Anda di halaman 1dari 10

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)

Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan menggunakan ultrasound


(gelombang suara) yang dipancarkan oleh transduser. Pemeriksaan dengan ultrasonografi lebih
aman dibandingkan dengan pemeriksaan menggunakan sina-X (sinar Rontgen) karena
gelombang ultrasonic yang digunakan tidak akan merusak material yang dilewatinya sedangkan
sinar-X dapat mengionisasi sel-sel hidup. Karena ultrasonik merupakan salah satu gelombang
mekanik, maka pemeriksaan ultrasonografi disebut pengujian tak merusak (non destructive
testing).

A. Tahapan Melakukan Pemeriksaan USG

No Teknik Dasar Pemeriksaan USG Transabdominal


1 Anamnesis (usia, paritas, HPHT, Keluhan Umum)
2 Posisikan pasien (pasien keadaan terlentang, tutupi pasien dengan selimut bersih,
perut bagian bawah ditampakkan dengan batas bawah setinggi tepi atas rambut
pubis, batas atas sternum, dan batas lateral sampai tepi abdomen)
3 letakkan kertas tissue besar pada perut bagian bawah dan bagian atas untuk
melindungi pakaian pasiendari jeli yang kita pakai. Taruh jeli secukupnya pada
kulit perut
4 Berikan penjelasan singkat tentang pemeriksaan USG yang akan dilakukan,
sehingga pasien merasa nyaman dan kooperatif selama pemeriksaan kemudian
lakukan pemeriksaan secara sistematis
5 Lakukan empat gerakan transduser pada pemeriksaan USG transabdominal yaitu
bergeser (sliding), berputar (rotating), membentuk sudut (angling), dan ditekan
(dipping)
6 gerakkan transduser secara longitudinal keatas dan kebawah, selanjutnya
horizontal ke kiri dan ke kanan
7 Lalu tranduser digerakkan dari bawah ke atas, dimulai dari garis tengah perut ,
kemudian setelah sampai daerah perut atas tranduser digeser ke sisi kanan
kemudian digerakkan kebawah
8 Lalu transduser digeser kesisi kiri abdomen dan digerakkan kembali kearah atas
9 Langkah selanjutnya adalah menggerakkan transduser kearah lateral kanan secara
horizontal dan sistematis, kemudian dari kanan kearah kiri dan terakhir dari kiri
bawah ke arah kanan
10 layar monitor ditampilkan posisi transduser terhadap tubuh ibu atau organ
kandungan (bodymark)

B. Evaluasi Pemeriksaan USG


TRIMESTER I
Kehamilan intrauterine dapat ditentukan sejauk usia kehamilan 4-5 minggu (2-3 minggu
setelah ovulasi). Hal-hal yang dapat di evaluasi pada trimester pertama adalah gestational
sac, blablabla
 Gestational Saccus

Adanya keterlambatan menstruasi mungkin terjadi akibat adanya fertilisasi dan


implantasi apabila sel sperma berhasil membuahi sel telur. Selama 3 minggu
setelah konsepsi, perkembangan gestational saccus baru bisa dideteksi dengan
transvaginal ultrasonography (TVUS). Tingkat pertumbuhan kantung gestasional
adalah sekitar 1,1 mm/hari. Kantung ini dapat terlihat dengan jelas pada TVUS di
sekitar 4-5 minggu usia kehamilan. Gambaran yang tampak berupa struktur
anechoic bulat yang terletak secara eksentrik di dalam decidua echogenic.

 CRL
CRL adalah ukuran terpanjang janin dari kepala sampai bokong tanpa
menyertakan anggota gerak. CRL sudah dapat diukur pada umur kehamilan 6-7
minggu. Pertumbuhan panjang janin sangat erat hubungannya dengan umur
kehamilannya karena belum atau sedikit sekali dipengaruhi oleh keadaan
patologis yang mungkin ada

TRIMESTER II DAN TRIMESTER III

Pemerikaan USG pada trimester II dan III akan dapat mengidentifiksi struktur janin
secara lebih jelas dan lebih bervariasi. Penentuan umur kehamilan pada trimester II dan
III dapat dilakukan melalui beberapa parameter biometri janin, misalnya.

