PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Plasenta dari kehamilan dengan komplikasi PJT telah tercatat memiliki invasi
yang jelek dari sel-sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu , terutama arteri
spiralis ibu. Aktivasi endotel pembuluh darah ibu mungkin disebabkan oleh iskemia
lokal yang disebabkan oleh invasi abnormal dari sel-sel trofoblas ke dalam
pembuluh darah maternal. Aktivasi endotel berakibat pada peningkatan produksi
mediator vasoaktif yang bersifat parakrin alami dan kompromi lebih lanjut pada
perfusi plasenta.Salah satu mediator vasoaktif ini adalah endotelin (L. Margarit et
al, 2006).
Endothelin1 (ET1) adalah vasokonstriktor endogen yang dikenal paling kuat dan
iskemia plasenta adalah stimulus ampuh untuk produksi ET1. Ada banyak studi
menyelidiki peran ET - 1 dalam pathogenesis IUGR , dan sebagian besar penelitian
ini telah berkorelasi (Nezar et al, 2009)
ET1 adalah polipeptida asam amino 21, vasokonstriktor kuat yang diproduksi
dan dikeluarkan terutama dari sel-sel endotel. ET1 juga diproduksi oleh epitel
kelenjar termasuk sel-sel amnion. ET1 diatur tinggi untuk menanggapi rangsangan
seperti hipoksia , iskemia dan stress . Ia juga diketahui meningkat dengan
angiotensin II , vasopresin , trombin , insulin dan faktor pertumbuhan lainnya (L.
Margarit et al, 2006).
ET1 diatur rendah oleh vasodilator ( nitrat oksida dan prostasiklin ) dan dengan
peptida natriuretik atrial. Aksi fisiologis ET1 dalam pembuluh darah plasenta
berkaitan dengan regulasi dari aliran darah .Plasentasi yang normal tergantung pada
3
proliferasi dan infiltrasi trofoblas awal serta karena vasoaktif dan tindakan
mitogenik mereka; ET mungkin terlibat dalam pertumbuhan plasenta dan
vaskularisasi (L. Margarit et al, 2006).
Telah ditunjukkan bahwa respon kontraktil ET1 dalam pembuluh darah plasenta
meningkat pada kehamilan dengan PJT dibandingkan dengan kasus normal dan ,
oleh karena itu , disimpulkan bahwa ET1 mungkin terlibat dalam patofisiologi PJT
(L. Margarit et al, 2006).
B. Rumusan Masalah
1. Adakah perbedaan kadar Endothelin-1(ET-1) antara kehamilan dengan
Pertumbuhan Janin Terhambat dibandingkan dengan kehamilan normal ?
2. Adakah perbedaan kadar Nitrit Oksida (NO) antara kehamilan dengan
Pertumbuhan Janin Terhambat dibandingkan dengan kehamilan normal ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menganalisis faktor proangiogenik dan
antiangiogenik pada wanita hamil.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui perbedaan kadar ET-1 dan NO pada penderita
Pertumbuhan Janin Terhambat dan wanita hamil normal.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pengetahuan tentang keseimbangan kadar ET-1
dan NO pada wanita hamil normal dan penderita Pertumbuhan Janin
Terhambat sehingga dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Aplikatif
Menambah khasanah korelasi pemeriksaan klinis dan laboratories
biomolekuler pada proses kehamilan sehingga dapat memberi masukkan
dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas perinatal yang
diakibatkan oleh Pertumbuhan Janin Terhambat.
