Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN IUGR DI RSUD SIDOARJO

Disusun untuk memenuhi tugas laporan individu praktek profesi ners


departemen keperawatan dasar di RSUD Sidoarjo

DISUSUN OLEH :

RYANA DUTA LOPES


NIM: 2209.14901.370

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYAGAMA HUSADA MALANG

1
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN IUGR DI RSUD SIDOARJO

DISUSUN OLEH :
RYANA DUTA LOPES
NIM: 2209.14901.370

Disetujui Oleh

Pembimbing Institusi Pembimbing Wahana


Praktik

(...................................) (............................................)

2
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN IUGR

A. Definisi
IUGR adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan perkembangan dari
fetus, yang mana terjadi 3-7% dari persalinan, tergantung pada criteria diagnose
yang dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko tinggi untuk
terjadinya kesakitan dan kematian.
Definisi menurut WHO, janin yang mengalami pertumbuhan yang
terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat
standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya.
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah
suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang
mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia
kehamilannya. Menurut Gordon, JO (2015) pertumbuhan janin terhambat-PJT
(Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin
berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan.
Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-
KMK (small for gestational age).
Janin yang beratnya dibawah presentil ke 10 usia kehamilannya dan
lingkaran perut dibawah presentil ke 2,5. Standar berat badan bayi yang disebut
cukup bulan adalah 2500. Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang
mempunyai berat badan dibawah 10 persentil dari kurva berat badan bayi yang
normal). Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth
Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi
lebih ditekankan untuk mental.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan pada janin:
a. Penyebab ibu
1) Fisik ibu yang kecil
Nutrisi status gizi ibu bukan merupakan yang membatasi kecuali
pada kasus- kasus kelaparan yang ekstrim, kekurangan gizi yang ekstrim
dapat menyebabkan BBLR. Kenaikan berat  tidak adekuat selama

3
kehamilan dapat menyebabkan PJT. Kenaikan berat badan ibu selama
kehamilan sebaiknya 9-16 kg.
Apabila  wanita  dengan   berat  badan   kurang  harus 
ditingkatkan   sampai   berat   badan   ideal  ditambah dengan 10-12 kg.
2) Penyakit ibu kronik
Kondisi   ibu   yang  memiliki   hipertensi   kronik,   penyakit  
jantungsianotik,   diabetes,   serta   penyakit vaskular kolagen dapat
menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-
eklampsia yang dapat membawa ke PJT
3) Kebiasaan seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan narkoba
b. Penyebab janin
1) Infeksi selama kehamilan
Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela dan
cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT.
2) Kelainan bawaan dan kelainan kromosom
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosom sel.
Kelaianan kromosom  seperti   trisomi  atau  triploidi  dan kelainan 
jantung bawaan yang berat   sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18
berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban
berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT.
3) Pajanan patogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)
Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti
kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.
c. Penyebab uterus dan plasenta (ari-ari)
Pada plasenta, gangguan pasokan darah ke uterus atau permukaan
plasenta yang tidak luas dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang
serius pada janin. Pelepasan plasenta pada pinggir-pinggirnya dalam
kehamilan muda disertai perdarahan dan pembentukan parut disana
(placenta circumvallata) bisa membatasi pertumbuhan janin dan
menyebabkan hambatan pertumbuhan interuterin. Implantasi plasenta pada
daerah serviks bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta terbatas. Plasenta

4
yang mempunyai banyak infark kecil-kecil kehilangan luas permukaan untuk
pertukaran dan merusak pengangkutan substrat yang mencukupi kepada
janin. Solusio plasenta yang kronik mengurangi luas permukaaan
fungsionalnya dan dengan demikian juga dapat menyebabkan hambatan
pertumbuhan interuterin pada janin.
C. Tanda dan Gejala
PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan
penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga
dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih
kecil dari yang seharusnya.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya:
a. tampak kurus,
b. pucat,
c. berkulit keriput.
d. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi normal
yang tampak tebal dan kuat.
PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau
sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang
cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena
infeksi. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan
berikut :
a. Penurunan level oksigenasi
b. Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi
bayi segera setelah lahir)
c. Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam
kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas
d. Hipoglikemi (kadar gula rendah)
e. Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin
f. Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

