Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

USG DALAM KEHAMILAN

Oleh:
Dewi Nur Azizah
1102011077

Pembimbing:
dr. Adi Widodo, SpOG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RS. POLRI TK.I IR SAID SUKANTO
28 JANUARI 2019 – 06 APRIL 2019
BAB I
PENDAHULUAN

Ultrasonografi atau sonografi (USG) adalah sebuah teknik yang memvisualisasikan


struktur superfisial atau dalam pada tubuh dengan merekam denyut dari gelombang ultrasonik
yang direfleksikan dari jaringan. USG dalam obstetrik merupakan pemeriksaan ultrasound
dalam kehamilan. Menurut WHO, pemeriksaan USG untuk keperluan antenatal, sebaiknya
dilakukan sesuai usia gestasi, satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua,
dan satu kali pada trimester ke tiga1

Salah satu tujuan utama dari pemeriksaan USG di bidang obstetri adalah untuk
menentukan usia gestasi secara lebih tepat, memantau pertumbuhan janin dan melakukan
deteksi dini adanya kelainan janin pada masa antenatal. Oleh karena itu pada setiap
pemeriksaan USG obstetri, apapun indikasinya, biometri janin dan struktur anatomi janin harus
diperiksa dengan cermat dan sistematis.2

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi USG
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik (pencitraan diagnostik)
untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran, anatomis,
gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat noninvasif tidak
menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang
diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontraindikasinya, karena
pemeriksaan ini sama sekali tidak memperburuk penyakit pada penderita. Dalam 20 tahun
terakhir ini diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG
mempunyai peranan yang penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh.2

2. Cara Kerja USG


Cara kerja USG adalah dengan memancarkan gelombang suara ke jaringan yang
hendak dicitrakan, lalu dipantulkan kembali oleh jaringan tersebut dan ditangkap oleh
transduser. Oleh transduser gelombang suara yang dipantulkan tadi akan dikonversi menjadi
energi listrik lalu ditayangkan di layar monitor. Setiap jenis jaringan memiliki kemampuan
memantulkan gelombang berbeda-beda. Jaringan padat seperti tulang, memantulkan
gelombang dengan kecepatan tinggi sehingga memberikan gambaran putih di layar. Sedangkan
cairan atau jaringan lunak hanya memantulkan lebih sedikit gelombang sehingga memberikan
gambaran hitam di layar. Gambar yang dihasilkan sangat cepat, dapat mencapai 40
frame/detik, sehingga dapat menampilkan gambaran bergerak yang real-time.3

3. Teknik Pemeriksaan USG


Pemeriksaan USG obstetri dan ginekologi dapat dilakukan melalui cara :6
a. Transabdominal
b. Transvaginal,
c. Transperineal

a) Pemeriksaan USG Transabdominal


Transduser yang digunakan untuk pemeriksaan USG-TA adalah jenis linear
atau konveks. Transduser jenis konveks lebih popular digunakan pada saat ini karena

2
dapat menampilkan lapang pandangan yang lebih luas dibandingkan jenis linear.
Pemeriksaan USG-TA terutama dikerjakan pada trimester II dan III. Kekuatan
Gelombang yang digunakan berkisar pada 3 – 5 MHz.1
Sebelum memulai pemeriksaan, dinding abdomen ibu harus dilumuri gel untuk
lubrikasi. Pemeriksaan USG-TA dapat dikerjakan tanpa memerlukan persiapan
kandung kemih.1
Pemeriksaan USG-TA mempunyai beberapa kerugian. Kandung kemih yang
penuh akan mengganggu kenyamanan pasien dan pemeriksa. Kandung kemih yang
terlampau penuh akan mendesak genitalia interna ke posterior, sehingga letaknya diluar
daya jangkau transduser. Uterus mudah mengalami kontraksi, sehingga kantung gestasi
di dalam uterus ikut tertekan dan bentuknya mengalami distorsi. Keadaan-keadaan ini
akan mempersulit pemeriksaan. Adanya mudigah di dalam kantung gestasi dapat luput
dari pemeriksaan.
Pemeriksaan USG-TA tanpa persiapan kandung kemih pada trimester I dapat
dikerjakan dengan cukup memuaskan pada pasien yang kurus, dengan dinding perut
yang tipis dan uterus anteversi.
Pada kehamilan trimester II dan III uterus telah cukup besar dan letaknya di luar
rongga pelvik. Volume cairan amnion sudah cukup banyak. Pemeriksaan USG-TA
dapat dikerjakan tanpa memerlukan persiapan kandung kemih.

b) Pemeriksaan USG Transvaginal


Berbeda dengan USG-TA, pemeriksaan USG-TV harus dilakukan dalam
keadaan kandung kemih yang kosong agar organ pelvik berada dekat dengan
permukaan transduser dan berada dalam area penetrasi transduser. Pemeriksaan USG-
TV dapat dilakukan setiap saat, dan organ pelvik berada dalam posisi yang sebenarnya.
Kekuatan Gelombang yang digunakan berkisar pada 5 – 7,5 MHz.1
Dalam pemeriksaan transduser terlebih dulu diberi jel pada permukaan
elemennya (untuk menghilangkan udara di permukaan transduser), kemudian
dibungkus dengan alat pembungkus khusus atau kondom (berfungsi sebagai alat
pelindung). Sebelum dimasukkan ke dalam vagina, ujung pembungkus transduser
diberi jel lagi (berfungsi sebagai lubrikan. Transduser dimasukkan ke dalam vagina
hingga mencapai daerah forniks. Manuver gerakan transduser di dalam vagina
merupakan kombinasi gerakan maju-mundur, gerakan manuver (rotasi), dan gerakan
angulasi ke samping kiri-kanan atau ke atas-bawah.1

