Pembimbing:
dr. Chairunnisa, Sp. Rad
(G1A219010)
Tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda.
Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke transformator filamen.
Transformator filamen ini akan memberi supplai sehingga mengakibatkan terjadinya
pemanasan pada filamen tabung Roentgen, sehingga terjadi thermionic emission,
dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga
terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan-awan elektron.
Anoda dan katoda dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10 kV-150
kV. Primer HTT diberi tegangan AC (bolak-balik) maka akan terjadi garis-garis gaya
magnet (GGM) yang akan berubah-ubah bergantung dari besarnya arus yang
mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan
timbulnya gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder, yang besarnya
tergantung dari setiap perubahan fluks pada setiap perubahan waktu. Dari proses ini
didapatkanlah tegangan tinggi yang akan disuplai ke elektroda tabung Roentgen.
Elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik menuju anoda,
akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka akan terjadi arus elektron
yang berlawanan dengan arus listrik yang kemudian disebut arus tabung. Pada saat
yang bersamaan, elektron-elektron yang ditarik ke anoda tersebut akan menabrak
anoda dan ditahan. Jika tabrakan elektron tersebut tepat di inti atom disebut peristiwa
breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron di kulit K, disebut K
karakteristik. Akibat tabrakan ini maka terjadi hole-hole karena elektron-elektron
yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh elektron-elektron lain.
Perpindahan elektron ini akan menghasilkan suatu gelombang elektromagnetik yang
panjang gelombangnya berbeda beda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 0,1 – 1 A° inilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar Roentgen .
Diagram Sinar-X
Bayangan laten yang terbentuk pada film Roentgen (radiografi) dihasilkan
oleh berkas sinar-X sesudah menembus objek mengenai film atau berasal dari berkas
cahaya tampak yang dihasilkan pada proses emisi cahaya dari interaksi radiasi sinar-
X dengan lembar penguat. Berkas radiasi sinar-X yang mengenai objek sebagian
diserap oleh objek dan sisanya diteruskan (menembus objek). Berkas cahaya yang
diteruskan tersebut mengenai emulsi film sehingga terbentuk bayangan objek. Berkas
cahaya sinar-X yang menembus objek akan diserap oleh lembar penguat dan
dipancarkan kembali dalam bentuk cahaya tampak. Berkas cahaya tampak tersebut
selanjutnya mengenai emulsi film sehingga terbentuk bayangan late
1. Cranium
a. Skull
b. Zigomatic bone
c. Nasal bone
d. Paranasal sinuses
e. Temporal bone
f. Mandibula
2. Ekstremitas superior
a. Shoulder joint
b. Humerus
c. Elbow joint
d. Forearm
e. Wrist
f. Hand
3. Ekstremitas inferior
a. Hip joint
b. Femur
c. Calcaneus
d. Knee joint
e. Leg
f. Ankle joint
g. Foot
4. Vertebrae
a. Cervical spine
b. Thoracic spine
c. Coccyx
d. Lumbar spine
e. Pelvis
1. Traktus Urinarius
1. Hydroneprosis, hydroureter
2. Nephrotomografi
3. Retrograde Pyelo-Ureterografi
4. Antegrade Pyelografi (APG)
5. Retrograde Pyelografi (RPG)
6. Retrograde cystografi
7. Urethra-cystografi
8. Cysto-Urethrografi
9. Cystografi
2. Traktus Digestivus
a. Oesofagografi
b. Maag- Duodenum (MD)
c. Follow trough
d. Colon In Loop
e. Lopografi
f. Sialografi
2. MRI
a. Indikasi
- Neoplasma
- Infeksi
- Infarction
- Dibidang muskuloskeletal : tumor jaringan tulang atau otot,
kelainan saraf tulang belakang, tumor spinal, jeputan akar
saraf tulang belakang, dsb.
- Tumor otak primer
Pada MRI, tumor ditandai melalui pergeseran tempat pendesakan
atau pelebaran ventrikel dan edema perifokal yang positif, serta
waktu relaksasi MRI juga dapat menunjukan bagian tumor yang vital
dan yang nekrosis, yang nekrosis memiliki sinyal yang positif
Glioma
Meningioma
- Metastasis Intrakranial
Tumor ini dapat terjadi pada anak kurang dari 10 tahun, tetapi sering
terjadi pada usia lanjut. MRI sering tidak apat dipercaya untuk
membedakan antara neoplasma primer atau tumor sekunder.