5
D. Patofisiologi
Secara Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu kapan mulai dan
berapa lamanya pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.
1. Type 1, simetrik IUGR atau proporsional (kronis)
Type 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan
pertumbuhan. Type IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan
semua fetus ini menurut perbandingan SGA. Lingkar dada dan kepala,
panjang dan beratnya semua dibawah 10 persentil untuk usia kehamilan,
tetapi bayi ini memiliki Indek Ponderal yang normal.Type 1 IUGR merupakan
akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal kehamilan. Pada tahapan awal
pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis pada usia kehamilan 4
sampai dengan 20 minggu yang disebut fase hiperplasti.Apabila ada kondisi
patologis selama fase ini akan mengurangi jumlah sel untuk bayi.
IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus yang mengalami
hambatan pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan adanya hambatan mitosis
ketika terjadi infeksi dalam kandungan (misalnya, herpes simplek, rubella,
cytomegalovirus dan toksoplasma), kelainan kromosom, dan kelainan
congenital. Harus diingat, bagaimanapun, fetus yang simetris mungkin
secara aturan kecil dan menderita tetapi tidak semuanya mengalami
ketidaknormalan.
Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan prognosisi
yang tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang
menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya
factor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus
yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada
aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical
(Percutaneus Umbillical Blood Sampling), betul betul direkomendasikan
untuk mengetahui Karyotype abnormal.
2. Type 2, Asimetrik IUGR atau disproportional (akut)
Type 2 atau Asymetrik, IUGR menunjuk pada hambatan pertumbuhan
pada neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan isufisiensi
uteroplasental. Type 2 IUGR merupakan hasil keterlambatan pertumbuhan

6
Type 1 dan selalu terjadi sesudah minggu ke 28 dari kehamilan. Seperti yang
dikatakan oleh Vorherr3, pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal
ditandai dengan adanya Hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat telah
terjadi peningkatan ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang dan
jaringan yang lainnya. Hambatan pertumbuhan fetus yang asimetrik, total
jumlah sel mendekati normal, tetapi sel sel tersebut mengalami
penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR asimetris memiliki Indek Ponderal
yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat bayi, tetapi ukuran
lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal. Pada beberapa kasus
asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal sampai dengan akhir
Trimester II dan awal Trimeseter III, ketika pertumbuhan kepala tetap normal,
sedangkan pertumbuhan abdominal lambat (Brain Sparring Effect). Type
Asymetris ini merupakan hasil dari mekanisme kompensasi fetus dalam
memberikan reaksi terhadap fase penurunan perfusi plasenta. Terjadinya
pendistribusian ulang dari Fetal Cardiac Output, dengan penurunan aliran ke
otak, hati, dan adrenal dan penurunan cadangan glikogen dan liver mass.
Bagaimanapun, isufisiensi plasenta adalah merugikan selama akhir
kehamilan, pertumbuhan kepala menjadi rata, dan ukurannya mungkin
menjadi turun pada curve pertumbuhan normal.
Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah
type 2. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti
Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty,
dan yang lainnya.
3. Intermediate IUGR
IUGR Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang
merupakan kombinasi Type 1 dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada
type ini diperkirakan terjadi selama fase pertengahan pertumbuhan- pada
fase hyperplasia dan hipertropi- yang mana terjadi pada usia kehamilan 20-
28 minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan kecepatan mitosis dan
peningkatan yang progesif secara menyeluruh pada ukuran sel. Bentuk IUGR
ini keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan type1 dan 2,
diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan pertumbuhan fetus.