3
c) Pemeriksaan USG Transperineal
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya seorang
wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau transrektal.
Dianjurkan kandung kencing pasien cukup terisi, hal ini untuk memudahkan
pemeriksaan sebagai petunjuk anatomis. Transduser dilapisi kondom dan diberi jeli,
kemudian diletakkan di daerah perineum, transduser digerakkan ke atas dan ke bawah
untuk mencari gambaran organ genitalia. Cara ini memang tidak dapat memberikan
gambaran organ genitalia sebaik pemeriksaan USG transvaginal atau transrektal.6

4. Indikasi USG dalam Kehamilan

a) Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester I


Pada pemeriksaan USG trimester pertama, terutama jika pasien hamil dengan
usia gestasi di bawah 10 minggu, penggunaan USG transvaginal adalah metode yang
lebih baik daripada menggunakan USG transabdominal. Karena keakuratan USG
transvaginal pada usia kehamilan muda lebih akurat daripada USG transabdominal.
Yang harus dinilai oleh pemeriksa dalam melakukan pemeriksaan USG trimester I
adalah:
1) Penentuan adanya kehamilan intrauterine
2) Penentuan adanya denyut jantung mudigah atau janin
3) Penentuan usia kehamilan
4) Penentuan kehamilan kembar
5) Perdarahan pervaginam
6) Terduga kehamilan ektopik
7) Terdapat nyeri pelvic
8) Terduga kehamilan mola
9) Terduga adanya tumor pelvic atau kelainan uterus
10) Membantu tindakan invasive, seperti pengambilan sampel jaringan vili koriales
(chorianic villus sampling), pengangkatan IUD

b) Indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III


Beberapa indikasi pemeriksaan USG pada kehamilan trimester II dan III,
misalnya :
1) Penentuan usia kehamilan
2) Evaluasi pertumbuhan janin
3) Terduga kematian janin
4) Terduga kehamilan kembar
5) Terduga kelainan volume cairan amnion
6) Evaluasi kesejahteraan janin
7) Ketuban pecah dini atau persalinan preterm
8) Penentuan presentasi janin
9) Membantu tindakan versi luar
10) Terduga inkompetensia serviks
11) Terduga plasenta previa
4
12) Terduga solusio plasenta
13) Terduga kehamilan mola
14) Terdapat nyeri pelvic atau nyeri abdomen
15) Terduga kehamilan ektopik
16) Kecurigaan adanya kelainan kromosomal (usia ibu ≥35 tahun, atau hasil tes
biokimiawi abnormal)
17) Evaluasi kelainan congenital
18) Riwayat kelainan congenital pada kehamilan sebelumnya
19) Terduga adanya tumor pelvic atau kelainan uterus
20) Membantu tindakan invasive seperti amniosentesis, kordosentesis atau
amnioinfusi.

5. Manfaat USG dalam Kehamilan

USG dalam kehamilan antara lain bermanfaat sebagai berikut:1

a. Diagnosis dan Konfirmasi Awal Kehamilan


b. Melihat Posisi dan Kondisi Plasenta.
c. Memeriksa DJJ.
d. Mengetahui Kehamilan Kembar
e. Menghitung Usia Kehamilan dan Berat Janin.
f. Mendiagnosis Kelainan Janin
g. Memeriksa Jumlah Cairan Amnion
h. Mengetahui Jenis Kelamin Bayi

6. Panduan Pemeriksaan USG dasar Obstetri

Pemeriksaan USG pada kehamilan trimester pertama dapat dilakukan melalui


transabdominal, transvaginal atau keduanya.

Pemeriksaan USG Trimester pertama

Pemeriksaan USG pada trimester pertama terutama ditujukan untuk menentukan


lokasi kehamilan, usia gestasi ( berdasarkan crown rump length : CRL) , jumlah janin, kelainan
yang terjadi pada trimester pertama dan patologi pelvik. Pemeriksaan USG transvaginal
merupakan pilihan pertama pada pemeriksaan USG trimester pertama.3

a. Kantung Gestasi

Dengan USG-TV yang cukup baik kualitasnya, struktur kantung gestasi (KG)
intrauterine dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu (17 hari pascakonsepsi, atau

5
sekitar 10 hari sejak blastosis bernidasi ke dalam lapisan endometrium). Pada saat itu
diameternya mencapai 2-3 mm. Struktur KG intrauterine secara konsisten terlihat mulai
kehamilan 5 minggu. Saat diameternya mencapai ≥5 mm5. Dengan USG-TA kehamilan
intrauterine dapat terlihat setelah diameter KG mencapai 5mm; dan secara konsisten
terlihat mulai kehamilan 6 minggu, saat diameter KG mencapai ≥ 10mm6.