- Infark
- Penyakkit Demielinisasi
- Perdarahan otak
- Tumor tulang belakang
- Intradural intermedular
- Intradural ekstramedular
- Ekstradural
- Penyakit degeneratif/HNP
- Tumor
Tumor kandung kemih
Pembengkakan kelenjar getah bening
Kanker prostat
Tumor ganas pada uterus atau ovarium
b. Kontraindikasi
a) Relatif :
- Anemia hemolitik
- Riwayat alergi dengan bahan yodida
b) Mutlak :
- Kehamilan dan menyusui
- Gagal ginjal
- Untuk pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace
marker)
- Pasien dengan alat bantu dengar pasien yang sedang menjalani
kemoterapi, pasien dengan pompa insulin dimohon untuk
melaporkan pada dokter.
c) Pasien yang didalam tubuhnya terdapat benda asing karena
cedera atau trauma, katup jantung mekanik buatan, implan dental, kawat
gigi, ataupun benda yang bersifat logam (ferromagnetic) serta alat
elektronik seperti pacemaker, implant koklea, pompa insulin.
d) Pasien dengan alat bantu dengar
e) Pasien yang sedang menjalani kemoterapi, pasien dengan
pompa insulin dimohon untuk melaporkanpada dokter.
f) Pasien yang pada tubuhnya melekat kacamata, perhiasan, jepit
rambut, jam tangan.
g) Membawa benda logam
h) Pasien dengan ansietas
i) Pasien dengan gangguan pergerakan
j) Pasien dengan fobia tempat sempit
k) Pasien dengan keharusan terhubung dengan peralatan medis
seperti tabung oksigen, infus, dll
l) Pasien yang tidak dapat berbaring dengan posisi supinasi
m) Alergi zat kontras
5. Sebutkan pemeriksaan radiologi apa yang diperlukan pada kasus berikut serta jelaskan
gambarannya (pake gambar)
a. efusi pleura
Pada pemeriksaan foto toraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa
perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya radioopak dengan
permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah. Karena cairan
mengisi ruang hemithoraks sehingga jaringan paru akan terdorong ke arah sentral / hilus,
dan kadang – kadang mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Jumlah cairan minimal
yang dapat terlihat pada foto thoraks tegak adalah 250 – 300 ml.
Pemeriksaan radiografi paling sensitif mengidentifikasi cairan pleura yaitu dengan
posisi lateral dekubitus, yang mampu mendeteksi cairan pleura kurang dari 5 ml dengan
arah sinar horisontal di mana cairan akan berkumpul di sisi samping bawah. Apabila
pengambilan X-foto toraks pasien dilakukan dalam keadaan berbaring (AP), maka penilaian
efusi dapat dilihat dari adanya gambaran apical cup sign. Gambaran radiologis tidak dapat
membedakan jenis cairan mungkin dengan tambahan keterangan klinis atau kelainan lain
yang ikut serta terlihat sehingga dapat diperkirakan jenis cairan tersebut.
Cairan bebas akan membentuk dua bentuk dasar, dan biasanya terlihat
dalam kombinasi dengan lainnya:
1. Biasanya cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral dari pada yang di
medial dan juga berjalan ke dalam fissura, terutama ke ujung bawah fisura
obliqua. Efusi sangat besar ke atas puncak paru. Tepi yang halus antara paru
dan cairan (Meniskus sign) dapat dikenal pada film penetrasi yang adekuat,
asalkan paru yang mendasarinya teraerasi. Tepi halus ini selalu harus di cari,
karena bersifat diagnostik bagi patologi pleura.
Cairan yang kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi
dekubitus dan arah sinar horisontal di mana cairan akan berkumpul di sisi
samping bawah.
A. Posisi tegak posteroanterior (PA)
Pada tahap awal dengan pasien posisi tegak lurus, cairan akan
cenderung untuk terakumulasi pada posisi infrapulmonary jika rongga pleura
tidak terdapat adhesi dan paru-parunya sehat, sehingga membentuk efusi
subpulmonary. Pada umumnya, gravitasi mungkin merupakan faktor utama
yang menentukan lokasi cairan. Hampir bersamaan dengan akumulasi dari
infrapulmonary, cairan pleura akan terlihat pada sulcus costophrenic dan
dapat terlihat pada awalnya sebagai perubahan letak medial dari sudut
costophrenic dan kemudian terlihat gambaran diafragma yang tumpul.