7
Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang
lainnya, menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan
mengakibatkan Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak
memberikan efek Brain Sparring.
E. WOC (Lampiran)
F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinggi fundus (rahim).
Dokter dapat mengetahui keadaan PJT dari pertambahan ukuran
rahim ibu (tingginya rahim yang diukur dari puncak rahim sampai batas
tulang kemaluan). Dalam 2 kali pemeriksaan apabila tidak terjadi kenaikan,
dapat di curigai adanya hambatan.
2. Pemeriksaan USG (ultrasonografi).
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur
pertumbuhan janin. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk melihat
kelainan organ yang terjadi. Pengukuran lingkar kepala, panjang tulang
paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin
melalui USG.  Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk
melihat aliran dari pembuluh darah arteri umbilikalis.
3. Pemeriksaan Rutin
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan
agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada
kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan
melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28
minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan
setidaknya setiap 2 minggu sekali.
Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan
usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin
mungkin pula terjadi hambatan/gangguan. Jadi,pemeriksaan harus
dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

8
G. Penatalaksanaan
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-
pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah
kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil
tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk
pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah
kondisi optimal. Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk
mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti
hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada
kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG
harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi
secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan
tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang
suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi
yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup
usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana
yang harus dilakukan adalah :
a) PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah
segera dilahirkan
b) PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin
ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan
cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan
darah janin dianjurkan.
 Tatalaksana umum :
Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta
infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan
nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi
dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok
dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat
membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak
dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan

9
pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta
pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
 Tatalaksana khusus :
Pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya
terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu
hamil tidak adekuat  maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil
perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus
dihentikan.
 Proses melahirkan :
Pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan
ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah
melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta
perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya
dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan
meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.
 kondisi bayi.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap
cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu
tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).
Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana
janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah
dilahirkan.

10
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
b. Masa gestasi < 37 minggu
c. Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan
licin
d. Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi,
pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan
sutura lebar
e. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup
oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
f. Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
g. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
h. Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
i. Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
j. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami apnea, otot masih hipotonik
k. Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna
l. Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
m. Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
n. Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
o. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
2. Diagnosa keperawatan
Potensial cedera (asfiksia, aspirasi mekonium, hipoglikemia, suhu
tubuh tidak stabil, polisitemia) yang berhubungan dengan retardasi
pertumbuhan intrauntrein.
Diagnose keperawatan pada IUGR diantaranya yaitu:

a. Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan


b. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan

11
c. Defisit pengetahuan tentang nutrisi selama hamil b.d kurang terpapar
informasi
3. Intervensi
Tgl/
Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
Jam
Deficit nutrisi Luaran Utama: Intervensi Utama
( D.0019) 1. Status nutrisi (L.03030) 1. Manajemen Nutrisi (I.03119)
Luaran Tambahan: 2. Promosi Berat Badan (I.03136)
Penyebab: 1. Berat badan (L.03018) Intervensi pendukung:
1. Kurangnya asupan 2. Fungsi gastrointestinal (L.03019) 1. Dukungan Kepatuhan Program
makanan 3. Nafsu makan (L. 03024) Pengobatan (I.12361)
2. Ketidakmampuan 4. Perilaku meningkatkan berat 2. Edukasi Diet (I.12369)
menelan makanan badan (L.03026) 3. Konseling Nutrisi (I.03094)
3. Ketidakmampuan 5. Status menelan (L.06052) 4. Pemantauan Cairan (I.03121)
mencerna makanan Status nutrisi 5. Pemantauan Nutrisi (I.03123)
4. Ketidakmampuan Tujuan Manajemen nutrisi
mengabsorbsi nutrien Setelah dilakukan tindakan Tindakan:
5. Peningkatan keperawatan selama ….. … status Observasi
kebutuhan nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi
metabolisme 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
6. Faktor ekonomi Kriteria Hasil: makanan
7. Faktor psikologis 1. Porsi makanan yang dihabiskan 3. Identifikasi makanan yang disukai
(stress, keengganan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
untuk makan) 2. Kekuatan otot pengunyah nutrien
8. ………………….. meningkat 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
3. Kekuatan otot menelan nasogastric
Dibuktikan dengan: meningkat 6. Monitor asupan makanan
Gejala dan tanda mayor 4. Serum albumin meningkat 7. Monitor berat badan
1. Berat badan menurun 5. Verbalisasi keinginan untuk 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
minimal 10% dari meningkatkan nutrisi meningkat Terapeutik
rentang ideal 6. Pengetahuan tentang pilihan 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
makanan sehat meningkat jika perlu
Gejala dan tanda minor 7. Pengetahuan tentang standar 2. Fasilitasi penentuan program diet
1. Cepat kenyang asupan nutrisi yang tepat 3. Sajikan makanan secara menarik dan
setelah makan meningkat suhu yang sesuai
2. Nyeri abdomen 8. Penyiapan dan penyimpanan 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
3. Nafsu makan makanan dan minuman yang mencegah konstipasi
menurun aman meningkat 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
4. Bising usus 9. Sikap terhadap makanan dan protein
hiperaktif minuman sesuai dengan tujuan 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
5. Otot mengunyah kesehatan 7. Hentikan pemberian makan melalui
lemah 10. Perasaan cepat kenyang menurun nasogastric bila asupan oral dapat
6. Otot menelan lemah 11. Nyeri abdomen menurun ditoleransi
7. Membran mukosa 12. Sariawan berkurang Edukasi
pucat 13. Rambut rontok menurun 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
8. Sariawan 14. Diare menurun 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
9. Serum albumin turun 15. Berat badan membaik Kolaborasi
10. Rambut rontok 16. IMT membaik 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
berlebihan 17. Frekuensi makan membaik makan (mis. Pereda nyeri, anti emetic,
11. Diare 18. Nafsu makan membaik jika perlu

