Oleh:
Dewi Nur Azizah
1102011077
Pembimbing:
dr. Adi Widodo, SpOG
Salah satu tujuan utama dari pemeriksaan USG di bidang obstetri adalah untuk
menentukan usia gestasi secara lebih tepat, memantau pertumbuhan janin dan melakukan
deteksi dini adanya kelainan janin pada masa antenatal. Oleh karena itu pada setiap
pemeriksaan USG obstetri, apapun indikasinya, biometri janin dan struktur anatomi janin harus
diperiksa dengan cermat dan sistematis.2
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi USG
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik (pencitraan diagnostik)
untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran, anatomis,
gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat noninvasif tidak
menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, aman dan data yang
diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontraindikasinya, karena
pemeriksaan ini sama sekali tidak memperburuk penyakit pada penderita. Dalam 20 tahun
terakhir ini diagnostik ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG
mempunyai peranan yang penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh.2
2
dapat menampilkan lapang pandangan yang lebih luas dibandingkan jenis linear.
Pemeriksaan USG-TA terutama dikerjakan pada trimester II dan III. Kekuatan
Gelombang yang digunakan berkisar pada 3 – 5 MHz.1
Sebelum memulai pemeriksaan, dinding abdomen ibu harus dilumuri gel untuk
lubrikasi. Pemeriksaan USG-TA dapat dikerjakan tanpa memerlukan persiapan
kandung kemih.1
Pemeriksaan USG-TA mempunyai beberapa kerugian. Kandung kemih yang
penuh akan mengganggu kenyamanan pasien dan pemeriksa. Kandung kemih yang
terlampau penuh akan mendesak genitalia interna ke posterior, sehingga letaknya diluar
daya jangkau transduser. Uterus mudah mengalami kontraksi, sehingga kantung gestasi
di dalam uterus ikut tertekan dan bentuknya mengalami distorsi. Keadaan-keadaan ini
akan mempersulit pemeriksaan. Adanya mudigah di dalam kantung gestasi dapat luput
dari pemeriksaan.
Pemeriksaan USG-TA tanpa persiapan kandung kemih pada trimester I dapat
dikerjakan dengan cukup memuaskan pada pasien yang kurus, dengan dinding perut
yang tipis dan uterus anteversi.
Pada kehamilan trimester II dan III uterus telah cukup besar dan letaknya di luar
rongga pelvik. Volume cairan amnion sudah cukup banyak. Pemeriksaan USG-TA
dapat dikerjakan tanpa memerlukan persiapan kandung kemih.
3
c) Pemeriksaan USG Transperineal
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya seorang
wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau transrektal.
Dianjurkan kandung kencing pasien cukup terisi, hal ini untuk memudahkan
pemeriksaan sebagai petunjuk anatomis. Transduser dilapisi kondom dan diberi jeli,
kemudian diletakkan di daerah perineum, transduser digerakkan ke atas dan ke bawah
untuk mencari gambaran organ genitalia. Cara ini memang tidak dapat memberikan
gambaran organ genitalia sebaik pemeriksaan USG transvaginal atau transrektal.6
a. Kantung Gestasi
Dengan USG-TV yang cukup baik kualitasnya, struktur kantung gestasi (KG)
intrauterine dapat terlihat mulai kehamilan 4,5 minggu (17 hari pascakonsepsi, atau
5
sekitar 10 hari sejak blastosis bernidasi ke dalam lapisan endometrium). Pada saat itu
diameternya mencapai 2-3 mm. Struktur KG intrauterine secara konsisten terlihat mulai
kehamilan 5 minggu. Saat diameternya mencapai ≥5 mm5. Dengan USG-TA kehamilan
intrauterine dapat terlihat setelah diameter KG mencapai 5mm; dan secara konsisten
terlihat mulai kehamilan 6 minggu, saat diameter KG mencapai ≥ 10mm6.
Kantung gestasi terlihat sebagai struktur kistik (anekoik) berbentuk budar atau
oval, dengan dinding yang hiperekoik, dan letaknya eksentrik di dalam lapisan
endometrium yang menebal. Struktur tersebut berasal dari kantung korion yang berisi
cairan korion. Gambaran hiperekoik dinding kantung gestasi berasal dari lapisan
korion, jaringan trofoblas, dan desidua kapsularis. Seringkali dinding kantung gestasi
terlihat sebagai 2 lapisan konsentrik (double decidual sac), dimana lapisan sebelah
dalam berasal dari chorion leave dan desidua kapsularis, sedangkan lapisan sebelah luar
berasal dari desidua parietalis atau desidua vera.1 Volume kantong gestasi dihitung
dengan cara panjang antero-posterior x longitudinal x transversal x 0,5223 mm3.