Kantung gestasi terlihat sebagai struktur kistik (anekoik) berbentuk budar atau
oval, dengan dinding yang hiperekoik, dan letaknya eksentrik di dalam lapisan
endometrium yang menebal. Struktur tersebut berasal dari kantung korion yang berisi
cairan korion. Gambaran hiperekoik dinding kantung gestasi berasal dari lapisan
korion, jaringan trofoblas, dan desidua kapsularis. Seringkali dinding kantung gestasi
terlihat sebagai 2 lapisan konsentrik (double decidual sac), dimana lapisan sebelah
dalam berasal dari chorion leave dan desidua kapsularis, sedangkan lapisan sebelah luar
berasal dari desidua parietalis atau desidua vera.1 Volume kantong gestasi dihitung
dengan cara panjang antero-posterior x longitudinal x transversal x 0,5223 mm3.
Kantung gestasi dapat dilihat sejak kehamilan 4 minggu melalui USG transvaginal dan
sekitar 5-6 minggu melalui USG transabdominal.3

Struktur KG harus dibedakan dari struktur anekoik lainnya di dalam kavum


uteri, seperti hematometra, hidrometra, kista endometrial, endometritis, atau kantung
gestasi palsu (pseudo-gestational sac) pada kehamilan ektopik.

Gambar 1. Double Decidual Sac sign.10

Pengukuran dilakukan dari tepi bagian dalam ke tepi bagian dalam. Kesalahan
pengukuran sekitar 1-2 minggu. Kandung kemih pasien tidak boleh terlalu penuh
karena akan mempengaruhi bentuk dan hasil pengukuran. Gestational Sac masih
relevan / akurat diukur sampai usia kehamilan
6 minggu. Mean Sac Diameter : MSD =
(Panjang + lebar + tinggi)/3.

Usia Kehamilan : MSD + 30

Gambar 2: mengukur kantong gestasional

6
b. Yolk sac

Suatu kehamilan intrauterine baru dapat dipastikan setelah terlihat struktur yolk
sac di dalam KG . Yolk sac berbentuk cincin berdinding tipis yang letaknya didalam
ruang korion. Dengan USG-TV yolk sac akan konsisten terlihat mulai kehamilan 5 – 6
minggu, saat diameter KG ≥ 10 mm; sedangkan dengan USG-TA yolk sac akan
konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu setelah diameter KG ≥ 20mm. Selama
kehamilan 5-10 minggu diameter yolk sac mencapai 5-6 mm. Setelah itu yolk sac akan
menyusut dan pada kehamilan 12 minggu biasanya tidak terlihat lagi.1

Apabila yolk sac tidak ditemukan di dalam kantung gestasi yang diameternya >
10mm (USG-TV) atau > 20mm (USG-TA), maka kemungkinan besar kehamilan tidak
akan berkembang normal dan akan mengalami kehamilan nir mudigah (blighted
ovum).1

Gambar 3: diamaeter yolk sac

c. Mudigah dan Janin

Dengan USG-TV struktur mudigah pertama kali dapat terlihat pada kehamilan
5 – 6 minggu, berupa penebalan pada sebagian dinding yolk sac. Panjangnya sekitar 2-
3mm dan belum memperlihatkan denyut jantung. Panjang mudigah akan bertambah
sekitar 1-2mm per hari. Panjang mudigah dinyatakan dengan ukuran jarak kepala-
bokong (JKB) atau crown-rump length (CRL), meskipun sebelum kehamilan 8 minggu
bagian kepala dan badan masih belum dapat dibedakan. Mudigah mulai menunjukkan
aktivitas denyut jantung pada usia kehamilan sekitar 6 minggu, setelah JKB mencapai
5mm dan diameter KG sekitar 18mm. Sejak saat itu struktur mudigah dan aktivitas

7
denyut jantung akan konsisten terlihat dengan USG-TV. Dengan USG-TA struktur
mudigah akan konsisten terlihat setelah diameter KG ≥ 25mm.1

Pengukuran denyut jantung mudigah sebaiknya dilakukan melalui cara M-mode


(Motion mode) dan tidak dengan cara Doppler. Frekuensi denyut jantung(FDJ)
mudigah pada kehamilan 6 minggu sekitar 110 denyut per menit (dpm), meningkat
mencapai 175 dpm pada kehamilan 9 minggu, kemudian menurun hingga 166 dpm pada
kehamilan 12 minggu. Apabila FDJ <80 dpm pada kehamilan 6 minggu; atau <100 dpm
pada kehamilan ≥ 7 minggu, umumnya mudigah akan mati dalam beberapa hari
kemudian.

Istilah mudigah (embrio) digunakan terhadap hasil konsepsi sampai usia


kehamilan 10 minggu, yaitu selama berlangsungnya proses organogenesis. Mulai usia
kehamilan 11 minggu hasil konsepsi disebut janin(fetus). Masa transisi terjadi pada saat
JKB mencapai 30-35mm.

d. Penentuan Usia Kehamilan


Penentuan usia kehamilan melalui pemeriksaan USG paling akurat bila
dilakukan pada kehamilan trimester I. Pada saat itu laju pertumbuhan mudigah paling
cepat dan variasi biologiknya paling kecil. Sebelum struktur mudigah dapat terlihat,
penentuan usia kehamilan dilakukan melalui pengukuran diameter rata-rata kantung
gestasi (KG). Setelah struktur mudigah terlihat, maka usia kehamilan ditentukan
melalui pengukuran panjang mudigah (JKB). Mulai trimester I pertumbuhan janin
sudah cukup besar dan bagian-bagian spesifik janin (seperti kepala dan ekstremitas)
sudah dapat dilihat lebih jelas. Sejak saat itu pengukuran JKB tidak akurat lagi, dan
penentuan usia kehamilan sebaiknya dilakukan melalui pengukuran bagian-bagian
spesifik janin, seperti diameter biparietal (BPD).
Penentuan usia kehamilan dilakukan berdasarkan tabel data atau nomogram
yang menggambarkan hubungan antara ukuran biometri janin dan usia kehamilan pada
kehamilan normal. Akan lebih baik lagi bila data yang digunakan berasal dari populasi
setempat.
Pengukuran diameter KG untuk menentukan usia kehamilan hanya akurat bila
digunakan pada usia kehamilan 5-6,5 minggu. Selain menggunakan nomogram

