Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANDIRI PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA SISTEM REPRODUKSI

Disusun untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Phatophysiology and Nursing Care in Reproductive System

Oleh Rosi Erna Safitri (0910723036)

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012

TINJAUAN PUSTAKA 1. Ultrasonografi (USG)

a. Definisi Ultrasonografi (USG)


Ultrasonografi adalah visualisasi struktur dalam tubuh yang bekerja merekam pantulan (gema) denyutan gelombang ultrasonik yang diarahkan ke jaringan tubuh (Dorland, 2002). Ultrasonografi (USG) adalah alat diagnostik noninvasif menggunakan gelombang suara dengan frekuensi tinggi diatas 20.000 hertz ( >20 kilohertz) untuk menghasilkan gambaran struktur organ di dalam tubuh. Ultrasonografi (USG) bekerja dengan prinsip gelombang suara unltrasonik dengan frekuensi 1 10 MHz (110 juta Hz ).

b. Komponen Ultrasonografi (USG)


Tranduser Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh yang akan diperiksa, seperti dinding abdomen atau dinding poros usus besar pada pemeriksaan prostat. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap pantulan gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang yang diterima masih dalam bentuk gelombang akusitik (gelombang pantulan) sehingga fungsi kristal disini adalah untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk gambar. Monitor Monitor adalah layar yang digunakan untuk menampilkan bentuk gambar dari hasil pengolahan data computer. Mesin USG Mesin USG merupakan bagian dari USG dimana fungsinya untuk mengolah data yang diterima dalam bentuk gelombang. Mesin USG kalau dimisalkan, seperti CPU dari USG sehingga di dalamnya terdapat komponen-komponen yang sama seperti pada CPU pada PC.

Jenis-jenis USG i. USG Dua Dimensi Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang baik sebagian besar keadaan janin dapat ditampilkan.

gambar 1. Contoh gambar USG dua dimensi

ii. USG Tiga Dimensi Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal. Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin) dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar).

Gambar 2. Contoh gambar USG tiga dimensi

iii. USG Empat Dimensi Sebetulnya USG 4 Dimensi ini hanya istilah untuk USG 3 dimensi yang dapat bergerak (live 3D). Kalau gambar yang diambil dari USG 3 Dimensi statis, sementara pada USG 4 Dimensi, gambar janinnya dapat bergerak. Jadi pasien dapat melihat lebih jelas dan membayangkan keadaan janin di dalam rahim. iv. USG Doppler Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin.

c. Cara Pemeriksaan
Pemeriksaan USG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

i.

Transvaginal - Memasukkan probe USG transvaginal/seperti melakukan pemeriksaan dalam - Dilakukan pada kehamilan di bawah 8 minggu - Lebih jelas karena bisa lebih dekat pada rahim - Daya tembusnya 8-10 cm dengan resolusi tinggi - Tidak menyebabkan keguguran.

ii. Transabdominal
- Probe USG di atas abdomen - Biasa dilakukan pada kehamilan lebih dari 12 minggu - Karena dari atas abdomen maka daya tembusnya akan melewati otot perut, lemak baru menembus rahim

d. Persiapan Alat
Perawatan peralatan yang baik akan membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik. Nyalakan peralatan USG sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Letakkan panduan pengoperasian peralatan USG di dekat mesin USG, untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator USG. Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan memakai kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin USG). Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau zat kimia lainnya.

e. Prosedur pelaksanaan
Persiapan Pemeriksaan Cuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan. Hal ini bertujuan untuk memutuskan rantai penularan penyakit. Persiapan Pasien Sebelum pasien menjalani pemeriksaan USG, pasien harus memperoleh informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG yang akan dijalani. Informasi penting yang harus diketahui pasien adalah harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan berapa biaya pemeriksaan. Caranya dapat dengan memberikan brosur atau leaflet atau bisa juga melalui penjelasan secara langsung. Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan bahwa

pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan USG. Persiapan Pemeriksa Pemeriksa harus melihat dan meneliti surat pengajuan pemeriksaan USG. Selain itu, peningkatan pengetahuan dan keterampilan dengan membaca kembali buku teks atau literatur-literatur mengenai USG harus dilakukan untuk mendukung kemampuan mendiagnostik hasil pemeriksaan USG. Memasukkan data identitas pasien ke dalam komputer juga harus dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam memberikan hasil pemeriksaan USG pada pasien. Pelaksanaan USG Transvaginal i. Penjelasan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan. Jelaskan bahwa alat pemeriksaan akan masuk melalui vagina, dan berikan penjelasan bahwa pemeriksaan tidak akan mengganggu janin dan proses kehamilan. Tanyakan pula tentang identitas pasien, apabila pasien masih lajang / nona mintakan ijin tertulis dari pasien tersebut dan sebaiknya disertai seorang saksi (dapat seorang paramedis), karena pemeriksaan ini dilakukan melalui vagina. ii. Sebelum pelaksanaan pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih, untuk mempermudah alat menuju rahim. iii. Posisikan pasien dengan lithotomi atau tidur dengan kaki ditekuk dan pada bagian pantat ditaruh bantal agar mudah untuk memasukkan dan memanipulasi posisi transduser. iv. Lumasi ujung tranduser vaginal dengan gel khusus, kemudian pasangkan kondom pada tranduser. Lumasi permukaan kondom dengan gel khusus. v. Masukkan tranduser ke vagina secara perlahan-lahan. Jangan melakukan penekanan tiba-tiba dan keras karena dapat membuat pasien kesakitan atau merasa tidak nyaman. vi. Cari uterus sebagai petunjuk, kemudian cari kandung kemih. Uterus akan tampak di garis tengah (median) seperti gambaran buah alpukat yang memanjang dengan endometrium dibagian tengahnya. Bila fundus uteri mendekati kandung kemih, maka uterus tersebut dalam posisi antefleksi, bila menjauhi, maka posisi uterus adalah retrofleksi. Sangat penting menilai kembali apakah arah gelombang suara sudah sesuai dengan tampilan yang ada dalam layar monitor. vii. Setelah pemeriksaan selesai, keluarkan tranduser dari vaginal secara perlahanlahan.

viii. Lepaskan kondom secara hati-hati dengan memakai sarung tangan tidak sterill atau kertas tissue, kemudian lakukan dekontaminasi kondom tersebut dengan larutan klorin 0,5%. USG Transabdominal i. ii. Penjelasan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan. Sebelum pemeriksaan pasien diminta untuk minum air putih cukup banyak, tujuannya untuk memudahkan pemeriksaan, karena gelombang suara bersifat merambat maksimal dalam media air. iii. Pasien dipersiapkan untuk pemeriksaan. Pasien dalam posisi berbaring. perut bagian bawah ditampakkan dengan batas bawah setinggi tepi atas rambut pubis, batas atas setinggi sternum, dan batas lateral sampai tepi abdomen. iv. Letakkan kertas tissue besar pada perut bagian bawah dan bagian atas untuk melindungi pakaian dari gel. v. Lapisi abdomen pasien dengan gel khusus USG

vi. Transduser diletakkan di atas abdomen pasien, kemudian digerakkan longitudinal ke atas dan ke bawah selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan, kemudian dengan bersamaan komputer akan menerjemahkan gelombang suara dalam bentuk gambar di monitor.

f.

Cara Kerja Alat Ultrasonografi Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik oleh transduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam eko sesuai dengan jaringan yang dilaluinya. Pantulan eko yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar osiloskop. Dengan demikian bila transduser digerakkan seolaholah melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan, dan gambaran irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat di layar monitor. Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedance acustic tertentu. Dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam- macam eko, jaringan tersebut dikatakan echogenic. Sedang pada jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak ada eko, disebut anechoic atau echofree atau bebas eko. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya: kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial atau pleural effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat dibedakan (Rasad, 2005).