3. Manfaat Kedokteran Keluarga
Dengan mengetahui adanya perbedaan keseimbangan kadar ET-1 dan NO
antara wanita hamil normal dengan penderita Pertumbuhan Janin
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
Pertumbuhan Janin Terhambat dapat diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu (Himpunan Fetomaternal POGI, 2006) :
a. Tipe Simetris
Gambaran pertumbuhan janin berupa pengurangan ukuran organ-organ
janin yang sifatnya menyeluruh, ukuran badannya secara proporsional
kecil, gangguan pertumbuhan janin terjadi sebelum umur kehamilan 20
minggu, sering disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi
(Hariadi, 2004)
b. Tipe Asimetris
Gangguan pertumbuhan janin terjadi pada kehamilan trimester III,
ukuran badannya tidak proporsional, sering disebabkan oleh insufisiensi
plasenta.Jika faktor yang menghambat pertumbuhan terjadi pada saat
kehamilan lanjut, saat hipertrofi (biasanya gangguan fungsi plasenta,
misalnya preeklamsia), akan menyebabkan ukuran selnya berkurang,
menyebabkan PJT yang asimetris yang prognosisnya lebih baik.
Lingkaran perutnya kecil, skeletal dan kepala normal, ponderal
indeksnya abnormal cenderung meningkat.(Fortner, 2007).
c. Tipe intermediate
Janin pada awalnya simetris tetapi kemudian menjadi asimetris pada
akhir kehamilan, hal ini disebabkan adanya pengurangan jumlah dan
ukuran sel akibat malnutrisi pada fase hiperplasi dan hipertropi.
7
1. IUGR intrinsik. Janin-janin ini kecil karena kondisi janin, seperti infeksi
intrauterin atau kelainan kromosom,
2. IUGR ekstrinsik. Gagalnya pertumbuhan karena pengaruh luar janin
seperti keadaan plasenta atau penyakit ibu,
3. IUGR kombinasi. Pada pasien-pasien ini terdapat baik faktor intrinsik
maupun ekstrinsik yang berhubungan dengan gagalnya pertumbuhan,
4. IUGR idiopatik. Penyebab kegagalan pertumbuhan janin tidak diketahui.
3. Faktor Risiko
Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan pengamatan faktor-faktor
risiko dan ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur kehamilannya.
Tetapi kurang akuratnya pemeriksaan klinis dalam meramalkan kejadian PJT
pada umumnya disebabkan oleh (Himpunan Fetomaternal POGI,2006) :
4. Hipoksia maternal.
Jika terpajan pada lingkungan yang hipoksik secara kronis, beberapa
janin mengalami penurunan berat badan yang signifikan.Misalkan, janin
dari wanita yang tinggal di dataran tinggi biasanya mempunyai berat
badan lebih rendah daripada mereka yang dilahirkan ibu yang tinggal di
dataran rendah.
Bisa juga karena anemia berat dekarenakan gangguan siklus
uteroplasenter sehungga pasokan oksigen ikut berkurang
1. Perdarahan pervaginam
2. Kelainan plasenta
Menggunakan sebuah analisa plot Bland-Altman, pengukuran aksis
panjang, aksis pendek dan keliling plasenta yang diperoleh secara
manual dan digital menunjukkan korelasi tertutup (r=0.70, 0.70 dan 0.83,
respektif). Skor z berat lahir berkorelasi signifikan dengan skor z berat
plasenta (r=0.59, p<0.001) dan skor z keliling plasenta digital (r=0.40,
p<0.001). Rasio berat lahir : berat plasenta adalah 7.20 rasio berat lahir :
9
3. Partus prematurus
4. Kehamilan ganda
Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi pada 10-50% bayi kembar
Gambar 1. Hubungan antara berat lahir dan usia gestasi pada kehamilan
multiple
4. Etiologi
a. Maternal
c. Janin
1. Janin kembar
2. Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan
PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering
menyebabkan PJT).
3. Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi
dan kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT.
Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion
(cairan ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga
berkaitan dengan PJT) . Trisomi 16 adalah trisomi yang paling sering
ditemukan pada abortus spontan. Bercak-bercak trisomi di plasenta
yang disebut dengan mosaikisme plasenta, menyebabkan insufisiensi
plasenta yang mungkin menyebabkan banyak kasus gangguan
pertumbuhan janin. Pada kehamilan ini, kelainan kromosom terbatas
hanya pada plasenta (Hariadi,2004)
5. Skrining
Pada populasi umum skrining dilakukan dengan cara mengukur tinggi
fundus uteri (TFU), yang dilakukan secara rutin pada waktu ANC sejak umur
kehamilan 20 minggu sampai aterm. Jika ada perbedaan sama atau lebih dari 3
cm dengan kurva standard, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi
(USG). Pada kehamilan yang berisiko terjadi PJT, pemeriksaan USG
dilakukan pertama kali pada kehamilan trimester I untuk konfirmasi haid
pertama yang terakhir. Kemudian pada pertengahan trimester II (18-20
minggu) untuk mencari kelainan bawaan dan kehamilan kembar. Pemeriksaan
USG diulang pada umur kehamilan 28-32 minggu untuk deteksi gangguan
pertumbuhan dan fisiologi brain sparing effect (oligohidramnion dan
pemeriksaan Doppler velocimetry yang abnormal (Harper, 2005).
6. Kriteria
Suspek PJT jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda PJT dibawah ini:
(Himpunan Fetomaternal POGI,2006)
2. pertambahan berat badan < 5 kg pada uk 24 mgg atau < 8 kg pada umur
kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI < 30)
3. estimasi berat badan < 10 persentil
4. HC/AC > 1
5. AFI 5 cm atau kurang
6. Sebelum uk 34 mgg plasenta grade 3
7. Ibu merasa gerakan janin berkurang
7. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis PJT dimulai dengan pemeriksaan
sederhana dilanjutkan dengan pemeriksaan yang lebih rumit. Pemeriksa harus
waspada pada ibu hamil dengan risiko tinggi yang dapat mengarah pada
suspek PJT.
a. Berat badan.
Penambahan berat badan ibu merupakan indeks yang tidak sensitif untuk
membedakan PJT dengan bayi kecil tetapi sehat.
PB(cm)
8. Dampak PJT
Morbiditas dan mortalitas perinatal kehamilan dengan PJT lebih tinggi
dari pada kehamilan yang normal. Morbiditas perinatal adalah: prematuritas,
oligohidramnion, DJJ yang abnormal, meningkatkan angka SC, asfiksia
intrapartum, skor Apgaryang rendah, hipoglikemia, hipokalsemi, polisitemi,
hiperbilirubinemia, hipotermia, apnea, kejang dan infeksi Mortalitas
perinataldipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk: derajat keparahan PJT,
saat terjadinya PJT, umur kehamilan dan penyebab dari PJT. Makin kecil
persentil berat badannya makin tinggi angka kematian perinatalnya.
16
9. Komplikasi PJT
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat
menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini
disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak
lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani
kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah
tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa
bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya (Himpunan
Fetomaternal POGI, 2006).
a. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Setelah lahir :
1. Langsung:
Asfiksia, hipoglikemi, aspirasi mekonium, DIC, hipotermi, perdarahan
pada paru, polisitemia, hiperviskositas sindrom, gangguan
gastrointestinal
2. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat
dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir
di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi
prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital
dan kelainan kromosom (Fortner, 2007)
17
b. Ibu
1) Preeklampsi
2) Penyakit jantung
3) Malnutrisi
10. Penatalaksanaan
Non Stress Test (NST). Non stress test dapat dilakukan jika terjadi
perubahan pola gerak ataugerakan janin yang tidak biasa, saat plasenta
dicurigai tidak berfungsi adekuat, dan dalam keadaan risiko tinggi. Tes ini
menggunakan kardiotokografi. Cara melakukannya adalah dengan
memasangkan gerakan, denyut jantung, dan reaktivitas jantung dari adanya
gerakan diukur dalam 20-30 menit. Jika janin tidak bergerak, tidak selalu
terdapat masalah, mungkin janin tidur. Tes ini umumnya dapat dilakukan pada
usia kehamilan 28 minggu ke atas. Penurunan variabilitas denyut jantung
janin, hilangnya reaktivitas, kurangnya akselerasi, dan timbulnya deselerasi
variabel, merupakan tanda-tanda lemahnya pertahanan janin dan terminasi
perlu segera dilakukan. (Himpunan Fetomaternal POGI, 2006).
