Anda di halaman 1dari 11

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI (USG)

A. Pengertian
Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan dengan
menggunakan ultrasound (gelombang suara) yang dipancarkan oleh
transduser. Suara merupakan fenomena fisika untuk mentransfer
energi dari satu titik ke titik yang lainnya sehingga mendapatkan
gambaran yang jelas hampir semua bagian tubuh, kecuali bagian
tubuh yang dipenuhi udara atau ditutupi tulang.
B. Manfaat Pemeriksaan USG
Dengan kemajuan teknologi saat ini, aplikasi dan manfaat alat
USG telah demikian luasnya. USG (ultrasonografi) adalah salah satu
alat untuk memeriksa tubuh yang dianggap cukup akurat dan efektif
untuk mengetahui kelainan patologis pada organ yang diperiksa.
Karena kepraktisan dan keakuratannya maka USG banyak
dipergunakan dokter untuk membantu penegakkan diagnosa pasien.
C. Jenis – Jenis USG
1. USG 2D
USG ini menghasilkan gambar “datar” yang tidak terlalu jelas
karena terlihat hanya dari satu sisi dan biasanya sulit dipahami
oleh pasien. USG 2D ini dapat digunakan untuk melihat organ-
organ internal, melihat gerakan bayi, mengukur panjang dan berat
janin, bahkan bisa untuk mendeteksi kelainan sebesar 80–90%.
Namun, jika dokter menemukan kecurigaan kelainan pada bayi,
biasanya dokter akan menyarankan untuk melakukan USG
dengan dimensi yang lebih tinggi. Gambar hasil USG ini hanya
bisa di-print. Biaya untuk USG ini paling murah dibanding dengan
USG 3D dan 4D.
2. USG 3D
USG ini menghasilkan gambar tiga dimensi yang lebih detail
sehingga mudah dipahami oleh pasien. USG 3D dapat digunakan
untuk melihat anatomi tubuh janin dan mendeteksi kondisi kelainan
pada janin, seperti kelainan bibir sumbing atau bayi terlilit tali pusar.
Gambar yang dihasilkan dengan USG 3D dapat disimpan dalam
CD format jpg dan dilihat di komputer. Biaya USG ini lebih mahal
dibanding dengan USG 2D.
3. USG 4D
USG 4D ini biasa disebut juga sebagai SD live atau real time. USG
ini paling canggih karena dapat menghasilkan gambar tiga dimensi,
lebih detail, akurat, dan tampak seperti aslinya, sehingga seperti
sebuah film. Pasien dapat melihat dengan jelas bentuk anggota
tubuh, gerakan janin, dan ekspresi wajahnya, seperti bentuk hidung
bayi, gerakan sedang mengisap jempol, atau menggerakan kaki .
USG 4D ini dapat mendeteksi kelainan pada janin dengan lebih
jelas, seperti kelainan plasenta atau kehamilan ektopik. Gambar
yang dihasilkan dengan USG 4D dapat disimpan dalam format jpg
dan video serta dilihat di komputer. Biaya USG ini paling mahal
dbanding dengan USG 2D dan 3D.
D. Indikasi dan Kontraindikasi USG
Berikut ini adalah beberapa penggunaan USG pada sejumlah
organ tubuh, sesuai jenis-jenisnya:
1. USG kepala. Biasanya dilakukan pada bayi untuk mendeteksi
kelainan otak yang mungkin terjadi pada kelahiran prematur,
cedera atau perdarahan otak, kelainan bawaan lahir (misalnya
hidrosefalus), dan peradangan selaput otak (meningitis) atau
radang otak. Pada orang dewasa, USG kepala digunakan untuk
mendeteksi lokasi tumor secara tepat pada saat operasi daerah
kepala, ketika tulang tengkorak sudah dibuka.
2. USG leher. Untuk mengevaluasi keadaan organ dalam leher,
seperti kelenjar tiroid dan kelenjar air liur, pembuluh darah leher,
serta kelainan yang terbentuk di dalam leher, misalnya benjolan,
infeksi, abses, kista, dan tumor. Selain itu, USG leher juga bisa
digunakan sebagai alat bantu untuk mengarahkan dalam prosedur
pengambilan sampel jaringan di daerah leher (biopsi).
3. USG mammae. USG mammae atau payudara berfungsi untuk
mendeteksi ukuran, lokasi, dan jenis benjolan pada payudara,
serta sebagai alat pemandu saat melakukan pengambilan sampel
benjolan pada jaringan payudara (biopsi).