Gambar 3. Efusi pleura : tanda meniscus (tanda panah) paru kanan pada foto tegak
PA
c. Pneumonia
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru
secara anantomis.
Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak
tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan
jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius
kanan.
Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena.
Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara pada
bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).
Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus.
1.Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus
kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang tersebar.
Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.
CT Scan
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.
Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang dapat tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Pada gambar diatas
tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus bawah kiri.
CT Scan
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar sampai
perifer.
3. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax
Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial prebronkial. Radiologis
berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi oleh perselubungan yang tidak
merata.
CT Scan
Gambaran CT Scan pneumonia interstitial pada seorang pria berusia 19 tahun. (A)
Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler yang irreguler. (B) CT Scan
pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan area konsolidasi yang irreguler tersebut
berkembang menjadi bronkiektasis atau bronkiolektasis (tanda panah)
a. Massa paru
A. Paru-Paru
1. Infiltrat :
- Bercak opaque
- Batas tak teratur
2. Konsolidasi :
- Lebih besar dari infiltrat
- Tumor / pemadatan jaringan / suatu massa
- Istilah ini lebih dihindari
3. Kesuraman / opacity
- Infiltrat banyak dan padat
- Gambaran homogen tidak merata / tidak homogen
4. Perselubungan :
- Opaque semua
- Lebih homogen
Kelainan-kelainan tadi dilihat pada : apex, hilus, kedua apex patokan costae 1-2
(dewasa) di Indonesia kalau ada gambaran tersebut (infiltrat, konsolidasi, perselubungan)
biasa disebabkan oleh proses spesifik, daerah perihiler, daerah peracardial, pleural line,
diafragma, sinus.
Kondisi foto yang baik adalah apabila columna vertebra thoralis bisa terlihat sampai
Th.IV
Kelainan-kelainan di paru hemithorax, putih semua, maka : Contoh kasus
di mediastinum.
- Mediastinum anterior : tidak diisi apa-apa kecuali perlekatan jantung
- Mediastinum medius : terdapat jantung, A&V pulmonalis, kelenjar limfe
- Mediastinum posterior : esofagus, aorta desc, aorta thoracalis, kelenjar limfe paravertebra
Pada mediastinum superior dan inferior Gambaran konsolidasi pada : Tiroid, Timus,
Teratoma, Limfoma. Perselubungan homogen hemithorax dextra misalnya : deviasi ke
kontralateral, trakea deviasi ke kontralateral, maka kesannya : efusi pleura, tumor. Namun
bila iga melebar pada sisi lesi
Efusi pleura
Eksudat : Pus – pyothorax, Darah – hemothorax, Cairan limfe – chylothorax
Transudat – pleural effusion
Efusi pleura dapat disebabkan oleh :
1. Infeksi paru oleh bakteri, virus, jamur
2. Tumor paru
3. Tumor mediatinum
4. Metastasis
5. Kelainan sistemik
6. Hambatan aliran kgb
7. Hipoproteinemia ginjal/hati
8. Kegagalan jantung
9. Trauma kecelakaan/tindakan pembedahan
10. Efusi pleura
B. Abses
Dinding tebal dari bleb, di dalamnya ada air fluid level dinding tebal, lebih besar dari
abses, ditengah kosong.
Lebih besar : bleb dinding tipis tapi besar, di tengah kosong, alveolus pada pecah.
Lebih besar lagi : bulla kelainan congenital ; sering menyebabkan pneumothorax spontan,
bleb dan bulla.
