Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Disusun oleh:

Bayuni Izzat Nabillah (110 2012 042)

Pembimbing:

Dr. Dhanny P.J. Santoso, Sp.OG,M.Kes

Kepaniteraan Klinik Bagian Obstetri dan Ginekologi


Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
September-November 2016

Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan kemampuan
kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul PERTUMBUHAN JANIN
TERHAMBAT ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Obsetri dan Ginekologi di RSU Dr.Slamet Garut.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1.

Dr. Dhanny P.J. Santoso, Sp.OG,M.Kes selaku dokter pembimbing.

2.

Para Bidan dan Pegawai di Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr.Slamet
Garut.

3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RSUD Dr.Slamet Garut.


Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik dan
bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir penulis. Pada
akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih
baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca,
khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam menjalani aplikasi ilmu.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Garut, Oktober 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
Keterbelakangan pertumbuhan dalam rahim (IUGR) berdasarkan definisinya terjadi
bila berat lahir dari bayi neonatus berada di bawah persentil ke sepuluh selama umur gestasi
tertentu. Keadaan ini penting karena dapat mengenali satu kelompok bayi kecil yang beresiko
tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas perinatal.
Janin yang mempunyai keterbelakangan dalam pertumbuhan sangat rentan terhadap
terhadap masalah-masalah seperti aspirasi mekoneum, asfiksia, polisitemia, hipoglikemia dan
mungkin

juga

dapat

mengalami

keterbelakangan

mental.

Pengenalan

dini

pada

keterbelakangan pertumbuhan ini menawarkan peluang untuk dapat meminimalkan efek


buruk dari banyak komplikasi ini.
Bayi baru lahir dengan keterbelakngan pertumbuhan dalam rahim sering terlihat
kurus, pucat dan kulitnya kering. Tali pusat lebih sering terlihat tipis dan suram. Bayi-bayi ini
kadang-kadang mempunyai pandangan mata yang lebar. Beberapa bayi tidak mempunyai
penampilan kelainan gizi, tetapi secara keseluruhan kecil.
Pada bayi dengan keterlambatan pertumbuhan perubahan tidak hanya terhadap ukuran
panjang, berat dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami
perubahan misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal
bertambah sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan
bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai
dengan masa gestasinya.

BAB II
I. DEFINISI
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di bawah
presentil ke-10 pada standard intrauterine growth chart of low birth weight untuk
masa kehamilan, dan mengacu kepada suatu kondisi dimana janin tidak dapat
mencapai ukuran genetik yang optimal. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 %
dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada
umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (at
term, >37 minggu). Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut small for
gestational age (SGA), di mana bayi mempunyai berat badan kecil yang tidak
menimbulkan kematian perinatal. (1,4,6)

Gambar 1. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan

Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:


1.

Berat badan lahir di bawah presentil ke-10


2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:

1.

Berat badan lahir di bawah presentil ke-7

2.

Tidak adanya proses patologis.(4,6)


Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:
1. Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress yang lama
di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang
seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.

2. Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress subakut.


Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari sebelum janin lahir. Pada
keadaan ini panjang dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai
dengan masa gestasi. Bayi tampak waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan
lemak di bawah kulit, kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan
kurus dan lebih panjang.(1)
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran
kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan misalnya
Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah sedangkan
berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan bayi prematur
dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa
gestasinya.
II. EPIDEMIOLOGI
Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8% pada bayi
dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka
kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan PJT.(5,6)
Pada 1977, Campbell dan Thoms memperkenalkan ide pertumbuhan simetrik dan
pertumbuhan asimetrik. Janin yang kecil secara simetrik diperkirakan mempunyai
beberapa sebab awal yang global (seperti infeksi virus, fetal alcohol syndrome). Janin
yang kecil secara asimetrik diperkirakan lebih kearah kecil yang sekunder karena
pengaruh restriksi gizi dan pertukaran gas. Dashe dkk mempelajari hal tersebut
diantara 1364 bayi PJT (20% pertumbuhan asimetris, 80% pertumbuhan simetris) dan
3873 bayi dalam presentil 25-75 (cukup untuk usia kehamilan).
Di Jakarta dalam suatu survei ditemukan bahwa pada golongan ekonomi rendah,
prevalensi PJT lebih tinggi (14%) jika dibandingkan dengan golongan ekonomi menengah ke
atas. Secara klinik awal pertumbuhan janin yang terhambat dikenal setelah 28 minggu. Smith
dkk, melakukan observasi pada 4.229 kasus dan menemukan bahwa pertumbuhan yang
suboptimal sejak trimester pertama berkaitan dengan kelahiran preterm dan kejadian PJT3.
Kejadian dan hasil perinatal7 :