12
19. Bising usus membaik 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
20. Tebal lipatan kulit trisep menentukan jumlah kalori dan jenis
membaik nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

Tgl/
Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
Jam
Gangguan Rasa Nyaman Luaran utama: Intervensi Utama:
(D.0074) 1. Status kenyamanan 1. Manajemen nyeri ( I.08238
(L.08064) 2. Pengaturan posisi (I.01019)
Penyebab: Luaran tambahan: 3. Terapi relaksasi (I.09326)
1. Gejala penyakit 1. Pola tidur(L.05045) Intervensi pendukung:
2. Kurang pengendalian 2. Tingkat agitasi 1. Dukungan hypnosis diri (I.09257)
situasional/lingkungan (L.09092) 2. Edukasi aktivitas/istirahat(I.12362)
3. Kitadak adekuatan 3. Tingkat ansietas 3. Edukasi kesehatan (I.12383)
sumber daya (L.09093) 4. Edukasi manajemen nyeri (I.12391)
4. Kurangnya privasi 4. Tingkat nyeri 5. Kompres dingin (I.08234)
5. Gangguan stimulus (L.08066)
lingkungan 5. Tingkat keletihan Manajemen nyeri
6. Efek samping terapi (L.05046) Tindakan:
7. Gangguan adaptasi Observasi
kelamin Eliminasi fekal 1. Identifikasi lokasi, karateristik, durasi,
8. …………………….. Tujuan: frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
…………………….. Setelah dilakukan 2. Identifikasi skala nyeri
Dibuktikan dengan tindakan keperawatan 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
Gejala dan tanda mayor: selama ……. . status 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
Subjektif. kenyamanan meningkat memperingan nyeri
1. Mengeluh tidak 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
nyaman Kriteria Hasil: hidup
1. Kesejahteraan fisik 6. Monitor keberhasilan terapi komplementer
Objektif. meningkat yang sudah diberikan
1. Gelisah 2. Kesejahteraan 7. Monitor efek samping penggunaan
psikologis meningkat analgetik
Gejala dan tanda minor: 3. Dukungan social dan Terapeutik
Subjektif. keluarga meningkat 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
1. Mengeluh sulit tidur 4. Keluhan tidak nyaman mengurangi rasa nyeri
2. Tampu rileks menurun 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
3. Mengeluh 5. Gelisah menurun rasa nyeri
kedinginan/kepanasan 6. Kebisingan menurun 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Merasa gatal 7. Keluhan sulit tidur Edukasi
5. mengeluh mual menurun 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
6. Mengeluh lelah 8. Pola eliminasi nyeri
membaik 2. Jelaskan straregis meredahkan nyeri
Objektif. 9. Kewaspadaan 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
1. Menunjukkan gejala membaik 4. Anjurkan mengunakan analgetik secara
distress 10.Pola hidup membaik tepat
2. Tampak 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
merintih/menangis mengurangi rasa nyeri
3. Pola eliminasi berubah Kolaborasi
4. Postur tubuh berubah 1. Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu
5. Iritabilitas 2. ……………………………………………

