Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRA UTERINE FETAL GROWTH


RETARDATION (IUGR)
Ruang Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
Periode: 21-26 September 2015

Oleh:
Shofi Khaqul Ilmy
NIM. 140070300011007
Kelompok 4 K3LN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

INTRA UTERINE GROWTH RETARDATION (IUGR)


A. DEFINISI
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) aialah janin dengan berat
badan di bawah presentil ke-10 pada standard intrauterine growth
chart of low birth weight untuk masa kehamilan, dan mengacu kepada
suatu kondisi dimana janin tidak dapat mencapai ukuran genetik yang
optimal.
Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan
janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada
umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir
cukup bulan (at term, >37 minggu).
Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut small for
gestational age (SGA), di mana bayi mempunyai berat badan kecil
yang tidak menimbulkan kematian perinatal.
Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10
2. Adanya

faktor

patologis

yang

menyebabkan

gangguan

pertumbuhan.
Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:
1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7
2. Tidak adanya proses patologis.
Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1. Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita
distress yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir
sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang
seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah gestasi
yang sebenarnya.
2. Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat
distress subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai

beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang


dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan
masa

gestasi.

Bayi

tampak

waste

dengan

tanda-tanda

sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan


mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang .
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang,
berat dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan
pun mengalami perubahan misalnya Drillen (1975) menemukan berat
otak, jantung, paru dan ginjal bertambah sedangkan berat hati, limpa,
kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan bayi prematur
dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru
sesuai dengan masa gestasinya.
B. MANIFESTASI KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus,
pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam
layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat. PJT
muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel.
Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang
cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan,
atau karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk
masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua
orangtua kecil), kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan
(KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa diantaranya
sbb:
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul
sangat dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan
penyakit ibu. Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu)
biasanya berhubungan dengan problem lain. Pada kasus PJT,
pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika
aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya

sejumlah kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung janin


menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami kematian. Bayibayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut :

Penurunan level oksigenasi

Nilai

APGAR

rendah

(suatu

penilaian

untuk

menolong

identifikasi adaptasi bayi segera setelah lahir)

Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di


dalam kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas

Hipoglikemi (kadar gula rendah)

Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin

Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

C. KLASIFIKASI PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT (PJT)


Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena
definisi keduanya hampir mirip. Tetapi pada SGA tidak terjadi
gangguan pertumbuhan, bayi hanya mempunyai ukuran tubuh yang
kecil. Sedangkan pada IUGR terjadi suatu proses patologis sehingga
berat badan janin tersebut kecil untuk masa kehamilannya.
Berdasarkan gejala klinis dan ultrasonography janin kecil dibedakan
atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk
masa kehamilannya. Mempunyai ponderal index dan jaringan
lemak yang normal.
Ponderal index = BB(gram) x 100
PB(cm)
2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis,
inilah yang disebut true fetal growth restriction. Berdasarkan
ukuran kepala, perut, dan panjang lengan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia,
di mana total jumlah sel kurang, ini biasanya disebabkan
4

oleh

gangguan

kromosom

atau

infeksi

kongenital

misalnya TORCH. Proses patologis berada di organ


dalam sampai kepala.
2. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di
mana jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil.
Biasanya gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal
atau faktor plasenta.
SIMETRIS
Semua bagian tubuh kecil
Ponderal index normal
Perbandingan kepala, perut dan

ASIMETRIS
Kepala lebih besar dari perut
Meningkat
Meningkat

panjang tangan normal


Etiologi: faktor genetik dan infeksi
Jumlah sel-lebih kecil

Insufisiensi plasenta kronik


Normal

Ukuran sel normal


Bayi
dengan

Kecil
komplikasi Biasanya tanpa komplikasi baik

prognosisnya buruk

prognosisnya

D. ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau
abnormalitas yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau
menyebabkan ukuran sel menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika
janin tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena
infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya
kecil), kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Maternal

Tekanan darah tinggi


Penyakit ginjal kronik
Diabetes Melitus
Penyakit jantung dan pernapasan
Malnutrisi dan anemia

Infeksi
Pecandu alkohol dan obat tertentu
Perokok
2. Uterus dan Plasenta
Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta
(kematian sel pada plasenta), korioangioma.
Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
Twin-to-twin transfusion syndrome
3. Janin
Janin kembar
Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat
menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus (CMV)

adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT).


Kelainan kongenital
Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi
atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang berat
sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan
PJT

simetris

serta

polihidramnion

(cairan

ketuban

berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan

dengan PJT) .
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan
janin). Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti
obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat
menyebabkan PJT.

Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan


simetris dan asimetris dibedakan menjadi:
1. Simetris : Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan
pertumbuhan janin yang tidak simetris, semua organ mengecil
secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini
adalah

kelainan

kromosom,

kelainan

organ

(terutama

jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents


<Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat

pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok. Faktor-faktor


lainnya :
a. Pertambahan berat maternal yang jelek
b. Infeksi janin
c. Malformasi kongenital
d. Kelainan kromosom
e. Sindrom Dwarf
2. Kombinasi Simetris dan Asimetris
a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol,
beberapa preparat antikonvulsan.
b. Malnutrisi berat
3. Asimetris : Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki
waktu

kejadian

pertumbuhan

lebih

janin

lama

simetris.

dibandingkan
Beberapa

gangguan

organ

lebih

terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah


bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan
panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan,
lingkar kepala dan diameter biparietal juga berkurang. Faktor
yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya)
plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk
diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam
kehamilan dalam kehamilan. Faktor-faktor lainnya :
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri

E. MORBIDITAS DAN MORTALITAS


Pada kasus PJT bayi lahir dengan asphyxia, meconium
aspiration, hipoglikemi, hipotermi, polisitemi yang semua hal ini
menyebabkan kelainan neurologi baik pada bayi cukup bulan atau
kurang bulan.
Resiko kematian pada kehamilan kurang bulan akibat PJT lebih tinggi
daripada kehamilan cukup bulan. Kematian terutama diakibatkan oleh
infeksi virus, kelainan kromosom, penyakit ibu, insufisiensi plasenta,
atau akibat faktor lingkungan dan sosial ekonomi.
F. DIAGNOSIS
1. Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan
kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda.
2. Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa
pada kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur
yang di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus
uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau
3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu
maka kita dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami
hambatan pertumbuhan.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel,
hidramnion, janin letak lintang.
3. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau
cephalometry angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada
USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita
sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat
mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak,
khususnya pembesaran hati.

Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan


antara ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk
mendeteksi adanya asimetris PJT.Pada USG kita juga dapat
mengetahui volume cairan amnion, oligohidramnion biasanya sangat
spesifik pada asimetris PJT dan biasanya ini menunjukkan adanya
penurunan aliran darah ke ginjal.
Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan.
Misalnya, bagi Anda yang memiliki berta badan normal, kenaikannya
sampai usia kehamilan 9 bulan adalah antara 12,5 kg-18 kg,
sedangkan bagi yang tergolong kurus, kenaikan sebaiknya antara 16
kg-20

kg.

Sementara,

jika

Anda

termasuk

gemuk,

maka

pertambahannya antara 6 kg11,5 kg. Bagi ibu hamil yang tergolong


obesitas, maka kenaikan bobotnya sebaiknya kurang dari 6 kg. Untuk
memantau berat badan, terdapat parameter yang disebut dengan
indeks massa tubuh (IMT). Patokannya, bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT
lebih dari 30 = obesitas IMT kurang dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama
kehamilan antara 12,5 kg-18 kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan
pada trimester awal sekitar 1 kg/bulan. Sedangkan, pada trimester
akhir pertambahan bobot bisa sekitar 2 kg/bulan.
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya
bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini
menandakan bahwa adanya PJT.
G. KOMPLIKASI PJT
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat
menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian.
Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan
oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan

tersebut masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan


pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka
dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk
dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya (9).
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:

