Anda di halaman 1dari 14

Resume USG

Oleh : Dyta Loverita (LOR)


Pendahuluan
USG adalah suatu alat dalam dunia kedokteran yang memanfaatkan
gelombang ultrasonik, yaitu gelombang suara yang memiliki frekuensi yang tinggi
(250 kHz - 2000 kHz) yang kemudian hasilnya ditampilkan dalam layar monitor Pada
awalnya penemuan alat USG diawali dengan penemuan gelombang ultrasonik
kemudian bertahun-tahun setelah itu, tepatnya sekitar tahun 1920-an, prinsip kerja
gelombang ultrasonik mulai diterapkan dalam bidang kedokteran. Penggunaan
ultrasonik dalam bidang kedokteran ini pertama kali diaplikasikan untuk kepentingan
terapi bukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Teknologi transduser digital sekira tahun 1990-an memungkinkan sinyal
gelombang ultrasonik yang diterima menghasilkan tampilan gambar suatu jaringan
tubuh dengan lebih jelas. Penemuan komputer pada pertengahan 1990 jelas sangat
membantu teknologi ini. Gelombang ultrasonik akan melalui proses sebagai berikut,
pertama, gelombang akan diterima transduser. Kemudian gelombang tersebut
diproses sedemikian rupa dalam komputer sehingga bentuk tampilan gambar akan
terlihat pada layar monitor. Transduser yang digunakan terdiri dari transduser
penghasil gambar dua dimensi atau tiga dimens i
Peralatan Yang Digunakan
1. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan
diperiksa, seperti dinding perut atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan
prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap
pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima
masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal
disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik
yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk
gambar.
2.Monitor yang digunakan dalam USG

3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang
diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG adalah CPUnya USG sehingga di
dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC
CARA USG MERUBAH GELOMBANG MENJADI GAMBAR
Manfaat USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan

USG

(ultrasonografi)

adalah

salah

satu

metode

skrining

untukmemeriksa kehamilan yang dianggap aman, non-invasif, akurat dan efektif. USG
kehamilan antara lain bermanfaat sebagai berikut:
1. Diagnosis dan konfirmasi awal kehamilan.
Dengan pemindaian USG, embrio dapat diamati dan diukur pada usia lima
setengah minggu. Bila terjadi perdarahan pada trimester pertama , USG sangat
diperlukan untuk diagnosis awal kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim) dan
kehamilan molar/anggur (kehamilan yang disertai tumor).
2. Melihat posisi dan kondisi plasenta.
Plasenta yang menghalangi jalan lahir (plasenta previa ) dapat menyulitkan
proses kelahiran bayi. Plasenta yang memiliki kelainan dalam kondisi seperti
diabetes dan hidrops janin (cairan berlebihan di dua atau lebih bagian tubuh seperti
toraks, abdomen atau kulit yang biasanya terkait dengan penebalan plasenta) juga
bisa dilihat melalui USG.
3. Memeriksa denyut jantung janin.
Denyut jantung janin bisa dilihat dan dideteksi pada umur kehamilan 6 minggu
dan menjadi jelas pada 7 minggu. Jika denyut jantung teramati, kemungkinan
kehamilan berlanjut adalah lebih dari 95 persen. Denyut jantung janin cenderung
bervariasi mengikuti usia kehamilan. Denyut jantung pada 6 minggu adalah sekitar
90-110 denyut per menit (dpm) dan pada 9 minggu menjadi 140-170 dpm. Pada usia
5-8 minggu, bradikardia (denyut kurang dari 90 dpm) seringkali berkaitan dengan
risiko tinggi keguguran.
4. Mengetahui bila Anda memiliki lebih dari satu bayi (kembar).
Kehamilan

kembar

meningkatkan

risiko

hambatan

pertumbuhan

janin,

persalinan prematur, plasenta lepas (abruptio placenta), kelainan bawaan, morbiditas

dan kematian perinatal. Kehamilan kembar terdeteksi selama ultrasonografi rutin di