13
Tgl Diagnosa Keperawatan Luaran Intervensi
/
Ja
m
Defisit pengetahuan Luaran Utama: Intervensi Utama:
( D.0111) 1. Tingkat 1. Edukasi kesehatan (I.12383)
pengetahuan Intervensi Tambahan:
Penyebab: (L.12111) 1. Bimbingan sistem kesehatan (I.12360)
1. Keterbatasan kognitif Luaran Tambahan: 2. Edukasi aktivitasi (I.12362)
2. Gangguan fungsi 1. Motivasi (L.09080) 3. Edukasi analgesia terkontrol (1.12364)
kognitif 2. Proses informasi 4. Edukasi berat badan efektif (I.12365)
3. Kekeliruan mengikuti (L.10100) 5. Edukasi berhenti merokok (I.12366)
anjuran 3. Tingkat agitasi
4. Kurang terpapar (L.09092) Edukasi kesehatan
informasi 4. Tingkat kepatuhan Tindakan:
5. Kurang minat dalam (L.12110) Observasi
belajar 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
6. Kurang mampu Tingkat pengetahuan menerima informasi
mengingat Tujuan 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
7. Ketidaktahuan Setelah dilakukan meningkatkan dan menurukan motivasi
menentukan sumber tindakan keperawatan perilaku hidup bersih dan sehat
informasi selama ….. jam, tingkat
8. ................................... pengetahuan menurun Terapeutik
..... 1. Sediakan materi dan media pendidikan
Kriteria Hasil: kesehatan
Gejala dan tanda mayor: 1. Nafsu makan 2. Jadwalakn pendidikan kesehatan sesuia
1. Menanyakan maslah meningkat kesepakatan
yang dihadapi 2. Keluhan mual 3. Berikan kesempatan untuk bertanya
2. Menunjukkan menurun
perilaku tidak sesuai 3. Perasaan ingin Edukasi
anjuran muntah menurun 1. Jelaskan faktor resiko yang dapat
3. Menunjukkan 4. Perasaan asam mempengaruhi kesehatan
persepsi yang keliru dimulut menurun 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
terhadap masalah 5. Sensasi panas 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
menurun untuk meningkatkan perilaku bersih
Gejala dan tanda minor: 6. Sensasi dingin dan sehat
1. Menjalani menurun
pemeriksaan tidak 7. Frekuensi menelan
tepat menurun
2. Menunjukkan 8. Diaforesis menurun
perilaku berlebihan 9. Jumlah saliva
(mis. Apatis, menurun
bermusuhan, agitasi, 10.Pucat menurun

14
11.Takikardia menurun
hosteria) 12.Dilatasi pupil
menurun

4. Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari
rencana tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian
terhadap tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak
berhasil perlu dikaji, direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu
panjang dan pendek tergantung respon dalam keefektifan intervensi.
Adapun hasil dari asuhan keperawatan yang bisa dicapai adalah
potensial cedera (asfiksia, aspirasi mekonium, hipoglikemia, suhu tubuh tidak
stabil, polisitemia) yang berhubungan dengan retardasi pertumbuhan
intrauntrein tidak terjadi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. 2018 Dalam: Buku


Ajar Ilmu Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI.
Retardasi Pertumbuhan dalam Rahim (Intrauterine Growth Retardation-IUGR).
Dalam http://www.kehamilan.klikdokter.com. Diakses tanggal 14 Januari
2019
Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology and
Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501
Alkalay A. In :St. IUGR. Dalam http://www.google.com. Diakses tanggal 23 Oktober
2018
Harper T. Fetal Growth Restriction. Dalam http://www.emedicine.com. Diakses
tanggal 24 Oktober 2018.
Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam http://www.botefilia.com. Diakses tanggal 14
Januari 2019.
Waspadai Pertumbuhan Janin Terlambat (PJT). Dalam http://www.kafebalita.com.
Diakses tanggal 14 Januari 2019.
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dalam http://www.klikdokter.com. Diakses
tanggal 14 Januari 2019
Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada Janin. Dalam http://www.persagi.dkk-
bpp.com. Kamis, 01 April 2008. Diakses tanggal 14 Januari 2019.

16

Anda mungkin juga menyukai