PJT

PJT

Asimetris

Simetris

Sesuai

Kejadian

gestasi

Anomalies

14%

4%

3%

Morbiditas tidak serius

86%

95%

95%

Induksi persalinan (<36 wk)

12%

8%

5%

7%

2%

1%

Intubasi dalam VK

6%

4%

3%

Neonatal ICU

18%

9%

7%

Respiratory distress syndrome

9%

4%

3%

2%

<1%

<1%

2%

1%

1%

Tekanan darah tinggi dalam


kehamilan (<32 wk)

usia

Perdarahan intraventrikular
(grade III atau IV)

Kematian Neonatal

Usia gestasi saat persalinan

36.6 mgg

37.8

mgg

37.1 mgg 3.3

3.5 mgg

Kelahiran preterm <32 mgg

2.9 mgg

14%

6%

mgg

11%

III. PERTUMBUHAN NORMAL INTRAUTERINE


Pertumbuhan janin intrauterine merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai
akibat bertambahnya ukuran janin dan peningkatan fungsi sistem organ yang berlangsung
selama kehamilan.
Proses pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel yang berturutan, yaitu :
1.

Fase hiperplasia, terjadi pada 16 minggu pertama kehamilan. Pada fase ini ditandai
dengan jumlah sel bertambah dengan cepat

2.

Fase hiperplasia dan hipertrofi, terjadi pada usia kehamilan 16-32 minggu. Pada fase
ini terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel.

3.

Fase hipertrofi sel, terjadi mulai usia kehamilan 32 minggu sampai aterm. Pada fase
inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen janin terjadi.

Laju Pertumbuhan janin yang setara selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah 5 g/hari pada
usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34
minggu.

IV. PERKEMBANGAN PJT INTRAUTERIN


Peningkatan rasio berat plasenta terhadap berat lahir ditimbulkan oleh kondisi diet
rendah nutrisi terutama protein
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas dipengaruhi oleh
makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa kondisi kekurangan nutrisi

sebelum implantasi bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan


nutrisi pada awal kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang
simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada kondisi
hiperglikemia pada kehamilan lanjut
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta, tapi bisa juga
terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai kompensasi. Didapati ukuran
plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi antara janin
dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada lamanya kekurangan. Pada
kondisi akut terjadi perlambatan pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi
yang diberikan membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses
perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.

V. ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas
yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel
menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup mendapat nutrisi dan
oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan,
atau karena infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya
kecil), kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1.

Maternal
Tekanan darah tinggi
Penyakit ginjal kronik
Diabetes Melitus
Penyakit jantung dan pernapasan
Malnutrisi dan anemia
Infeksi

Pecandu alkohol dan obat tertentu


Perokok
2.

Uterus dan Plasenta


Penurunan aliran darah di uterus dan plasenta
Plasenta abruption, plasenta praevia, infark plasenta (kematian sel pada
plasenta), korioangioma.
Infeksi di jaringan ikat sekitar uterus
Twin-to-twin transfusion syndrome

3.

Janin
Janin kembar
Penyakit infeksi (Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela
dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT).
Kelainan kongenital
Kelainan kromosom (Kelainan kromosom seperti trisomi atau triploidi dan
kelainan jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18
berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih).
Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) .
Pajanan teratogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin). Berbagai macam
zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan
alkohol dapat menyebabkan PJT. (1,2,4,5,6)

Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan asimetris
dibedakan menjadi:
1. Simetris : Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin
yang tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang
berkaitan dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ
(terutama
<Coxsackie

jantung),
virus,

infeksi

TORCH

Listeria),

(Toxoplasmosis,

Rubella,

Other Agents

Cytomegalovirus,

Herpes

simplex/Hepatitis B/HIV, Syphilis), kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil,


dan wanita hamil yang merokok(8).
Faktor-faktor lainnya :
a.