minggu 18 sampai 20.
5. Menghitung usia kehamilan dan berat janin.
Ukuran tubuh janin mencerminkan usia kehamilan. Dengan mengetahui usia
kehamilan,hari perkiraan lahir juga dapat dihitung lebih akurat. Hubungan yang erat
antara ukuran janin dan usia kehamilan terutama berlaku pada awal kehamilan. Untuk
itu, pengukuran-pengukuran berikut dapat dilakukan dengan USG:
Crown-rump Length (CRL). CRL adalah istilah untuk panjang antara bokong

dan ujung kepala janin. Pengukuran CRL dilakukan pada janin berusia 7-12
minggu

dan

memberikan

perkiraan

yang

sangat

akurat

mengenai

usia

kehamilan. Setelah usia kehamilan 12 minggu, CRL tidak lagi akurat mengukur
usia janin, sehingga pengukuran lain diperlukan.
Biparietal Diameter (BPD). Diameter antara 2 sisi kepala, yang diukur setelah

bayi berusia di atas 12 minggu. Diameter kepala bayi meningkat dari sekitar 2,4
cm di usia 13 minggu menjadi sekitar 9,5 cm pada saat kelahiran. Dua bayi
dengan berat yang sama dapat memiliki ukuran kepala berbeda sehingga BPD di
tahap akhir kehamilan umumnya dianggap tidak dapat diandalkan.
Femur Length (FL). Mengukur panjang tulang paha yang mencerminkan

pertumbuhan memanjang janin. FL meningkat dari sekitar 1,5 cm di 14 minggu


menjadi sekitar 7,8 cm pada akhir kehamilan. Kegunaan FL mirip dengan BPD.
Abdominal Circumverence (AC). Mengukur lingkar perut ibu. Ini adalah

pengukuran

yang

paling

penting

pada

akhir

kehamilan, namun

lebih

mencerminkan ukuran dan berat janin daripada usianya.


AC, BPD dan FL digabungkan dalam rumus untuk memperkirakan berat badan janin.
Mesin USG langsung menghitung secara otomatis perkiraan berat janin, yang
formulanya antara lain adalah : 1,4 BPD X FL X AC (semua dalam cm) 200 = berat
janin.
5. Mendiagnosis kelainan janin.
Banyak kelainan struktural janin seperti malformasi janin ( anensefali , spina
bifida , dll), kelainan jantung, dan hidrosefalus dapat didignosis dengan USG yang
biasanya dilakukan sebelum 20 minggu. Sejumlah kecil masalah dapat diobati

sebelum bayi Anda lahir. USG dapat menunjukkan beberapa masalah perkembangan
bayi, tetapi tidak semua. Beberapa masalah bayi mungkin baru berkembang setelah
20 minggu dan beberapa mungkin tidak terlihat melalui USG. Inilah sebabnya, pada
sejumlah kecil kasus, bayi lahir dengan masalah meskipun tidak ada masalah yang
terlihat selama pemindaian. Mengetahui masalah sebelum kelahiran dapat membantu
Anda mempersiapkan diri dan menyusun rencana perawatan setelah bayi lahir. Bayi
Anda mungkin perlu dilahirkan di rumah sakit berbeda yang menyediakan staf dan
fasilitas khusus yang diperlukan bayi Anda.
6. Memeriksa jumlah cairan ketuban.
Jumlah cairan ketuban terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat dengan jelas
digambarkan oleh USG. Kedua kondisi ini dapat berdampak merugikan pada janin:

Polihidramnion (kelebihan cairan ketuban) dapat mengakibatkan sesak nafas


berat pada ibu dan persalinan prematur. Faktor risiko termasuk diabetes ibu
yang tidak terkontrol, kehamilan kembar, isoimunisasi, dan malformasi janin.

Oligohidramnion (kekurangan cairan ketuban) dapat menyebabkan kematian


janin. Kondisi ini sering terkait dengan kelainan bawaan pada saluran kemih,
hambatan pertumbuhan janin dan berat janin kurang.