b. Doppler velosimetri arteri atau vena umbilicalis (PI ≥ 1,8) yang disertai
Absence of End Diastolic Flow (AEDF)/ Reverse of End Diastolic Flow
(REDF)
c. AFI (Amnion Fluid Index) ≤ 4
d. Biophysic score memburuk
e. CTG : deselerasi lambat
Janin dengan hambatan pertumbuhan intra uterin sebaiknya dilahirkan
lebih awal di pusat pelayanan perinatal, berhubung hasil program
surveillance janin ante partum belum mencapai tingkat sempurna. Bila
semua hasil pemeriksaan survaillance janin normal, maka terminasi
kehamilan yang optimal dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu. Jika
serviks matang dilakukan induksi partus. Pada PJT dengan usia kehamilan
masih preterm, umumnya tidak ada suatu tindakan tertentu yang dapat
memperbaiki keadaan. Pertama, dipastikan bahwa tidak ada kelainan
kongenital yang berat seperti trisomi dan sebagainya untuk menghindari
intervensi bedah yang tidak perlu. Bila kelainan kongenital berat tidak ada,
ibu hamil dengan PJT berat segera dirawat inap, istirahat baring, diet gizi
tinggi dan lakukan program surveillance janin. Edukasi untuk menghentikan
kebiasaan buruk antara lain ibu perokok, atau pengguna narkoba, serta
perbaikan gizi dengan banyak istirahat baring, akan memperbaiki
pertumbuhan janin sekaligus mengurangi risiko lahir preterm. Aspirin dosis
rendah sejak awal sebagai terapi anti trombosit akan mencegah trombosis
uteroplasenta, infark plasenta, maupun hambatan pertumbuhan intrauterin
idiopati pada riwayat PJT berat. Umumnya terminasi kehamilan pada PJT
berat preterm lebih menguntungkan daripada membiarkan kehamilan
berlangsung lama karena biasanya fetus yang demikian sudah cukup matang
untuk hidup jika : 1) persalinan dapat berlangsung cepat dan tidak
membiarkan risiko gawat bertambah, 2) tersedia monitoring ketat saat
persalinan, 3) perawatan intensiv perinatal segera sejak neonatus lahir.
20
SIMETRIS ASIMETRIS
Pemeriksaan antenatal :
Gambar 4. kehamilan
Terminasi Pengelolaan
: PJT
- Pemberian steroid di masa keahilan untuk pematangan paru jika usia kehamilan kurang dari
34 smp 35 minggu
- Terminasi kehamilan pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu (atau taksiran berat janin
A. ENDOTHELIN 1 jika pemeriksaan antenatal abnormal
lebih dari 1500 gram
- Endotelin-1
Jika hasil pemeriksaan
adalah antenatal baik, lanjutkan kehamilan
agen vasokonstriktor dan terminasi
yang paling potenpada saat baru
yang usia
kehamilan aterm. Jika tidak didapatkan pertumbuhan atau ditemukan oligohidramnion yang
teridentifikasi , dan pada
berat, pertimbangkan untukawalnya diisolasi
amniosintesis untukdan dikarakterisasi
menilai pematangan dari
paru media kultur
dan lakukan
selterminasi
endotel kehamilan
aorta . Duajikaisoform
paru sudah matang.
