Anda di halaman 1dari 7

- Tujuan

Tujuan dilakukannya USG kehamilan antara lain untuk:

 Memastikan kehamilan, baik kehamilan tunggal atau kembar


 Mengetahui usia kehamilan dan memperkirakan waktu persalinan
 Memantau perkembangan janin dan mengetahui jenis kelaminnya
 Memeriksa denyut jantung, aliran darah, dan kadar oksigen pada janin
 Mengecek kondisi rahim, leher rahim, indung telur, dan plasenta
 Mendeteksi kelainan lahir pada janin, seperti sindrom Down
 Mengetahui posisi janin (normal, melintang, atau sungsang)
 Memeriksa kadar cairan ketuban dan membantu proses pengambilan sampel cairan
ketuban (amniosentesis) bila diperlukan
 Mendeteksi kehamilan di luar rahim (kehamilan etopik), tumor, dan memastikan bila
terjadi keguguran

- Jenis-jenis/klasifikasi

1. USG 2 Dimensi

Dalam USG 2 dimensi bisa mencatat asal kejadian dan perkembangan fetus

secara spesifik. Dalam USG 2 dimensi sulit untuk menginterpretasikan secara klinis

secara anatomis tanpa pengetahuan atau asumsi terperinci sebelumnya sehingga nilai

klinisnya juga terbatas. Untuk menghasilkan scan 2 dimensi diperlukan A-scan serial

dan menjadikannya dalam format yang sesuai.

2. USG 3 Dimensi

USG 3 dimensi diperkenalkan pada praktek klinis untuk mengatasi

kelemahan USG 2 dimensi. Dikembangkan melalui metode dan tehnik yang abru

untuk menghindari degradasi gambar akibat pergerakan anatomis dan untuk

mendapatkan informasi dinamis dari pergerakan yang ada

3. USG 4 Dimensi

Alat USG 4 dimensi memberikan gambaran dari seluruh tubuh fetus dan

pergerakannya yang merupakan pengembangan dari USG 3 dimensi, yang

memungkinkan mendapatkan dinamika morfologi janin seprti menguap, menyedot,

tersenyum, menangis dan mengedipkan mata.


4. USG Doppler

Doppler adalah alat USG yang memberikan informasi kecepatan arah dan

aliran darah. Karena pada frekuensi ultrasonik pada tubuh terjadi pergeseran

frekuensi yang disebabkan efek Doppler. Frekuensi yang diterima transduser lebih

rendah jika aliran darah menjauhi transduser dan lebih tinggi bila aliran darah

mendekati transduser (Gondo & suwardewa, 2012).

Pemeriksaan ultrasonografi 3D sebenarnya dilakukan dengan menggunakan

mesin yang sama dengan USG 2D. Perbedaannya adalah bahwa pada visualisasi

janin pada pemeriksaan USG 2D tergambar dalam bidang datar sedangkan USG 3D

dapat melihat lekuk permukaan tubuh janin. Sedangkan USG 4D berarti

menambahkan unsur gerak ke dalam gambar USG 3D. Ultrasonografi 4D juga

disebut sebagai “Live 3D”.

- Prosedur tindakan

Pemeriksaan USG obsteri dan ginekologi dapat dilakukan dengan cara:

1. Transabdominal

Pemeriksaan USG transabdominal ini adalah paling banyak digunakan saat

ini karena pemeriksaannya tidak ada intervensi yang membuat pasien merasa tidak

nyaman. Hanya saja saat pemeriksaan ini kandung kemih pasien harus penuh

sehingga pada pemakaian transuder tidak boleh ditekan terlalu kuat karena

meransang pasien ingin berkemih. Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan

transduser yang telah diolesi jelly pada abdomen ibu. Pengukuran dilakukan dari

batas luar uterus pada penampang longitudinal dan antero-posterior. Pada

pemeriksaan USG sebaiknya dicantumkan posisi transduser terhadap tubuh ibu atau
organ kandungan (body-mark). Seperti gambaran massa yang terletak diabdomen

bagian bawah tengah pada potongan longitudinal.

2. Transvaginal

Dalam pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan transduser yang

telah diolesi jelly ke dalam vagina. Pemeriksaan USG ini memberikan informasi

lebih akurat dan rinci dari organ atau jaringan dirongga pelvis dibandingkan

pemeriksaan USG transabdominal. Oleh Karena itu perlu penyesuaian mesin dengan

operator, terutama pengenalan organ genetalia internal dan kehamilan trimester

pertama serta terbatas ruang untuk melakukan gerak transduser. Kenali aspek tehnik

dari transduser, cara-cara melakukan pemeriksaan dan faktor keamanan

pemeriksaan.