8
perkembangan KG, usia kehamilan dapat juga dihitung dengan menggunakan formula
sederhana; Usia kehamilan (hari) = diameter KG (mm) + 305
Pengukuran JKB dilakukan mulai kehamilan 6 minggu, saat struktur mudigah
secara konsisten terlihat melalui pemeriksaan USG . Jarak-kepala-bokong merupakan
parameter yang paling baik digunakan untuk menentukan usia kehamilan, dengan
tingkat kesalahan ± 3-5 hari.1

1) Usia gestasi 4 minggu


Tampak kantong gestasi berdiameter 2-5 mm. Tertanam di dalam
endometrium, berbentuk sferis, tepi reguler dan terletak eksentris di daerah
fundus uteri. Kantong gestasi tersebut berada tepat di bawah permukaan
endometrium dan dikelilingi oleh jaringan trofoblas yang memberikan
gambaran sonografis hiperekhoik.3

Gambar 4: Pada kehamilan 4 minggu biasanya hanya akan terlihat kantong gestasi
berdiameter 2-5mm, tertanam dalam endometrium. Yolk Sac biasanya belum dapat teridentifikasi.

2) Usia gestasi 5 minggu

Kantong Gestasi ( rongga korion) tampak di dalam kavum uteri ,


dikelilingi oleh endometrium yang menebal dan tepi yang ekhogenik berisi
embrio yang tampak sebagai garis lurus menempel pada yolk sa.3

9
Gambar 5: Kantong gestasi tampak dalam cavum uteri, dikelilingi endometrium, dan
berisi embrio yamg tampak seperti garis lurus menempel pada yolk sac.

Pada usia kehamilan ini kadang sudah dapat terlihat denyut jantung
janin (pulsasi).

3) Usia Gestasi 6 minggu

Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi. Duktus
vitellinus tampak menghubungkan embrio dengan yolk sac. Panjang embrio
(CRL) sekitar 4 – 10 mm. Denyut jantung janin ( DJJ) akan bertambah cepat
pada kehamilan 6-9 minggu, kemudian sedikit menurun pada kehamilan 10
minggu dan selanjutnya menetap dengan frekuensi DJJ normal antara 120 –
160 dpm. Bila pada CRL ≥ 5 mm belum dapat dideteksi DJJ, maka pemeriksaan
USG diulangi satu minggu.3

Gambar 6: Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi. Ductus vitellinus
tampak menghubungkan embrio dengan yolk sac. Panjang embrio berkisar 4-10mm

10
4) Usia Gestasi 7 minggu

Embrio tampak terpisah dari yolk sac dan dihubungkan melalui duktus
vitellinus, berbentuk seperti huruf ‘’C’’ dengan bagian kepala tampak dominan.
Panjang CRL sekitar 11-16 mm. Pada CRL 12 mm sudah dapat dibedakan
struktur kepala dari bagian tubuh janin. Vertebra juga mulai dapat dikenali
sebagai dua garis ekhogenik yang berjalan sejajar sepanjang daerah punggung
janin. Selaput dan rongga amnion sudah tampak, umbilikus juga sudah dapat
dikenali.3

Gambar 7. Usia gestasi 7 minggu.6

5) Usia Gestasi 8 minggu

Jaringan otak berkembang dengan sangat cepat dan menempati sekitar


50 % dari seluruh panjang janin, hal ini sesuai dengan proses penyempurnaan
manusia dimulai dari daerah kepala baru kemudian ke daerah genital dan
ekstremitas (kaudal). Pleksus khoroideus dapat dilihat sebagai struktur
hiperekoik yang terletak simetris di ventrikel lateral. Jantung tampak sebagai
dua buah rongga yang berdenyut teratur dan bersamaan yaitu rongga ventrikel
yang dipisahkan oleh septum interventrikular. Gerakan tubuh juga mulai
terlihat dan bagian ekstremitas bertambah jelas.

Gambar 8. Embrio tampak terpisah dari yolk sac dan dihubungkan melalui ductus
vitellinus, berbentuk seperti huruf “C” dengan bagian kepala tampak dominan. Mulai terlihat
tonjolan ekstremitas. CRL berkisar 11-16 mm. Sudah mulai dapat dibedakan struktur kepala
dari bagian tubuh janin.

