Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun oleh:

ALYSHA CHAMILA MILE

C01418008

D KEPERAWATAN 2018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2021
A. Konsep Dasar Perawatan Diri
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas,
dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri merupakan salah satu
masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan jiwa kronis
sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan
gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam
keluarga maupun masyarakat.
Jenis–Jenis Defisit Perawatan Diri :
a. Defisit perawatan diri : Mandi / kebersihan
Defisit perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Defisit perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Defisit perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Defisit perawatan diri : Makan
Defisit perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Defisit perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut : Kelelahan fisik dan Penurunan kesadaran. Menurut
DepKes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan : Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien
sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis : Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun : Klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial : Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas,
lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan
diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

3. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut fitria (2009) adalah
sebagai berikut :
a. Mandi/hygine
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan suber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan
pakaian, menenggalkan pakaian serta memperoleh atau menukar pakaian.
Len juga memiliki ketidakmampuan dalam mengenakan pakaian dalam,
memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarik, melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakain dan
mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah dan
memasukannya ke dalam mulut, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan
tepat dan menyiram toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu mandiri.
4. Mekanisme Koping.
a. Regresi
Kemunduran akibat sters terhadap perilaku dan merupakan ciri khas dari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini 
b. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitif.
c. Isolasi sosial,
menarik diriSikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai
semuanya baikatau semuanya buruk, kegagalan unutk memadukan nilai-
nilai positif dan negatif didalam diri sendiri
d. Intelektualisasi
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk
menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
Format/data fokus pengkajian pada klien dengan defisit perawatan
diri (Keliat dan Akemat,2009)
a. Status mental
Penampilan
( ) Tidak rapi
( ) Penggunaan pakaian tidak sesuai
( ) Cara berpakaian tidak seperti biasannya
b. Kebutuhan sehari-hari
1. Kebersihan diri
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
2. Makan
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
3. BAB/BAK
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total
4. Berpakain/ Berhias
( ) Bantuan minimal ( ) Bantuan total

1.  Rentang Respon Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yng tidak dapat merawat
diri sendiri :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri :
1) Bina hubungan saling percaya 
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri :
1) Bantu klien merawat diri 
2) Ajarkan keterampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukunga :
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi 
2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien

2. Batasan karakteristik
Menurut Nanda-1 (2012) batasan karakteristik klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
a. Defisit perawatan diri : mandi
1) Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi
2) Ketidakmampuan mengeringkan tubuh
3) Ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi
4) Ketidakmampuan menjangkau sumber air
5) Ketidakmampuan mengatur air mandi
6) Ketidakmampuan membasuh tubuh
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
1) Ketidakmampuan mengancing pakaian
2) Ketidakmampuan mendapatkan pakaian
3) Ketidakmampuan mengenakan atribut pakaian
4) Ketidakmampuan mengenakan sepatu
5) Ketidakmampuan mengenakan kaus kaki
6) Ketidakmampuan melepaskan atribut pakaian
7) Ketidakmampuan melepas sepatu
8) Ketidakmampuan melepas kaus kaki
9) Hambatan memilih pakaian
10) Hambatan mempertahankan penampilan yang memuaskan
11) Hambatan mengambil pakaian
12) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah
13) Hambatan mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas
14) Hambatan memasang sepatu
15) Hambatan memasang kaus kaki
16) Hambatan melapas pakaian
17) Hambatan melepas sepatu
18) Hambatan melepas kaus kaki
19) Hambatan menggunakan alat bantu
c. Defisit perawatan diri : makan
1) Ketidakmampuan mengambil makanan
2) Ketidakmampuan mengunyah makanan
3) Ketidakmampuan menghabiskan makanan
4) Ketidakmampuan menempatkan makanan ke perlengkapan makan
5) Ketidakmampuan menggunakan perlengkapan makan
6) Ketidakmampuan memakan makanan dalam cara yang dapat diterima
secara sosial
7) Ketidakmampuan memakan makanan yang aman
8) Ketidakmampuan memakan makanan dalam jumlah memadai
9) Ketidakmampuan memanipulasi makanan dalam mulut
10) Ketidakmampuan mengambil gelas dan cangkir
11) Ketidakmampuan menelan makanan
d. Defisit perawatan diri : toileting
1) Ketidakmampuan melakukan hygiene eliminasi yang tepat
2) Ketidakmampuan menyiram toilet atau kursi buang air (commode)
3) Ketidakmampuan naik ke toilet atau commode
4) Ketidakmampuan memanipulasi pakaian untuk eliminasi
5) Ketidakmampuan berdiri dari toilet atau commode
6) Ketidakmampuan untuk duduk ditoilet atau commode

3. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.


