PENDAHULUAN
Dahulu, bayi dengan berat lahir rendah yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK) disebut
menderita retardasi pertumbuhan intrauteri (IUGR). Untuk menghindari kekhawatiran yang tidak
semestinya pada orang tua, yang menganggap istilah retardasi mengesankan fungsi mental yang
abnormal, istilah pertumbuhan janin terhambat sekarang lebih banyak dipakai. (Cunningham, et al,
2005). Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) telah
berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih ditekankan untuk mental.
IUGR adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi semua
parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan). Banyak istilah yang dipergunakan untuk
menunjukkan pertumbuhan janin terhambat (PJT) seperti pseudomature, small for date, dysmature,
fetal malnutrition syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA).
Batasan yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah setiap bayi yang berat badan lahirnya sama
dengan atau lebih rendah dari presentil ke-10 untuk masa kehamilan pada Denver Intrauterine Growth
Curves adalah bayi SGA. Ini dapat terjadi pada bayi yang prematur, matur, ataupun postmatur.
Di negara berkembang, angka kejadian PJT berkisar antara 2%-8% pada bayi dismature, pada bayi
mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15%
adalah janin dengan PJT.
Tidak semua bayi dengan berat lahir kurang dari persentil ke-10 terhambat pertumbuhannya
secara patologis, beberapa diantaranya kecil hanya karena faktor konstitusional. Bahkan, Manning dan
Hohler (1991) serta Gardosi, dkk (1992) menyimpulkan bahwa 25-60% bayi yang secara konvensional
didiagnosis sebagai KMK sebenarnya tumbuh secara baik jika determinan berat lahir seperti kelompok
etnis ibu, paritas, berat badan dan tinggi badan ikut dipertimbangkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
Menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang
mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia
kehamilannya.
IUGR (intrauterine growth restriction) adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru
lahir yang meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan), yang beratnya
dibawah 10 persentil untuk usia gestasionalnya. Bayi-bayi antara persentil 10 dan 90 diklasifikasikan
sebagai kelompok dengan berat sesuai usia gestasional. (Wikjosastro, 2005)
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan
dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah
batasan tertentu dari usia kehamilannya.
Intra Uterine Growth Reterderdation (IUGR) adalah berat badan bayi kurang dari
persentil 10 untuk usia kehamilan bayi, dalam artian bayi baru lahir berukuran lebih kecil
dengan usia kehamilannya. (Asuhan Kebidanan IV Patologi: 225).
Intra Uterine Growth Reterderdation (IUGR) adalah memiliki berat fetus <10 persentil
untuk umur kehamilan tertentu-berat lahir <2 dari berat rata-rata untuk umur kehamilan
tertentu. (Asuhan Kebidanan Patologis: 93
Gambar 1. Bayi dengan IUGR (kiri) dan bayi dengan pertumbuhan normal sesuai usia gestasi
Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress yang lama di mana gangguan
pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat,
panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di
bawah gestasi yang sebenarnya.
Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress subakut. Gangguan terjadi beberapa
minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak waste dengan tanda-tanda
sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan
kurus dan lebih panjang.
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran kepala akan
tetapi organ-organ di dalam badanpun mengalami perubahan, misalnya Drillen (1975) menemukan berat
otak, jantung, paru dan ginjal bertambah sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus
berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan
paru sesuai dengan masa gestasinya.
Hiperplasia dan hipertrofi, yaitu: Pada 20-28 minggu aktifitas mitosis menurun, tetapi peningkatan
ukuran sel bertambah.
Hipertrofi, yaitu: Pada 28-40 minggu pertumbuhan sel menjadi maksimal terutama pada minggu ke 33,
penambahan jumlah lemak, otot dan jaringan ikat tubuh.
1.2 KLASIFIKASI
Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisi keduanya hampir mirip.
Tetapi pada SGA tidak terjadi gangguan pertumbuhan, bayi hanya mempunyai ukuran tubuh yang kecil.
Sedangkan pada IUGR terjadi suatu proses patologis sehingga berat badan janin tersebut kecil untuk
masa kehamilannya.
Berdasarkan gejala klinis dan USG janin kecil dibedakan atas:
Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa kehamilannya. Mempunyai
ponderal index dan jaringan lemak yang normal.
PB(cm)
Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yang disebut true fetal growth
restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut, dan panjang lengan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana total jumlah sel kurang, ini biasanya
disebabkan oleh gangguan kromosom atau infeksi kongenital misalnya TORCH. Proses patologis berada
di organ dalam sampai kepala.
Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total sel normal tetapi ukurannya
lebih kecil. Biasanya gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal atau faktor plasenta.
Simetris Asimetris
1.3 ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas yang mencegah sel
dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika
janin tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya
kecil), kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Maternal
Diabetes Melitus
Infeksi
Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel pada plasenta), korioangioma.