11
e. Mengukur Panjang Kepala-Bokong Janin (Crown Rump Length / CRL)

Panjang CRL diukur pada saat bayi melakukan gerak ekstensi tubuh karena
pada posisi ini panjang bayi mendekati ukuran sebenarnya ( tubuh bayi lebih lurus)
atau disebut juga sebagai posisi netral. Pengukuran CRL dapat diukur pada umur
kehamilan 6 – 7 minggu.
CRL hanya dapat dipakai sampai usia gestasi 12 minggu karena pada usia
gestasi selanjutnya bentuk tubuh janin akan melengkung, sehingga pengukuran usia
gestasi setelah 12 minggu memiliki kesalahan lebih dari satu minggu. Pengukuran
diukur dari kepala sampai bokong. ekstremitas dan yolk sac tidak ukur.
Menurut Hadlock pengukuran CRL diindikasikan pada kehamilan 7 – 10
minggu dengan kesalahan 3 hari. Beberapa literature merekomendasikan
pemeriksaan CRL pada umur kehamilan 9 – 13 minggu dengan USG
transabdominal dan 7 – 9 minggu dengan USG transvaginal

Perhitungan Crown Rump Length :


Usia Kehamilan ( minggu) : CRL (cm) + 6,5

Gambar 9. Mengukur Crown Rump Length.6

Dapat diukur pada usia kehamilan 8-12 minggu, sebelum usia 8


minggu kepala dan badan tidak dapat dibedakan. Mudigah mulai menunjukkan
aktivitas denyut jantung setelah usia kehamilan sekitar 6 minggu. Diukur pada
posisi netral (mendatar). Pengukuran diukur dari kepala sampai bokong. Jangan
sampai ekstremitas dan yolk sac ikut terukur. Tingkat kesalahan sekitar 5-7 hari.
Masih relevan diukur sampai usia gestasi 12 minggu

12
KELAINAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER I
1. Kehamilan nirmudigah (blighted ovum,anembryonic pregnancy, empty amnion)

Sering dijumpai pada kehamilan trimester I, akibat kegagalan pembentukan


mudigah. Mungkin terjadi karena perkambangan mudigah terhenti sebelum dapat
terdeteksi dengan USG, atau mudigah mati dan mengalami resorpsi sehingga tidak
terlihat dengan USG. Sekitar 50-90% abortus yang terjadi pada kehamilan trimester 1
disebabkan oleh kehamilan nirmudigah yang sering berhubungan dengan kelainan
kromosom. Diagnosis kehamilan nirmudigah ditegakkan bila :
 Struktur mudigah tidak terlihat dalam kantong gestasi (KG) yang diameternya
>25 mm dengan USG-trans abdominal
 Kantong amniomn tidak berisi mudigah

2. Perdarahan pada kehamilan trimester I

Abortus imminens pada kehamilan trimester 1 biasanya disebabkan oleh


pendarahan retrokorionik yang letaknya dibelakang korion frondosum dan ppendarahan
subkorionik yang letaknya di belakang selaput korion dan mengisi kavum uteri.
Perdarahan terjadi karena terlepasnya sebagian korion frondosum dari dinding uterus.
Pendarahan retrokorionik dan subkorionik umunya terjadi bersamaan. Perdarahan yang
masih baru terlihat hiperekoik terhadap korion sedangkan yang sudah berlangsung 1-2
minggu terlihat hipoekoik atau anekoik.
Gambaran USG pada abortus insipiens bervariasi tergantung pada jumlah
perdarahan, kondisi kantong gestasi, dan derajat pembukaan serviks. Sering kali KG
bentuknya irregular, letaknya turun ke bagian bawah kavum uteri, atau mengisi kanalis
servikalis yang terbuka.
Gambaran abortus inkompletus tidak spesifik tergantung pada usia kehamilan dan
banyaknya sisa jaringan konsepsi yang tertinggal di kavum uteri. Kavum uteri mungkin
berisi KG yang bentuknya tidak utuh lagi. Mungkin juga sisa konsepsi terlihat sebagai
massa ekogenik yang tebal irregular dalam kavum uteri.

13
Pada abortus kompletus, seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.
Missed abortion merupakan kematian hasil konsepsi sebelum kehamilan 22 minggu dan
tertahan di kavum uteri selama 8 minggu atau lebih.

3. Kehamilan mola (Mola Hidatinosa)

Merupakan penyakit trofoblas gestasional yang paling sering dijumpai terutama


pada awal dan akhir masa reproduksi. Bisa berupa komplit, yaitu proliferasi jaringan
trofoblas; inkomplit, yaitu proliferasi trofoblas disertai elemen mudigah. Gambaran
USG mola pada trimester I tidak spesifik. Bisa terlihat menyerupai kehamilan
nirmudigah dengan dinding yang menebal, missed abortion, abortus inkompletus,
mioma berdegenarasi kistik, atau hiperpalsi endometrium. Dalam hal ini pemeriksaan β-
HCG serum sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.

4. Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik (KE) adalah kehamilan dimana implantasi blastosis terjadi diluar
kavum uteri. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap KE adalah:

 Riwayat KE sebelumnya
 Kontrasepsi IUD
 Kegagalan sterilisasi
 Perdangan pelvic
 Bayi tabung (fertilisasi in vitro)

Diagnosis definitif KE ditegakkan bila terlihat KG terisi struktur mudigah hidup yang
letaknya di luar kavum uteri. Diagnosis KE sukar ditegakkan pada hamil yang masih muda
sehingga memerlukan pemeriksaan serial. Gambaran spesifik kehamilan tuba berupa massa
ekogenik berbentuk sirkular dengan diameter 10-30 mm yang letaknya di adneksa. Di
bagian tengahnya terlihat struktur anekoik yang berasal dari kantong gestasi, sehingga
massa adneksa membentuk gambaran cincin.