C. Multiple Kistik Lesion
- Ukuran lebih besar dari honey comb appearance
- Bila terdapat multiple kistik lesion tapi tidak ada air fluid level = Honey Comb
Appearance / Bronchiectasis (dinding2 tebal)
D. Infected Bronchiectasis
Multiple kistik lesion dengan air fluid level DD/ Bronchiectasis :
- Kistik lung disease – dinding tipis, gambaran spt busa-busa
- Wagener Granuloma – Dinding Tipis
- Polikistik Pulmonum – bawaan lahir curiga suatu keganasan. Kalau terdapat suatu
konsolidasi / tumor pada 40 – 50 tahun belum tentu merupakan suatu keganasanTapi
bila di bawah 40 tahun
E. Coin Lesion
- Bila terdapat coin lesion – harus dinilai tulang-tulangnya
- DD/ : tuberculoma, artefak, limfoma
- Usul : bila mungkin, foto lateral thorax
- Pemeriksaan anjuran : CT-scan Thorax
F. Infiltrat
- Titik kecil, batas tidak jelas, tidak ada hubungan dengan vaskuler
- Berisi cairan / darah / nanah yang mengisi parenkim paru
H. Konsolidasi
- Pemadatan, batas bisa jelas, bisa juga tidak
- Kesan : suatu tumor
- DD/ neurofibromatosis. Lihat daerah soft tissue, jika terjadi pembengkakan juga curiga
Lipoma. Namun jika hanya ada di lapangan paru saja DD/ dengan coin lesion, Lipoma
memiliki batas semakin tidak jelas. Suatu tumor bila makin ganas, maka
- Gambaran metastase pada paru :
- BP
- Efusi Pleura
- Milier
- Gambaran infiltrat di seluruh lapang paru sampai ke tepi ; ada jaringan fibrotik /
tuberculoma
b. Pneumotoraks
Gambaran Pneumotoraks
Untuk mendiagnosis pneumotoraks pada foto thoraks dapat ditegakkan dengan
melihat tanda-tanda sebagai berikut :
- Adanya gambaran hiperlusen avaskular pada hemitoraks yang mengalami
pneumotoraks. Hiperlusen avaskular menunjukkan paru yang mengalami
pneumothoraks dengan paru yang kolaps memberikan gambaran radioopak.
Bagian paru yang kolaps dan yang mengalami pneumotoraks dipisahkan oleh
batas paru kolaps berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceralis,
yang biasa dikenal sebagai pleural white line.
-
Gambar 3. Deep sulcus sign (kiri) dan tension pneumotoraks kiri disertai deviasi
mediastinum kanan dan deep sulcus sign (kanan).
(dikutip dari kepustakaan 7)
- Jika pneumotoraks luas maka akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru
menjadi kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral.
Jika pneumotoraks semakin memberat, akan mendorong jantung yang dapat
menyebabkan gagal sirkulasi. Jika keadaan ini terlambat ditangani akan menyebabkan
kematian pada penderita pneumotoraks tersebut. Selain itu, sela iga menjadi lebih
lebar.
Gambar 4. Pneumotoraks kanan (kiri) dan tension pneumotoraks (kanan).
- Besarnya kolaps paru bergantung pada banyaknya udara yang dapat masuk ke dalam
rongga pleura. Pada pasien dengan adhesif pleura (menempelnya pleura parietalis dan
pleura viseralis) akibat adanya reaksi inflamasi sebelumnya maka kolaps paru komplit
tidak dapat terjadi. Hal yang sama juga terjadi pada pasien dengan penyakit paru difus
di mana paru menjadi kaku sehingga tidak memungkinkan kolaps paru komplit. Pada
kedua pasien ini perlu diwaspadai terjadinya loculated pneumothorax atau encysted
pneumothorax. Keadaan ini terjadi karena udara tidak dapat bergerak bebas akibat
adanya adhesif pleura. Tanda terjadinya loculated pneumothorax adalah adanya
daerah hiperlusen di daerah tepi paru yang berbentuk seperti cangkang telur.
Foto dada pada pasien pneumotoraks sebaiknya diambil dalam posisi tegak sebab
sulitnya mengidentifikasi pneumotoraks dalam posisi supinasi. Selain itu, foto dada juga
diambil dalam keadaan ekspirasi penuh.
Gambar 5. Pneumotoraks kanan yang berukuran kecil dalam keadaan inspirasi (kanan) dan
dalam keadaan ekspirasi (kiri).
Ekspirasi penuh menyebabkan volume paru berkurang dan relatif menjadi lebih
padat sementara udara dalam rongga pleura tetap konstan sehingga lebih mudah untuk
mendeteksi adanya pneumotoraks utamanya yang berukuran lebih kecil. Perlu diingat,
pneumotoraks yang terdeteksi pada keadaan ekspirasi penuh akan terlihat lebih besar
daripada ukuran sebenarnya.
c. Pneumomediastinum
Gambaran Pneumomediastinum
Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis
sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga
udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.