Kantung gestasi dapat dilihat sejak kehamilan 4 minggu melalui USG transvaginal dan
sekitar 5-6 minggu melalui USG transabdominal.3
Pengukuran dilakukan dari tepi bagian dalam ke tepi bagian dalam. Kesalahan
pengukuran sekitar 1-2 minggu. Kandung kemih pasien tidak boleh terlalu penuh
karena akan mempengaruhi bentuk dan hasil pengukuran. Gestational Sac masih
relevan / akurat diukur sampai usia kehamilan
6 minggu. Mean Sac Diameter : MSD =
(Panjang + lebar + tinggi)/3.
6
b. Yolk sac
Suatu kehamilan intrauterine baru dapat dipastikan setelah terlihat struktur yolk
sac di dalam KG . Yolk sac berbentuk cincin berdinding tipis yang letaknya didalam
ruang korion. Dengan USG-TV yolk sac akan konsisten terlihat mulai kehamilan 5 – 6
minggu, saat diameter KG ≥ 10 mm; sedangkan dengan USG-TA yolk sac akan
konsisten terlihat mulai kehamilan 6 minggu setelah diameter KG ≥ 20mm. Selama
kehamilan 5-10 minggu diameter yolk sac mencapai 5-6 mm. Setelah itu yolk sac akan
menyusut dan pada kehamilan 12 minggu biasanya tidak terlihat lagi.1
Apabila yolk sac tidak ditemukan di dalam kantung gestasi yang diameternya >
10mm (USG-TV) atau > 20mm (USG-TA), maka kemungkinan besar kehamilan tidak
akan berkembang normal dan akan mengalami kehamilan nir mudigah (blighted
ovum).1
Dengan USG-TV struktur mudigah pertama kali dapat terlihat pada kehamilan
5 – 6 minggu, berupa penebalan pada sebagian dinding yolk sac. Panjangnya sekitar 2-
3mm dan belum memperlihatkan denyut jantung. Panjang mudigah akan bertambah
sekitar 1-2mm per hari. Panjang mudigah dinyatakan dengan ukuran jarak kepala-
bokong (JKB) atau crown-rump length (CRL), meskipun sebelum kehamilan 8 minggu
bagian kepala dan badan masih belum dapat dibedakan. Mudigah mulai menunjukkan
aktivitas denyut jantung pada usia kehamilan sekitar 6 minggu, setelah JKB mencapai
5mm dan diameter KG sekitar 18mm. Sejak saat itu struktur mudigah dan aktivitas
7
denyut jantung akan konsisten terlihat dengan USG-TV. Dengan USG-TA struktur
mudigah akan konsisten terlihat setelah diameter KG ≥ 25mm.1
8
perkembangan KG, usia kehamilan dapat juga dihitung dengan menggunakan formula
sederhana; Usia kehamilan (hari) = diameter KG (mm) + 305
Pengukuran JKB dilakukan mulai kehamilan 6 minggu, saat struktur mudigah
secara konsisten terlihat melalui pemeriksaan USG . Jarak-kepala-bokong merupakan
parameter yang paling baik digunakan untuk menentukan usia kehamilan, dengan
tingkat kesalahan ± 3-5 hari.1
Gambar 4: Pada kehamilan 4 minggu biasanya hanya akan terlihat kantong gestasi
berdiameter 2-5mm, tertanam dalam endometrium. Yolk Sac biasanya belum dapat teridentifikasi.
9
Gambar 5: Kantong gestasi tampak dalam cavum uteri, dikelilingi endometrium, dan
berisi embrio yamg tampak seperti garis lurus menempel pada yolk sac.
Pada usia kehamilan ini kadang sudah dapat terlihat denyut jantung
janin (pulsasi).
Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi. Duktus
vitellinus tampak menghubungkan embrio dengan yolk sac. Panjang embrio
(CRL) sekitar 4 – 10 mm. Denyut jantung janin ( DJJ) akan bertambah cepat
pada kehamilan 6-9 minggu, kemudian sedikit menurun pada kehamilan 10
minggu dan selanjutnya menetap dengan frekuensi DJJ normal antara 120 –
160 dpm. Bila pada CRL ≥ 5 mm belum dapat dideteksi DJJ, maka pemeriksaan
USG diulangi satu minggu.3
Gambar 6: Bentuk embrio mulai berubah dari lurus menjadi sedikit fleksi. Ductus vitellinus
tampak menghubungkan embrio dengan yolk sac. Panjang embrio berkisar 4-10mm
10
4) Usia Gestasi 7 minggu
Embrio tampak terpisah dari yolk sac dan dihubungkan melalui duktus
vitellinus, berbentuk seperti huruf ‘’C’’ dengan bagian kepala tampak dominan.