7. Mengetahui jenis kelamin bayi.


Jenis kelamin bayi tidak memiliki signifikansi medis. Namun, banyak calon
orangtua yang sangat ingin tahu jenis kelamin bayinya sebelum lahir. Beberapa faktor
seperti tahap kehamilan dan posisi janin dapat mempengaruhi keakuratan prediksi
gender. Anda dapat mengetahui usia janin melalui USG dengan akurasi 95% lebih
pada minggu 18 sampai 20. Dalam sebuah penelitian, USG hanya mengidentifikasi
jenis kelamin dengan benar pada 46 persen janin berusia 12 minggu dan 80 persen
pada janin berusia 13 minggu. Di usia 13 minggu, bayi Anda masih dapat meringkuk
dan melakukan akrobatik sehingga mendapatkan sudut yang tepat bisa sangat sulit.
Indikasi Pemeriksaan
Indikasi pemeriksaan USG merupakan salah satu prasyarat penting yang harus dipenuhi
sebelum pemeriksaan USG dilakukan. Pemeriksaan USG janganlah dilakukan secara rutin atau
setiap melakukan pemeriksaan pasien, terutama bila pasien hamil. Banyak panduan yang telah
diterbitkan, misalnya dari ISUOG (International Society of Ultrasound in Medicine), AIUM

(American Institute of Ultrasound in Medicine), RCOG (Royal College of Obstetrics and


Gynecology), atau ASUM (Australian Society of Ultrasound in Medicine).
Untuk mempermudah memilah indikasi pemeriksaan tersebut penulis menyaran-kan pembagian
indikasi sebagai berikut :
1. indikasi obstetri,
2. indikasi ginekologi onkologi,
3. indikasi endokrinologi reproduksi,
4. indikasi uroginekologi, dan
5. indikasi non obstetri ginekologi.

Persiapan Pemeriksaan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan USG adalah :
a. Pencegahan infeksi
b. Persiapan alat
c. Persiapan pasien
d. Persiapan pemeriksa
a. Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan
darah atau cairan tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat
mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV/AIDS telah menjadikan pencegahan infeksi
kembali menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana
infeksi silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada waktu
pemeriiksaan USG transvaginal karena terjadi kontak dengan cairan tubuh dan mukosa
vagina. Risiko penularan dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan.
1) Risiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi
menembus kulit, membran mukosa atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai
memerlukan sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan dipergunakan
sekali pakai dibuang.
2) Risiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang mengadakan kontak
dengan mukosa yang intak, misalnya USG transvaginal; peralatan yang dipakai
minimal memerlukan desinfeksi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
3) Risiko penularan ringan terjadi pada pemeriksaan kontak langsung dengan kulit intak,
misalnya USG transabdominal; peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan

alkohol 70% (sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak,
fungisidal, dan tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air.
1) Semua jeli yang terdapat pada transduser harus selalu dibersihkan, bisa memakai
kain halus atau kertas tissue halus.
2) Semua peralatan yang terkontaminasi atau mengandung kotoran harus dibersihkan
dengan sabun dan air. Perhatikan petunjuk pabrik tentang tatacara membersihkan
peralatan USG.
3) Transduser kemudian dibersihkan dengan alkohol 70% atau direndam selama dua
menit dalam larutan yang mengandung sodium hypochlorite (kadar 500 ppm10 dan
diganti setiap hari), kemudian dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan.
4) Transduser harus diberi pelapis sebelum dipakai untuk pemeriksaan USG
transvaginal, bisa memakai sarung tangan karet, atau kondom.
5) Pemeriksa harus memakai sarung tangan sekali pakai (tidak steril) pada tangan
yang akan membuka labia sebelum transduser vagina dimasukkan. Perhatikan jangan
sampai sarung tangan tersebut mengotori peralatan USG dan tempat pemeriksaan.
6) Setelah melakukan pemeriksaan, kondom atau sarung tangan harus dimasukkan
pada tempat khusus untuk mencegah penyebaran infeksi, dan kemudian pemeriksa
mencuci tangan
7) Pada pemeriksaan USG invasif, misalnya ovum pick-up persiapan yang dilakukan
sama seperti akan melakukan tindakan operasi, misalnya peralatan yang dipakai harus
steril, operator mencuci tangan dengan larutan mengandung khlorheksidine 3%,
memakai sarung tangan dan masker, serta memakai kacamata. Kulit dibersihkan
dengan memakai etil alkohol 70%, isopropil alkohol 60%, khlorheksidin alkohol, atau
povidone iodine. Transduser dibersihkan dan dilakukan desinfeksi, kemudian
dibungkus dengan plastik khusus yang steril. Membran mukosa vagina dibersihkan
dengan larutan yang mengandung khlorheksidin 0,015% ditambah larutan cetrimide
0,15%
b. Persiapan alat
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik. Mesin USG
diletakkan disebelah kanan tempat tidur pasien, bila pemeriksa bertangan kiri, maka mesin
diletakkan disisi kiri pasien. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan
oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya
diletakkan di dekat mesin USG, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat
ketidaktahuan operator USG. Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan
yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang

stabilisator tegangan listrik dan UPS (uninterrupted power supply). Setiap kali selesai
melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan hatihati, terutama pada
transduser (penjejak) yang mudah rusak .Bersihkan transduser dengan memakai kain yang
lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat
diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin USG). Selanjutnya taruh kembali transduser pada
tempatnya, rapikan dan bersihkan kabelkabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah
semua rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah
mesin USG dari siraman air atau zat kimia lainnya. Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan
seseorang sebagai penanggung jawab pemeliharaan alat tersebut.
c. Persiapan pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus memperoleh informasi yang
cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus
diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi
pasien), akurasi ketepatan diagnostik, perlu tidaknya pemeriksaan USG 3D, dan berapa biaya
pemeriksaan. Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien benar-benar
telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal, tanyakan kembali apakah ia seorang
nona atau nyonya, jelaskan dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang baru pada setiap
pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang sebanyak dua buah, hal ini penting
untuk mencegah penyebaran infeksi. Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa
USG bukanlah suatu alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin atau organ kandungan, hal ini
untuk menghindarkan kesalahan harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh
Kok sudah dikomputer masih juga tidak dikatahui adanya cacat bawaan janin atau ada kista
indung telur ? USG hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang kedokteran.
Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya agar diagnosis kelainan dapat diketahui
lebih tepat dan cepat.
d. Persiapan pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat pengajuan pemeriksaan USG, apa
indikasinya dan apakah perlu didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya pasien
dengan kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona,
terutama bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Selanjutnya cocokkan identitas

pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang ada; kemudian berikan penjelasan dan
ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik yang akan dilakukan. Persetujuan tindak medik
yang kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah bersifat persetujuan lisan, kecuali
untuk tindakan yang bersifat invasif misalnya kordosintesis atau amniosintesis. Dimasa
mendatang tampaknya pemeriksaan USG transvaginal memerlukan persetujuan tertulis dari
pasien. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencegah penularan penyakit berbahaya
seperti HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat semakin banyaknya seks bebas.
Setiap mesin mempunyai konfigurasi tampilan tombol-tombol yang berbeda, sehingga setiap
pemeriksa harus menyesuaikan dengan peralatan yang dipakainya serta mengenali semua
lokasi dan fungsi tombol-tombol yang tersedia. Transduser dipegang oleh tangan yang terdekat
dengan tubuh pasien, hal ini untuk mencegah terjatuhnya transduser tersebut. Sebaiknya
pemeriksa duduk dikursi ergonomis yang dapat bergerak, berputar, dan dapat diatur
ketinggiannya agar posisi tangan sama tinggi dengan dinding perut pasien (pemeriksaan USG
transabdominal) atau duduk di depan perineum pada saat melakukan pemeriksaan USG
transvaginal. Mesin USG harus dapat dijangkau oleh tangan kiri pemeriksa agar pemeriksaan
tersebut dapat optimal dan tidak membuat lekas lelah. Pemeriksa juga harus berlatih dengan
baik agar dapat merasakan bahwa transduser tersebut merupakan kepanjangan dan bagian
dari tangannya (terutama transduser transvaginal) sehingga adanya tahanan, konsistensi masa,
atau perlekatan dapat dirasakan. Jangan memegang transduser terlalu kaku dan kuat karena
akan menimbulkan cedera pada lengan dan bahu. Pemeriksa juga harus mengetahui program
pencegahan infeksi universal.
Selain itu, pemeriksa diharapkan selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dengan cara membaca kembali buku teks atau literatur-literatur mengenai USG, mengikuti
pelatihan secara berkala dan mengikuti seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya
mengenai kemajuan USG mutakhir (continuing professional development / CPD). Kemampuan
diagnostik seorang sonografer dan sonologist sangat ditentukan oleh pengetahuan,
pengalaman dan latihan yang dilakukannya.