Pertambahan berat maternal yang jelek

b.

Infeksi janin

c.

Malformasi kongenital

d.

Kelainan kromosom

e.

Sindrom Dwarf
2.

Kombinasi Simetris dan Asimetris


a. Obat-obat teratogenik: Narkotika, tembakau, alkohol, beberapa
preparat antikonvulsan.
b. Malnutrisi berat

3.

Asimetris : Gangguan pertumbuhan janin asimetris memiliki waktu kejadian


lebih lama dibandingkan gangguan pertumbuhan janin simetris. Beberapa
organ lebih terpengaruh dibandingkan yang lain, lingkar perut adalah bagian
tubuh yang terganggu untuk pertama kali, kelainan panjang tulang paha
umumnya terpengaruhi belakangan, lingkar kepala dan diameter biparietal
juga berkurang. Faktor yang mempengaruhi adalah insufisiensi (tidak
efisiennya) plasenta yang terjadi karena gangguan kondisi ibu termasuk
diantaranya tekanan darah tinggi dan diabetes dalam kehamilan dalam
kehamilan(8). Faktor-faktor lainnya :
a. Penyakit vaskuler
b. Penyakit ginjal kronis
c. Hipoksia kronis
d. Anemia maternal
e. Abnormalitas plasenta dan tali pusat
f. Janin multipel
g. Kehamilan postterm
h. Kehamilan ekstrauteri

VI. KLASIFIKASI
Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisi keduanya hampir
mirip. Tetapi pada SGA tidak terjadi gangguan pertumbuhan, bayi hanya mempunyai ukuran
tubuh yang kecil. Sedangkan pada IUGR terjadi suatu proses patologis sehingga berat badan
janin tersebut kecil untuk masa kehamilannya.
Berdasarkan gejala klinis dan USG janin kecil dibedakan atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa kehamilannya.
Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang normal.
Ponderal index = BB(gram) x 100

PB(cm)
2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yang disebut
true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut, dan panjang lengan
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana total jumlah
sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguan kromosom atau infeksi
kongenital misalnya TORCH. Proses patologis berada di organ dalam sampai
kepala.
2. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total
sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanya gangguan ini disebabkan
oleh faktor maternal atau faktor plasenta.

Asimetris
Simetris
Semua bagian tubuh kecil

Kepala lebih besar dari perut

Ponderal index normal

Meningkat

Perbandingan kepala, perut dan panjang Meningkat


tangan normal
Etiologi: faktor genetik dan infeksi

Insufisiensi plasenta kronik

Jumlah sel-lebih kecil

Normal

Ukuran sel normal

Kecil

Bayi dengan komplikasi prognosisnya buruk Biasanya


prognosisnya
Tabel 1. Perbandingan IUGR Simetris dan Asimetris

tanpa

komplikasi

baik

Gambar 3. Size comparison between an IUGR baby (left) and a normal


VII. DIAGNOSIS
7.1 Faktor Ibu
Penetapan usia gestasi secara dini, perhatian pada penambahan berat badan ibu
serta pengukuran pertumbuhan fundus uteri dengan cermat selama kehamilan
akan menolong identifikasi kasus pertumbuhan janin terhambat. Kemudian
identifikasi tentang riwayat pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan
sebelumnya.
7.2 Tinggi fundus Uteri
Cukup akurat untuk mendeteksi banyak janin yang kecil untuk masa
kehamilan. Kekurangannya adalah ketidak tepatannya. Jensen dan Larsen
(1991) serta Walferen (1995) menemukan bahwa pengukuran simfisis-fundus
membantu mengidentifikasi hanya 40%. Meskipun demikian, hasil-hasil ini
tidak mengurangi pentingnya pengukuran fundus uteri. Antara usia gestasi 18
dan 30 minggu, tinggi fundus uteri dalam sentimeter bertepatan dengan minggu
gestasi. Bila ukurannya lebih 2 sampai 3 cm dari tinggi seharusnya,
pertumbuhan janin yang tidak sesuai dapat dicurigai.
7.3 Pengukuran Ultrasonik
Semua kehamilan harus mendapatkan pemeriksaan ultrasonik secara rutin
dengan tujuan dapat membantu mendiagnosis pertumbuhan janin terhambat.