g. Indikasi Pemeriksaan Ultrasonografi


Menurut Wiknjosastro (2007) sebenarnya belum ada keseragaman mengenai indikasi pemeriksaan USG dalam kehamilan. Di beberapa negara Eropa, pemeriksaan USG dikerjakan secara rutin sedikitnya 1-2 kali selama masa kehamilan. Di Amerika Serikat pemeriksaan USG tidak dikerjakan secara rutin, melainkan atas indikasi klinis, yaitu bila dalam pemeriksaan klinis dijumpai keadaan yang meragukan atau mencurigakan adanya kelainan dalam kehamilan. Indikasi tersebut antara lain : Indikasi USG untuk kehamilan trimester 1 penentuan kehamilan intrauterine denyut jantung janin mengetahui usia kehamilan kehamilan kembar perdarahan pervaginam kehamilan ektopik nyeri pelvic mola tumor pelvic kelainan uterus membantu tindakan invasif seperti pengambilan sampel jaringan vili koriales, pengangkatan IUD Indikasi USG pada trimester kedua dan ketiga, misalnya untuk mementukan usia kehamilan, evaluasi pertumbuhan janin, terduga kematian janin, terduga kehamilan kembar, kelainan volume cairan amnion, evaluasi kesejahteraan janin, penentuan presentasi janin, inkompetensia serviks, terduga plasenta previa, terduga solusio plasenta,terduga hamil mola, kehamilan ektopik, nyeri pelvik atau abdomen, kelainan kromosomal (usia ibu 35 tahun, atau hasil tes biokimiawi abnormal), kelainan congenital.

Indikasi yang dikeluarkan oleh National Institute of Health (NIH), USA (19831984) menentukan indikasi untuk dilakukannya pemeriksaan USG sebagai berikut : Menentukan usia gestasi secara lebih tepat pada kasus yang akan menjalani seksio sesarea berencana, induksi persalinan atau pengakhiran kehamilan secara elektif Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui menderita insufisiensi uteroplasenter, misalnya preeklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, atau diabetes mellitus berat, atau menderita gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi pertumbuhan janin terhambat, atau makrosomia

Perdarahan per vagina pada kehamilan yang penyebabnya belum diketahui Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian terendahnya sulit ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir

Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua DJJ yang berbeda frekuensinya, tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia gestasi, atau ada riwayat pemakaian obat-obat pemicu ovulasi

Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia gestasi berdasarkan tanggal hari pertama haid terakhir

Teraba masa pada daerah pelvik Kecurigaan adanya mola hidatidosa Evaluasi tindakan pengikatan serviks uteri (cervical cerclage) Suspek kehamilan ektopik Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta praevia Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetoskopi, transfusi intra uterin, tindakan shunting, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan chorionic villi sampling (CVS)

Kecurigaan adanya kematian janin Kecurigaan adanya abnormalitas uterus Lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) Pemantauan perkembangan folikel Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas 28 minggu Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau ekstraksi pada janin kedua gemelli, plasenta manual, dll

Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion Kecurigaan terjadinya solusio plasentae Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin pada kasus ketuban pecah preterm dan atau persalinan preterm

Kadar serum alfa feto protein abnormal Pengamatan lanjut pada kasus yang dicurigai menderita cacat bawaan Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda Pemeriksaan janin pada wanita usia lanjut (di atas 35 tahun) yang hamil

h. Kontraindikasi
Tidak terdapat kontraindikasi pada pemeriksaan USG, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. USG juga tidak berbahaya bagi janin karena USG tidak mengeluarkan radiasi gelombang suara yang bisa berpengaruh buruk pada otak bayi. Dampak yang timbul dari penggunaan USG hanya efek panas yang tak berbahaya bagi ibu maupun bayinya.

i.