5. Tanda Kegagalan Kehamilan


Tanda kegagalan kehamilan dapat kita ketahui dengan melihat berbagai hal sebagai
berikut:
 Kejadian penting dalam trimester I tidak ditemukan
 Diameter rata-rata kantong gestasi >10 mm tanpa yolk sac
14
 Diameter rata-rata kantong gestasi >18 mm tanpa embrio
 Panjang CRL > 5mm namun tak tampak denyut jantung

Pemeriksaan USG pada Trimester kedua dan ketiga

Pada pemeriksaan pada trimester kedua dan ketiga berbeda dengan pemeriksaan trimester
pertama, pada pemeriksaan ini, janin sudah terbentuk, di mana hal-hal yang harus diperhatikan
pada trimester II dan III adalah:2

1. Keadaan janin
2. Usia gestasi
3. Cairan ketuban
4. Plasenta

1. Keadaan janin
 Janin hidup atau mati
 jumlah janin, kita perhatikan apakah tunggal/multipel
 kelainan kongenital mayor
 presentasi dan letak janin, jika usia gestasi sudah memasuki trimester III, harus
diperhatikan letak janin, apakah memanjang/melintang, oblique, dan presentasi/bagian
terbawahnya, apakah presentasi kepala, atau presentasi bokong.

2. Usia gestasi
Menentukan usia gestasi pada trimester II dan III berbeda dengan trimester I,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:2

 Diameter biparietal (Biparietal Diameter/BPD)


 Diameter Oksipito Frontalis (Occipito Frontal Diameter/OFD)
 Lingkar kepala (Head Circumference/HC)
 Panjang humerus (Humerus Length/HL)
 Lingkar Perut (Abdominal Circumference/AC)
 Panjang Femur (Femur Length/FL)

15
Banyak sekali cara menentukan usia gestasi pada trimester II dan III, namun yang
essensial / wajib dalam pemeriksaan adalah

a. Diameter Bi parietal ( DBP)2

Sebelum mengukur diameter biparietal, kita harus mendapatkan gambaran


potongan melintang kepala, adapun syarat-syaratnya adalah:

1. Gambaran seperti bola rugby


2. Ekho garis tengah terletak simetris dari anterior ke posterior kepala dan
berjalan sepanjang kepala
3. Kavum septum pelusidum membelah ekho garis tengah pada sepertiga
anterior kepala
4. Diameter biparietal diukur dari parietal yg satu ke parietal yg lain, dari
outer-inner, atau outer-outer

Bidang yang tepat untuk mengukur DBP : thalamus, kavum septum pellusidum
dan memotong falx serebri

Waktu terbaik untuk penentuan usia gestasi berdasarkan diameter biparietal


adalah 15 – 24 minggu tetapi DBP sudah dapat diukur sejak kehamilan 12 minggu

b. Lingkar Kepala ( LK)2

Lingkar kepala diukur setinggi bidang pengukuran DBP. Rumus yang


dipakai jarak anteroposterior atau diameter oksipito frontalis ( mm) + jarak DBP (
mm) x 1,57 atau dihitung secara otomatis oleh mesin USG.

Pengukuran lingkar kepala (LK) dilakukan melalui bidang potong yang


sama dengan pengukuran DBP.

c. Diameter Antero-Posterior (antero-posterior diameter)2

Dalam mengukur diameter antero-posterior, cara menampilkan kepala sama


dengan cara menampilkan kepala untuk mengukur BPD. Diameter antero-posterior
diukur dengan cara mengukur jarak dari os occipital ke os frontal, diukur outer-
outer.

16
Gambar 10: Tampilan potongan melintang kepala yang baik untuk mengukur BPD, HC dan
APD. Kepala berbentuk seperti bola rugby, terlihat ekho garis tengah dan septum pelusidum
yang memotong di sepertiga, dan terlihat thalamus.4

d. Lingkar Perut ( LP)

Cara mencari lingkar perut adalah sebagai berikut : ambil potongan


longitudinal tubuh janin sehingga tampak gambaran vertebra, jantung dan vesika
urinaria. Lingkar perut berguna untuk menilai pertumbuhan janin, evaluasi
disproporsional kepala dan perut dan evaluasi pertumbuhan janin setelah periode
waktu tertentu.3

Gambar 11 : Gambar diatas adalah gambaran potongan melintang abdomen yang baik,
dimana terlihat vertebra, gaster dan vena umbilikal4

17
e. Panjang Femur (PF)

Pada usia gestasi 12 minggu panjang femur ( PF) sudah dapat dipakai untuk
menentukan usia gestasi. Pengukuran PF terutama bernilai bila DBP tidak dapat
diukur dengan baik misalnya kepala sudah masuk rongga panggul. Ketepatan
pemeriksaan panjang femur dalam penentuan usia gestasi sama seperti diameter
biparietal. PF dapat diukur mulai kehamilan 12 minggu hingga aterm.4

Gambar 12 : Gambaran diatas adalah contoh gambaran femur yang baik, panjang
femur diukur dari ujung-ujung.4

f. Pemeriksaan Plasenta3

Plasenta merupakan organ ekstrakorporal yang menghubungkan ibu dan janin


serta memiliki fungsi yang unik dan kompleks. Plasenta terdiri dari dua komponen
yaitu komponen maternal dan fetal. Komponen maternal berasal dari endometrium
dan komponen fetal berasal dari khorion yang terdiri dari cakram korion dan vili
korialis.3

1) Menentukan letak plasenta : untuk menentukan apakah letak plasenta normal (di
fundus / corpus uteri, atau abnormal (plasenta previa/ plasenta marginal/ plasenta
letak rendah)
2) Menentukan grade maturasi plasenta : untuk menentukan apakah kehamilan
tersebut cukup bulan (aterm) atau tidak.