Panjang CRL sekitar 11-16 mm. Pada CRL 12 mm sudah dapat dibedakan
struktur kepala dari bagian tubuh janin. Vertebra juga mulai dapat dikenali
sebagai dua garis ekhogenik yang berjalan sejajar sepanjang daerah punggung
janin. Selaput dan rongga amnion sudah tampak, umbilikus juga sudah dapat
dikenali.3
Gambar 8. Embrio tampak terpisah dari yolk sac dan dihubungkan melalui ductus
vitellinus, berbentuk seperti huruf “C” dengan bagian kepala tampak dominan. Mulai terlihat
tonjolan ekstremitas. CRL berkisar 11-16 mm. Sudah mulai dapat dibedakan struktur kepala
dari bagian tubuh janin.
11
e. Mengukur Panjang Kepala-Bokong Janin (Crown Rump Length / CRL)
Panjang CRL diukur pada saat bayi melakukan gerak ekstensi tubuh karena
pada posisi ini panjang bayi mendekati ukuran sebenarnya ( tubuh bayi lebih lurus)
atau disebut juga sebagai posisi netral. Pengukuran CRL dapat diukur pada umur
kehamilan 6 – 7 minggu.
CRL hanya dapat dipakai sampai usia gestasi 12 minggu karena pada usia
gestasi selanjutnya bentuk tubuh janin akan melengkung, sehingga pengukuran usia
gestasi setelah 12 minggu memiliki kesalahan lebih dari satu minggu. Pengukuran
diukur dari kepala sampai bokong. ekstremitas dan yolk sac tidak ukur.
Menurut Hadlock pengukuran CRL diindikasikan pada kehamilan 7 – 10
minggu dengan kesalahan 3 hari. Beberapa literature merekomendasikan
pemeriksaan CRL pada umur kehamilan 9 – 13 minggu dengan USG
transabdominal dan 7 – 9 minggu dengan USG transvaginal
12
KELAINAN PADA KEHAMILAN TRIMESTER I
1. Kehamilan nirmudigah (blighted ovum,anembryonic pregnancy, empty amnion)
13
Pada abortus kompletus, seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.
Missed abortion merupakan kematian hasil konsepsi sebelum kehamilan 22 minggu dan
tertahan di kavum uteri selama 8 minggu atau lebih.
4. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik (KE) adalah kehamilan dimana implantasi blastosis terjadi diluar
kavum uteri. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap KE adalah:
Riwayat KE sebelumnya
Kontrasepsi IUD
Kegagalan sterilisasi
Perdangan pelvic
Bayi tabung (fertilisasi in vitro)
Diagnosis definitif KE ditegakkan bila terlihat KG terisi struktur mudigah hidup yang
letaknya di luar kavum uteri. Diagnosis KE sukar ditegakkan pada hamil yang masih muda
sehingga memerlukan pemeriksaan serial. Gambaran spesifik kehamilan tuba berupa massa
ekogenik berbentuk sirkular dengan diameter 10-30 mm yang letaknya di adneksa. Di
bagian tengahnya terlihat struktur anekoik yang berasal dari kantong gestasi, sehingga
massa adneksa membentuk gambaran cincin.
Pada pemeriksaan pada trimester kedua dan ketiga berbeda dengan pemeriksaan trimester
pertama, pada pemeriksaan ini, janin sudah terbentuk, di mana hal-hal yang harus diperhatikan
pada trimester II dan III adalah:2
1. Keadaan janin
2. Usia gestasi
3. Cairan ketuban
4. Plasenta
1. Keadaan janin
Janin hidup atau mati
jumlah janin, kita perhatikan apakah tunggal/multipel
kelainan kongenital mayor
presentasi dan letak janin, jika usia gestasi sudah memasuki trimester III, harus
diperhatikan letak janin, apakah memanjang/melintang, oblique, dan presentasi/bagian
terbawahnya, apakah presentasi kepala, atau presentasi bokong.