lainnya Jika hasil
, disebut pemeriksaan
endotelin didapatkan
- 2 dan paru -belum
endotelin 3,
matang, lanjutkan kehamilan dan lakukan amniosintesis ulang 1 minggu kemudian. Jika
hasilnya paru tetap belum matang maka terminasi kehamilan bisa jadi pilhan. Amniosintesis
tidak perlu dilakukan jika usia kehamilan 38 atau 39 minggu
- Jika hasil pemeriksaan antenatal tidak normal, jika usia kehamilan kurang dari 32 minggu
(atau jika taksiran berat janin kurang dari 1500 gram) pilihan yang diambil tergantung dari
masing-masing kasus
B. ENDOTHELIN 1
Endotelin-1 adalah agen vasokonstriktor yang paling poten yang baru
teridentifikasi , dan pada awalnya diisolasi dan dikarakterisasi dari media kultur
sel endotel aorta . Dua isoform lainnya , disebut endotelin - 2 dan endotelin - 3 ,
diidentifikasi kemudian, bersama dengan homolog struktural yang diisolasi dari
racun Actractapis eng - addensis yang dikenal sebagai sarafotoxins (Kawanabe,
2011).
Struktur Endothelin
Endotelin pertama kali diisolasi oleh Yanagisawa dkk.(3) dari kultur sel endotel
aorta babi. Peptida ini mengandung 21 asam amino dan mempunyai dua ikatan
disulfida pada asam amino 1–15 dan 3–11 dengan berat molekul 2492. Endotelin
yang pertama diisolasi dari sel endotel ini disebut sebagai endotelin-1.
Selanjutnya ditemukan derivat endotelin lain yang diberi nama endotelin-2 dan
endotelin-3. Ketiga jenis endotelin ini menimbulkan efek yang serupa dengan
urutan potensi : endotelin-1 > endotelin-2 > endotelin-3. Endotelin-1 pada anjing,
tikus dan mencit tampaknya mempunyai struktur yang serupa dengan endotelin-1
pada manusia dan babi, demikian pula endotelin-2 pada anjing serupa dengan
endotelin-2 pada manusia, dan endotelin-3 yang serupa terlihat pada manusia dan
tikus. Data ini memperlihatkan adanya perbedaan interspesies dari susunan
isoform endotelin (lihat Gambar 5).
Perbedaan ras dan gender menunjukkan perbedaan kadar endotelin plasma. Pada
populasi kulit putih kadar endotelin pada wanita lebih tinggi daripada pria.
Sementara pada populasi kulit hitam perbedaan kadar endotelin pada pria dan
wanita tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna, keduanya menunjukkan
kadar yang mendekati kadar endotelin pada wanita kulit putih.
Endotelin-1 berasal dari hasil pemecahan prepropeptida yang sangat besar yang
mengandung 203 asam amino. Preproendotelin akan dipecah oleh enzim
endopeptidase membentuk molekul proendotelin yang mengandung 38-39 asam
amino. Selanjutnya proendotelin akan dipecahkan oleh endothelin converting
enzyme (ECE) menjadi endotelin-1.
Reseptor Endothelin
Pada pemberian intravena, endotelin tetap stabil selama satu jam di dalam darah.
Ini menunjukkan bahwa hanya sedikit atau mungkin tidak ada enzim yang
menyebabkan degradasi endotelin di dalam darah. Penurunan kadarnya dalam
plasma kemungkinan karena eliminasi terjadi di dalam jaringan parenkim.
Injeksi endotelin yang dilabel dengan radioaktif langsung ke dalam ventrikel kiri
atau vena femoralis pada tikus yang dianestesi, duapertiga bagian endotelin-1 dan
endotelin-3 akan menghilang pada menit pertama. Peptida terlabel ini tampaknya
didistribusikan ke dalam jaringan, terutama di paru, ginjal, dan liver. Ini
menimbulkan dugaan bahwa organ ini yang memiliki tempat ikatan (binding site)
yang tinggi terhadap endotelin, dan mempunyai peran yang penting dalam
bersihan (clearance) peptida dari sirkulasi.