4. USG perut. Untuk memeriksa jika terdapat kelainan organ hati,
ginjal, limpa, empedu, dan pankreas. USG perut juga dapat
melihat kelainan seperti radang usus buntu, hernia, dan
pembesaran kelenjar getah bening dalam perut. Selain itu, USG
perut dapat digunakan untuk melihat aliran pembuluh darah dalam
perut, serta sebagai alat pemandu saat melakukan tindakan biopsi
jaringan pada organ dalam perut, atau saat mengeluarkan cairan
dari rongga perut pada asites.
5. USG panggul. Untuk mendeteksi kelainan kandung kemih yang
menyebabkan gangguan saat buang air kecil. Secara khusus,
USG panggul dilakukan pasien wanita untuk mencari tahu kelainan
pada rahim dan indung telur yang dapat menyebabkan nyeri
panggul, perdarahan lewat vagina, dan radang panggul. USG
panggul juga dapat membantu mencari lokasi KB spiral, serta
membantu mengarahkan dokter saat tindakan pengambilan sel
telur untuk bayi tabung. Bagi pasien pria, USG panggul dilakukan
untuk memeriksa kelenjar prostat.
6. USG testis. USG testis atau buah zakar berfungsi untuk
memeriksa kelainan pada testis seperti tumbuhnya tumor atau
kista, testis yang tidak turun (kriptorkismus), dan varises pada
pembuluh darah testis (varikokel) yang dapat menyebabkan
kemandulan.
7. USG kehamilan. Untuk memastikan kehamilan, memeriksa denyut
jantung janin, kondisi perkembangan janin, perkiraan usia
kehamilan dan waktu persalinan, perkiraan jenis kelamin, jumlah
air ketuban, dan aliran darah pada janin. USG kehamilan juga
dapat melihat kelainan yang mungkin terjadi pada rahim, indung
telur, serviks, dan plasenta, serta untuk mendiagnosis jika terdapat
kehamilan etopik, hamil kembar, kelainan bawaan pada janin
(misalnya sindrom Down), tumor, atau keguguran. USG kehamilan
juga digunakan untuk membantu mengarahkan dalam prosedur
amniocentesis atau proses pengambilan sampel cairan air
ketuban, bila diperlukan.
8. USG transvaginal. USG transvaginal memiliki fungsi yang hampir
mirip dengan USG panggul untuk melihat keadaan rahim dan
indung telur pasien wanita, namun dengan gambar yang lebih
jelas. Umumnya disarankan untuk mendeteksi kelainan pada
rahim yang dapat menyebabkan perdarahan dari vagina, nyeri
panggul, dan kemandulan. USG transvaginal juga dapat melihat
pertumbuhan kista dan jaringan abnormal lainnya pada rahim,
seperti miom. Selain itu, USG transvaginal juga dapat dilakukan
saat kehamilan untuk memonitor denyut jantung janin, serta
melihat kelainan pada serviks yang dapat mengakibatkan
kelahiran prematur atau keguguran.
E. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum melakukan
pemeriksaan USG adalah :
1. Pencegahan infeksi
Cuci tangan sebelum dan setelah kontak langsung dengan
pasien, setelah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya,
dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat
mencegah penyebaran infeksi. Epidemi HIV/AIDS telah
menjadikan pencegahan infeksi kembali menjadi perhatian utama,
termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana infeksi silang
dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi lebih besar
pada waktu pemeriiksaan USG transvaginal karena terjadi kontak
dengan cairan tubuh dan mukosa vagina. Risiko penularan dibagi
dalam tiga tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan.
a. Risiko penularan tinggi terjadi pada pemeriksaan USG
intervensi (misalnya punksi menembus kulit, membran mukosa
atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai memerlukan
sterilisasi (misalnya dengan autoklaf atau etilen oksida) dan
dipergunakan sekali pakai dibuang.
b. Risiko penularan sedang terjadi pada pemeriksaan USG yang
mengadakan kontak dengan mukosa yang intak, misalnya
USG transvaginal; peralatan yang dipakai minimal
memerlukan desinfeksi tingkat tinggi (lebih baik bila dilakukan
sterilisasi).
c. Risiko penularan ringan terjadi pada pemeriksaan kontak
langsung dengan kulit intak, misalnya USG transabdominal;
peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan alcohol 70%
(sudah dapat membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung
lemak, fungisidal, dan tuberkulosidal) atau dicuci dengan
sabun dan air.