Asfiksia
Hipoglikemi
Aspirasi mekonium
DIC
Hipotermi
Perdarahan pada paru
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal

b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai
dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris
PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan
neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk
ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan
kelainan kromosom.(5)
2. Ibu

Preeklampsi
Penyakit jantung
Malnutrisi

H. PENATALAKSANAAN

10

Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasienpasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil.
Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan
janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan
metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan
melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci
seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung
bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan
pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi
untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian
ukuran-ukuran

yang

didapatkan

pada

pemeriksaan

tersebut

disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang


suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin
PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada
terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang
sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko
pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan
adalah segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus
dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka
amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan
sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan
dan kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka
aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik.
Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi
dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk

11

berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan


aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa
kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan
maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan
pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan
janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 34minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum
waktunya dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat
dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil
tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita
hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol,
maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada
janin prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus
dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan.
Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta
perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan
sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin
selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya
PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang
diperparah dengan proses melahirkan
1. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia
perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi
mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia
(gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam
jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi
yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT
asimetris lebih dapat catch-up pertumbuhan setelah dilahirkan.

12

I. PENCEGAHAN
Beberapa

penyebab

dari

PJT

tidak

dapat

dicegah.

Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin


dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama
kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari
dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum
alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga
teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein,
vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain itu
pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari
penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada
janin untuk setiap ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas,
makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama
kehamilan.
Setiap

akan

mengkonsumsi

obat,

pastikan

sepengetahuan/resep dokter kandungan.


4. Olah raga teratur
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan
mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting
dilakukan agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau.
Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin.
Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4

13

minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari


minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2
minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu
sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia
kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan.
Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan.
J. MASALAH KEPERAWATAN YANG BIASA MUNCUL
1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
NOC:
respirasi ventilasi, dengan kriteria hasil klien:

no
1
2
3

kriteria hasil
RR dalam batas normal
kedalaman inspirasi
pengembangan
dada

awal
4
4
4

target
5
5
5

simetris
Skala:
1 : severe deviation from normal range
2: substantial deviation from normal range
3: moderate deviation from normal range
4: mild deviation from normal range
5: no deviation from normal range
no
4

kriteria hasil
penggunaan otot

5
6

pernafasan
dipsnea
retraksi dinding dada

Skala:
14

awal target
bantu 4
5
4
4

5
5

1 : severe
2: substantial
3: moderate
4: mild
5: none
NIC:
Monitor Pernafasan
Monitor rata-rata, irama, kedalaman dan usaha respirasi
Perhatikan pergerakan dada, amati kesemetrisan, penggunaan
oto-otot aksesoris, dan retraksi otot supraklavikuler dan
interkostal
Monitor respirasi yang berbunyi, seperti mendengkur
Monitor pola pernafasan: bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
respirasi Kussmaul, respirasi Cheyne-Stokes, dan apneustik
Biot dan pola taxic
Perhatikan lokasi trakea
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan area penurunan/tidak adanya
ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan
Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan,
dan haus udara, perhatikan perubahan pada SaO 2, SvO2, CO2
akhir-tidal, dan nilai gas darah arteri (AGD), dengan tepat
Terapi Oksigen:
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

15

2. Risiko infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat dan prosedur


invasif
NOC: Kontrol Risiko
setelah perawatan selama niminal 3x24 jam pasien
menunjukkan :
no

kriteria hasil

awa

target

l
1

pasien bebas dari tanda 5

gejala infeksi

skala:
1= tidak pernah
2= jarang
3= kadang-kadang
4= sering
5= selalu
NIC:
Proteksi Infeksi
Aktivitas:

