Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Di Susun Oleh:

Nama : Stella Anggita Putri


NIM : 2018.097
Kelas : 3A

STIKES PANTI KOSALA SURAKARTA


2020

1
2

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama
Defisit perawatan diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Defisit Perawatan Diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene),
berpakaian/berhias, makan, dan BAB/BAK (toileting) (Fitria, 2012 : 93).
Defisit Perawatan Diri adalah suatu keadaan seseorang yang
mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisiri rambut, pakaian
kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi (Yusuf., et al,
2015 : 154).
2. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2012 : 94) tanda dan gejala gangguan jiwa yang
mengalami defisit perawatan diri adalah :
a. Mandi (hygiene)
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian atau berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau
menukar pakaian. Klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian dalam, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
3

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,


mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
membuka kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut,
melengkapi makan, mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup
makanan dengan aman.
d. BAB/BAK (toileting)
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
3. Penyebab
Menurut Sutejo (2017), penyebab defisit perawatan diri adalah
sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
1) Faktor Psikologis
Keluarga terlalu melindungidan memanjakan klien, sehingga klien
menajdi begitu bergantungdan perkembangan inisiatifnya
terganggu. Pasien ganggungan jiwa, misalnya, mengalami defisit
perawatan diri dikarenakan kemampuan realitas yang kurang. Hal
ini meyebabkan klien tidak peduli terhadap diri dan lingkungannya,
termasuk perawatan diri.
2) Faktor Biologis
Penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Danya penyakit fisik dan mental yang
mneyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Selain itu, faktor herediter (keturunan) berupa anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa.
3) Faktor Sosial
Kurangnya dukungan dan latihan kemmapuan perawatan diri
lingkungannya
b. Faktor presipitasi
4

Kurangnya motivasi, kerusakan kognitif atau perseptual, cemas, dan


kelelahan yang dialami klien.
4. Akibat
Menurut, akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan
pemeliharaan. Gangguan pemelihaaan kesehatan ini bentuknya bisa
bermacam-macam. Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies, panu, kurap)
dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena kegagalan
dalam makan), penyebaran penyakit orofecal (karena hiegyne bab/bak
sembarangan) dan lain-lain.
5. Proses Terjadinya Penyebab dan Akibat
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri
tampak dari kemampuan merawat kebersihan diri, makan secara
mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (BAB atau BAK secara
mandiri) (Yusuf., et al, 2015 : 154). Akibat dari defisit perawatan diri
adalah Gangguan Pemeliharaan. Gangguan pemelihaaan kesehatan ini
bentuknya bisa bermacam-macam. Bisa terjadinya infeksi kulit (scabies,
panu, kurap) dan juga gangguan yang lain seperti gastritis kronis (karena
kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit orofecal (karena hiegene
bab/bak sembarangan) dan lain-lain.

C. Pohon Masalah
Menurut Sutejo (2017 : 120) pohon masalah gangguan jiwa dengan
defisit perawatan diri yaitu :
Akibat (Effect) Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Penyebab (Causa) Kehilangan fungsi tubuh, kurangnya motivasi

D. Data yang Perlu Dikaji


Menurut Fitria (2012 : 96) data yang perlu dikaji pada pasien dengan
gangguan jiwa defisit perawatan diri meliputi :
1. Data Subjektif, meliputi :
5

a. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di


RS tidak tersedia alat mandi.
b. Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
c. Klien mengatakan ingin disuapi saat makan.
d. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah
BAK maupun BAB.
2. Data Objektif, meliputi :
a. Ketidakmampuan mandi atau membersihkan diri ditandai dengan
rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang
dan kotor.
b. Ketidakmampuan berpakaian atau berhias ditandai dengan rambut
acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
c. Ketidakmampuan makan sendiri ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB atau BAK secara mandiri ditandai dengan
BAB atau BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri
dengan baik setelah BAB atau BAK.

E. Diagnosa Keperawatan
Menurut Fitria (2012 : 96) masalah keperawatan yang mungkin bisa
muncul pada pasien gangguan jiwa defisit perawatan diri yaitu :
1. Defisit perawatan diri
2. Harga diri rendah
3. Isolasi sosial

F. Rencana Tindakan
1. Rencana tindakan keperawatan untuk klien, meliputi :
a. Strategi pelaksanaan 1 (SP 1), meliputi :
1) Identifikasi masalah perawatan diri kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK.
2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
3) Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
6

4) Latih cara menjaga kebersihan diri : mandi, dan ganti pakaian,


sikat gigi,cuci rambut, potong kuku.
5) Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi (2
kali per hari), cuci rambut (2 kali per minggu), potong kuku (1 kali
per minggu).
b. Strategi pelaksanaan 2 (SP 2), meliputi :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3) Latih cara berdandan setelah kebersihan diri : sisiran, rias muka
perempuan, sisiran, cukuran untuk pria.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk kebersihan diri dan
berdandan.
c. Strategi pelaksanaan 3 (SP 3), meliputi :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
3) Latih cara makan dan minum yang baik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan dan makan & minum yang baik.
d. Strategi pelaksanaan 4 (SP 4), meliputi :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan & minum.
Beri pujian.
2) Jelaskan cara BAB dan BAK yang baik.
3) Latih BAB dan BAK yang baik.
4) Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri,
berdandan, makan & minum dan BAB & BAK.
e. Strategi pelaksanaan 5 (SP 5), meliputi :
1) Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan & minum,
BAB & BAK. Beri pujian.
2) Latih kegiatan harian.
3) Nilai kemampuan yang telah mandiri.
4) Nilai apakah perawatan diri telah baik.
2. Rencana tindakan keperawatan untuk keluarga, meliputi :
a. Strategi pelaksanaan 1 (SP 1), meliputi :
1) Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat klien.
7

2) Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya defisit


perawatan diri (gunakan bookleat).
3) Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri.
4) Latih dua cara merawat : kebersihan diri dan berdandan.
5) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
b. Strategi pelaksanaan 2 (SP 2), meliputi :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
kebersihan diri. Beri pujian.
2) Latih dua (yang lain) cara merawat : makan & minum, BAB & BAK.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.
c. Strategi pelaksanaan 3 (SP 3), meliputi :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga merawat kebersihan diri dan berdandan dan
makan & minum pasien.
3) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.
d. Strategi pelaksanaan 4 (SP 4), meliputi :
1) Evaluasi kegiatan dalam merawat atau melatih pasien kebersihan
diri, berdandan, makan & minum. Beri pujian.
2) Bimbing keluarga merawat BAB dan BAK pasien.
3) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
4) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian.
e. Strategi pelaksanaan 5 (SP 5), meliputi :
1) Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat atau melatih pasien
dalam perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan & minum,
BAB & BAK. Beri pujian.
2) Nilai kemampuan keluarga merawat pasien.
3) Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ atau PKM.
8

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien :-
2. Dx. Keperawatan : Defisit Perawatan Diri
3. Tujuan
Menurut Yusuf., et al (2015 : 155) tujuan tindakan keperawatan untuk
pasien gangguan jiwa dengan defisit perawatan diri yaitu :
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri.
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik.
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik.
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
4. Tindakan Keperawatan
Menurut Yusuf., et al (2015 : 155) rencana tindakan keperawatan untuk
klien, meliputi :
a. SP 1 : Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri.
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, kita dapat
melakukan kegiatan :
1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri.
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
4) Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri.
b. SP 2 : Melatih pasien berdandan.
Kita sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien
laki-laki harus dibedakan dengan wanita. Kita dapat melakukan
kegiatan :
1) Untuk pasien laki-laki, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
2) Untuk pasien perempuan, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Cara menyisir rambut
c) Berhias
c. SP 3 : Melatih pasien makan secara mandiri
9

Untuk melatih makan pasien, kita dapat melakukan tahapan


kegiatan :
1) Menjelaskan cara mempersiapkan makan.
2) Menjelaskan cara makan yang tertib.
3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan setelah makan.
4) Praktik makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
d. SP 4 : Pasien melakukan BAB dan BAK secara mandiri
Untuk melatih BAB dan BAK mandiri kita dapat melakukan tahapan
kegiatan :
1) Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai.
2) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK.
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK.

B. Strategi Komunikasi
Menurut Fitria (2012 : 101) strategi komunikasi dan pelaksanaan untuk
pasien gangguan jiwa denga defisit perawatan diri meliputi :
1. Orientasi, terdiri dari :
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi...boleh saya kenalan dengan ibu? Nama saya...Ibu
boleh panggil saya... Saya mahasiswa keperawatan saya sedang
praktik disini dari pukul 08.00-13.00 WIB siang. Kalua boleh saya tahu
nama Ibu siapa, dan senangnya dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya semalam?
Ada keluhan tidak?
c. Kontrak
a. Topik : “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurut Ibu sebaiknya kita ngobrol tentang apa?
Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kebersihan diri?”
b. Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”
c. Tempat : “Dimana kita duduk? Di teras, di kursi panjang itu, atau
dimana?”
2. Kerja
“Berapa kali ibu membersihkan diri dalam sehari?”
10

“Apakah ibu suka berdandan?”


“Alat apa yang ibu gunakan saat makan, menggunakan tangan atau
sendok?”
“Apakah ibu selalu ke kamar mandi jika Ibu ingin BAB/BAK?
“Apakah Ibu tahu pentingnya kebersihan diri?”
“Bagaimana cara Ibu menjaga kebersihan diri?”
“Apakah ibu tahu tentang alat-alat yang digunakan untuk membersihkan
diri?”
“Bagaimana cara Ibu membersihkan diri?”
“Bagaimana kalau kita belajar cara membersihkan diri?”
“Pertama lepaskan seluruh baju yang dikenakan, lalu siramkan air
kesluruh tubuh secara menyuluruh. Gunakan sabun secara merata pada
seluruh bagian tubuh dan bilas sampai bersih. Setelah itu menggosok
gigi, keringkan badan dengan handuk dan ganti pakaian dengan pakaian
yang bersih.”
3. Terminasi, terdiri dari :
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa
senang tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita berdiskusi panjang, sekarang coba Ibu simpulkan
pembicaraan kita tadi? Coba sebutkan cara menjaga kebersihan
diri!”
c. Rencana tindak lanjut
“Kalau Ibu sudah tahu cara membersihkan diri, nanti saat jam 17.00
coba Ibu praktkkan penjelasan saya tadi.”
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik : “Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang
bagaimana cara menjaga kebersihan mulut?”
2) Waktu : “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok
jam 09.30 WIB, bisa?”
3) Tempat : “Kira-kira tempat yang enak untuk kita ngobrol besok dimana ya,
apa masih disini atau cari tempat lain? Sampai jumpa.”
11

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Salemba
Medika, Jakarta.

Sutejo. 2017. Keperawatan Kesehatan Jiwa (Prinsip dan Praktik Asuhan


Keperawatan Jiwa). Pustaka Baru Pers, Yogyakarta.

Yusuf, AH., et al. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba
Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai