Disusun oleh:
Pembimbing:
Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul PERTUMBUHAN JANIN
TERHAMBAT ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Obsetri dan Ginekologi di RSU Dr.Slamet Garut.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1.
2.
Para Bidan dan Pegawai di Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr.Slamet
Garut.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim (IUGR) berdasarkan definisinya terjadi
bila berat lahir dari bayi neonatus berada di bawah persentil ke sepuluh selama umur gestasi
tertentu. Keadaan ini penting karena dapat mengenali satu kelompok bayi kecil yang beresiko
tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal.
Janin yang mempunyai keterbelakangan dalam pertumbuhan sangat rentan terhadap
terhadap masalah-masalah seperti aspirasi mekoneum, asfiksia, polisitemia, hipoglikemia dan
mungkin
juga
dapat
mengalami
keterbelakangan
mental.
Pengenalan
dini
pada
BAB II
I. DEFINISI
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di bawah
presentil ke-10 pada standard intrauterine growth chart of low birth weight untuk
masa kehamilan, dan mengacu kepada suatu kondisi dimana janin tidak dapat
mencapai ukuran genetik yang optimal. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 %
dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada
umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (at
term, >37 minggu). Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut small for
gestational age (SGA), di mana bayi mempunyai berat badan kecil yang tidak
menimbulkan kematian perinatal. (1,4,6)
1.
2.
PJT
PJT
Asimetris
Simetris
Sesuai
Kejadian
gestasi
Anomalies
14%
4%
3%
86%
95%
95%
12%
8%
5%
7%
2%
1%
Intubasi dalam VK
6%
4%
3%
Neonatal ICU
18%
9%
7%
9%
4%
3%
2%
<1%
<1%
2%
1%
1%
usia
Perdarahan intraventrikular
(grade III atau IV)
Kematian Neonatal
36.6 mgg
37.8
mgg
3.5 mgg
2.9 mgg
14%
6%
mgg
11%
Fase hiperplasia, terjadi pada 16 minggu pertama kehamilan. Pada fase ini ditandai
dengan jumlah sel bertambah dengan cepat
2.
Fase hiperplasia dan hipertrofi, terjadi pada usia kehamilan 16-32 minggu. Pada fase
ini terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel.
3.
Fase hipertrofi sel, terjadi mulai usia kehamilan 32 minggu sampai aterm. Pada fase
inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen janin terjadi.
Laju Pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah 5 g/hari pada
usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34
minggu.
V. ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas
yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel
menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup mendapat nutrisi dan
oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan,
atau karena infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya
kecil), kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1.
Maternal
Tekanan darah tinggi
Penyakit ginjal kronik
Diabetes Melitus
Penyakit jantung dan pernapasan
Malnutrisi dan anemia
Infeksi
3.
Janin
Janin kembar
Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela
dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT).
Kelainan kongenital
Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan
kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18
berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih).
Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) .
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam
zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan
alkohol dapat menyebabkan PJT. (1,2,4,5,6)
Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan asimetris
dibedakan menjadi:
1. Simetris : Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin
yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang
berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ
(terutama
<Coxsackie
jantung),
virus,
infeksi
TORCH
Listeria),
(Toxoplasmosis,
Rubella,
Other Agents
Cytomegalovirus,
Herpes
b.
Infeksi janin
c.
Malformasi kongenital
d.
Kelainan kromosom
e.
Sindrom Dwarf
2.
3.
VI. KLASIFIKASI
Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisi keduanya hampir
mirip. Tetapi pada SGA tidak terjadi gangguan pertumbuhan, bayi hanya mempunyai ukuran
tubuh yang kecil. Sedangkan pada IUGR terjadi suatu proses patologis sehingga berat badan
janin tersebut kecil untuk masa kehamilannya.
Berdasarkan gejala klinis dan USG janin kecil dibedakan atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa kehamilannya.
Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang normal.
Ponderal index = BB(gram) x 100
PB(cm)
2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yang disebut
true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut, dan panjang lengan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana total jumlah
sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguan kromosom atau infeksi
kongenital misalnya TORCH. Proses patologis berada di organ dalam sampai
kepala.
2. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total
sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanya gangguan ini disebabkan
oleh faktor maternal atau faktor plasenta.
Asimetris
Simetris
Semua bagian tubuh kecil
Meningkat
Normal
Kecil
tanpa
komplikasi
baik
normal diikuti dengan perlambatan pada trimester ketiga. Pola ini berkaitan
dengan faktor maternal dan plasental seperti hipertensi.
Rasio lingkar kepala terhadap lingkar abdomen. Normalnya lingkar kepala
lebih besar dari lingkar abdomen sampai kehamilan mencapai usia kurang dari
32 minggu. Pada usia kehamilan antara 32 dan 36 minggu, kedua
sirkumferensia tersebut sama besarnya. Setelah usia 36 minggu, sirkumferensia
abdomen biasanya melampaui sirkuferensia kepala. Lingkar perut (AC),diukur
melewati hati. Merupakan parameter yang paling baik dengan sensitivitas
mencapai 82 % dan berguna secara klinik untuk menggambarkan status nutrisi
janin. Teknik ini dapat digunakan untuk mendeteksi retardasi pertumbuhan
janin, disamping itu dapat pula di bedakan pola pertumbuhan yang simetris
ataupun yang tidak simetris.