Janin
Janin kembar
Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan cytomegalovirus
(CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT).
Kelainan kongenital
Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan kelainan jantung bawaan yang
berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan
ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) .
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam zat yang bersifat
teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT. (1,2,4,5,6)
Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan asimetris dibedakan
menjadi:
1. Simetris: Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang tidak simetris,
semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan dengan hal ini adalah
kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung), infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other
Agents <Coxsackie virus, Listeria), Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex/Hepatitis B/HIV,
Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok. Faktor-
faktor lainnya:
Malformasi kongenital
Kelainan kromosom
Sindrom Dwarf
2. Asimetris: Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian lebih lama
dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa organ lebih terpengaruh
dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian tubuh yang terganggu untuk pertama kali,
kelainan panjang tulang paha umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter
biparietal juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak efisiennya)
plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk diantaranya tekanan darah tinggi
dan diabetes dalam kehamilan dalam kehamilan (8). Faktor-faktor lainnya:
a. Penyakit vaskuler
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri
b. Malnutrisi berat
1.4 EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8% pada bayi dismature, pada bayi
mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15%
adalah janin dengan PJT.
Pada 1977, Campbell dan Thoms memperkenalkan ide pertumbuhan simetrik dan pertumbuhan
asimetrik. Janin yang kecil secara simetrik diperkirakan mempunyai beberapa sebab awal yang global
(seperti infeksi virus, fetal alcohol syndrome). Janin yang kecil secara asimetrik diperkirakan lebih kearah
kecil yang sekunder karena pengaruh restriksi gizi dan pertukaran gas. Dashe dkk mempelajari hal
tersebut diantara 1364 bayi PJT (20% pertumbuhan asimetris, 80% pertumbuhan simetris) dan 3873 bayi
dalam presentil 25-75 (cukup untuk usia kehamilan). Tabel memperlihatkan daftar statistik yang
signifikan pada kejadian dan hasil perinatal diantara kelompok tersebut.
Anomalies 14% 4% 3%
Intubasi dalam VK 6% 4% 3%
Respiratory distress 9% 4% 3%
syndrome
Kematian Neonatal 2% 1% 1%
Usia gestasi saat persalinan 36.6 mgg ± 37.8 mgg 37.1 mgg ± 3.3
3.5 mgg ±2.9 mgg mgg
Kejadian PJT PJT Sesuai usia
gestasi
Asimetris Simetris
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi bayi segera setelah lahir)
Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam kandungan) yang dapat berakibat
sindrom gawat nafas
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal, kardiopulmonal dan pada kehamilan
ganda.
Cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya
dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus
uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah
ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami
hambatan pertumbuhan.
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion, janin letak lintang.
USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry angka kebenarannya
mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita sebut
sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran
organ intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran lingkar kepala dengan
lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris PJT.
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion, oligohidramnion biasanya sangat
spesifik pada asimetris PJT dan biasanya ini menunjukkan adanya penurunan aliran darah ke ginjal. (6)
Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya, bagi ibu yang memiliki berta
badan normal, kenaikannya sampai usia kehamilan 9 bulan adalah antara 12,5 kg-18 kg, sedangkan bagi
yang tergolong kurus, kenaikan sebaiknya antara 16 kg-20 kg. Sementara, jika Anda termasuk gemuk,
maka pertambahannya antara 6 kg11,5 kg. Bagi ibu hamil yang tergolong obesitas, maka kenaikan
bobotnya sebaiknya kurang dari 6 kg. Untuk memantau berat badan, terdapat parameter yang disebut
dengan indeks massa tubuh (IMT). Patokannya, bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih dari 30 = obesitas IMT kurang
dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama kehamilan antara 12,5 kg-18 kg,
dan seterusnya. Umumnya, kenaikan pada trimester awal sekitar 1 kg/bulan. Sedangkan, pada trimester
akhir pertambahan bobot bisa sekitar 2 kg/bulan (9).
Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolik yang tidak
normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.
Pemeriksaan Laboratorium
Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang tubuhnya kecil secara khas
akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula. Jika wanita itu memulai kehamilannya dengan berat badan
kurang dari 100 pound (<50 kg). Resiko melahirkan bayi yang kecil menurut usia gestasionalnya akan
meningkat paling tidak dengan sebanyak dua kali lipat (Eastman dan Jackson,1986; Simpson dkk.,1975).
Pada wanita yang kecil dengan ukuran panggul yang kecil, kelahiran bayi yang kecil dengan berat lahir
yang secara genetik dibawah berat lahir rata-rata untuk masyarakat umum, tidak selalu merupakan
kejadian yang tidak dikehendaki.
1.8 KOMPLIKASI
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan bahaya bagi janin
hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan
oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani kehamilan
bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan
mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada
waktunya.