Pemeriksaan Ultrasonografi yang rutin pada usia gestasi 16 sampai 20 minggu


untuk menetapkan usia kehamilan dan menyingkirkan anomali yang tampak,
diikuti oleh pemeriksaan pada minggu ke 32 sampai 34 untuk mengevaluasi
pertumbuhan janin. Metode Ultrasonografi optimal untuk memperkirakan
ukuran janin dan adanya pertumbuhan janin terhambat. Menggabungkan
ukuran kepala, abdomen dan femur secara teoritis akan meningkatkan akurasi
peramalan ukuran janin.
Lingkar abdomen yang diukur secara langsung pada bayi baru lahir juga
ternyata merupakan penanda anatomis penting untuk hambatan pertumbuhan.
Pada janin yang didiagnosis mengalami hambatan pertumbuhan karena lingkar
abdomen ultrasonik kurang dari persentil 5 untuk usianya. Observasi-observasi
yang sudah dilakukan menekankan bahwa pengukuran sonografik lingkar
abdomen dapat secara bermakna emnunjukkan pertumbuhan janin terhambat
patologis.
Penggunaan Ultrasonografi untuk mendeteksi pertumbuhan janin terhambat
tidak mencegah luputnya diagnosis. Larsen dkk (1992) melakukan pemeriksaan
ultrasonografi mulai minggu ke 28 dan setiap 3 minggu sesudahnya pada 1000
kehamilan dengan resiko pertumbuhan janin terhambat.
Menyatakan hasil perkiraan pertumbuhan janin secara ultrasonografik pada
trimester ketiga amat meningkatkan diagnosis janin-janin yang kecil untuk
masa kehamilan. Pada kelompok ini, pelahiran efektif juga meningkat, tetapi
tanpa perbaikan angka kematian atau kesakitan neonatal secara keseluruhan.
Berikut batasan pengukuran Ultrasonografi yang ditemukan pada PJT :
Diameter Biparietale. Memiliki variasi fisiologi yang sangat tinggi dengan
semakin bertambahnya usia kehamilan,sehingga bukan merupakan penentu
yang ideal. Hal ini disebabkan oleh lambatnya penurunan pertumbuhan tulang
tengkorak karena malnutrisi dan adanya berubah bentuk tengkorak oleh
kekuatan luar (oligohidramnion, presentasi bokong). Campbell (1972)

mengenali dua pola teknik pemeriksaan. Pada pola low-profile, pertumbuhan


kepala terus rendah di sepanjang kehamilan dan keadaan ini berkaitan dengan
anomali kongenital,infeksi serta abnormalitas kromosom, sedangkan pada pola
late-flattening ditandai dengan pertumbuhan kepala janin yang sebelumnya

normal diikuti dengan perlambatan pada trimester ketiga. Pola ini berkaitan
dengan faktor maternal dan plasental seperti hipertensi.
Rasio lingkar kepala terhadap lingkar abdomen. Normalnya lingkar kepala
lebih besar dari lingkar abdomen sampai kehamilan mencapai usia kurang dari
32 minggu. Pada usia kehamilan antara 32 dan 36 minggu, kedua
sirkumferensia tersebut sama besarnya. Setelah usia 36 minggu, sirkumferensia
abdomen biasanya melampaui sirkuferensia kepala. Lingkar perut (AC),diukur
melewati hati. Merupakan parameter yang paling baik dengan sensitivitas
mencapai 82 % dan berguna secara klinik untuk menggambarkan status nutrisi
janin. Teknik ini dapat digunakan untuk mendeteksi retardasi pertumbuhan
janin, disamping itu dapat pula di bedakan pola pertumbuhan yang simetris
ataupun yang tidak simetris.
Perkiraan kualitatif terhadap volume cairan amnion. Dapat digunakan untuk
mengenali retardasi pertumbuhan janin. Manning dkk mengemukakan bahwa
kantong cairan yang ukurannya kurang dari 1 cm, memiliki korelasi yang erat
dengan retardasi pertumbuhan janin. Basticle (1986) menegaskan bahwa
oligohidroamnion merupakan tanda yang mengkhawatirkan dan kalau
keadaannya berat, sering menjadi indikasi persalinan bayi.
Berat janin. Berbagai rumus yang berbeda

berdasarkan hasil pengukuran

diameter janin, sikumferensia dan daerah dari semua bagian tubuh dapat
digunakan untuk mengukur taksiran berat janin yang dapat pula digunakan
untuk mendeteksi adanya retardasi pertumbuhan.
Derajat plasenta. Plasenta derajat III berhubungan dengan hampir 60% janin
dengan

