
rahim dan janin dengan lebih baik.
Setelah dilakukan proses USG, akan diperoleh hasil berupa print out USG. Pada hasil
USG, selain gambar janin, terdapat tabel-tabel atau angka-angka yang diukur dari
pengukuran dokter terhadap tungkai lengan, kaki, dan diameter kepala. Itu semua bisa
menghasilkan rumus yang menunjukkan berat janin. Namun hanya dokter yang bisa
membacanya. Adapun istilah umum yang biasa diketahui, yaitu :
1. LMP (last menstrual period): hari pertama haid terakhir.
2. EDD (LMP): taksiran persalinan berdasarkan tanggalan menstruasi.
3. GA (Gestational Age). Ini menunjukkan perkiraan umur kehamilan, berdasarkan
panjang tungkai lengan, tungkai kaki ataupun diameter kepala. Jika salah satu
dari GA di foto USG menunjukkan besaran yang tidak normal, dokter langsung
bisa mendeteksinya sebagai kelainan. Terutama GA di bagian kepala
Dalam print out hasil USG juga terdapat kolom Fetal Biometry, dari kolom ini dapat
dibaca informasi-informasi sebagai berikut :
1. BPD: Biparietal diameter. Ini adalah ukuran tulang pelipis kiri dan kanan. Biasa
digunakan untuk mengukur janin di trimester dua atau tiga.
2. HC: Head Circumferencial atau lingkaran kepala
3. AC: Abdominal Circumferencial. Ukuran lingkaran perut bayi. Jika
dikombinasikan dengan BPD akan menghasilkan perkiraan berat bayi.
4. FL: Femur Length. Merupakan ukuran panjang tulang paha bayi.
5. FW: Fetal weight atau berat janin
Biasanya, yang diperiksa saat USG adalah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
kehamilan, yaitu :
1. Konfirmasi kehamilan. Embrio dalam kantung kehamilan dapat dilihat pada
awal kehamilan 5 ½ minggu, kemudian detak jantung janin biasanya diketahui
dalam usia tujuh minggu.
2. Mengetahui usia kehamilan
3. Menilai pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam kandungan.
4. Masalah dengan plasenta. USG bisa menilai dan mengetahui kondisi plasenta,
apakah ada masalah misalnya seperti plasenta previa.
5. Kehamilan kembar. Dengan pemeriksaan USG bisa mengetahui apakah ada satu
atau lebih fetus di rahim.
6. Mengukur cairan ketuban. Jumlah cairan ketuban dapat dinilai dengan USG,
sehingga jika terjadi masalah ketika kandungan kelebihan cairan ketuban atau
terlalu sedikit.
7. Kelainan letak janin. Tidak saja kelainan janin dalam rahim, tetapi bisa juga
mengetahui kelainan yang bisa diketahui dengan USG, seperti ; hydrocefalus,
kelainan jantung, down syndrome.
8. Mengetahui jenis kelamin bayi.
Penggunaan USG tidak hanya untuk masalah kandungan dan kebidanan, tapi juga dapat
memberikan kemudahan dalam memberikan pelayanan kesehatan, yaitu dapat dengan
mudah dan murah mendeteksi sesuatu. Diantaranya adalah : USG mampu menemukan
dan menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis, dapat membedakan kista
dengan massa yang solid, dapat mempelajari pergerakan organ ( jantung, aorta, vena
kafa), maupun pergerakan janin dan jantungnya. USG dapat digunakan untuk
pengukuran dan penetuan volum, pengukuran aneurisma arterial, fetalsefalometri,
menentukan kedalaman dan letak suatu massa untuk bioksi. USG juga dapat
menentukan volum massa ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal,
kandung empedu, ovarium, uterus, dan lain-lain). Dari hasil diagnosis seperti ini, dapat
ditentukan bagaimana tindakan medis selanjuntnya, contohnya adalah menentukan
perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor dan posisinya, dosis
radioterapi dapat dihitung dengan cepat.
USG 4 DIMENSI
USG 4 DIMENSI adalah alat yang bisa mendeteksi janin dengan akurat terpercaya,
bukan lagi hanya KATANYA DOKTER tapi SI IBU keluarga bisa melihat sendiri
bayinya di dalam kandungan.
Fungsi USG 4 Dimensi :
o Melihat aktivitas bayi di dalam kandungan (sedang nguap/mengantuk,
tidur/melamun, senyum, mengisap jari bahkan menjulurkan lidahnya), dan
pergerakan bayi menyerupai film.
o Deteksi dini kemungkinan adanya kelainan secara fisik (bibir sumbing,
hydrocephallus, jari-jari tangan/kaki tidak lengkap, dsb)
o Bayi letak sungsang atau melintang, lilitan tali pusat, letak plasenta untuk
memprediksi bayi lahir normal atau harus operasi.