18
3) Kelainan bentuk plasenta: Bentuk normal menyerupai cakram. Dalam
perkembangannya, plasenta dapat mengalami berbagai variasi kelainan bentuk.
Kelainan yang dapat diketahui melalui pemeriksaan USG adalah plasenta
membranesa, plasenta suksenturia, plasenta bilobata dan plasenta sirkumvalata.
4) Menentukan kelainan ukuran plasenta: Sampai kehamilan 20 minggu, tebal
plasenta tidak lebih dari 2-3 cm. menjelang aterm ketebalanny mencapai 4-5 cm.
5) Perlekatan abnormal plasenta: Dalam perkembangannya, plasenta melekat pada
dinding uterus melalui desidua basalis. Kadang-kadang desidua basalis tidak
terbentuk sempurna sehingga vili korionik melekat langsung pada miometrium
(plasenta akreta), menginvasi lapisan miometrium (plasenta inkreta), bahkan
menembus lapisan miometrium dan serosum uterus (plasenta pankreta).
Diagnosis plasenta akreta melalui USG menjadi lebih mudah bila implantasi
plasenta berada di segmen bawah uterus bagian depan.
6) Kalsifikasi plasenta: Kalsifikasi plasenta merupakan proses fisiologis dalam
kehamilan akibat deposisi kalsium pada plasenta. Mulai terlihat pada akehamilan
29 minggu dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada
USG, deposisi kalsium terlihat sebagai bercak-bercak ekogenik yang tidak
memberikan bayangan akustik. Deposisi kalsium terutamanya di bagian basal
dan septa plasenta sehingga gambaran kalsifikasi terlihat lebih kasar. Proses
klasifikasi plasenta seringkali terjadi lebih dini pada preeclampsia dan PJT.
Kalsifikasi lebih lambat pada ibu DM dan inkompatibilitas rhesus.
7) Solution plasenta: Adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal
dari dinding uterus sebelum waktunya. Lokasi tersering adalah di daerah
retroplasenta atau daerah marginal. Perlepasan di retroplasenta terjadi karena
rupture arteri spiralis; sedangkan di marginal karena rupture vena marginalis.
Namun, solusio plasenta seringkali tidak terdiagnosis melalui pemeriksaan USG.
8) Tumor plasenta: Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah koriongioma.
Pada USG, korioangioma terlihat sebagai massa padat hiperekoik terletak di
daerah subkorionik dan sering menonjol dari permukaan fetal plasenta.

19
Gambar 13: adalah tingkat gradasi plasenta beserta ciri-cirinya.

a. Klasifikasi Gambaran skematis derajat maturasi plasenta

1) Derajat 0 : Piring korion jelas membentuk garis, Jaringan : homogen , Lapisan


basal: tidak tampak, usia kehamilan ≤ 31 minggu.2

Gambar 14. Grade 0 Plasenta.9

20
2) Derajat I : Piring korion: bergelombang halus , Jaringan : kadang densitas gema
meninggi, Lapisan basal: tidak tampak, usia kehamilan 31-36 minggu.2

Gambar 15. Grade 1 Plasenta.9

3) Derajat II : tampak indentasi yang jelas pada permukaan piring korion dan
tonjolan-tonjolan seperti koma yang menuju daerah basalis sehingga plasenta
tampak terpisah oleh sekat-sekat. Usia kehamilan : 36 – 38 minggu.2

Gambar 16. Derajat II Plasenta.9

4) Derajat III : Piring korion lekukan mencapai daerah basal, plasenta tampak
terbagi atas rongga yang dipisahkan oleh sekat seperti gambaran kotiledon,
setiap kotiledon memiliki daerah ekhogenik di bagian tengahnya. Didekat
piring korion tampak daerah ekhogenik padat yang memberikan gambaran
shadowing. Secara umum tampak sebagai gambaran ‘’karangan bunga’’
(garland like appearance).2

21
Gambar 17. Derajat III Plasenta.9

g. Pemeriksaan Cairan Amnion3

Cairan Amnion sangat penting bagi tumbuh kembang normal seorang janin.
Bila terdapat oligohidramnion atau hidramnion, maka angka mortalitas dan
morbiditas janin dan neonatus akan meningkat. USG dapat membantu menilai
volume cairan amnion baik secara subjektif maupun semikuantitatif.

1) Fisiologi Cairan Amnion

Cairan amnion berfungsi sebagai media bagi janin untuk tumbuh dan
berkembang dengan normal, penting bagi janin untuk dapat bergerak bebas,
melindungi janin dari trauma atau cedera, menjaga stabilitas suhu tubuh
janin dan berperan dalam proses pembesaran rongga amnion dan uterus.
Selain itu cairan ketuban juga berperan dalam proses pembukaan serviks
pada waktu persalinan

2) Gambaran Sonografis dan Aspek Klinisnya

Penilaian volume cairan amnion sangat penting karena berkaitan dengan


adanya kelainan pada janin dan penyakit pada ibu sehingga sonografis
volume cairan amnion merupakan bagian dari petunjuk adanya kelainan
pada janin dan ibu

22
Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan dengan vertical deep single pocket, dan
dengan metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh Phelan.