PJT. Derajat

plasenta ditentukan berdasarkan lempeng korion.

Derajat I memiliki lempeng korion yang halus, biasanya terdapat pada


kehamilan 30-32 minggu dan dapat bertahan hingga aterm. Derajat II memiliki
densitas berbentuk koma dan derajat III memiliki indentasi lempeng korion.
7.4 Velosimetri Doppler
Velosimetri Doppler arteri umbilikalis abnormal ditandai dengan tidak ada atau
berbaliknya aliran akhir diastolik yang menunjukkan tahanan yang meninggi,
secara unik telah dikaitkan dengan hambatan pertumbuhan janin. Penggunaan
velosimetri doppler dalam penatalaksanaan pertumbuhan janin terhambat telah

direkomendasikan sebagai kemungkinan pendukung untuk teknik pemeriksaan


janin lainnya seperti uji non-stres atau profil biofisik.
Profil biofisik menurut Manning :
Variebel biofisik*

Skor normal (skor =2)

Skor abnormal

Paling sedikit 1 gerakan

(skor=0)
Tidak terdapat gerakan

nafas dalam 30 detik

nafas lebih dari 30

Gerakan badan janin

Paling tidak 3 gerakan

detik
2 atau ebih sedikit

Tonus

badan janin yang jelas


Paling tidak 1 episode

geraka
Ekstensi perlahan

ekstensi aktif yang diikuti

diikuti fleksi sebagian

fleksi pada badan atau

atau gerakan tungkai

tungkai janin, termasuk

tanpa fleksi atau tidak

membuka tutup tangan


< 26 minggu, paling tidak

terdapat gerakan janin


Kurang dari 2 episode

2 akselerasi pada 10

akselerasi dan selama

denyut selama 10 detik

waktu yang telah

Gerakan nafas

Denyut jantung janin

ditentukan

26-36 minggu, paling


tidak 2 akselerasi pada
10 denyut selama 15
detik
> 36 minggu, paling tidak
2 akselerasi pada 20
denyut selama 20 detik
Volume cairan amnion

Paling tidak 1 kantung

Tidak terdapat kantung

cairan amnion dengan

cairan amnion

ukuran 2x2 cm
* semua parameter dinilai dalam 30 menit

berukuran 2x2 cm

Fungsi Dinamik Janin Plasenta


Skor
Reaktivitas DJJ
Akselerasi-stimulasi

2
2
2

0
<2
<2

Rasio SD A.Umbilikal
Gerak Napas-stimulasi
Indeks Cairan Amnion

<3
2
10

3
<2
< 10

Kurangi 2 nilai pada PJT dan Deselerasi


Apabila hasil Fungsi Dinamik Janin-Plasenta sebagai berikut :

< 5 Seksio Sesaria

5 Usia gestasi < 35 minggu ulangi FDJP dalam 2 minggu dan bila usia gestasi
35 terminasi kehamilan.

VIII. MANIFESTASI KLINIS


Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat,
dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu
dibanding pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul
sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini
terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup
untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena
infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan
bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orangtua kecil), kebanyakan
kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktorfaktor lain. Beberapa diantaranya sbb:

PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat dini sering
berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT yang
muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem lain. Pada
kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran
darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini
dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi
mengalami kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan
berikut :

Penurunan level oksigenasi

Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi bayi
segera setelah lahir)

Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam kandungan)


yang dapat berakibat sindrom gawat nafas

Hipoglikemi (kadar gula rendah)

Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin

Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang tubuhnya kecil
secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula. Jika wanita itu memulai
kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100 pound (<50 kg). Resiko
melahirkan bayi yang kecil menurut usia gestasionalnya akan meningkat paling tidak
dengan sebanyak dua kali lipat (Eastman dan Jackson,1986; Simpson dkk.,1975).
Pada wanita yang kecil dengan ukuran panggul yang kecil, kelahiran bayi yang kecil
dengan berat lahir yang secara genetik dibawah berat lahir rata-rata untuk masyarakat
umum, tidak selalu merupakan kejadian yang tidak dikehendaki.
IX. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah
membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah
ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasienpasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin
kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit
ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu
diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk
menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.
Pertumbuhan

janin

yang

suboptimal

menunjukkan

bahwa

pasien

tersebut

mengandung janin PJT.


Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling
efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi
terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan
adalah :

1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera
dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini,
dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan
ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin
dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan
kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi
disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri,
Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk
berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam
jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di
rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit.
Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin
serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan,
hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah
nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita
hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus
dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah
komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi
distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan
sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan
meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
3. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan
mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun)
dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam
jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat
setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up
pertumbuhan setelah dilahirkan(10).

X. KOMPLIKASI
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan bahaya
bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya kondisi
asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut
masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika
sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi
untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:

Asfiksia

Hipoglikemi

Aspirasi mekonium

DIC

Hipotermi

Perdarahan pada paru

Polisitemia

Hiperviskositas sindrom

Gangguan gastrointestinal

b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak
kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat

kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT


yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.
2. Ibu

Preeklampsi

Penyakit jantung

Malnutrisi

XI. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor
seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi
yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari
dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan
menggunakan narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan
tidur yang cukup. Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga
baik dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana
dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik(10).
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu
hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa
ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap

akan

mengkonsumsi

obat,

pastikan

sepengetahuan/resep

dokter

kandungan.
4. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.

Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu
dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui
sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4
minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke
28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya,
lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40
minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan
atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan(9).
XII. PROGNOSIS
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth)
atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak
nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun,
faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara
hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care)
secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan
bahwa sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1
kali selama kehamilan pada tenaga kesehatan, baik bidan maupun dokter.

BAB III
KESIMPULAN
IUGR adalah gangguan pertumbuhan pada janin dan bayi baru lahir yang meliputi
semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang badan), yang beratnya dibawah 10
persentil untuk usia gestasinya. Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan
pertumbuhan janin terhambat (PJT) seperti pseudomature, small for date, dysmature, fetal
malnutrition syndrome, chronic fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA).
IUGR atau PJT diklasifikasikan menjadi IUGR simetris, asimetris, dan kombinasi
keduanya. Etiologinya dapat berasal dari ibu, uteroplasenta, maupun dari janin itu sendiri.
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput.

Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal
dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel.
Diagnosis IUGR dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, riwayat penyakit ibu
(factor resiko), pemeriksaan fisik (TFU yang tidak sesuai dengan usia kehamilan), dan
pemeriksaan penunjang (Dopler, NST, USG).
IUGR dapat menyebabkan komplikasi baik pada janin maupun pada ibu, mulai dari
yang ringan hingga yang paling berat, nahkan dapat menyebabkan kematian janin.
Dengan penatalaksanaan yang baik, mulai dari pemeriksaan antenatal sampai setelah
bayi dilahirkan, dapat mengurangi resiko kematian ibu dan janin. Beberapa penyebab dari
PJT tidak dapat dicegah. Faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol.
Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol
kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT.

DAFTAR PUSTAKA
1. Lin C C, Evans Mark I. Intrauterine Growth Retardation : Pathophysiology and Clinical
Management. United States of America : McGraw-Hill Book Company. 1984 : 4.
2. Cunningham F.G, Gant N.F, Leveno K.J, Gilstrap L.C, Hauth J.C, Wenstrom K.D. Obstetri
Williams. Edisi 21 . Jakarta : EGC. 2006 : 828 41.
3. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008 : 696 701.
4. Cunningham F.G, Gant N.F, Leveno K.J, Gilstrap L.C, Hauth J.C, Wenstrom K.D. Obstetri
Williams. Edisi 21 . Jakarta : EGC. 2006 : 826

5. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
6. Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology and
Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501

Anda mungkin juga menyukai