2. Usia gestasi
Menentukan usia gestasi pada trimester II dan III berbeda dengan trimester I,
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:2
15
Banyak sekali cara menentukan usia gestasi pada trimester II dan III, namun yang
essensial / wajib dalam pemeriksaan adalah
Bidang yang tepat untuk mengukur DBP : thalamus, kavum septum pellusidum
dan memotong falx serebri
16
Gambar 10: Tampilan potongan melintang kepala yang baik untuk mengukur BPD, HC dan
APD. Kepala berbentuk seperti bola rugby, terlihat ekho garis tengah dan septum pelusidum
yang memotong di sepertiga, dan terlihat thalamus.4
Gambar 11 : Gambar diatas adalah gambaran potongan melintang abdomen yang baik,
dimana terlihat vertebra, gaster dan vena umbilikal4
17
e. Panjang Femur (PF)
Pada usia gestasi 12 minggu panjang femur ( PF) sudah dapat dipakai untuk
menentukan usia gestasi. Pengukuran PF terutama bernilai bila DBP tidak dapat
diukur dengan baik misalnya kepala sudah masuk rongga panggul. Ketepatan
pemeriksaan panjang femur dalam penentuan usia gestasi sama seperti diameter
biparietal. PF dapat diukur mulai kehamilan 12 minggu hingga aterm.4
Gambar 12 : Gambaran diatas adalah contoh gambaran femur yang baik, panjang
femur diukur dari ujung-ujung.4
f. Pemeriksaan Plasenta3
1) Menentukan letak plasenta : untuk menentukan apakah letak plasenta normal (di
fundus / corpus uteri, atau abnormal (plasenta previa/ plasenta marginal/ plasenta
letak rendah)
2) Menentukan grade maturasi plasenta : untuk menentukan apakah kehamilan
tersebut cukup bulan (aterm) atau tidak.
18
3) Kelainan bentuk plasenta: Bentuk normal menyerupai cakram. Dalam
perkembangannya, plasenta dapat mengalami berbagai variasi kelainan bentuk.
Kelainan yang dapat diketahui melalui pemeriksaan USG adalah plasenta
membranesa, plasenta suksenturia, plasenta bilobata dan plasenta sirkumvalata.
4) Menentukan kelainan ukuran plasenta: Sampai kehamilan 20 minggu, tebal
plasenta tidak lebih dari 2-3 cm. menjelang aterm ketebalanny mencapai 4-5 cm.
5) Perlekatan abnormal plasenta: Dalam perkembangannya, plasenta melekat pada
dinding uterus melalui desidua basalis. Kadang-kadang desidua basalis tidak
terbentuk sempurna sehingga vili korionik melekat langsung pada miometrium
(plasenta akreta), menginvasi lapisan miometrium (plasenta inkreta), bahkan
menembus lapisan miometrium dan serosum uterus (plasenta pankreta).
Diagnosis plasenta akreta melalui USG menjadi lebih mudah bila implantasi
plasenta berada di segmen bawah uterus bagian depan.
6) Kalsifikasi plasenta: Kalsifikasi plasenta merupakan proses fisiologis dalam
kehamilan akibat deposisi kalsium pada plasenta. Mulai terlihat pada akehamilan
29 minggu dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada
USG, deposisi kalsium terlihat sebagai bercak-bercak ekogenik yang tidak
memberikan bayangan akustik. Deposisi kalsium terutamanya di bagian basal
dan septa plasenta sehingga gambaran kalsifikasi terlihat lebih kasar. Proses
klasifikasi plasenta seringkali terjadi lebih dini pada preeclampsia dan PJT.
Kalsifikasi lebih lambat pada ibu DM dan inkompatibilitas rhesus.
7) Solution plasenta: Adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal
dari dinding uterus sebelum waktunya. Lokasi tersering adalah di daerah
retroplasenta atau daerah marginal. Perlepasan di retroplasenta terjadi karena
rupture arteri spiralis; sedangkan di marginal karena rupture vena marginalis.
Namun, solusio plasenta seringkali tidak terdiagnosis melalui pemeriksaan USG.
8) Tumor plasenta: Tumor yang sering terdapat pada plasenta adalah koriongioma.
Pada USG, korioangioma terlihat sebagai massa padat hiperekoik terletak di
daerah subkorionik dan sering menonjol dari permukaan fetal plasenta.
19
Gambar 13: adalah tingkat gradasi plasenta beserta ciri-cirinya.