24
C. NITRIT OKSIDA
Nitrogen oksida (NO) dihasilkan oleh banyak sel dalam tubuh; akan tetapi,
produksinya oleh endotel pembuluh darah adalah yang paling penting dalam
regulasi aliran darah. Karena peranan pentingnya dalam fungsi vaskuler, produksi
NO yang tidak normal, seperti yang terjadi pada beberapa kondisi penyakit, dapat
berdampak buruk terhadap aliran darah dan fungsi vaskuler lainnya. (Klabunde,
2008)
1. BIOSINTESIS NO
Pembentukan dan Metabolisme Nitrogen Oksida
NO dihasilkan dari asam amino L-arginine oleh kerja enzimatik dari NOS
(Nitric Oxide Synthase). Terdapat dua bentuk NOS endotelial: constitutive
NOS (cNOS; tipe III) dan inducible NOS (iNOS; tipe II). Kofaktor NOS
meliputi oksigen, NADPH, tetrahidrobiopterin dan nukleotida flavin adenin.
Selain NOS endotelial, juga terdapat neural NOS (nNOS; tipe I) yang
berperan sebagai transmiter di otak dan berbagai saraf yang berbeda di sistem
saraf perifer, seperti saraf otonom non-adrenergik, non-kolinergik (NANC)
yang mampu menginervasi jaringan erektil pada penis dan jaringan khusus
lainnya dalam tubuh untuk menghasilkan efek vasodilatasi.
Bentuk isoform lainnya dari NOS endotelial adalah iNOS. Dalam sebagian
hal, iNOS berbeda dari cNOS, dimana aktivasinya tidak tergantung pada
kalsium. Dalam kondisi normal, pada kondisi basal, aktivitas iNOS sangat
rendah/sedikit. Aktivitas iNOS distimulasi selama terjadi proses inflamasi
oleh endotoksin bakteri (yaitu lipopolisakarida) dan sitokin-sitokin seperti
TNF (Tumor Nerosis Factor) dan interleukin. Selama proses inflamasi,
jumlah NO yang dihasilkan oleh iNOS dapat mencapai 1000 kali lipat lebih
besar daripada yang dihasilkan oleh cNOS.
(Klabunde, 2008)
2. MEKANISME INTRASELULER
Karena peranan cGMP yang sangat penting dalam proses vasodilatasi yang
diperantarai NO, obat-obatan (misalnya Viagra) yang menghambat
pemecahan cGMP (inhibitor cGMP-dependen fosfodiesterase) digunakan
untuk meningkatkan vasodilatasi yang diperantarai oleh NO, khususnya pada
jaringan erektil di penis sebagai terapi disfungsi ereksi. Peningkatan cGMP
juga memiliki peran penting sebagai anti-platelet, efek anti-agregasi.
(Klabunde, 2008)
Hipertensi
Obesitas
Gagal jantung
Aterosklerosis
Penuaan
ET -1 ini dapat memajukan lesi, yang kemudian menarik makrofag. Makrofag ini
kemudian mengambil lipid dan mengubah mereka ke dalam sel-sel busa yang
membentuk garis lemak.Sel busa menjadi sumber ET-1. Siklus ini menyebabkan
lesi memburuk, menyebabkan aterosis.
E. KERANGKA KONSEP
Wanita Hamil
Perubahan Fisiologis
Gangguan implantasi
tropoblas
Hipoksia Plasenta
Iskemia plasenta
ET-1 NO
Disfungsi Vascular Endotel
ET-1 NO
vasokonstriksi
Keterangan :
yang diperiksa
31
F. HIPOTESIS
Dari kerangka konsep di atas disusun suatu hipotesis bahwa
1. Ada perbedaan kadar ET-1 pada Pertumbuhan Janin Terhambat bila
dibandingkan dengan kehamilan normal.
2. Ada perbedaan kadar NO pada Pertumbuhan Janin Terhambat bila
dibandingkan dengan kehamilan normal.