3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang
diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di
dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC
CARA USG MERUBAH GELOMBANG MENJADI GAMBAR
Manfaat USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan
USG
(ultrasonografi)
adalah
salah
satu
metode
skrining
untukmemeriksa kehamilan yang dianggap aman, non-invasif, akurat dan efektif. USG
kehamilan antara lain bermanfaat sebagai berikut:
1. Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan.
Dengan pemindaian USG, embrio dapat diamati dan diukur pada usia lima
setengah minggu. Bila terjadi perdarahan pada trimester pertama , USG sangat
diperlukan untuk diagnosis awal kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim) dan
kehamilan molar/anggur (kehamilan yang disertai tumor).
2. Melihat posisi dan kondisi plasenta.
Plasenta yang menghalangi jalan lahir (plasenta previa ) dapat menyulitkan
proses kelahiran bayi. Plasenta yang memiliki kelainan dalam kondisi seperti
diabetes dan hidrops janin (cairan berlebihan di dua atau lebih bagian tubuh seperti
toraks, abdomen atau kulit yang biasanya terkait dengan penebalan plasenta) juga
bisa dilihat melalui USG.
3. Memeriksa denyut jantung janin.
Denyut jantung janin bisa dilihat dan dideteksi pada umur kehamilan 6 minggu
dan menjadi jelas pada 7 minggu. Jika denyut jantung teramati, kemungkinan
kehamilan berlanjut adalah lebih dari 95 persen. Denyut jantung janin cenderung
bervariasi mengikuti usia kehamilan. Denyut jantung pada 6 minggu adalah sekitar
90-110 denyut per menit (dpm) dan pada 9 minggu menjadi 140-170 dpm. Pada usia
5-8 minggu, bradikardia (denyut kurang dari 90 dpm) seringkali berkaitan dengan
risiko tinggi keguguran.
4. Mengetahui bila Anda memiliki lebih dari satu bayi (kembar).
Kehamilan
kembar
meningkatkan
risiko
hambatan
pertumbuhan
janin,
dan ujung kepala janin. Pengukuran CRL dilakukan pada janin berusia 7-12
minggu
dan
memberikan
perkiraan
yang
sangat
akurat
mengenai
usia
kehamilan. Setelah usia kehamilan 12 minggu, CRL tidak lagi akurat mengukur
usia janin, sehingga pengukuran lain diperlukan.
Biparietal Diameter (BPD). Diameter antara 2 sisi kepala, yang diukur setelah
bayi berusia di atas 12 minggu. Diameter kepala bayi meningkat dari sekitar 2,4
cm di usia 13 minggu menjadi sekitar 9,5 cm pada saat kelahiran. Dua bayi
dengan berat yang sama dapat memiliki ukuran kepala berbeda sehingga BPD di
tahap akhir kehamilan umumnya dianggap tidak dapat diandalkan.
Femur Length (FL). Mengukur panjang tulang paha yang mencerminkan
pengukuran
yang
paling
penting
pada
akhir
kehamilan, namun
lebih
sebelum bayi Anda lahir. USG dapat menunjukkan beberapa masalah perkembangan
bayi, tetapi tidak semua. Beberapa masalah bayi mungkin baru berkembang setelah
20 minggu dan beberapa mungkin tidak terlihat melalui USG. Inilah sebabnya, pada
sejumlah kecil kasus, bayi lahir dengan masalah meskipun tidak ada masalah yang
terlihat selama pemindaian. Mengetahui masalah sebelum kelahiran dapat membantu
Anda mempersiapkan diri dan menyusun rencana perawatan setelah bayi lahir. Bayi
Anda mungkin perlu dilahirkan di rumah sakit berbeda yang menyediakan staf dan
fasilitas khusus yang diperlukan bayi Anda.
6. Memeriksa jumlah cairan ketuban.
Jumlah cairan ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat dengan jelas
digambarkan oleh USG. Kedua kondisi ini dapat berdampak merugikan pada janin:
Persiapan Pemeriksaan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan USG adalah :
a. Pencegahan infeksi
b. Persiapan alat
c. Persiapan pasien
d. Persiapan pemeriksa
a. Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan
darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat
mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV/AIDS telah menjadikan pencegahan infeksi
kembali menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana
infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada waktu
pemeriiksaan USG transvaginal karena terjadi kontak dengan cairan tubuh dan mukosa
vagina. Risiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan.
1) Risiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi
menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai
memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan dipergunakan
sekali pakai dibuang.
2) Risiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan kontak
dengan mukosa yang intak, misalnya USG transvaginal; peralatan yang dipakai
minimal memerlukan desinfeksi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
3) Risiko penularan ringan terjadi pada pemeriksaan kontak langsung dengan kulit intak,
misalnya USG transabdominal; peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan
alkohol 70% (sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak,
fungisidal, dan tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air.
1) Semua jeli yang terdapat pada transduser harus selalu dibersihkan, bisa memakai
kain halus atau kertas tissue halus.
2) Semua peralatan yang terkontaminasi atau mengandung kotoran harus dibersihkan
dengan sabun dan air. Perhatikan petunjuk pabrik tentang tatacara membersihkan
peralatan USG.
3) Transduser kemudian dibersihkan dengan alkohol 70% atau direndam selama dua
menit dalam larutan yang mengandung sodium hypochlorite (kadar 500 ppm10 dan
diganti setiap hari), kemudian dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan.
4) Transduser harus diberi pelapis sebelum dipakai untuk pemeriksaan USG
transvaginal, bisa memakai sarung tangan karet, atau kondom.
5) Pemeriksa harus memakai sarung tangan sekali pakai (tidak steril) pada tangan
yang akan membuka labia sebelum transduser vagina dimasukkan. Perhatikan jangan
sampai sarung tangan tersebut mengotori peralatan USG dan tempat pemeriksaan.
6) Setelah melakukan pemeriksaan, kondom atau sarung tangan harus dimasukkan
pada tempat khusus untuk mencegah penyebaran infeksi, dan kemudian pemeriksa
mencuci tangan
7) Pada pemeriksaan USG invasif, misalnya ovum pick-up persiapan yang dilakukan
sama seperti akan melakukan tindakan operasi, misalnya peralatan yang dipakai harus
steril, operator mencuci tangan dengan larutan mengandung khlorheksidine 3%,
memakai sarung tangan dan masker, serta memakai kacamata. Kulit dibersihkan
dengan memakai etil alkohol 70%, isopropil alkohol 60%, khlorheksidin alkohol, atau
povidone iodine. Transduser dibersihkan dan dilakukan desinfeksi, kemudian
dibungkus dengan plastik khusus yang steril. Membran mukosa vagina dibersihkan
dengan larutan yang mengandung khlorheksidin 0,015% ditambah larutan cetrimide
0,15%
b. Persiapan alat
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik. Mesin USG
diletakkan disebelah kanan tempat tidur pasien, bila pemeriksa bertangan kiri, maka mesin
diletakkan disisi kiri pasien. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan
oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya
diletakkan di dekat mesin USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat
ketidaktahuan operator USG. Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan
yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang
stabilisator tegangan listrik dan UPS (uninterrupted power supply). Setiap kali selesai
melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan hatihati, terutama pada
transduser (penjejak) yang mudah rusak .Bersihkan transduser dengan memakai kain yang
lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat
diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin USG). Selanjutnya taruh kembali transduser pada
tempatnya, rapikan dan bersihkan kabelkabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah
semua rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah
mesin USG dari siraman air atau zat kimia lainnya. Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan
seseorang sebagai penanggung jawab pemeliharaan alat tersebut.
c. Persiapan pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh informasi yang
cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus
diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi
pasien), akurasi ketepatan diagnostik, perlu tidaknya pemeriksaan USG 3D, dan berapa biaya
pemeriksaan. Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar
telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali apakah ia seorang
nona atau nyonya, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang baru pada setiap
pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua buah, hal ini penting
untuk mencegah penyebaran infeksi. Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa
USG bukanlah suatu alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini
untuk menghindarkan kesalahan harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh
Kok sudah dikomputer masih juga tidak dikatahui adanya cacat bawaan janin atau ada kista
indung telur ? USG hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang kedokteran.
Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya agar diagnosis kelainan dapat diketahui
lebih tepat dan cepat.
d. Persiapan pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan USG, apa
indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya pasien
dengan kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona,
terutama bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Selanjutnya cocokkan identitas
pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang ada; kemudian berikan penjelasan dan
ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik yang akan dilakukan. Persetujuan tindak medik
yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah bersifat persetujuan lisan, kecuali
untuk tindakan yang bersifat invasif misalnya kordosintesis atau amniosintesis. Dimasa
mendatang tampaknya pemeriksaan USG transvaginal memerlukan persetujuan tertulis dari
pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit berbahaya
seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat semakin banyaknya seks bebas.