Teknik Pemeriksaan

Pemeriksaan USG obstetri dan ginekologi dapat dilakukan melalui cara :


1. Transabdominal
Sebelum memulai pemeriksaan perhatikan pengaturan pemindaian, pada layer monitor
akan tampak gambaran tampilan USG transabdominal. Tentukan mana posisi kanan
transduser kemudian samakan dengan posisi kanan pasien dan kanan layar monitor.
Setelah pasien tidur terlentang, perut bagian bawah ditampakkan dengan batas bawah
setinggi tepi atas rambut pubis, batas atas setinggi sternum, dan batas lateral sampai
tepi abdomen. Letakkan kertas tissue besar pada perut bagian bawah dan bagian atas
untuk melindungi pakaian wanita tersebut dari jelly yang kita pakai. Taruh jelly
secukupnya pada kulit perut, kemudian lakukan pemeriksaan secara sistematis
Pertama-tama gerakkan transduser secara longitudinal ke atas dan ke bawah,
selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan. Penjejak digerakkan dari bawah ke atas,
dimulai dari garis tengah perut (panah nomor 1), kemudian setelah sampai daerah perut
atas transduser digeser ke sisi kanan kemudian digerakkan ke bawah (panah nomor 2),
selanjutnya transduser digeser kesisi kiri abdomen dan digerakkan kembali ke arah atas
(panah nomor 3). Selanjutnya gerakan transduser dilakukan kearah lateral kanan secara
horizontal dan sistematis (panah nomor 4), kemudian dari kanan ke arah kiri (panah
nomor 5) dan terakhir dari kiri bawah ke arah kanan (panah nomor 6). Gambaran
skematis gerakan transduser dapat dilihat pada Gambar 4.9, berupa arah panah dan
nomor garisnya

Secara garis besar, ada empat gerakan dasar transduser pada pemeriksaan USG
transabdominal, yaitu bergeser (sliding), berputar (rotating), membentuk sudut (angling),
dan ditekan (dipping).
Pada gambar dibawah ini ditampilkan contoh pengukuran uterus pada pemeriksaan
USG transabdominal, perhatikan kandung kemih yang cukup terisi sehingga batas
anterior dan superior uterus tampak jelas. Pengukuran dilakukan dari batas luar uterus
pada penampang longitudinal dan anteroposterior. Pemeriksa jangan terlalu menekan
transduser karena hal tersebut membuat pasien tidak nyaman (timbul rasa ingin

berkemih), dan juga akan menimbulkan distorsi uterus sehingga pengukurannya


menjadi salah. Pada pemeriksaan USG sebaiknya dicantumkan posisi transduser
terhadap tubuh ibu atau organ kandungan (body-mark)

Cara mengukur jarak longitudinal dan antero-posterior uterus.


