Malnutrisi
I. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien
yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua
adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi
sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan
janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi
optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung
janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik,
penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan
sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus
dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara
klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut
disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal
menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
12
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang
paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia
dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana
yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah
segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada
janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan
kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas
fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring
dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah
300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil
dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di
rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah
sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat
pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG
setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila
penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi
harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan
narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan
untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar
dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif
neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
13
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat
pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
1. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia
perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi
mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula
darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu
lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah
dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up
pertumbuhan setelah dilahirkan.
J. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga,
faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk
mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu
hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi;
tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi
stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi
dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain
itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit
kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin
untuk setiap ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas,
makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama
kehamilan.
14
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep
dokter kandungan.
4. Olah raga teratur
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu
memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan
agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada
kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan
melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan
28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan
setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan
setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin
besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau
gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan.
K. MASALAH KEPERAWATAN YANG BIASA MUNCUL
1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
NOC:
respirasi ventilasi, dengan kriteria hasil klien:
Skala:
1 : severe deviation from normal range
2: substantial deviation from normal range
no kriteria hasil awal target
1 RR dalam batas normal 4 5
2 kedalaman inspirasi 4 5
3 pengembangan dada simetris 4 5
15
3: moderate deviation from normal range
4: mild deviation from normal range
5: no deviation from normal range
Skala:
1 : severe
2: substantial
3: moderate
4: mild
5: none
NIC:
Monitor Pernafasan
Monitor rata-rata, irama, kedalaman dan usaha respirasi
Perhatikan pergerakan dada, amati kesemetrisan, penggunaan oto-otot
aksesoris, dan retraksi otot supraklavikuler dan interkostal
Monitor respirasi yang berbunyi, seperti mendengkur
Monitor pola pernafasan: bradipneu, takipneu, hiperventilasi, respirasi
Kussmaul, respirasi Cheyne-Stokes, dan apneustik Biot dan pola taxic
Perhatikan lokasi trakea
Auskultasi bunyi nafas, perhatikan area penurunan/tidak adanya
ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan
Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan, dan haus
udara, perhatikan perubahan pada SaO
2
, SvO
2
, CO
2
akhir-tidal, dan
nilai gas darah arteri (AGD), dengan tepat
Terapi Oksigen:
Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
no kriteria hasil awal target
4 penggunaan otot bantu
pernafasan
4 5
5 dipsnea 4 5
6 retraksi dinding dada 4 5
16
Pertahankan jalan nafas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
2. Risiko infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat dan prosedur invasif
NOC: Kontrol Risiko
setelah perawatan selama niminal 3x24 jam pasien menunjukkan :
skala:
1= tidak pernah
2= jarang
3= kadang-kadang
4= sering
5= selalu
NIC:
Proteksi Infeksi
Aktivitas:
1. Kaji tanda-tanda vital dan kondisi umum pasien
2. Monitor tanda dan gejala infeksi
3. Gunakan teknik aseptik ketika perawatan
4. Dorong pasien memperbanyak istirahat
5. Monitor hasil laboratorium (leukosit)
6. ajarkan keluarga cara mencegah infeksi
7. Kolaborasi pemberian antibiotik
Tube Care:
no kriteria hasil awal target
1 pasien bebas dari tanda
gejala infeksi
5 5
17
1. Jaga kepatenan IV line, dan kateter urine
2. Jaga urine bag pada posisinya
3. Kosongkan urine bag sesuai jadwal
4. Ganti tube sesuai protokol
5. Inspeksi area sekitar insersi tube
18
BAYI DENGAN BBLR
Bayi dengan BBLR termasuk dalam bayi baru lahir risiko tinggi yaitu
keadaan di mana neonatus tanpa memperhatikan usia gestasi atau BB mempunyai
kemungkinan morbiditas atau mortalitas yang lebih besar dari rata-rata karena
kondisi yang tumpang tindih pada keadaan normal suatu kejadian yang dikaitkan
dengan kelahiran dan penyesuaian pada keadaan ekstrauterine.
Definisi
Bayi yang lahir dengan BB di bawah 10% pada kurva pertumbuhan
intrauterine, bayi tersebut dapat lahir pada kondisi preterm, term, atau postterm.
Klasifikasi
1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
2. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir ekstrem
rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.
Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan kurang
dari 1500 gram.
3. Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara 1501
2500 gram
4. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang lahir
dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva pertumbuhan intrauterin.
5. Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation/IUGR):
ditemukan pada bayi yang pertumbuhan intrauterinenya mengalami retardasi
(terkadang digunakan sebagai istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil
untuk masa gestasi).
6. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas presentil ke-90
pada kurva perumbuhan intrauterine.
19
Etiologi
1. Kelainan pada janin.
2. Gangguan fungsi plasenta.
3. Faktor ibu (penyakit vaskuler, keadaan uterus yang buruk, dll).
4. Infeksi ( ibu dan anak).
5. Obat dan merokok, dll.
Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi
risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi;
1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor,
dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan dibandingkan
BBLC.
3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah
aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 34
minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus
sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm. Produksi
amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak
dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan
untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh dibanding
dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini
akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.
20
Masalah yang mungkin muncul
Masalah yang sering dihadapi bayi BBLR adalah imaturitas organ-organ
tubuh karena lahir kurang bulan. Beberapa gangguan akibat belum matangnya
organ-organ tersebut:
1. Sistem pengaturan tubuh yang belum matur, menyebabkan BBLR
membutuhkan perawatan khusus dalam inkubator.
2. Sistem imunologi yang belum berkembang dengan baik menyebabkan bayi
sangat rentan terhadap infeksi.
3. Imaturitas sistem syataf pusat menyebabkan mudahnya terjadinya perdarahan
peribentruker.
4. Imaturitas paru memudahkan terjadinya penyakit membran hialin.
5. Imaturitas metabolisme bilirubin mempermudah terjadinya hiperbiliribinemia.
6. Imaturitas saluran pencernaan mempermudah terjadinya sindrom malabsorbsi.
Faktor risiko BBLR
1. Ibu berusia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Anemia.
3. Malnutrisi.
4. Anak kembar.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI.
1999: 781-83.
2. Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and
gynekology. Volume 99. No: 3. Maret 2003.
3. Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL,
Casey BM. Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of
Obstetrics. Edisi 2003. The University of Texas Southwestern Medical
Centre at Dallas. 2003:743-760
4. Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology
and Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501
5. Johnson, M., Maas, M., Moorhead, S. 2008. Nursing Outcomes
Classification Fourth Edition. Mosby, Inc : Missouri.
6. McCloskey, J.C., Bulechek, G.M. 2008. Nursing Intervention
Classification FourthEdition. Mosby, Inc : Missouri.
7. North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses
: Definition & Classification 2012-2014. Philadelphia.