 Diameter Biparietal (BPD)

BPD adalah jarak maksimal antara tulang parietal depan dana belakang pada
posisi kepala oksiput tranversa. Pengukuran BPD paling akurat dalam penentuan
usia kehamilan antara 12-28 minggu.

 Lingkar Kepala (Head Circumference, HQ)


Lingkar kepala digunakan pada keadaan indeks sefalik di luar batas normal, yaitu
terlalu bulat (brakhidefalus) atau terlalu oval (dolikosefalus). Pengukuran Usia
Kehamilan lebih baik ditentukan dengan HC daripada BPD. HC juga digunakan
untuk mendiagnosis mikrosefalus atau PJT.
 Panjang Femur (Femur Lenght/FL)

Meskipun untuk mendapatkan gambaran femur lebih sulit dibandingkan BPD


tetutama pada janin yang aktif bergerak, namun pengukurannya lebih mudah
dilakukan karena merupakan tulang panjang, maka kesalahan pengukurannya
lebih kecil dari parameter lainnya. Selain untuk mengukur umur kehamilan,
pengukuran femur juga dapat mendiganosis displasia skeletal.
 Lingkar Perut (Abdominal Circumference/AC)
Pengukuran AC biasanya untuk menaksir besarnya janin dan mengetahui
pertumbuhan janin, apabila terjadi gangguan nutrisi yang lama maka hepar janin
lebih kecil dampak normal. Dengan demikian pengukuran AC dimaksudkan untuk
menilai status gizi atau nutrisi dari janin.
 Air Ketuban
Air ketuban adalah cairan yang mengisi rongga amnion. Pemeriksaan cairan
amnion dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu Single Pocket dan metode
AFI (Amniotic Fluid Indeks). Rongga amnion mulai terbentuk pada hari ke 10-20
setelah ovulasi. Volume air ketuban bertambah banyak dengan makin tuanya usia
kehamilan. Pada umur kehamilan 12 minggu volumenya +/- 50 ml, dan pada 20
minggu antara 350- 400ml. Pada 36-38 minggu kira-kira 1 liter. Selanjutnya,
volumenya menjadi berkurang pada kehamilan posterm.
 Plasenta
Plasenta normalnya berada di fundus/corpus uteri). Selain menentukan letaknya
juga harus menentukan grade maturasi plasenta untuk menentukan apakah
kehamilan tersebut cukup bulan (aterm) atau tidak, serta menentukan adanya
lilitan tali pusat.

Sumber:

1. Murugan VA, Murphy BO, Dupuis C, Goldstein A, Kim YH. Role of ultrasound in the
evaluation of first-trimester pregnancies in the acute setting. Ultrasonography. 2020
Apr;39(2):178-189.
2. Nasrudin A Mappaware. 2020. Ultrasonografi Obstetri Dalam Prespektif Medis, Kaidah
Bioetika Dan Islam. Wal'afiat Hospital Journal.
3. Herlambang. 2021. Ultrasonografi Obstetri Dasar; Untuk Mahasiswa Kedokteran dan
Dokter Umum. Salim Media Indonesia.
PEMRIKSAAN CARDIOTORAKOGRAFI (CTG)

Pemeriksaan Non Stress Test (NST). NST adalah cara pemeriksaan janin dengan menggunakan
CTG. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat interaksi antara perubahan denyut jantung dengan
gerakan janin. Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada saat kehamilan maupun persalinan.
Pemeriksaan frekuensi denyut nadi melalui Doppler ultrasound, bersamaan dengan tekanan otot
Rahim.