Garis tipis radiolusen menunjukkan adanya gas bebas, yang mungkin dapat terlihat
vertikal ( sepanjang sisi kiri jantung), retrosternal prekardial atau mengelilingi trakea. Gambaran
khas pneumomediastinum yang dapat terlihat dari pemeriksaan radiografi dada tersebut, yaitu
garis udara sepanjang struktur anatomis sepanjang mediastinum termasuk “thymic sail
sign”, “tanda cincin yang mengitari arteri”, tubular artery sign, double bronchial sign, diafragma
yang menyambung dan tanda ekstrapleural (gambar 6).
Gambar 6. Pneumomediastinum
- Pada gambar 6, radiograf dada yang menunjukkan pneumomediastinum seperti subkutan
emfisema pada seorang wanita yang diintubasi karena gagal nafas.
- Cincin yang mengelilingi arteri (artery tubular), sebuah area radiolusen yang dapat
terlihat mengelilingi arteri pulmonalis kanan pada radiograf dada lateral.
- Thymic sail (spinnaker) sign, pada bayi dengan pneumomediastinum, lobus thymic
terangkat ke atas membentuk spinnaker yang penuh. Udara dalam mediastinum yang
cukup banyak dapat membuat timus dapat terangkat dan menghasilkan thymic sail’s sign.
Gambar 7. Thymic sail’s sign pada foto thorax bayi dengan respiratory distress syndrome,
memperlihatkan lobus thymus yang terangkat.
d. Emfisema subkutis
Emfisema subkutan
Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit. Hal ini
biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di
mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher.
Disekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila
jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan
sampai ke daerah dada depan dan belakang.
e. Pneumoperitonium
Gambaran pneumoperitoneum
Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan preforasi abdomen.
Paling tidak diambil 2 foto , meliputi foto abdomen posisi supine dan foto Thorax
posisi erect atau left lateral dekubitus. Udara bebas walaupun dalam jumlah yang
sedikit dapat terdeteksi pada foto polos. Pasien tetap berada pada posisi tersebut selama
5-10 menit sebelum foto diambil.
Gambar. Foto abdomen posisi supine, foto dada posisi erect dan left lateral dekubitus (LLD)
Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran udara
(radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow) diantara
diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak area lusen
bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral dekubitus kiri,
didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum.
Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak Triangular Sign seperti segitiga yang
kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi miring udara cenderung bergerak
ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di antara incisura dan dinding abdomen
lateral. Pada proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang
meliputi Falciform Ligament Sign dan Rigler`S Sign.
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri,rujuk gambar 3, dimana
udara bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan
peritoneum. Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang sangat kesakitan.
Posisi Lateral dekunitus kiri. Terdapat udara bebas diantara dinding abdomen dengan hepar (panah putih). Ada
cairan bebas di rongga peritoneum (panah hitam).
Football sign
2) Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Sign yang memvisualisasikan
dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara
normal intralumen.
Rigler Sign
3) Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat pada
foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur
jaringan lunak intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara
tampak melapisi urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah
bagian bawah abdomen yang berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah kepala.
Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal daripada apeks.
Gambaran urachus
cupola sign (panah putih) dan lesser sac gas sign (panah hitam).
9) Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat
terjadi yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum
Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih
disebabkan karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak adekuat. Foto polos
abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus
abdomen.
Tidak jarang pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami perforasi tidak
menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen. Diagnosis banding biasanya
meliputi kolesistitis akut, pankreatitis, dan perforasi ulkus. Sebagai tambahan
pemeriksaan untuk mengopasitaskan saluran cerna, sekitar 50mL kontras terlarut air
diberikan secara oral atau lewat NGT pada pasien dengan posisi berbaring miring ke
kanan.
i. Ileus obstruksi
Ileus obstruksi
1. Ileus obstruksi usus halus
a. usus halus terlihat berdilatasi di sentral (herring bone appearance)
b. terdapat gambaran step ladder appearance
c. pada foto tegak terdapat gambaran air fluid level multipel (>3 loop)
d. udara dalam kolon biasanya jarang atau tidak ada sama sekali
e. gambaran string of beads/ pearls
j. Ileus paralitik
Ileus paralitik
gambaran udara tampak pada seluruh usus baik usus halus maupun kolon
lambung seringkal ikut distensi
air fluid level lebih sedikit dibandingkan ileus obstruksi. Bila ada, biasanya
berbentuk memanjang.
Gambaran udara di rektum/ kolon masih tetap ada.