PENDAHULUAN
ASI adalah sumber gizi terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI
merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi, yang bersifat
alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yag dibutuhkan dalam proses
kesehatan bayi dan anak usia dini. ASI juga memelihara pertumbuhan dan
dan merupakan faktor vital untuk mencegah penyakit terutama diare dan
Bayi yang diberikan ASI lebih sehat dan tidak mudah terserang penyakit
seperti diare dan infeksi. Penelitian menunjukan bahwa bayi yang diberi ASI
penyakit diare dibandingkan dengan bayi yang tidak disusui. Selain itu bayi
yang diberi susu formula 3-4 kali kemungkinan meninggal karena pneumonia
kesakitan dan kematian anak, sebaiknya anak hanya disusui air susu ibu
(ASI) selama paling sedikit enam bulan (Febriyanti, 2018). Sebuah analisis
1,3 juta jiwa di seluruh dunia, termasuk 22% nyawa yang melayanang
setelah kelahiran (Tanjung & Rangkuti, 2020). Pemberian ASI berpengaruh
pada kualitas kesehatan bayi. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat
ASI, maka kualitas kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk. Hal
pertumbuhan dan meningkatkan Angka Kematian Bayi (AKB). Hal ini dapat
menyebabkan suatu keadaan yang cukup serius dalam hal gizi bayi
(Nasution et al., 2016). Situasi gizi balita di dunia saat ini sebanyak 155 juta
balita pendek (stunting), 52 juta balita kurus (wasting), dan 41 juta balita
balita mengalami gizi buruk dan gizi kurang, 30,8% balita sangat pendek dan
pendek, 10,2% balita sangat kurus dan kurus, dan 8% balita gemuk. Untuk
ASI nya sedikit, sehingga ibu menjadi tidak semangat untuk menyusui
dan akhirnya produksi ASI benar – benar sedikit. Beberapa alasan mengapa
ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya, antara lain
adalah produksi ASI yang kurang, kesulitan bayi dalam menghisap, keadaan
putting susu ibu yang tidak mennjang, ibu yang bekerja, keinginan disebut
satu penyebab ibu tidak memberikan ASI adalah produksi ASI yang sedikit
atau tidak keluar sama sekali pada ibu pasca melahirkan, sehingga bayi
lain. Ibu-ibu yang tidak menyusui bayinya pada hari-hari pertama setelah
melahirkan disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan kekurangan
interaksi yang komplek antara rangsangan mekanik dan saraf. Faktor lain
menghisap sehingga ASI keluar tidak lancar sebaliknya bentuk papila yang
pengeluaran ASI menjadi tidak lancar, antara lain ibu yang sedang bingung
atau pikiranya sedang kacau, ibu khawatir ASI nya tidak cukup, ibu merasa
sakit saat menyusui, ibu merasa sedih, cemas, marah, kesal, dan malu saat
Produksi ASI juga dipengaruhi oleh faktor hisapan bayi yang meliputi
frekuensi menyusu dan lama menyusu pada puting susu yang menyebabkan
sehingga mendorong ASI keluar dari pabrik dan mengalir melalui saluran
susu ke dalam gudang susu yang terdapat di bawah daerah yang berwarna
coklat. Hal tersebut berbeda bagi bayi yang lahir dengan usia kehamilan
kurang bulan. Bayi yang lahir premature biasanya memiliki berat badan yang
rendah yaitu <2500 gram. Bayi yang memiliki berat badan lahir rendah
dengan bayi yang dalam kondisi tidak sehat Pada bayi yang status
putting payudara. Bayi yang sakit pada umumnya malas untuk menghisap
(Trio.,2015).
Kondisi ibu, status gizi dan juga makanan yang dikonsumsi oleh ibu
vitamin B6, folat, kalsium, dan seng. Air Susu Ibu (ASI) tidak memiliki suplai
zat besi yang cukup untuk bayi prematur atau bayi yang berusia lebih dari 6
bulan. Oleh karena itu, suplementasi zat besi sebaiknya diberikan pada ibu
menyusui dengan bayi prematur. Nutrisi yang tidak adekuat dan stress dapat
kelancaran dari produksi ASI karena aktifitas yang tinggi akan menyebabkan
ibu mengalami kelelahan dan apabila kondisi ibu lelah atau stress maka
karena tidak adanya inisiasi menyusu dini pada satu jam pertama setelah
disusukan pada ibunya, bukan untuk pemberian nutrisi, tetapi untuk belajar
menyusu dan juga mempersiapkan ibu untuk memulai produksi ASI. Gerakan
refleks untuk menghisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya
refleks ini akan berkurang dan akan berlanjut sampai seterusnya. Bayi yang
serta membantu membangun ikatan kasih saying ibu dan bayi, sehingga
terletak pada kenyamanan ibu, melainkan juga pada kenyamanan bayi yang
pengeluaran ASI yang maksimal ini dapat tercipta apabila ibu memiliki teknik
Menurut asumsi peneliti teknik menyusui yang baik merupakan kunci awal
khawatir tidak bisa memberikan ASI dengan bernbagai alasan seperti ibu
Untuk mencegah kesulitan tersebut salah satu upaya yang dilakukan adalah
mampu menyusui. Jika ibu sudah yakin bahwa dirinya mampu menyusui
positif yang ditujukan pada diri sendiri yang dapat mempengaruhi pikiran
diri sendiri sehingga dapat merubah pikiran bawah sadar agar menolong
individu dalam mengubah pola pikir kearah yang lebih baik terhadap individu
(Martini, 2016 dalam Sakanun, 2020). Manfaat yang didapat dari afirmasi
keluar banyak sehingga ibu dapat memenuhi kebutuhan ASI untuk bayinya.
Hal inilah yang dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu untuk dapat
afirmasi positif terhadap produksi ASI pada ibu primipara Di Desa Kandang
Jati Kraksaan”.
Pengaruh afirmasi positif terhadap produksi ASI pada ibu primipara Di Desa
1.3 Tujuan
Jati Kraksaan