A. Tahapan Melakukan Pemeriksaan CTG

No Prosedur/Langkah Pemeriksaan CTG


A Persetujuan Tindak Medik (Konseling Pra Tindakan)
1 Sambut dan sapa klien (ucapkan salam), serta perkenalkan diri Anda.
2 Jelaskan apa yang akan dilakukan, apa yang akan dirasakan oleh klien, dan kemungkinan
hasil yang akan diperoleh, berkaitan dengan keadaan ibu dan janin
B Persiapan Sebelum Tindakan
3 Persiapan alat dan Bahan : stetoskop Laennec / Doppler, peralatan KTG, kertas KTG, jeli,
tissue / kain lap, formulir jawaban dan penuntun pengisian KTG
4 Persiapan Pasien : berkemih, tidur setengah duduk/duduk/tidur miring ke kiri, perhatikan
keamanan dan kenyamanan klien, bila haus atau lapar harus minum atau makan terlebih
dahulu; dan bila masih kecapaian, istirahat beberapa waktu (sekitar 10 menit tirah
baring).
5 Persiapan Petugas : mengetahui tatacara penyimpanan dan pemasangan peralatan KTG,
mampu melakukan interpretasi KTG serta kemungkinan penyulit yang dapat terjadi dan
kompeten berkomunikasi dalam bidang KTG
C Pencegahan Infeksi Sebelum Tindakan
6 Prosedur pencegahan infeksi universal : cuci tangan sebelum dan setelah memeriksa
pasien, lakukan pengelolaan limbah medis dengan benar.
D Pemeriksaan Pasien
7 Anamnesis : riwayat penyakit dan kehamilan yang lalu (bila ada), usia gestasi, keadaan
kehamilan saat ini, dan faktor risiko, terutama risiko hipoksia, kompresi tali pusat,
insufisiensi uteroplasenter dan anomaly kongenital (lihat USG klien)
8 Pemeriksaan Fisik : status generalis dan Obstetri. tentukan punktum maksimum DJJ dan
tinggi fundus uteri. Deteksi kecurigaan PJT atau makrosomia.
9 Pasien tidur dengan posisi setengah duduk, atau miring ke kiri, atau duduk
10 Pemasangan peralatan Kardiotokografi : tokometer di pasang di fundus (TIDAK BOLEH
DIBERI JELI) dan kardiometer (harus diberi jeli) dipasang di tempat punktum
maksimum jantung janin
11 Ukur tekanan darah pada awal pemeriksaan dan 15 menit kemudian
12 Perekaman KTG dimulai, petugas harus meyakini bahwa rekaman berjalan baik.
13 Pengawasan berkala kondisi ibu dan janin oleh petugas kesehatan, temani pasien selama
pemeriksaan KTG
14 Lama perekaman MINIMAL 20 MENIT. Bila variabilitas minimal (1-5 DPM) atau tidak
ada (absent), lakukan perangsangan bayi dengan bel VIBROAKUSTIK (beri tahu ibu
sebelum tindakan tersebut dilakukan). Bila tidak memiliki bel vibroakustik, lakukan
perangsangan dengan cara menggerakkan tubuh atau kepala janin
E Melakukan Interpretasi Hasil
15 Kategori I : Pola DJJ Normal
1. Frekuensi dasar DJJ : 110 – 160 dpm
2. Variabilitas DJJ : moderat (5 – 25 dpm)
3. Tidak ada deselerasi lambat dan variabel
4. Tidak ada atau ada deselerasi dini
5. Ada atau tidak ada akselerasi
Kategori II: Pola DJJ Ekuivokal
Frekuensi Dasar dan Variabilitas
1. Frekuensi dasar DJJ: Bradikardia (<110 dpm) yang tidak disertai hilangnya
varibialitas
2. Takikardia (DJJ>160 dpm)
3. Varibialitas minimal (1-5 dpm)
4. Tidak ada variabilities, tanpa disertai deselerasi berulang
5. Variabilitas >25 dpm (marked variability)

Perubahan Periodik
1. Tidak ada akselerasi DJJ setelah janin distimulasi
2. Deselerasi variabel berulang yang disertai variabilitas DJJ minimal atau moderat
3. Deselerasi lama (prolonged deceleration) > 2 menit tetapi < 10 menit
4. Deselerasi lambat berulang disertai variabilitas DJJ moderat (moderate baseline
variability)
5. Deselerasi variabel disertai gambaran lainnya, misal kembalinya DJJ ke frekuensi
dasar lambat atau ada gambaran overshoot
KATAGORI III : Pola DJJ abnormal
Tidak ada variabilitas DJJ (absent FHR variability) disertai oleh :
1. Deselerasi lambat berulang
2. Deselerasi variabel berulang
3. Bradikardia
4. Pola sinusoid (sinusoidal pattern)