Perkiraan kualitatif terhadap volume cairan amnion. Dapat digunakan untuk
mengenali retardasi pertumbuhan janin. Manning dkk mengemukakan bahwa
kantong cairan yang ukurannya kurang dari 1 cm, memiliki korelasi yang erat
dengan retardasi pertumbuhan janin. Basticle (1986) menegaskan bahwa
oligohidroamnion merupakan tanda yang mengkhawatirkan dan kalau
keadaannya berat, sering menjadi indikasi persalinan bayi.
Berat janin. Berbagai rumus yang berbeda
diameter janin, sikumferensia dan daerah dari semua bagian tubuh dapat
digunakan untuk mengukur taksiran berat janin yang dapat pula digunakan
untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan.
Derajat plasenta. Plasenta derajat III berhubungan dengan hampir 60% janin
dengan
PJT. Derajat
Skor abnormal
(skor=0)
Tidak terdapat gerakan
detik
2 atau ebih sedikit
Tonus
geraka
Ekstensi perlahan
2 akselerasi pada 10
Gerakan nafas
ditentukan
cairan amnion
ukuran 2x2 cm
* semua parameter dinilai dalam 30 menit
berukuran 2x2 cm
2
2
2
0
<2
<2
Rasio SD A.Umbilikal
Gerak Napas-stimulasi
Indeks Cairan Amnion
<3
2
10
3
<2
< 10
5 Usia gestasi < 35 minggu ulangi FDJP dalam 2 minggu dan bila usia gestasi
35 terminasi kehamilan.
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat dini sering
berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT yang
muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem lain. Pada
kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran
darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini
dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi
mengalami kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan
berikut :
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi bayi
segera setelah lahir)
Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang tubuhnya kecil
secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula. Jika wanita itu memulai
kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100 pound (<50 kg). Resiko
melahirkan bayi yang kecil menurut usia gestasionalnya akan meningkat paling tidak
dengan sebanyak dua kali lipat (Eastman dan Jackson,1986; Simpson dkk.,1975).
Pada wanita yang kecil dengan ukuran panggul yang kecil, kelahiran bayi yang kecil
dengan berat lahir yang secara genetik dibawah berat lahir rata-rata untuk masyarakat
umum, tidak selalu merupakan kejadian yang tidak dikehendaki.
IX. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah
membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah
ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasienpasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin
kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit
ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu
diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk
menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.
Pertumbuhan
janin
yang
suboptimal
menunjukkan
bahwa
pasien
tersebut
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera
dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini,
dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan
ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin
dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan
kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi
disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri,
Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk
berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam
jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di
rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit.
Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin
serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan,
hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah
nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita
hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus
dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah
komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi
distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan
sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan
meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
3. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan
mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun)
dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam
jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat
setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up
pertumbuhan setelah dilahirkan(10).
X. KOMPLIKASI
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan bahaya
bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi
asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut
masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika
sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi
untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
Asfiksia
Hipoglikemi
Aspirasi mekonium
DIC
Hipotermi
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak
kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat
Preeklampsi
Penyakit jantung
Malnutrisi
XI. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor
seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi
yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari
dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan
menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan
tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga
baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana
dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik(10).
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu
hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa
ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap
akan
mengkonsumsi
obat,
pastikan
sepengetahuan/resep
dokter
kandungan.
4. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu
dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui
sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4
minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke
28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya,
lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40
minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan
atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan(9).
XII. PROGNOSIS
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth)
atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak
nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun,
faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara
hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care)
secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan
bahwa sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1
kali selama kehamilan pada tenaga kesehatan, baik bidan maupun dokter.
BAB III
KESIMPULAN
IUGR adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi
semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan), yang beratnya dibawah 10
persentil untuk usia gestasinya. Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan
pertumbuhan janin terhambat (PJT) seperti pseudomature, small for date, dysmature, fetal
malnutrition syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA).
IUGR atau PJT diklasifikasikan menjadi IUGR simetris, asimetris, dan kombinasi
keduanya. Etiologinya dapat berasal dari ibu, uteroplasenta, maupun dari janin itu sendiri.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput.
Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal
dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel.
Diagnosis IUGR dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, riwayat penyakit ibu
(factor resiko), pemeriksaan fisik (TFU yang tidak sesuai dengan usia kehamilan), dan
pemeriksaan penunjang (Dopler, NST, USG).
IUGR dapat menyebabkan komplikasi baik pada janin maupun pada ibu, mulai dari
yang ringan hingga yang paling berat, nahkan dapat menyebabkan kematian janin.
Dengan penatalaksanaan yang baik, mulai dari pemeriksaan antenatal sampai setelah
bayi dilahirkan, dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin. Beberapa penyebab dari
PJT tidak dapat dicegah. Faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol.
Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol
kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lin C C, Evans Mark I. Intrauterine Growth Retardation : Pathophysiology and Clinical
Management. United States of America : McGraw-Hill Book Company. 1984 : 4.
2. Cunningham F.G, Gant N.F, Leveno K.J, Gilstrap L.C, Hauth J.C, Wenstrom K.D. Obstetri
Williams. Edisi 21 . Jakarta : EGC. 2006 : 828 41.
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008 : 696 701.
4. Cunningham F.G, Gant N.F, Leveno K.J, Gilstrap L.C, Hauth J.C, Wenstrom K.D. Obstetri
Williams. Edisi 21 . Jakarta : EGC. 2006 : 826
5. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
6. Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology and
Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501