3. Transparietal/Translabial

Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya pada

wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan transvaginal atau transrektal.

Dalam pemeriksaan ini transduser diberi jelly dan diletakkan didaerah perineum dan

digerakkan keatas dan kebawah untuk mencari gambaran organ genetalia, cara ini

memang tidak dapat memberikan gambaran organ genetalia sebaik pemeriksaan

USG transvaginal dan transrektal

4. Transrektal

Pemeriksaan ini hampir sama dengan pemeriksaan transvaginal.

Perbedaannya terletak pada bentuk dan ukuran diameter transduser. Pemeriksaan ini

dilakukan dengan memasukkan transduser yang diolesi jelly kedalam rectum.

Pergerakan transduser per rektal sangat terbatas dan sering menimbulkan rasa tidak

nyaman.
5. Pemeriksaan USG invasif

USG ini dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa atau tindakan

terapeutik, misalnya biopsy villi koriales , amniosintesis, kordosintesis, ovum pick-up

(OPU), atau transfuse intra uterin. Pemeriksaan USG ini untuk menilai kondisi

kehamilan. Pada umumnya hanya diperlukan anastesi lokal untuk memasukkan

jarum punksi, tetapi dapat juga dengan anestesi umum pada tindakan OPU. Tehnik

yang dipakai bias secara “free-hand” atau dipandu USG melalui maker fungsi yang

ada pada transduser.

Untuk pemeriksaan dengan ultrasonography, dilakukan dalam suatu ruangan dengan


teknisi dan mesin ultrasonography. Adapun prosedurnya sebagai berikut :

1. Menanggalkan baju (dari semua baju atau hanya pada area yang diperiksa).
Ultrasonographer menutupi dengan kain di atas area yang akan disinari saja dan tidak untuk
yang akan diperiksa.

2. Ultrasonographer menuangkan suatu mineral minyak jelly ke kulit untuk mengeliminasi


udara antara probe dan kulit dan untuk membantu melewatkan gelombang suara ke dalam
tubuh. Ultrasonographer menutup probe dengan tutup plastik.

3. Melewatkan probe di atas kulit untuk memperoleh gambar yang dikehendaki. Tergantung
dari jenis pemeriksaan, mungkin probe disisipkan di bagian lekuk tubuh.

4. Mungkin diminta untuk mengubah posisi guna mendapatkan penglihatan dan


penggambaran yang lebih baik.

5. Setelah gambar diperoleh dan pengukuran telah dilakukan data disimpan dalam disk, dan
pasien dapat memperoleh hardcopy gambar.

- kelebihan

Kelebihan atau keunggulan dari Ultrasnography antara lain sebagai berikut :

1. Kemampuan penggambaran otot dan jaringan lembut sangat baik sekali dan bermanfaat
untuk menggambarkan alat penghubung antara zat padat dan cairan pengisi ruang.

2. Kemampuan memandang gambar hidup, dimana operator dapat secara dinamis memilih
bagian paling bermanfat untuk mendiagnosa dengan cepat.

3. Kemampuan menunjukkan susunan organ tubuh


4. Tidak memiliki efek samping dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien.

5. Peralatan ini secara luas komparatif fleksibel.

6. Kecil dan mudah dibawa untuk menyediakan keperluan scan, pemeriksaan atau pengujian
dapat dilakukan disamping tempat tidur.

7. Harga relatif lebih murah bila dibandingkan dengan mode investigasi lain seperti CAT,
DEXA atau MRI.

- Kekurangan/resiko

kelemahan-kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Alat ultraonography memiliki masalah dalam menembus tulang. Sebagai contoh,


sonography otak orang dewasa sangat terbatas.

2. Performansi ultasonography kurang baik bila terdapat gas diantara transducer dan organ
tubuh yang diamati, keduanya mempunyai perbedaan akustik impedansi yang ekstrim.
Sebagai contoh, gas-gas trointestinal sering terbaca pankreas karena ultrasonography sulit
melacak, dan tidak memungkinkan melakukan penggambaran paru-paru.

3. Tanpa adanya tulang atau udara, kedalaman penetrasi ultrasonography terbatas, sehingga
kesulitan membuat gambar kedalaman susunan tubuh, khususnya pasien gemuk.

4. Metoda yang digunakan operator dependent. Diperlukan ketrampilan dan pengalaman


untuk memperoleh gambar berkualitas dan membuat diagnosa akurat.

5. Tidak ada panduan penggambaran seperti halnya pada CT scan dan MRI.

- contoh gambar

 2 dimensi

 3 dimensi
 4 dimensi

 USG doppler

Anda mungkin juga menyukai