Janin
Setelah lahir :
a. Langsung:
Asfiksia
Hipoglikemi
Aspirasi mekonium
DIC
Hipotermi
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak kelahiran,
sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi
dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi
kongenital dan kelainan kromosom.
1.9 PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko
tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi
dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk
pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan
riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi
kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan
taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang
suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT ditujukan karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh
ini, yaitu untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi
risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
Pada PJT pada saat dekat waktu melahirkan, yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan
Pada PJT jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan
kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel
plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta
infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik.
Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari,
Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin
dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah
tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin
termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin
menggunakan USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi
suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat
maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan
alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan ketat
selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi
caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera
setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama
melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi
plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
Kondisi bayi.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan oksigen setelah
melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada
umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang
terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up
pertumbuhan setelah dilahirkan.
1.10 PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet,
istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan,
sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak
merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta
istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik
dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik
pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu hamil sebagai
berikut :
1. Usahakan hidup sehat
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah
ekstra 300 kalori/hari.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi keseimbangan
oksigenasi, maupun berat badan.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin
dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil
dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu.
Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya,
lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia
kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan
lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
1.11 PROGNOSIS
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika
bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-
kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan
nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan
bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya
PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang
paling sedikit memiliki kontrol 1 kali selama kehamilan pada tenaga kesehatan, baik bidan maupun
dokter.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 20 tahun
Keluhan Utama
Pasien wanita usia 20 tahun datang ke Ponek RSUD KONAWE tanggal 03 Mei 2019 pukul 18.30
WIB dengan keluhan utama perut terasa kenceng-kenceng.
Dismenorea : (-)
Riwayat ANC
Selama hamil pemeriksaan kehamilan 3 kali ke puskesmas dan telah beberapa kali ke Dokter
Sp.OG
Riwayat Menikah
Riwayat Kehamilan
Kehamilan sekarang merupakan kehamilan pertama
Riwayat KB
Tidak ada
Riwayat hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asthma (-), alergi obat dan makanan (-)
Riwayat Operasi
Riwayat Kebiasaan
PEMERIKSAAN FISIK
N : 84x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,70C
TB : 160 cm
BMI : 25.4
Thoraks :
Cor : BJI-BJII reguler, tidak terdapat murmur dan tidak terdapat gallop.
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronchi tidak ada, wheezing tidak ada
Genitalia :
Status Obstetrikus :
Mammae : Sepasang, simetris kanan dan kiri, areola berwarna gelap,bengkak -/-, tanda radang -/- dan retraksi
puting -/- ASI (-) nyeri tekan (-)
Abdomen :
TFU : 29 cm
Perkusi : Timpani
Inspekulo
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
Rencana diagnostik
Rencana edukatif
Psikoedukatif agar tidak stress
Teratur makan
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanasionam : ad bonam
BAB IV
DISKUSI
Telah dilakukan kontrol ulang seorang pasien, perempuan, usia 26 tahun di Poli Kebidanan RSUD
KONAWE pada tanggal 28 Juli 2018 dengan keluhan utama kontrol ulang pada kehamilan.
Sebelum ini pasien pernah konsul ke Dokter Sp.OG. Dari hasil USG didapatkan usia kehamilan 31-
32 minggu tidak sesuai dengan usia janin 28-29 minggu. Setelah itu, pasien disuruh kontrol ulang ke Poli
Kebidanan untuk tatalaksana selanjutnya.
Diagnosa kerja IUGR dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, periksa TFU dan pemeriksaan
USG.
Pada anamnesis, pasien tidak mempunyai penyakit tekanan darah tinggi, diabetes mellitus,
malnutrisi dan infeksi. Pasien tidak minum alcohol, tidak merokok dan tidak konsumsi obat-obat. Ini
menyingkirkan factor risiko terjadi pada IUGR.
Untuk pemeriksaan TFU, telah didapatkan TFU pasien adalah 29cm. Hal ini menyokong usia
kehamilan tidak sesuai dengan usia janin.
Untuk pemeriksaan USG, akan diperiksa ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC)
untuk mendeteksi asimetris atau simetris IUGR.
Tatalaksana yang dianjurkan adalah kontrol ulang untuk memantau perkembangan janin. Pasien
juga dinasehatkan supaya tidak stress, makan teratur dan istirahat yang cukup supaya pertumbuhan
janin tidak terhambat.
DAFTAR PUSTAKA
Cunninghan FG, Gant NF, Leveno KJ, et al, 2005. Obstetri Williams Vol 1/Edisi 21. EGC. Jakarta.
Wikjosastro H, 2005. Ilmu Kandungan Edisi ke2 Cetakan ke4. YBB-SP. Jakarta