( KK : kandung kencing, S : serviks, K : korpus, F : fundus)

2. Transvaginal,
Pemeriksaan USG transvaginal berbeda dengan transabdominal, perlu penyesuaian
mesin dan operator, terutama pengenalan organ genitalia interna dan kehamilan
trimester pertama, serta terbatasnya ruang untuk melakukan gerak transduser. Kenali
aspek teknik dari transduser, cara-cara melakukan pemeriksaan dan faktor keamanan
pemeriksaan. USG transvaginal memberikan informasi yang lebih akurat dan rinci dari
organ atau jeringan di rongga pelvis dibandingan periksa dalam dan USG
transabdominal (Baba K, 2005). Sebelum melakukan pemeriksaan, tanyakan apakah ia
seorang nona atau nyonya. Bila statusnya masih nona tetapi sudah tidak gadis lagi, dan
memang perlu dilakukan pemeriksaan transvaginal, mintakan ijin tertulis (informed
consent) dari pasien tersebut dan pada waktu pemeriksaan harus disertai seorang saksi
(seorang paramedis). Perhatikan apakah tombol pemindah jenis transduser sudah
menunjukkan bahwa transduser yang dipakai adalah vaginal, petunjuk arah kiri dan
kanan sudah benar, serta apakah pasien sudah mengosongkan kandung kencingnya.
Posisi pasien dapat lithotomi (lebih baik) atau tidur dengan kaki ditekuk dan pada bagian
bokong ditaruh bantal agar mudah untuk memasukkan dan memanipulasi posisi
transduser. Taruh sedikit jelly pada permukaan transduser. Pasangkan kondom baru
pada transduser (perlihatkan pada pasien), kemudian taruh jelly secukupnya pada
permukaan kondom dan selanjutnya masukkan transduser ke dalam vagina secara
perlahan-lahan dan gentle sesuai dengan sumbu vagina. Jangan melakukan

penekanan tiba-tiba dan keras karena dapat membuat pasien kesakitan atau merasa
tidak nyaman. Pemeriksaan USG transvaginal lebih sulit dibandingkan transabdominal,
sehingga pendekatan yang dipakai adalah orientasi terhadap letak dan posisi normal
organ genitalia (organ oriented). Gerakan dasar transduser vaginal adalah maju-mundur
(sliding), berputar (rotating), dan bergeser ke kiri atau kanan (panning).

Gerakan dasar transduser pada pemeriksaan USG transvaginal


(Sumber : modifikasi dari Trish Chudleigh et al. Obstetric ultrasound :
how, why, and when;2004:28)

Selain itu, orientasi pemeriksaan pada tampilan layar monitor perlu juga diketahui dan dibuat
standarisasinya. Pada potongan longitudinal, bagian depan (sisi perut) akan tampak pada sisi
kanan layar monitor sedangkan bagian punggung (posterior) akan tampak pada sisi kiri layar
monitor (Gambar 30 dan 31). Pada potongan transversal, sisi kanan pasien akan tampak pada
sisi kanan layar monitor dan sebaliknya. Potongan transversal diperoleh dengan memutar
transduser dari jam 12 ke arah jam 9 atau jam 3.
Cari uterus sebagai petunjuk, kemudian cari kandung kemih. Uterus akan tampak di garis
tengah (median) seperti gambaran buah alpukat yang memanjang dengan endometrium
dibagian tengahnya. Bila fundus uteri mendekati kandung kemih, maka uterus tersebut dalam
posisi antefleksi, bila menjauhi, maka posisi uterus adalah retrofleksi. Setelah pemeriksaan
selesai, lepaskan kondom secara hati-hati dengan memakai sarung tangan tidak sterill atau
kertas tissue, kemudian lakukan dekontaminasi kondom tersebut dengan larutan klorin 0,5%.