 Secara Single Pocket

 Berdasarkan satu kuadran saja


 Diambil kantong terbesar yang terletak antara dinding uterus dan
tubuh janin
 Tidak boleh ada bagian janin yang terletak di dalam area pengukuran
tersebut

Gambar 18 : Gambar di atas adalah contoh pengukuran secara single pocket, dimana yang
diukur adalah jarak vertikal terjauh antara bagian janin dan dinding uterus, dan tidak ada bagian
janin yang terletak dalam area pengukuran tersebut.

Interpretasi Pengukuran Cairan Amnion berdasarkan single pocket3

Hasil Pengukuran Interpretasi


> 2 cm , < 8 cm Volume Cairan amnion normal
> 8 cm Polihidramnion
8 – 12 cm Polidramnion ringan
12 – 16 cm Polihidramnion sedang
> 16 cm Polihidramnion berat
>1cm , <2cm Borderline, evaluasi ulang

< 1 cm Oligohidramnion

23
PENENTUAN PERTUMBUHAN DAN BESAR JANIN
Pada pemeriksaan USG, penilaian pertumbuhan janin terutama didasarkan atas
penilaian ukuran anatomi dan perubahan fungsional janin selama masa kehamilan.
Penyimpangan pada prose pertumbuhan janin bisa dketahui lebih mudah dengan ukuran
anatomi janin.
1. Pertumbuhan janin terhambat
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat terbagi kepada simetrik dan asimetrik. PJT
simetrik terjadi disebabkan oleh faktor intrinsic (kelainan genetic/) dan ekstrinsik yaitu
bahan teratogenik, infeksi intrauterine, malnutrisi berat, dan sebagainya yang terjadi sejak
kehamilan muda. PJT asimetrik penyebabnya adalah faktor ekstrinsik, terutama insufisiensi
plasenta, yang umunya terjadi pada kehamilan trimester III. Gambaran spesifik PJT
asimetrik terlihat pada besar atau berat janin berkurang sedangkan panjang janin hanya
sedikit berpengaruh. Bentuk tubuh tidak proporsional :lingkar abdomen yang kecil dengan
lingkar kepala. Volume cairan amnion berkurang karena produksi urin berkurang. Ukuran
palsenta mengecil. PJT asimetrik jarang disertai kelainan kongenital.
Pada PJT simetrik, gangguan pertumbuhan terlihat pada berat dan panjang janin yang
berkurang. Ukuran kepala lebih kecil dari normal, mikrosefalus. Kelainan kongenital sering
ditemukan dn biasanya multiple dan menyebabkan kelainan dari volume cairan amnion
(oligohidramnion atau polihidramnion).

2. Kehamilan kembar
Kehamilan kembar pada trimester I harus selalu dievaluasi untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya reduksi spontan (vanishing twin) atau gangguan lain semasa
kehamilan. Pada kehamilan trimester II korionisitas kehamilan kembar dapat diketahui
dengan memeriksa jenis kelamin kedua janin, jumlah plasenta dan sekat pemisah kedua
janin. Pada dikorion, sekat pemisah terlihat tebal (terdiri daripada 2 lapisan amnion dan 2
lapisan korion) sedangkan pada kembar monokorion diamnion seringkali sangat tipis
sehingga sulit diidentifikasi.

3. Kelainan kongenital janin


Sebagian besar kelainan kongenital janin dapat diketahui sebelum usia kehamilan
20 minggu yaitu sebelum memasuki perinatal. Beberapa petanda kelainan kongenital yang
dijumpai di USG adalah:

 Volume cairan amnion yang abnormal


 Pertumbuhan janin terhambat terutama sebelum usia kehamilan 20
minggu
 Kelainan morfologi bentuk tubuh dan struktur organ janin
 Ukuran biometri janin yang abnormal
 Ukuran plasenta yang abnormal
 Arteri umbilical tunggal
 Aktivita biofisik janin yang berkurang

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Buku ilmu kebidanan, Sarwono Prawirohardjo. Penerbit


Prawirohardjo, Jakarta, 2009. Ms 247-269
2. Endjun, Judi Januadi. (2007). Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Karsono B. Ultrasonografi Obstetri (Standard dan indikasi pemeriksaan). Bagian
Obstetri danGinekologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. 2005.
Wijayanegara H, Wirakusumah FF, Mose JC, Sukarya WS
4. Cunningham, F Gary. et all. 2010. Obstetri Williams 23rd ed. USA : The McGrawHill
Companies, Inc.
5. Adhi Pribadi, et al. 2011. Ultrasonografi Obstetri dan Ginekologi. 1 ed. Jakarta: CV
Sagung Seto
6. Cudleigh T, Thilaganathan B.Obstetric Ultrasound : How, Why and When 3rd Ed.
Elsevier,Edinburg, 2004
7. Fleischer AC. Sonography in gynecology and obstetrics : just the facts. McGraw Hill,
Singapore, 2004.
8. PregMed. 8 Weeks Pregnant.2017. http://www.pregmed.org/pregnancy-week-by-
week/8-weeks-pregnant [diakses pada 3 Maret 2019]
9. Khaled M. Elsayes, Andrew T. Trout, Aaron M. Friedkin, Peter S. Liu, Ronald O.
Menias. Imaging of the placenta: A Multimodality Pictorial Review. RadioGraphics
Sept 2009: 29(5): 13711391
10. Gaillard F. double-decidual sac sign. 2017. <https://radiopaedia.org/articles/double-
decidual-sac-sign-1 [diakses pada 3 Maret 2019]

25

Anda mungkin juga menyukai