1. Kaji tanda-tanda vital dan kondisi umum pasien


2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Gunakan teknik aseptik ketika perawatan
4. Dorong pasien memperbanyak istirahat
5. Monitor hasil laboratorium (leukosit)
6. ajarkan keluarga cara mencegah infeksi
7. Kolaborasi pemberian antibiotik
Tube Care:
1. Jaga kepatenan IV line, dan kateter urine
2. Jaga urine bag pada posisinya
3. Kosongkan urine bag sesuai jadwal
4. Ganti tube sesuai protokol
5. Inspeksi area sekitar insersi tube

16

BAYI DENGAN BBLR


Bayi dengan BBLR termasuk dalam bayi baru lahir risiko tinggi
yaitu keadaan di mana neonatus tanpa memperhatikan usia gestasi atau
BB mempunyai kemungkinan morbiditas atau mortalitas yang lebih besar
dari rata-rata karena kondisi yang tumpang tindih pada keadaan normal
suatu kejadian yang dikaitkan dengan kelahiran dan penyesuaian pada
keadaan ekstrauterine.

17

Definisi
Bayi yang lahir dengan BB di bawah 10% pada kurva
pertumbuhan intrauterine, bayi tersebut dapat lahir pada kondisi preterm,
term, atau postterm.
Klasifikasi
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
2. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir
ekstrem rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.
Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 1500 gram.
3. Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara
1501 2500 gram
4. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir
dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan
intrauterin.
5. Retardasi

pertumbuhan

Retardation/IUGR):

intrauterine

ditemukan

pada

(Intrauterine
bayi

yang

Growth

pertumbuhan

intrauterinenya mengalami retardasi (terkadang digunakan sebagai


istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi).
6. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas
presentil ke-90 pada kurva perumbuhan intrauterine.
Etiologi
1. Kelainan pada janin.
2. Gangguan fungsi plasenta.
3. Faktor ibu (penyakit vaskuler, keadaan uterus yang buruk, dll).
4. Infeksi ( ibu dan anak).
5. Obat dan merokok, dll.

18

Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin
tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah
gizi;
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi,
kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan
dibandingkan BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi
antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk
mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik
sampai kehamilan 32 34 minggu. Penundaan pengosongan lambung
atau buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi
preterm mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan
dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim
yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun.
Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk mencerna susu)
juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan
kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan
mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas
akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan
lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan
akan kalori.

19

Masalah yang mungkin muncul


Masalah yang sering dihadapi bayi BBLR adalah imaturitas organorgan tubuh karena lahir kurang bulan. Beberapa gangguan akibat belum
matangnya organ-organ tersebut:
1. Sistem pengaturan tubuh yang belum matur, menyebabkan BBLR
membutuhkan perawatan khusus dalam inkubator.
2. Sistem imunologi yang belum berkembang dengan baik menyebabkan
bayi sangat rentan terhadap infeksi.
3. Imaturitas sistem syataf pusat menyebabkan mudahnya terjadinya
perdarahan peribentruker.
4. Imaturitas paru memudahkan terjadinya penyakit membran hialin.
5. Imaturitas

metabolisme

bilirubin

mempermudah

terjadinya

hiperbiliribinemia.
6. Imaturitas saluran pencernaan mempermudah terjadinya sindrom
malabsorbsi.
Faktor risiko BBLR
1.

Ibu berusia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2.

Anemia.

3.

Malnutrisi.

4.

Anak kembar.

20

DAFTAR PUSTAKA
1. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi.
Dalam: Buku Ajar Ilmu Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai
Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
2. Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics
and gynekology. Volume 99. No: 3. Maret 2003.
3. Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm
SL, Casey BM. Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual
of Obstetrics. Edisi 2003. The University of Texas Southwestern
Medical Centre at Dallas. 2003:743-760
4. Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including
Perinatology and Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501
5. Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes
Classification Fourth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
6. McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention
Classification FourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.
7. North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing
Diagnoses : Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.

21

Anda mungkin juga menyukai