Setiap mesin mempunyai konfigurasi tampilan tombol-tombol yang berbeda, sehingga setiap
pemeriksa harus menyesuaikan dengan peralatan yang dipakainya serta mengenali semua
lokasi dan fungsi tombol-tombol yang tersedia. Transduser dipegang oleh tangan yang terdekat
dengan tubuh pasien, hal ini untuk mencegah terjatuhnya transduser tersebut. Sebaiknya
pemeriksa duduk dikursi ergonomis yang dapat bergerak, berputar, dan dapat diatur
ketinggiannya agar posisi tangan sama tinggi dengan dinding perut pasien (pemeriksaan USG
transabdominal) atau duduk di depan perineum pada saat melakukan pemeriksaan USG
transvaginal. Mesin USG harus dapat dijangkau oleh tangan kiri pemeriksa agar pemeriksaan
tersebut dapat optimal dan tidak membuat lekas lelah. Pemeriksa juga harus berlatih dengan
baik agar dapat merasakan bahwa transduser tersebut merupakan kepanjangan dan bagian
dari tangannya (terutama transduser transvaginal) sehingga adanya tahanan, konsistensi masa,
atau perlekatan dapat dirasakan. Jangan memegang transduser terlalu kaku dan kuat karena
akan menimbulkan cedera pada lengan dan bahu. Pemeriksa juga harus mengetahui program
pencegahan infeksi universal.
Selain itu, pemeriksa diharapkan selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-literatur mengenai USG, mengikuti
pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya
mengenai kemajuan USG mutakhir (continuing professional development / CPD). Kemampuan
diagnostik seorang sonografer dan sonologist sangat ditentukan oleh pengetahuan,
pengalaman dan latihan yang dilakukannya.
Teknik Pemeriksaan
Secara garis besar, ada empat gerakan dasar transduser pada pemeriksaan USG
transabdominal, yaitu bergeser (sliding), berputar (rotating), membentuk sudut (angling),
dan ditekan (dipping).
Pada gambar dibawah ini ditampilkan contoh pengukuran uterus pada pemeriksaan
USG transabdominal, perhatikan kandung kemih yang cukup terisi sehingga batas
anterior dan superior uterus tampak jelas. Pengukuran dilakukan dari batas luar uterus
pada penampang longitudinal dan anteroposterior. Pemeriksa jangan terlalu menekan
transduser karena hal tersebut membuat pasien tidak nyaman (timbul rasa ingin
2. Transvaginal,
Pemeriksaan USG transvaginal berbeda dengan transabdominal, perlu penyesuaian
mesin dan operator, terutama pengenalan organ genitalia interna dan kehamilan
trimester pertama, serta terbatasnya ruang untuk melakukan gerak transduser. Kenali
aspek teknik dari transduser, cara-cara melakukan pemeriksaan dan faktor keamanan
pemeriksaan. USG transvaginal memberikan informasi yang lebih akurat dan rinci dari
organ atau jeringan di rongga pelvis dibandingan periksa dalam dan USG
transabdominal (Baba K, 2005). Sebelum melakukan pemeriksaan, tanyakan apakah ia
seorang nona atau nyonya. Bila statusnya masih nona tetapi sudah tidak gadis lagi, dan
memang perlu dilakukan pemeriksaan transvaginal, mintakan ijin tertulis (informed
consent) dari pasien tersebut dan pada waktu pemeriksaan harus disertai seorang saksi
(seorang paramedis). Perhatikan apakah tombol pemindah jenis transduser sudah
menunjukkan bahwa transduser yang dipakai adalah vaginal, petunjuk arah kiri dan
kanan sudah benar, serta apakah pasien sudah mengosongkan kandung kencingnya.
Posisi pasien dapat lithotomi (lebih baik) atau tidur dengan kaki ditekuk dan pada bagian
bokong ditaruh bantal agar mudah untuk memasukkan dan memanipulasi posisi
transduser. Taruh sedikit jelly pada permukaan transduser. Pasangkan kondom baru
pada transduser (perlihatkan pada pasien), kemudian taruh jelly secukupnya pada
permukaan kondom dan selanjutnya masukkan transduser ke dalam vagina secara
perlahan-lahan dan gentle sesuai dengan sumbu vagina. Jangan melakukan
penekanan tiba-tiba dan keras karena dapat membuat pasien kesakitan atau merasa
tidak nyaman. Pemeriksaan USG transvaginal lebih sulit dibandingkan transabdominal,
sehingga pendekatan yang dipakai adalah orientasi terhadap letak dan posisi normal
organ genitalia (organ oriented). Gerakan dasar transduser vaginal adalah maju-mundur
(sliding), berputar (rotating), dan bergeser ke kiri atau kanan (panning).