Gelombang atau radiasi USG 4 Dimensi tidak menimbulkan resiko apapun pada
janin, beda dengan USG lainnya.
Bentukan lain dari foto rontgen adalah fluoroskopi. Fluoroskopi adalah cara
pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus sinar Roentgen dan suatu tabir yang
bersifat fluo resensi bila terkena sinar tersebut. Fluoroskopi terutama diperlukan untuk
menyelidiki pergerakan suatu organ/sistem tubuh seperti dinamika alat-alat peredaran
darah, misalnya jantung dan pembuluh darah besar; serta pernapasan berupa pergerakan
diafragma dan aerasi paru-paru. Karena pada fluoroskopi, baik penderita maupun
pemeriksa mungkin terpapar sinar Roentgen sehingga dapat menyebabkan bahaya
radiasi, maka perlu diperhatikan beberapa petunjuk agar bahaya sinar dibatasi pada
tingkat minimum yang masih praktis. Output alat Roentgen harus diukur secara berkala
dan tidak boleh melebihi 10 Rad per menit disebelah atas meja pemeriksaan (anonime,
2010).
Efek Rontgen
Sering sekali pasien yang akan menjalani pemeriksaan rontgen
mempertanyakan bahaya atau akibat / efek samping dari pemeriksaan rontgen. Wajar
saja, karena pemeriksaan rontgen menggunakan radiasi sebagai sumber energi untuk
mendapatkan gambaran foto yang diinginkan. Dan sudah menjadi pengetahuan umum
kalau radiasi berbahaya. Apalagi setelah tragedi FUKUSHIMA di Jepang, pemberitaan
bahaya radiasi dari PLTN yang bocor cukup gencar.
Sinar – x yang digunakan dalam pemeriksaan rontgen adalah salah satu
gelombang elektromagnetik buatan yang mempunyai panjang gelombang yang sangat
pendek sehingga memiliki daya tembus yang tinggi terhadap material yang dilaluinya.
Salah satu sifat dari sinar – x adalah dapat menyebabkan kerusakan sel ( efek biologi ).
Efek biologis dimulai dengan ionisasi atom. Mekanisme dengan mana
radiasi menyebabkan kerusakan pada jaringan manusia, atau materi lainnya,
adalah dengan ionisasi atom dalam materi. Ionisasi radiasi diserap oleh jaringan
manusia memiliki energi yang cukup untuk menghilangkan elektron dari atom-atom
yang membentuk molekul dari jaringan. Ketika elektron yang bersama oleh dua atom
untuk membentuk ikatan molekul copot oleh radiasi pengion, ikatan itu pecah dan
dengan demikian, molekul yang berantakan. Ini adalah model dasar untuk memahami
kerusakan radiasi. Ketika radiasi pengion berinteraksi dengan sel, hal itu mungkin atau
tidak bisa menyerang bagian penting dari sel. Kami menganggap kromosom untuk
menjadi bagian paling penting dari sel karena mengandung informasi genetik dan
instruksi yang dibutuhkan untuk sel untuk melakukan fungsinya dan untuk membuat
salinan dari dirinya sendiri untuk tujuan reproduksi. Juga, ada mekanisme perbaikan
sangat efektif di tempat kerja yang terus-menerus memperbaiki kerusakan sel –
termasuk kerusakan kromosom.
Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
Foto rontgen dapat menghasilkan gmbaran tentang anatomi tubuh pasien tetapi
hanya dalam bentuk 2 dimensi saja.
Penggunaan foto rontgen menggunakan prinsip dari sifat-sifat sinar-x yaitu dapat
menembus benda-benda lunak, dan tidak terbelokkan oleh medan magnet maupun
medan listrik.
Foto rontgen modern dapat mengetahui anatomi lebih detile secara 3 dimensi dan 4
dimensi mengguanakn metode CT scan dan fluoroskopi.
CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)
Pemeriksaan CTG:
- Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
- Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
- Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun
bayi.
- Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan
pertolongan yang sesuai.
- Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
Mekanisme pengaturan DJJ : (normal 120-160dpm)
- SSSimpatis, yang bekerja pada miokardium, dmn dengan obat (beta adrenergik) akn
merang/ meningkatkan kekuatan otot jantung, frek & curah jantung.
- SSParaS, sebagian besar dipeng o/ N.Vagus yang b’asal dr batang otak. Bekerja pd
nodul SA dan AV serta neuron. Rang/ Nvagus (ex asetilkolin) akan menurunkan
kerja jantung, frek & curah jantung, sedangkan hambatan pd Nvagus (ex atropin)
akn meningkatkan kerja, frek & curah jantung.
- Baroreseptor, letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi
pd daerah tersebut, maka reseptor-reseptornya akan merang/ nvagus untuk
menurunkan kerja, frek dan cjantung
- Kemoreseptor yang terletak di aorta dan badan karotid (bagian perifer) serta di
batang otak (sentral), dimana berf/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pd darah
dan cairan otak. Pd saat O2 turun dan CO2 naik, maka reseptor sentral akn
mengakibatkan takhikardi sehingga aliran darah bnyk dan O2 meningkat pd darah
& cairan otak
- SSPusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pd keadaan tidur dimana aktivitas
otak tidak ada, maka variabilitas menurun.
- St hormonal, pd keadaan stress (asfiksia) maka adrenal mengeluarkna epi&norepi
untuk meningkatkan kerja, frek dan cjantung.
- Karakterisitik DJJ :
- Basa fetal hearth rate, yakni baseline dan variabilitas disaat tidak ada gerakan dan
kontraksi ut.
- Reactivity, merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan kontraksi.
Baseline Rate
Normal 120-160dpm, ada juga yang membuat 120-150 dpm. Takhikardi jika djj >
160dpm, dan bradikardi jika djj < 120dpm.
Takhikardi dapat terjadi pada keadaan : (Hipoksia janin (ringan / kronik), Kehamilan
preterm (<30 minggu), Infeksi ibu atau janin, Ibu febris atau gelisah, Ibu hipertiroid,
Takhiaritmia janin, Obat-obatan (mis. Atropin, Betamimetik.).
Variabilitas DJJ
suatu gbrn osilasi yg tdk teratur yg tampak pd rekaman djj, dan merupakan hasil dr
interaksi antara s.simpatis (kardioakselerator) dg s.para (kardiodeselerator). pd keadaan
hipoksia variabilitas akan menurun sampai menghilang. Dibedakan atas dua :
variabilitas jangkla pendek dan jangka panjang. Jangka panjang dibedakan lagi : normal
(6-25dpm), berkurang (2-5dpm), menghilang (<2dpm) dan saltatory (>25dpm).
Laparoskopi adalah suatu instrumen untuk melihat rongga peritoneum. Struktur rongga
pelvik dan dapat juga dipakai untuk tindakan operatif. Sejak pertama kali dicatat
melihat rongga abdomen dengan alat optic dengan dilakukannya incisi kuldotomi pada
tahun 1901, konsep visualisasi rongga pelvis baik untuk prosedur diagnostik maupun
operatif mengalami perkembangan yang pesat.
Kelling (1901) merupakan orang yang pertama sekali menggunakan alat Sistoskopi
Nitze yang telah ia kembangkan untuk memeriksa organ dalam rongga abdomen.
Selanjutnya Kelling mendemonstrasikan pada hewan percobaan dengan melakukan
pneumoperitoneum. Pada waktu itu alat tersebut disebut dengan Celioskopi. Pada saat
itu metode Kelling ini hanya sedikit mendapat perhatian, tetapi kemudian Swede
Jakobaeus (1910) mengembangkan kembali ide Kelling ini dan kemudian
memperkenalkan suatu teknik baru yang dapat melihat rongga peritoneum dengan alat
optic yang disebut Laparoskopi.
Endoskopi ginekologi di Indonesia mulai berkembang mulaik sekitar tahun 1990-an,
sedangkan di dunia internasional dimulai pada tahun 1970-an. Di Indonesia sekarang
sudah mulai pesat perkembangannya terutama di pusat-pusat kota, seperti Jakarta,
Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, dan Yogyakarta. Apalagi telah terbentuk
Indonesian Gynecologic Endoscopy Society (IGES), dan Satgas Endoskopi
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Bedah laparoskopi adalah semua tindakan bedah yang tidak membutuhkan sayatan
lebar dalam melakukan eksplorasinya, tetapi memerlukan alat bantu kamera, monitor
dan instrumen-instrumen khusus melakukan pembedahan melalui layar monitor tanpa
melihat dan menyentuh anggota badan pasien. Bedah laparoskopi merupakan metode
baru yang lebih nyaman untuk pasien yaitu bedah invasif minimal. Sejak pertama kali
diperkenalkan teknik pembedahan ini memperlihatkan keunggulannya dibanding bedah
konvensional sehingga berkembang pesat hingga saat ini.
Sejarah Laparoskopi
Membahas bedah laparoskopi tentunya tidak lengkap tanpa mengetahui sejarah
berkembangnya laparoskopi. Keinginan untuk melihat ke dalam rongga perut telah
dimulai sejak awal abad ke-20. Lalu teknik ini semakin berkembang sejalan dengan
berkembangnya instrumen-instrumen seperti teleskop, jarum khusus, gunting, pinset
yang memungkinkan untuk intervensi dan melihat rongga perut dengan jelas.