Cara Pembacaan Pembacaan hasil USG dapat dilihat pada hasil print out hasil pemeriksaan. Untuk USG menggunakan jenis tiga atau empat dimensi, cara pembacaan hasilnya lebih mudah daripada jenis dua dimensi. Karena pada hasil USG tiga dan empat dimensi, gambar janin terlihat lebih nyata dan mudah dibayangkan. Prinsip interpretasi gambar dalam ultrasonografi berdasarkan kepada kekuatan atas intensitas gelombang yang dipantulkan kembali oleh jaringan ke tranduser. Berdasarkan kekuatan intensitas tersebut, maka penggambaran ultrasonografi dibedakan menjadi hyperechoic, hypoechoic, dan anechoic. Hyperechoic/ echogenic o Echo yang dihasilkan terang, terlihat warna putih pada hasil scan o Hyperechoic menunjukkan highly-reflective interfaces, seperti collagen, lemak, udara, benda keras dan tulang Hypoechoic/echopoor

o Echo yang dihasilkan sedikit, terlihat warna abu-abu hitam pada hasil scan o Hypoechoic menunjukkan intermediate reflection/transmission, seperti pada

kebanyakan jaringan lunak o gambar hyperechoic memberikan gambaran tulang dan jaringan lunak, hal ini disebabkan karena tulang dan udara menghambat laju gelombang suara o Pada interface antara jaringan lunak-udara, sekitar 99% gelombang suara akan direfleksikan o Pada interface antara jaringan lunak-tulang, sekitar 30% gelombangsuara di reflesikan sedangkan sisanya akan diserap oleh tulang o Oleh karena itu pada kedua jenis interface diatas echo yang dihasilkan oleh permukaan sangat kuat tapi struktur yang berada di bawah interface tersebut tidak akan tampak Anechoic

o Tidak ada echo yang dihasilkan, terlihat warna hitam pada hasil scan o Hal ini menunjukkan complete transmission dari suara, contoh cairan

o Sedangkan kehadiran suatu partikulat di dalam cairan akan menyebabkan terbentuknya echo

j.

Peran Perawat Tahap Pre pelaksanaan o Memberikan inform consent pada pasien o Membantu mempersiapkan alat (membersihkan tranduser) o Melapisi tranduser dengan gel khusus dan kondom (USG Transvaginal) o Membantu memposisikan pasien di tempat pemeriksaan o Memberikan gel khusus USG pada perut pasien (USG Transabdominal) Tahap Intra pelaksanaan o Mendampingi pasien Tahap post pelaksanaan o Membantu merapikan alat-alat yang sudah dipergunakan o Membersihkan gel yang masih tertinggal di perut pasien (USG Transabdominal) o Melepaskan kondom pada tranduser dan meletakkannya pada larutan klorin 0,5% o Membantu pasien bangkit dari posisinya

2. NST (N0n-Stress Test) a. Definisi Freeman serta Lee dkk, memperkenalkan NST untuk menjelaskan akselerasi denyut jantung janin dalam respon terhadap gerakan janin sebagai salah satu penanda kesehatan janin. Uji ini menggunakan metode Doppler untuk mendeteksi akselerasi denyut jantung janin yang terjadi bersamaan dengan gerakan janin yang dirasakan oleh ibu. Secara sederhana, NST adalah uji tentang kondisi janin, dan uji ini berbeda dengan uji stres kontraksi yang merupakan uji terhadap fungsi uteroplasenta. Merupakan cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada umur kehamilan 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin. b. Fungsi i. Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran denyut jantung janin (DJJ) dalam hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi dasar djj (baseline), variabilitas (variability) dan timbulnya akselerasi yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity Determination / FAD). ii. Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.

iii.

Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin.

c. Indikasi Semua pasien yang ada kaitannya dengan isufisiensi plasenta. Kondisi Ibu : - Hipertensi kronis - Diabetes Melitus Tipe 1 - Anemia berat (Hematokrit < 26%) - Penyakit vaskuler kolagen - Gangguan fungsi ginjal - Penyakit jantung - Pneumonia dan penyakit paru-paru berat - Penyakit dengan kejang - Sindrom antifoslipid - Hipertiroidisme - Hemoglobinopati - Lupus Eritematosus Sistemik Kondisi Janin : - Pertumbuhan Janin terhambat - Kelainan kongenital minor - Aritmia jantung - Isoimunisasi - Infeksi janin seperti toksoplasmosis, parvovirus, sifilis, dll. - Kematian Janin dalam rahim sebelumnya yang tidak diketahui penyebabnya. Kondisi yang berhubungan dengan kehamilan: - Kehamilan mutipel - Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan - Polihidramnion - Oligohidramnion - Plasentasi abnormal - Solusio plasenta - Kehamilan lewat waktu