Selain itu, orientasi pemeriksaan pada tampilan layar monitor perlu juga diketahui dan dibuat
standarisasinya. Pada potongan longitudinal, bagian depan (sisi perut) akan tampak pada sisi
kanan layar monitor sedangkan bagian punggung (posterior) akan tampak pada sisi kiri layar
monitor (Gambar 30 dan 31). Pada potongan transversal, sisi kanan pasien akan tampak pada
sisi kanan layar monitor dan sebaliknya. Potongan transversal diperoleh dengan memutar
transduser dari jam 12 ke arah jam 9 atau jam 3.
Cari uterus sebagai petunjuk, kemudian cari kandung kemih. Uterus akan tampak di garis
tengah (median) seperti gambaran buah alpukat yang memanjang dengan endometrium
dibagian tengahnya. Bila fundus uteri mendekati kandung kemih, maka uterus tersebut dalam
posisi antefleksi, bila menjauhi, maka posisi uterus adalah retrofleksi. Setelah pemeriksaan
selesai, lepaskan kondom secara hati-hati dengan memakai sarung tangan tidak sterill atau
kertas tissue, kemudian lakukan dekontaminasi kondom tersebut dengan larutan klorin 0,5%.
Lakukan pengukuran uterus dalam tiga bidang, yaitu longitudinal (L), transversal (T) dan anteroposterior (AP). Dalam bidang longitudinal diukur panjang longitudinal uterus dari ostium uteri
eksternum (OUE) hingga fundus uteri melalui pertengahan uterus. Garis pengukuran melalui
kanalis servikalis hingga kavum uteri. Bila bentuk uterus terlalu melengkung, maka pengukuran
panjang longitudinal dilakukan dalam dua tahap dan hasilnya dijumlahkan Sedangkan pada
bidang transversal diukur diameter transversal uterus dari sisi lateral ke sisi lateral bagian luar
setinggi korpus uteri pada bagian yang terbesar
Selanjutnya lakukan evaluasi keadaan endometrium (Gambar 35 38). Dalam keadaan normal,
gambaran ekhogenitas dan ketebalan endometrium sesuai dengan fase haid. Misalnya pada
masa menstruasi, endometrium akan tampak irregular, tipis dan di kavum uteri berisi cairan dan
bekuan darah. Pada masa proliferasi tampak hipoekoik, tebalnya antara 4 8 mm; pada masa
periovulasi tebalnya antara 8 12 mm dengan gambaran seperti cincin atau tiga garis (triple
lines). Tanda adanya ovulasi adalah kolapsnya dinding folikel dan ada sedikit cairan bebas di
kavum Douglas. Sedangkan pada masa sekresi, endometrium akan tampak hiperekhoik karena
banyak mengandung glikogen, batas tegas, dengan tebal 10-12 mm. Bukti lain yang dapat
ditemukan pada fase sekresi adalah adanya korpus luteum, tampak sebagai struktur kistik berisi
echo binternal tidak homogen, dinding tipis dan irregular.
Endometrium fase proliferasi awal dan Endometrium periovulasi.dengan gambaran triple lines (12 mm)
Endometrium fase sekresi (13,5 mm) , tampak korpus luteum (CL) berukuran 31 x
22 mm
3. Transperineal / translabial,
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya seorang nona atau
seorang wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau
transrektal. Dianjurkan kandung kencing pasien cukup terisi, hal ini untuk memudahkan
pemeriksaan dan sebagai petujuk anatomis. Penjejak dilapisi kondom dan diberi jeli,
kemudian diletakkan di daerah perineum, penjejak digerakkan ke atas dan ke bawah
untuk mencari gambaran organ genitalia. Cara ini memang tidak dapat memberikan
gambaran organ genitalia sebaik pemeriksaan USG transvaginal atau transrektal.
4. Transrektal
Pemeriksaan USG transrektal hampir sama dengan pemeriksaan transvaginal.
Perbedaannya terletak pada bantuk dan ukuran diameter penjejak dan posisi
pemeriksaan yang kurang lazim bagi wanita Indonesia. Setelah pasien dalam posisi
lithotomi atau posisi tidur dengan kaki ditekuk dan bagian pantat diganjal dengan bantal
khusus, transduser yang telah dibungkus dua lapis kondom dan dibubuhi jelly
dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam rektum. Lakukan identifikasi uterus
sebagai petunjuk organ genitalia interna, setelah itu identifikasi vesika urinaria kemudian
evaluasi seluruh organ genitalia interna dan rongga pelvik. Manipulasi atau pergerakan
transduser per rektal sangat terbatas dan sering menimbulkan rasa tidak nyaman.
Jelaskan secara seksama sebelum melakukan pemeriksaan USG transrektal. Setelah
selesai
pemeriksaan,
lepaskan
kondom
secara
hati-hati,
kemudian
lakukan
Amniosentesis