a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membran
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengakajian
Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara dan observasi kepada pasien
dan keluarga.
Tanda dan gejala defisist perawatan diri yang dapat ditemukan dengan
wawancara, melalui pertanyaan sebagai berikut :
a. Coba ceritakan kebiasaan/cara pasien dalam membersihkan diri?
b. Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok
gigi dan menggunting kuku?
c. Bagaimana pendapat pasien tentang penanmpilan dirinya? Apakah pus
dengan penampilan sehari-hari pasien.
d. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut, berdandan, bercukur (untuk
laki-laki ) secara teratur?
e. Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan
yang akan dilakukan?
f. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan pasien mandi sehari-hari? Peralatan
mandi apa saja yang digunakan pasien?
g. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien?
h. Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan
fungsinya?
i. Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketika selesai BAB/BAK?
j. Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB/BAK setelah
BAB/BAK?
k. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri
yang benar?
Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui
observasi adalah sebagai berikut :
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
kotor, berdaki/bau, kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-
acakan, oakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien
laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan dan minum secara mandiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK.
Data hasil observasi dan wawancara didokumentasikan pada kartu status
pasien di contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut :
Data : Pasien mengatakan belum mandi, rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki, dan bau, kuku panjang dan kotor. Rambut acak-acakan, tidak disisir,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidask susuai, makan dan minum
diambilkan oleh keluarga, makan berceceran, dan tidak makan pada
tempatnya, tidak menyiram dan membersihkan diri setelah BAB/BAK.

Pohon masalah defisit perawatan diri


Isolasi sosial

Effect

Defisit perawatan diri

Core problem

Koping individu tidak efktif

Causa

2. Diagnosa keperawatan defisit perawatan diri


Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda dan gejala defisit
perawatan diri yang ditemukan. Jika hasil pengkajian menunjukan tanda dan
gejala defisit perawatan diri, maka diagnosa keperawatan yang ditegakkan
adalah
Defisit perawatan diri : kebersihan diri, berdandan, makan dan minum,
BAB dan BAK.

3. Rencana keperawatan Defisit perawatan diri dalam bentuk strategi pelaksanaan

Klien Keluarga
SPIP SPIK
1. Menjelaskan pentingnya 1. Mendiskusikan masalah yang di rasakan
kebersihan diri keluarga dalam merawat pasien.
2. Menjelaskan cara menjaga
kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala,
3. Membantu pasien mempraktikkan defisit perawatan diri yang di alami pasien
cara menjaga kebersihan diri beserta prosesterjadinya.

4. Menganjurkan pasie memasukkan 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit


dalam jadwal kegiatan harian. perawatan diri.
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
harian pasien. pasien dengan defisit perawatan diri.
2. Menjelaskan cara makan yang 2. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat
baik langsung kepada pasien defisit perawatan diri.
3. Membantu pasien mempraktikkan
cara makan yang baik.
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
harian pasien. di rumah termasuk minum obat (discharge
2. Menjelaskan cara eliminasi yang planning).
baik. 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang.
3. Membantu pasien
mempraktikkan cara eliminasi
yang baik
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP4K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
2. Menjelaskan cara berdandan
3. Membantu pasien mempraktikkan
cara berdandan.
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