d. Kontraindikasi Belum ada kontraindikasi yang dilaporkan. e. Prosedur Pelaksanaan Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak boleh diberikan sedativa. i. Pasien berbaring dalam posisi semi-Fowler, 45 derajat atau sedikit miring ke kiri. Hal ini berguna untuk memperbaiki sirkulasi darah ke janin dan mencegah terjadinya hipotensi. ii. Sebelum pemeriksaan dimulai, dilakukan pengukuran tensi, suhu, nadi, dan frekuensi pernafasan ibu. Kemudian selama pemeriksaan dilakukan, tensi diukur setiap 10-15 menit (hasilnya dicatat pada kertas KTG). iii. Pemasangan alat kardio dan tokodinamometer Dua sabuk ditempatkan pada abdomen ibu, satu dipergunakan untuk merekam denyut jantung janin dan yang lain dipergunakan untuk mencatat pergerakan uterus atau janin.

Gambar 3. Contoh gambar peralatan NST

iv.

Aktivitas gerakan janin diperhatikan dengan cara : Menanyakan kepada pasien Melakukan palpasi abdomen Melihat gerakan tajam pada rekaman tokogram (kertas KTG)

Pada ibu diberikan tombol penanda yang harus dipijit apabila ibu merasakan gerak janin v. Bila dalam beberapa menit pemeriksaan tidak terdapat gerakan janin, dilakukan perangsangan janin, misalnya dengan menggoyang kepala atau bagian janin lainnya, atau dengan memberi rangsang vibro-akustik (dengan membunyikan bel, atau dengan menggunakan alat khusus untuk keperluan tersebut). vi. vii. Perhatikan frekuensi dasar DJJ (normal antara 120 160 dpm). Setiap terjadi gerakan janin diberikan tanda pada kertas KTG. Perhatikan apakah terjadi akselerasi DJJ (sediktinya 15 dpm). viii. Perhatikan variabilitas DJJ (normal antara 5 - 25 dpm).

ix. f.

Lama pemeriksaan sedikitnya 20 menit.

Cara pembacaan Pembacaan hasil : Reaktif, bila : 1. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit 2. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit 3. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau lebih dalam 20 menit 4. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola omega pada NST yang reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu kemudian 5. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap hari, tipe yang lain diulang setiap minggu Tidak reaktif, bila : 1. Denyut jantung basal 120-160 kali per menit 2. Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit 3. Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit 4. Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan dari luar

Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa. Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan dianjurkan NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT). Hasil Sinusoidal, bila : 1. Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal 2. Tidak ada gerakan janin 3. Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-RH

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif) apabila ditemukan : a. b. Bradikardi Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm, yang lamanya 60 detik atau lebih Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable.

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga pemeriksaan ulang dianjurkan 1

minggu kemudian. Namun bila ada faktor resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1 minggu). Hasil NST non reaktif mempunyai nilai prediksi positif yang rendah <30%, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan CST atau pemeriksaan yang mempunyai nilai prediksi positif yang lebih tinggi (Doppler-USG). g. Peran Perawat Pre Pelaksanaan o o o o Menjelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilaksanakan Mempersiapkan alat Menuliskan nama pasien pada kertas KTG Mengukur tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu pasien dan menuliskan hasilnya pada kertas KTG o Memasang alat kardiografi dan tokodinamometer

Intra Pelaksanaan o Mencatat frekuensi jantung janin o Menuliskan hasil denyut jantung janin pada kertas KTG

Post Perawatan o Melepaskan peralatan yang menempel pada tubuh pasien o Merapikan alat o Membantu pasien untuk bangkit dari posisinya o Mengevaluasi hasil pencatatan, apakah semua sudah terisi dengan lengkap

DAFTAR PUSTAKA

Rasad, Sjahriar. 2005. Toraks. Dalam: Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC Suririnah. 2008. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC http://pregnancy.about.com/od/nonstresstest/a/nonstresstest.html diakses pada tanggal 10 September 2012

Anda mungkin juga menyukai