Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

Intra Uterine Growth Restriction


(IUGR)
Pembimbing
dr. Gede S Dhyana M. A, Sp.OG

Diajukan oleh:
Abdaul Hamas Izzaty, S.Ked J510155105
Rega Larosa, S.Ked J5101551108
Rudi Ristiyanto, S.Ked J510155099

KEPANITERAAN KLINIK ILMU OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI RSUD SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

REFERAT
Intra Uterine Growth Restriction (IUGR)
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh:
Abdaul Hamas Izzaty, S.Ked J510155105
Rega Larosa, S.Ked J5101551108
Rudi Ristiyanto, S.Ked J510155099
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Pembimbing Stase Ilmu Obsetri dan
Ginekologi Program Pendidikan Profesi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Pembimbing :
dr. Gede Sri Dhyana M. A, Sp.OG

(..)

Dipresentasikan dihadapan :
dr. Gede Sri Dhyana M. A, Sp.OG

(.................................)

Disahkan Ketua Program Profesi :


dr. Donna Dewi Nirlawati

(..)

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di
bawah presentil ke-10 pada standard intrauterine growth chart of low
birth weight untuk masa kehamilan, dan mengacu kepada suatu kondisi
dimana janin tidak dapat mencapai ukuran genetik yang optimal. Artinya
janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia
kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir
prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (at term, >37
minggu). Bila berada di bawah presentil ke-7 maka disebut small for
gestational age (SGA), di mana bayi mempunyai berat badan kecil yang
tidak menimbulkan kematian perinatal. (1,4,6)

Gambar 1. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan

Jadi ada dua komponen penting pada PJT yaitu:


1.

Berat badan lahir di bawah presentil ke-10


2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:

1.

Berat badan lahir di bawah presentil ke-7

2.

Tidak adanya proses patologis.(4,6)


Ada dua bentuk PJT menurut Renfield (1975) yaitu:

1. Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress


yang lama di mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu
sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan
lingkar

kepala

dalam

proporsi

yang

seimbang

akan

tetapi

keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.


2. Disproportionate Fetal Growth Restriction: Terjadi akibat distress
subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa hari
sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkar kepala
normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak
waste dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit,
kulit kering keriput dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih
panjang.(1)
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan
lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami
perubahan misalnya Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru
dan ginjal bertambah sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan
thimus berkurang dibandingkan bayi prematur dengan berat yang sama.
Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa gestasinya.
B. ETIOLOGI (12)
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau
abnormalitas yang mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau
menyebabkan ukuran sel menurun. Hal tersebut mungkin terjadi ketika
janin tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena infeksi.
Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil),
kebanyakan PJT disebabkan oleh sebab lain.
Faktor Maternal
Demografis:
Usia kehamilan yang
ekstrim

Faktor Janin
Genetik:

Faktor Plasenta
Plasenta:

Trisomi 21,18,13

Solusio plasenta

Ras
Berat badan prekehamilan rendah
Kenaikan berat badan
kehamilan yang buruk

Turners syndrome

Plasenta accreta

Delesi kromosom 4,5

Infark plasenta

Sindrom genetik

Plasenta sirkumvalata
Confined placental

Obstetri:

Malformasi kongenital

Jarak antar kehamilan

Kelainan jantung

yang singkat
Ada riwayat

kongenital

pertumbuhan janin

CDH

Chorangioma plasenta

Defek dinding abdomen

Villitis kronis difus

Anencephali
Infeksi:
TORCH
Malaria
Lain-lain:

Lenyapnya vili janin


Tali pusar:
Insersio velamentosa
Arteri umbilikal tunggal

terhambat
Gaya
hidup/lingkungan:
Merokok
Konsumsi alkohol
Penggunaan narkotika
Tinggal di dataran tinggi
Penyakit sistemik:
Hipertensi (Hipertensi
kronis, preeklampsia)
Diabetes pregestasional
Penyakit ginjal
Anemia
Penyakit pulmoner
Kelainan jantung
kongenital
Penyakit autoimun
Sindrom antifosfolipid
Penyakit gastrointestinal
(Crohns disease, kolitis
ulseratif, gastric bypass,
malabsorpsi)
Malnutrisi
Penerima transplantasi
organ (ginjal)
Lain-lain:
Artificial reproductive
technologies

Chlamydia
Mycoplasma
Listeria
TB
Multigravida

mosaicism
Hemangioma plasenta

Faktor uterus (fibroid,


anomali mullerian)
Medikasi (antikonvulsi,
beta bloker)
Angiotensin gene
mutation

C. KLASIFIKASI
Potensi tumbuh janin ditentukan oleh factor gen, tapi pemenuhan
potensi tersebut tergantung pada factor ibu dan lingkungannya.
Pertumbuhan pada awal kehamilan (fase embrio dan organogenesis)
adalah proliferasi sel (hyperplastic), pada kehamilan lanjut (sejak 32
minggu) pertumbuhan sel (hipertrofi), dan pada masa intermediate adalah
proses hiperplasi dan hipertrofi.
Berdasarkan gejala klinis dan USG janin kecil dibedakan atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa
kehamilannya. Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang
normal.
Ponderal index = BB(gram) x 100
PB(cm)
2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yang
disebut true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut,
dan panjang lengan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana
total jumlah sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguan
kromosom atau infeksi kongenital misalnya TORCH. Proses
patologis berada di organ dalam sampai kepala.

2. Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana


jumlah total sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanya
gangguan ini disebabkan oleh faktor maternal atau faktor plasenta.

Asimetris
Simetris
Semua bagian tubuh kecil

Kepala lebih besar dari perut

Ponderal index normal

Meningkat

Perbandingan

kepala,

perut

dan Meningkat

panjang tangan normal


Etiologi: faktor genetik dan infeksi

Insufisiensi plasenta kronik

Jumlah sel-lebih kecil

Normal

Ukuran sel normal

Kecil

Bayi dengan komplikasi prognosisnya Biasanya


buruk

tanpa

komplikasi

baik

prognosisnya

D. MANIFESTASI KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak
kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak
rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal
dan

kuat.

PJT

muncul

sebagai

akibat

dari

berhentinya

pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak
mendapatkan

nutrisi

dan

oksigenasi

yang

cukup

untuk

perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau


karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk
masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua
orangtua

kecil),

kebanyakan

kasus

PJT

atau

Kecil

Masa

Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa


diantaranya sbb:

PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat
dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu.
Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya
berhubungan dengan problem lain. Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh
tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta
tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat
berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi
mengalami kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan
mengalami keadaan berikut :

Penurunan level oksigenasi

Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi


adaptasi bayi segera setelah lahir)

Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam


kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas

Hipoglikemi (kadar gula rendah)

Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin

Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

E. PATOFISIOLOGI
IUGR merupakan gangguan yang dapat disebabkan oleh tiga hal
utama, yaitu dari fungsi plasenta, faktor ibu, dan faktor janin. Plasenta
memainkan peran penting dalam dua kategori pertama. Perkembangan
abnormal, berkurangnya perfusi, dan disfungsi vili-vili plasenta sering
mengakibatkan IUGR, khususnya pada tipe simetris(13)
Oligohidroamnion sering berhubungan dengan IUGR terutama
yang asimetris. Keadaan ini menunjukkan penurunan aliran darah ginjal
dan produksi urin. Bila terdapat oligohidroamnion, angka mortalitas
perinatal akan meningkat lebih dari 50 kali lipat akibat komplikasi asfiksia.
Kemungkinan

adanya

kelainan

bawaan

yang

menyebabkan

oligohidroamnion, seperti agenesis dan disgenesis ginjal yang menyertai


IUGR perlu disingkirkan14
Pada plasenta dari ibu dengan preeklampsia terjadi invasi
sitotrofoblas yang dangkal pada rahim dan diferensiasi sitotrofoblas yang
abnormal. Kegagalan atau gangguan invasi sitotrofoblas ini akan
mencegah

remodelling

desidual

distal

yang

akan

menyebabkan

berkurangnya perfusi vili plasenta, hipoksia plasenta yang akan


mengakibatkan

terjadinya

IUGR.

Disfungsi

vili

plasenta

yang

disebababkan oleh apoptosis pada trofoblas, stess oksidatif, infak, dan


kerusakan sitokin akan mengakibatkan terjadinya angiogenesis yang tidak
menentu pada plasenta, sehingga menghambat pemulihan dari plasenta15.

F. DIAGNOSIS
1. Anamnesi Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal
dan pada kehamilan ganda.(6)
2. Tinggi Fundus Uteri
Cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada
kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di
letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada
pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di
bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat
mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.(4).
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion, janin
letak lintang.(1)
3. USG Fetomaternal
Pada USG yang

diukur

adalah

diameter

biparietal

atau

cephalometry angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG


ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita sebut sebagai
asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi
apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak, khususnya
pembesaran hati.

Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara


ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi
adanya asimetris PJT.(4,6)
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion,
oligohidramnion biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan biasanya
ini menunjukkan adanya penurunan aliran darah ke ginjal.(6)
Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya,
bagi Anda yang memiliki berta badan normal, kenaikannya sampai usia
kehamilan 9 bulan adalah antara 12,5 kg-18 kg, sedangkan bagi yang
tergolong kurus, kenaikan sebaiknya antara 16 kg-20 kg. Sementara, jika
Anda termasuk gemuk, maka pertambahannya antara 6 kg11,5 kg. Bagi
ibu hamil yang tergolong obesitas, maka kenaikan bobotnya sebaiknya
kurang dari 6 kg. Untuk memantau berat badan, terdapat parameter yang
disebut dengan indeks massa tubuh (IMT). Patokannya, bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih
dari 30 = obesitas IMT kurang dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama kehamilan
antara 12,5 kg-18 kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan pada trimester
awal sekitar 1 kg/bulan. Sedangkan, pada trimester akhir pertambahan
bobot bisa sekitar 2 kg/bulan(9).
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya
bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini
menandakan bahwa adanya PJT.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan gula darah, bila ada indikasi diabetes mellitus,
Screening penyakit infeksi, waspada infeksi TORCH, Syphilis, Pengukuran
kadar enzim transaminase, waspada Hepatitis B dan C