Tindakan keperawatan untuk pasien defisist perawatan diri


1) Membina hubungan saling percaya dengan cara
a. Mengucapka salam setiap berinteraksi dengan pasien
b. Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama dan nama panggilan
yang perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan
c. Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
d. Buat kontrak asuhan : apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan dan tempatnya diman
e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yangdiperoleh
untuk kepentingan terapi
f. Setiap saat tunjukan rasa empati pada pasien
g. Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
2) Melatih pasien cara-cara kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri, perawat dapat
melakukan tahapan tindakan yang meliputi :
a. Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri
3) Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi : berpakaian, menyisir rambut, dan
bercukur
Untuk pasien perempuan, latihannya meluputi : berpakaian, menyisir
rambut dan berhias
4) Melatih pasien makan dan minum secara mandiri
Untuk melatih makan dan minum pasien, perawat dapat melakukan
tahapan sebagai berikut :
a. Menjelaskan kebutuhan kebutuhan makan perhari dewasa 2000-2200
kalori untuk perempuan dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori
setiap hari makan dan minum 8 gelas 2500 ml dan cara makan dan
minum
b. Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan dan minum
setelahmakan dan minum
d. Mempraktikkan makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
5) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK cecara mandiri
Perawat dapat melatih pasien untuk BAB/BAK mandiri sesuai tahapan
berikut :
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK
d. Mempraktikan BAB/BAK dengan baik
4. Dokumentasi
Pendokumentasian dilakukan setiap selesai melakukan pertemuan dengan
pasien dan keluarga (pelaku rawat), berikut ini contoh pendokumentasian
asuhan keperawatan defisit perawatan diri pada kunjungan keempat
Implementasi Evaluasi
Tanggal : jam : S : Pasien
Data : - Pasien mengatakan sudah
Data pasien dan kemampuan melakukan mandi sehari 2 kali,
Pasien tampak bersih, badan dan sikat gigi (2 kali per hari), cuci
rambut bersih dan tidak bau, rambut rambut (2 kali per minngu),
sudah disisir rapi, wajah potong kuku (1 kali perminggu),
menggunakan bedak, kuku pendek berdandan dan mengganti
dan bersih, gigi bersih dan tidak bau, pakaian dua klai sehari sehabis
pakaian bersih dan sesuai, dapat mandi pagi dan sore, makan 3
mengambil makan sendiri, makan kali sehari, dan minum 6-8 gelas
pada tempatnya, kemampuan pasien sehari. BAB/BAK dikamar
mandi 2 kali sehari, menggosok giig mandi
2 kali sehari , keramas sudah 1 kali, S : keluarga
gunting kuku 1xseminngu, berdandan 1. Keluarga mengatakan anaknya
dan berpakaian, makan dan minum dapat melakukan kegiatan sesuai
( semua kegiatan dilakukan secara jadwal
mandiri), pasien mengatakan kadang 2. Keluarga mengatakan senang
masih suka BAK sembarangan dapat membimbing anaknya
untuk melakukan kebersihan diri
Data keluarga dan kemampuan 3. Keluarga mengatakan akan terus
Keluarga mengatakan sudah memotivasi anaknya unutk
mengetahui apa itu kebersihan diri , melakukan sesuai jadwal
kurang perawatan diri, tanda dan 4. Keluarga mengatakan akan
gejala serta proses terjadinya berobat rutin ke puskesmas dan
masalah. Keluarga mampu melatih mencegah agar anaknya tidak
dan membimbing pasien cara kambuh lagi
melakukan perawatn diri,
berdandan/berpakaian, O : Pasien
makan/minum. 1. Pasien tampak bersih, badan
rambut bersih dan tidak bau,
DK : rambut sudah disisir rapi, wajah
Defisit perawatan diri menggunakan bedak, kuku
pendek dan bersih, gigi bersih
Intervensi : dan tidak bau.
Tindakan ke pasien 2. Pasien mandi 2x sehari,
Evaluasi kegiatan kebersihan diri, dilakukan sendiri, sikat gigi (2
berdandan, makan dan minum. Beri kali per hari), cuci rambut (2 kali
pujianjelaskan cara BAB/BAK yang per minngu), potong kuku (1 kali
baik, melatih BAB/BAK yang baik, perminggu), berdandan dan
maemasukan pada jadwal kegiatan mengganti pakaian dua klai
untuk melatih kebersihan diri, sehari sehabis mandi pagi dan
berdandan, makan dan minum dan sore, makan 3 kali sehari, dan
BAB/BAK. minum 6-8 gelas sehari.
BAB/BAK dikamar mandi
Tindakan ke keluarga
Evaluasi kegiatan kelaurga dalam O : Keluarga
merawat/melatih pasien kebersihan 1. Keluarga tampak melatih dan
diri, berdandan,makan dan minum. membimbing cara merawat diri
Beri pujian, membimbing keluarga dan berdandan dan makan dan
BAB/BAK, pasien. Jelaskan follow minum, BAB/BAK pada
up ke PKM, tanda kambuh, anjurkan anaknnya
membantu pasien sesuai jadwal dan 2. Keluarga kooperatif
memberikan pujian. 3. Keluarga mengerti tanda-tanda
RTL : kekambuhan dan control teratur
Pasien ke puskesmas
Melakukan kebersihan diri sesuai
jadwal A:
Keluarga Pasien mampu melakukan
Memotivasi dan membimbing untuk kebersihan diri, berdandan, makan
melakukan kebersihan diri sesuai munum dan BAB/BAK
jadwal. Follow up ke puskesmas dan
pencegahan kekambuhan P:
P Untuk Pasien
Pasien mandi 2x sehari, dilakukan
sendiri, sikat gigi (2 kali per hari),
cuci rambut (2 kali per minngu),
potong kuku (1 kali perminggu),
berdandan dan mengganti pakaian
dua klai sehari sehabis mandi pagi
dan sore, makan 3 kali sehari, dan
minum 6-8 gelas sehari. BAB/BAK
dikamar mandi

P untuk Keluarga
Memotivasi dan membimbing pasien
sesuai jadwal : mandi 2x sehari,
dilakukan sendiri, sikat gigi (2 kali
per hari), cuci rambut (2 kali per
minngu), potong kuku (1 kali
perminggu), berdandan dan
mengganti pakaian dua klai sehari
sehabis mandi pagi dan sore, makan
3 kali sehari, dan minum 6-8 gelas
sehari. BAB/BAK dikamar mandi

DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic
Course). Jakarta: EGC

Fitria Nita.2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan


Srategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan(LP dan SP).Jakarta:Salemba Medika.
Damaiyanti Mukhripah,dkk.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika
Aditama

Hoesny, Rezkiyah,.2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Defisit Perawatan


Diri diakses dari http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3358/1/Rezkiyah%20Hoesny.pdf
pada 14 Juni 2018

Neri, Silvia,.2018. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan diakses dari


https://www.academia.edu/6822348/STRATEGI_PELAKSANAAN_TINDAKAN_K
EPERAWATAN_SP-1_Pasien_Defisit_Perawatan_Diri_Pertemuan_Ke-1 pada 14
Juni 2018
Shinzu, Bekti,.2018. Defisit Perawatan Diri LP SP diakses dari
https://www.academia.edu/35135428/Defisit_Perawatan_Diri_LP_SP pada 14 Juni
2018

Anda mungkin juga menyukai