2. Persiapan alat
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil
pemeriksaan juga tetap baik. Mesin USG diletakkan disebelah
kanan tempat tidur pasien, bila pemeriksa bertangan kiri, maka
mesin diletakkan disisi kiri pasien. Hidupkan peralatan USG sesuai
dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan
tersebut. Panduan pengoperasian peralatan USG sebaiknya
diletakkan di dekat mesin USG, hal ini sangat penting untuk
mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada kamar USG, karena tegangan
yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah
rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan UPS
(uninterrupted power supply).
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan
semua peralatan dengan hati- hati, terutama pada transduser
(penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan
memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman
yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari
setiap pabrik pembuat mesin USG). Selanjutnya taruh kembali
transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabel-
kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua
rapih, tutuplah mesinUSG dengan plastik penutupnya. Hal ini
penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau zat
kimia lainnya. Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang
sebagai penanggung jawab pemeliharaan alat tersebut.
3. Persiapan pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, ia sudah harus
memperoleh informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG
yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus diketahui
pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan
(termasuk posisi pasien), akurasi ketepatan diagnostik, perlu
tidaknya pemeriksaan USG 3D, dan berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa
juga melalui penjelasan secara langsung oleh dokter pemeriksa.
Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa pasien
benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal,
tanyakan kembali apakah ia seorang nona atau nyonya ?, jelaskan
dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang baru pada setiap
pemeriksaan (kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal, kondom yang dipasang
sebanyak dua buah, hal ini penting untuk mencegah penyebaran
infeksi. Terangkan secara benar dan penuh pengertian bahwa
USG bukanlah suatu alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin
atau organ kandungan, hal ini untuk menghindarkan kesalahan
harapan dari pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh “Kok
sudah dikomputer masih juga tidak dikatahui adanya cacat
bawaan janin atau ada kista indung telur ?” USG hanyalah salah
satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang kedokteran.
Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya agar
diagnosis kelainan dapat diketahui lebih tepat dan cepat.
4. Persiapan pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan teliti surat
pengajuan pemeriksaan USG, apa indikasinya dan apakah perlu
didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya pasien
dengan kecurigaan kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia
seorang nyonya atau nona, terutama bila akan melakukan
pemeriksaan USG transvaginal. Selanjutnya cocokkan identitas
pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang ada; kemudian
berikan penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak
medik yang akan dilakukan. Persetujuan tindak medik yang
kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah bersifat
persetujuan lisan, kecuali untuk tindakan yang bersifat invasif
misalnya kordosintesis atau amniosintesis. Dimasa mendatang
tampaknya pemeriksaan USG transvaginal memerlukan
persetujuan tertulis dari pasien. Salah satu tujuan utamanya
adalah untuk mencegah penularan penyakit berbahaya seperti
HIV/AIDS dan penyakit menular seksual akibat semakin
banyaknya seks bebas dan pemakaian NARKOBA.
F. Prosedur USG
1. Sebelum USG
Persiapan yang dilakukan tergantung dari jenis USG yang
akan dikerjakan. Beberapa di antaranya meliputi:
a. Mengonsumsi setidaknya 6 gelas air putih 2 jam sebelum
tindakan dan menahan untuk buang air kecil untuk USG
daerah panggul, karena kandung kemih harus penuh.
b. Terkadang pasien dapat diminta untuk berpuasa 8 hingga 12
jam sebelum tindakan USG perut, agar tidak ada sisa
makanan di lambung dan usus yang dapat menghalangi
gelombang suara. Atau dapat dianjurkan untuk tidak makan
lemak sejak sore hari sebelum pemeriksaan untuk USG perut
bila ingin melihat empedu, hati, pankreas, dan limpa
c. Tidak makan atau minum 6-12 jam sebelum USG perut,
khususnya bila ingin melihat gambaran kandung empedu yang
lebih jelas.
d. Menghindari pemakaian kosmetik, seperti bedak atau losion
pada payudara sebelum USG mammae, karena dapat
mempengaruhi hasil akhir.
e. Untuk USG transvaginal, pasien akan diminta untuk
mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu.
f. Tergantung dari bagian tubuh yang akan diperiksa, pihak
rumah sakit akan memberikan pakaian khusus untuk
memudahkan proses USG. Pasien juga akan diminta untuk
melepas perhiasan di sekitar area yang akan diperiksa
g. Bagi yang akan menjalani jenis USG endoskopi, dokter akan
memberikan suntikan obat penenang atau semprotan obat
bius lokal di tenggorokan agar menjadi kebas, dan untuk
menghindari rasa mual atau nyeri saat alat dimasukkan.