B. Evaluasi Hasil Pemeriksaan CTG


1. Baseline
Baseline Heart Rate (BHR) adalah tingkat rata-rata segmen DJJ paling horizontal dan
kurang berosilasi. Pengukuran baseline diperkirakan dalam periode waktu 10 menit
dan dinyatakan dalam denyut per menit (bpm).
 Normal Baseline: antara 110-160 dpm.
 Takikardia: jika baseline >160 dpm dalam waktu lebih dari 10 menit
 Bradikardia: jika baseline <110 dpm dalam waktu lebih dari 10 menit
2. Variabilitas
Variabilitas mengacu pada osilasi dalam sinyal Fetal Heart Rate (FHR), dievaluasi
sebagai amplitudo bandwidth rata-rata sinyal dalam segmen 1 menit.
 Variabilitas normal: 5−25 bpm.
 Variabilitas berkurang/rendah: < 5 bpm selama lebih dari 50 menit di segmen
dasar atau selama lebih dari 3 menit selama deselerasi.
Berkurangnya variabilitas dapat terjadi karena hipoksia/asidosis sistem saraf
pusat dan mengakibatkan penurunan aktivitas simpatis dan parasimpatis,
tetapi juga dapat disebabkan oleh cedera otak sebelumnya, infeksi, pemberian
depresan di ssp atau bloker parasimpatis.
 Peningkatan variabilitas (saltatory pattern): > 25 bpm yang berlangsung lebih
dari 30 menit.
Patofisiologi pola ini tidak sepenuhnya dipahami, tetapi mungkin terlihat
terkait dengan deselerasi berulang, Ketika terjadi hipoksia/asidosis yang
berkembang sangat cepat.
3. Acceleration
Acceleration adalah peningkatan mendadak pada DJJ awal sebesar >15 bpm yang
berlangsung selama > 15 detik namun <10 menit. Sebagian besar akselerasi
bertepatan dengan gerakan janin dan merupakan tanda janin yang responsif secara
neurologis yang tidak mengalami hipoksia/asidosis
 Sebelum UK 32 minggu: amplitudo dan frekuensinya mungkin lebih rendah
(amplitudo 10 detik dan 10 bpm)
 UK 32-34 minggu: percepatan acceleration jarang terjadi selama periode tidur
nyenyak, yang dapat berlangsung hingga 50 menit.
4. Deceleration
Deceleration adalah penurunan mendadak pada DJJ lebih dari 15 bpm dalam
amplitude dan berlangsung lebih dari 15 detik.
 Early decelerations
deselerasi yang dangkal, berlangsung singkat, dengan variabilitas normal
dalam deselerasi dan bertepatan dengan kontraksi.
 Variable decelerations
Variable decelerations berbentuk V. Deselerasi ini merupakan deselerasi yang
menunjukkan penurunan yang cepat variabilitas yang baik dalam deselerasi,
pemulihan yang cepat ke baseline, berbagai ukuran, bentuk, dan hubungan
dengan kontraksi uterus
 Late decelerations
Late decelerations berbentuk U. Late deceleration adalah deselerasi dengan
onset bertahap dan/atau kembali secara bertahap ke baseline dan/atau terjadi
penurunan selama deselerasi
 Prolonged decelerations
Prolonged decelerations adalah deselerasi yang bertahan selama lebih dari 3
menit
Sumber:

1. Edjun, Judi Januardi dan Biran Affandi. 2013. Kardiotokografi (KTG). Kolegium
Obstetri dan Ginekologi Indonesia
2. Ayres-de-Campos, D., Spong, C.Y., Chandraharan, E. and (2015), FIGO consensus
guidelines on intrapartum fetal monitoring: Cardiotocography. International Journal of
Gynecology & Obstetrics, 131: 13-24. 

Anda mungkin juga menyukai