G. PENATALAKSANAAN

Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasienpasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil.
Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan
janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode
adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan
persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk

mengenali

pasien-pasien

dengan

resiko

tinggi

untuk

mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti


hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil
pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG.
Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan
taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang
didapatkan pada pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya.
Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut
mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi
yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah
cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu.
Tatalaksana yang harus dilakukan adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah
segera dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada
janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan
kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas
fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring
dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah
300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil

dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di


rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah
sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat
pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG
setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya
dilahirkan, hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila
penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi
harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan
narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin
prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan
untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar
dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif
neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat
pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh
insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan
3. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia
perinatal (kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi
mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT yang parah dapat
mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia (gula
darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu
lama dapat mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah
dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up
pertumbuhan setelah dilahirkan(10).
H. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga,
faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk
mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu
hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi

tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik;


mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup.
Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik
dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan
tatalaksana dari penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus
baik(10).
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk
setiap ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah
seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep
dokter kandungan.
4. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu
memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan
agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada
kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan
melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan
28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan
setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan
setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin
besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau
gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan(9).

I. KOMPLIKASI
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat
menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi
ini disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi
yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di
tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya
jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan
dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada
waktunya(9). Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1.

Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:

Asfiksia
Hipoglikemi
Aspirasi mekonium
DIC
Hipotermi
Perdarahan pada paru
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal

b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari
lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai
sejak bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan
intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang
disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.(5)
2. Ibu
Preeklampsi
Penyakit jantung
Malnutrisi (4)
J. PROGNOSIS

Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir
mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka
panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat
muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor
kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari
cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol
kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya
PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada
negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1 kali selama
kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat(11)
Pada kasus PJT bayi lahir dengan asphyxia, meconium aspiration,
hipoglikemi, hipotermi, polisitemi yang semua hal ini menyebabkan
kelainan neurologi baik pada bayi cukup bulan atau kurang bulan.(5,6)
Resiko kematian pada kehamilan kurang bulan akibat PJT lebih tinggi
daripada kehamilan cukup bulan. Kematian terutama diakibatkan oleh
infeksi virus, kelainan kromosom, penyakit ibu, insufisiensi plasenta, atau
akibat faktor lingkungan dan sosial ekonomi.(4)

BAB II
KESIMPULAN
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di bawah
presentil ke-10 pada standard intrauterine growth chart of low birth weight untuk
masa kehamilan, dan mengacu kepada suatu kondisi dimana janin tidak dapat
mencapai ukuran genetik yang optimal. Artinya janin memiliki berat kurang dari
90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Penyebab dari PJT
dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu maternal, uterus plasenta dan janin.
Diagnosis PJT dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dengan USG fetomaternal dan dopler . Prognosis kasuskasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika
bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanakkanak nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku


Ajar Ilmu Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
2. Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and
gynekology. Volume 99. No: 3. Maret 2003.
3. Retardasi Pertumbuhan dalam Rahim (Intrauterine Growth RetardationIUGR). Dalam http://www.kehamilan.klikdokter.com. Diakses tanggal 14
4.

Januari 2009
Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL, Casey
BM. Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of Obstetrics. Edisi
2003. The University of Texas Southwestern Medical Centre at Dallas.

2003:743-760
5. Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology and
Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501
6. Alkalay A. In :St. IUGR. Dalam http://www.google.com. Diakses tanggal 8
april 2016
7. Harper T. Fetal Growth Restriction. Dalam http://www.emedicine.com.
Diakses tanggal 4 April 2016
8. Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam http://www.botefilia.com. Diakses
tanggal 4 April 2016
9.
Waspadai
Pertumbuhan

Janin

Terlambat

(PJT).

Dalam

http://www.kafebalita.com. Diakses tanggal 8 april 2016


10. Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dalam http://www.klikdokter.com.
11.

Diakses tanggal 4 April 2016


Kurang Gizi pada Ibu

Hamil:

Ancaman

pada

Janin.

Dalam

http://www.persagi.dkk-bpp.com. Kamis, 01 April 2008. Diakses tanggal 8


April 2016
12. Suhag, A. And Berghella, V., 2013. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR).
Etiology and Diagnosis. Curr Obstet Gynecol rep: 6
13. Wolstenholme, J. And Wright, C., 2000. Gene,Chromosome and IUGR. In:
Kingdom, J. And Bker, P. (Eds). Intrauterine Growth Restriction, pp.2798

14. Mertz, E., 2005. Fetal Growth Distrubances in The Second ang Third
Trimesters, pp; 175-83
15. Brodsky, D. and Christov, H., 2004. Current Concept in Intrauterine Growth
Restriction, Analytic Reviews. Boston: Departmen of Newborn Medicine, pp.
307-19

Anda mungkin juga menyukai