20
2) Derajat I : Piring korion: bergelombang halus , Jaringan : kadang densitas gema
meninggi, Lapisan basal: tidak tampak, usia kehamilan 31-36 minggu.2
3) Derajat II : tampak indentasi yang jelas pada permukaan piring korion dan
tonjolan-tonjolan seperti koma yang menuju daerah basalis sehingga plasenta
tampak terpisah oleh sekat-sekat. Usia kehamilan : 36 – 38 minggu.2
4) Derajat III : Piring korion lekukan mencapai daerah basal, plasenta tampak
terbagi atas rongga yang dipisahkan oleh sekat seperti gambaran kotiledon,
setiap kotiledon memiliki daerah ekhogenik di bagian tengahnya. Didekat
piring korion tampak daerah ekhogenik padat yang memberikan gambaran
shadowing. Secara umum tampak sebagai gambaran ‘’karangan bunga’’
(garland like appearance).2
21
Gambar 17. Derajat III Plasenta.9
Cairan Amnion sangat penting bagi tumbuh kembang normal seorang janin.
Bila terdapat oligohidramnion atau hidramnion, maka angka mortalitas dan
morbiditas janin dan neonatus akan meningkat. USG dapat membantu menilai
volume cairan amnion baik secara subjektif maupun semikuantitatif.
Cairan amnion berfungsi sebagai media bagi janin untuk tumbuh dan
berkembang dengan normal, penting bagi janin untuk dapat bergerak bebas,
melindungi janin dari trauma atau cedera, menjaga stabilitas suhu tubuh
janin dan berperan dalam proses pembesaran rongga amnion dan uterus.
Selain itu cairan ketuban juga berperan dalam proses pembukaan serviks
pada waktu persalinan
22
Pemeriksaan cairan amnion dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
pemeriksaan secara subjektif, pemeriksaan dengan vertical deep single pocket, dan
dengan metode AFI (Amniotic Fluid Indeks) yang diperkenalkan oleh Phelan.
Gambar 18 : Gambar di atas adalah contoh pengukuran secara single pocket, dimana yang
diukur adalah jarak vertikal terjauh antara bagian janin dan dinding uterus, dan tidak ada bagian
janin yang terletak dalam area pengukuran tersebut.
< 1 cm Oligohidramnion
23
PENENTUAN PERTUMBUHAN DAN BESAR JANIN
Pada pemeriksaan USG, penilaian pertumbuhan janin terutama didasarkan atas
penilaian ukuran anatomi dan perubahan fungsional janin selama masa kehamilan.
Penyimpangan pada prose pertumbuhan janin bisa dketahui lebih mudah dengan ukuran
anatomi janin.
1. Pertumbuhan janin terhambat
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) dapat terbagi kepada simetrik dan asimetrik. PJT
simetrik terjadi disebabkan oleh faktor intrinsic (kelainan genetic/) dan ekstrinsik yaitu
bahan teratogenik, infeksi intrauterine, malnutrisi berat, dan sebagainya yang terjadi sejak
kehamilan muda. PJT asimetrik penyebabnya adalah faktor ekstrinsik, terutama insufisiensi
plasenta, yang umunya terjadi pada kehamilan trimester III. Gambaran spesifik PJT
asimetrik terlihat pada besar atau berat janin berkurang sedangkan panjang janin hanya
sedikit berpengaruh. Bentuk tubuh tidak proporsional :lingkar abdomen yang kecil dengan
lingkar kepala. Volume cairan amnion berkurang karena produksi urin berkurang. Ukuran
palsenta mengecil. PJT asimetrik jarang disertai kelainan kongenital.
Pada PJT simetrik, gangguan pertumbuhan terlihat pada berat dan panjang janin yang
berkurang. Ukuran kepala lebih kecil dari normal, mikrosefalus. Kelainan kongenital sering
ditemukan dn biasanya multiple dan menyebabkan kelainan dari volume cairan amnion
(oligohidramnion atau polihidramnion).
2. Kehamilan kembar
Kehamilan kembar pada trimester I harus selalu dievaluasi untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya reduksi spontan (vanishing twin) atau gangguan lain semasa
kehamilan. Pada kehamilan trimester II korionisitas kehamilan kembar dapat diketahui
dengan memeriksa jenis kelamin kedua janin, jumlah plasenta dan sekat pemisah kedua
janin. Pada dikorion, sekat pemisah terlihat tebal (terdiri daripada 2 lapisan amnion dan 2
lapisan korion) sedangkan pada kembar monokorion diamnion seringkali sangat tipis
sehingga sulit diidentifikasi.
24
DAFTAR PUSTAKA
25