2. Prosedur USG
Sebagian besar prosedur USG akan memerlukan waktu 15-45
menit, tergantung dari jenis USG dan bagian tubuh yang perlu
diperiksa. Prosedur pemeriksaan juga akan dilakukan sesuai
dengan jenis USG yang digunakan.
a. USG eksternal
Pasien akan direbahkan di atas tempat tidur dan dokter akan
mengoleskan gel pelumas berbahan lateks di area yang akan
diperiksa untuk melancarkan pergerakan probe. Pasien akan
merasakan sensasi dingin dalam proses ini. Pasien mungkin
akan merasa nyeri atau tidak nyaman saat bagian tubuh
ditekan. Beri tahu dokter jika rasa nyeri memburuk.
b. USG Kehamilan
Bagi yang akan melakukan tes USG kehamilan, dokter akan
menggerakkan probe di atas kulit yang sudah dilumasi dan
melihat kondisi janin melalui monitor yang diletakkan di sebelah
tempat tidur pasien. Pasien dapat melihat kondisi dan
mendengar suara denyut janin secara langsung.
c. USG Kepala Bayi
Probe akan digerakkan di ubun-ubun yang belum menutup.
Tangkapan gambar otak dan ruangan yang berisi cairan otak
(ventrikel) akan terlihat melalui monitor secara langsung. Untuk
USG kepala orang dewasa, hanya dapat dilakukan saat
tindakan operasi kepala, ketika tulang tengkorak sudah dibuka,
dikarenakan gelombang suara dari probe tidak dapat melewati
tulang.
d. USG Testis
Dokter akan mengolesi gel pelumas pada testis agar
memudahkan pergerakan probe. Selain itu, pasien harus
membuka kedua paha secara lebar sambil berbaring agar
memudahkan proses pemeriksaan. Handuk dan tali khusus
akan dipasang di bawah kantung buah zakar (skrotum) dan di
sekitar paha untuk meninggikan posisi skrotum. Rasa tidak
nyaman mungkin akan dirasakan saat probe ditekan pada titik
sensitif atau nyeri.
e. USG internal
Saat USG transvaginal, pasien akan diminta berbaring dengan
panggul yang sedikit diangkat. Dokter akan memasukkan ujung
probe yang sudah dilapisi pelindung steril dan pelumas melalui
vagina agar dapat memantau kondisi organ di sekitar panggul.
Pemantauan dapat dilakukan melalui monitor yang diletakkan di
sebelah tempat tidur pasien.
f. USG endoskopi
Pasien akan diminta untuk merebahkan badan ke arah samping
dan akan diberikan obat penenang atau semprotan bius lokal
untuk meredakan rasa gelisah ataupun nyeri. Setelah itu, dokter
akan memasukkan alat endoskopi melalui mulut pasien dan
didorong ke arah kerongkongan hingga ke bagian organ yang
perlu diperiksa. Sama seperti jenis USG lainnya, gambar akan
ditangkap melalui gelombang suara dan akan terlihat dari
monitor yang terletak di dekat pasien.
3. Sesudah USG
Setelah dokter selesai memeriksa, gel yang digunakan pada
tubuh akan langsung dibersihkan, dan bagi yang diminta untuk
menahan urine sebelum tes, pasien dipersilahkan untuk langsung
mengosongkan kandung kemih.
Secara umum, pasien diperbolehkan pulang dan beraktivitas
sesudah USG. Namun bagi yang diberikan obat penenang, pasien
tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan yang membutuhkan
konsentrasi, seperti mengendarai kendaraan, selama 24 jam
pertama. Pasien disarankan untuk menghubungi keluarga atau
kerabat guna menemani dan mengantarkannya pulang.
Biasanya, pasien akan mendapatkan hasil USG secara
langsung. Jika diperlukan analisa lebih lanjut, hasil akan diberikan
ke dokter yang merujuk dalam hitungan hari.
Jika pasien mengalami efek samping tertentu setelah
melakukan USG, dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan
dokter.
G. Efek Samping USG
USG merupakan prosedur yang aman dan tidak menimbulkan
efek samping, terutama USG eksternal. Efek samping yang mungkin
muncul adalah reaksi alergi terhadap gel yang digunakan. Untuk USG
internal, seperti USG transvaginal, pasien dapat mengalami rasa tidak
nyaman saat alat dimasukkan. Untuk USG endoskopi, pasien mungkin
merasakan efek samping seperti sakit tenggorokan atau perut
kembung, namun hal ini hanya terjadi sementara. Walaupun jarang,
perdarahan dapat terjadi akibat tindakan USG endoskopi.

Anda mungkin juga menyukai