Uterus antefleksi pada pemeriksaan USG transvaginal

Uterus retrofleksi pada pemeriksaan USG transvaginal

Lakukan pengukuran uterus dalam tiga bidang, yaitu longitudinal (L), transversal (T) dan anteroposterior (AP). Dalam bidang longitudinal diukur panjang longitudinal uterus dari ostium uteri
eksternum (OUE) hingga fundus uteri melalui pertengahan uterus. Garis pengukuran melalui
kanalis servikalis hingga kavum uteri. Bila bentuk uterus terlalu melengkung, maka pengukuran
panjang longitudinal dilakukan dalam dua tahap dan hasilnya dijumlahkan Sedangkan pada
bidang transversal diukur diameter transversal uterus dari sisi lateral ke sisi lateral bagian luar
setinggi korpus uteri pada bagian yang terbesar

Potongan transversal uterus

Selanjutnya lakukan evaluasi keadaan endometrium (Gambar 35 38). Dalam keadaan normal,
gambaran ekhogenitas dan ketebalan endometrium sesuai dengan fase haid. Misalnya pada
masa menstruasi, endometrium akan tampak irregular, tipis dan di kavum uteri berisi cairan dan
bekuan darah. Pada masa proliferasi tampak hipoekoik, tebalnya antara 4 8 mm; pada masa
periovulasi tebalnya antara 8 12 mm dengan gambaran seperti cincin atau tiga garis (triple
lines). Tanda adanya ovulasi adalah kolapsnya dinding folikel dan ada sedikit cairan bebas di
kavum Douglas. Sedangkan pada masa sekresi, endometrium akan tampak hiperekhoik karena
banyak mengandung glikogen, batas tegas, dengan tebal 10-12 mm. Bukti lain yang dapat
ditemukan pada fase sekresi adalah adanya korpus luteum, tampak sebagai struktur kistik berisi
echo binternal tidak homogen, dinding tipis dan irregular.

Endometrium fase proliferasi awal dan Endometrium periovulasi.dengan gambaran triple lines (12 mm)

Endometrium fase sekresi (13,5 mm) , tampak korpus luteum (CL) berukuran 31 x
22 mm

3. Transperineal / translabial,
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya seorang nona atau
seorang wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau
transrektal. Dianjurkan kandung kencing pasien cukup terisi, hal ini untuk memudahkan
pemeriksaan dan sebagai petujuk anatomis. Penjejak dilapisi kondom dan diberi jeli,
kemudian diletakkan di daerah perineum, penjejak digerakkan ke atas dan ke bawah

untuk mencari gambaran organ genitalia. Cara ini memang tidak dapat memberikan
gambaran organ genitalia sebaik pemeriksaan USG transvaginal atau transrektal.
4. Transrektal
Pemeriksaan USG transrektal hampir sama dengan pemeriksaan transvaginal.
Perbedaannya terletak pada bantuk dan ukuran diameter penjejak dan posisi
pemeriksaan yang kurang lazim bagi wanita Indonesia. Setelah pasien dalam posisi
lithotomi atau posisi tidur dengan kaki ditekuk dan bagian pantat diganjal dengan bantal
khusus, transduser yang telah dibungkus dua lapis kondom dan dibubuhi jelly
dimasukkan secara perlahan-lahan ke dalam rektum. Lakukan identifikasi uterus
sebagai petunjuk organ genitalia interna, setelah itu identifikasi vesika urinaria kemudian
evaluasi seluruh organ genitalia interna dan rongga pelvik. Manipulasi atau pergerakan
transduser per rektal sangat terbatas dan sering menimbulkan rasa tidak nyaman.
Jelaskan secara seksama sebelum melakukan pemeriksaan USG transrektal. Setelah
selesai

pemeriksaan,

lepaskan

kondom

secara

hati-hati,

kemudian

lakukan

dekontaminasi kondom dengan larutan klorin 0,5%.


5. Pemeriksaan USG invasif
USG dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa dan atau untuk tindakan terapeutik,
misalnya biopsi villi khoriales, amniosintesis, kordosintesis, ovum pick-up (OPU), atau
transfusi intra uteri Teknik yang dipakai bisa secara free-hand atau dipandu USG
melalui marker pungsi yang ada pada transduser.

Amniosentesis

Anda mungkin juga menyukai