Anda di halaman 1dari 61

TUGAS RADIOLOGI

Pembimbing:
dr. Chairunnisa, Sp. Rad

JAFFAR SIDIQ, S.Ked

(G1A219010)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER
PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020

1. A . APA SAJA PERSIAPAN PASIEN SEBELUM PEMERIKSAAN USG


Semua pemeriksaan USG:

 Bacalah instruksi yang diberikan oleh dokter


 Kenakakan pakaikan yang akan memberikan akses mudah ke area yang akan
dicitrakan
 Bawalah setiap pemeriksaan radiologi sebelumnya yang pernah dilakukan.
(termasuk ultrasonografi, pencitraan resonansi magnetik, sinar-X dan
pemindaian tomografi terkomputasi), sehingga dapat digunakan untuk
perbandingan dan penilaian.
1. Ultrasonografi abdomen dan ultrasonografi abdomen dengan doppler:
 Hati, limfa, kantong empedu, ginjal, pankreas, aorta abdominal, sistem
empedu. Waktu pemeriksaan 30 menit, waktu kunjungan sekitar 1-1/2 jam
 Dewasa: jangan makan atau minum delapan jam sebelum pemeriksaan
 Anak-anak: jangan makan atau minum empat jam sebelum pemeriksaan
atau melewatkan satu kali makan.
2. Ultrasonografi pelvic
 Uterus, ovarium, tuba fallopi, kandung kemih. Waktu pemeriksaan 30
menit, waktu kunjungan sekitar 1-1/2 jam
 Makan secara normal
 Satu jam sebelum pemeriksaan minum 32 ons air
 Jangan mengosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan
3. Ultrasonografi vesika urinary
Untuk pasien pria dan wanita, satu jam sebelum pemeriksaan, minumlah 32 ons
air
4. Ultrasonografi prostat-Transrektal
 Dua jam sebelum pemeriksaan lakukan pembersihan dengan flat enema
 Ikuti persiapan untuk usg prostat
5. Ultrasonografi transvaginal:
 Minumlah 32 ons cairan satu jam sebelum pemeriksaan
 Jangan buang air kecil sebelum pemeriksaan sehingga saat tiba di tempat
pemeriksaan dengan kandung kemih penuh
6. Hysterosonogram
Tidak ada hubungan seksual tanpa kondom selama 10 hari pertama siklus
menstruasi
7. Biopsi payudara ultrasonografi
Pasien harus tidak mengonsumsi aspirin, peengencer darahdan VIT E selama
tujuh hari sebelum biopsi.
8. Ultrasonografi pelvic
Pasien harus memiliki kandung kemih yang penuh saat tiba di klinik. Pastikan
pasien minum empat gelas air 75 menit sebelum pemeriksaan dan jangan buang
air kecil
9. Ultrasonografi abdomen dan pelvic
Jika pemeriksaan berlangsung di pagi hari
 Jangan makan makanan padat atau cair setelah tengah malam. Namun
dapat minum obat dengan sedikit air
 Pasien harus memiliki kandung kemih penuh ketika tiba di klinik.
Pastikan pasien minum empat gelas air 75 menit sebelum pemeriksaan
dan jangan buang air kecil
 Jangan mengunyah permen karet, karena ini akan membuat pasien
menelan udara yang dapat mempengaruhi kualitas gambar.
 Jika pemeriksaan setelah pukul 1 malam
 Pasien harus berpuasa selama 4-6 jam sebelum pemeriksaan. Namun,
dapat minum obat dengan sedikit air
 Pasien harus memiliki kandung kemih penuh ketika tiba di klinik.
Pastikan pasien minum empat gelas air 75 menit sebelum pemeriksaan
dan jangan buang air kecil
 Jangan makan berlemak di pagi hari
 Jangan mengunyah permen karet, karena ini akan membuat pasien
menelan udara yang dapat mempengaruhi kualitas gambar.
10. Ultrasonografi tiroid, muskuloskeletal, permukaan, doppler dan testis
Tidak diperlukan persiapan sebelum USG ini. Dikarenakan
menghindaripenggunaan krim atau parfum sebelum pemeriksaan.
11. Ultrasonografi payudara
Tidak diperlukan pemeriksaan
12. Ultrasonografi pelvic wanita
 Ultrasonografi pelvic internal: cara terbaik untuk memeriksa organ
panggul secara detail adalah dengan melihat lebih dekat menggunakan
ultrasonografi transvaginal. Biasanya direkomendasikan untuk pasien
berusia 18 tahun ke atas.
 Ultrasonografi pelvic eksterna: dilakukan dalam situasi USG pelvic
interna tidak tepat.termasuk anak-anak, atau siapa saja yang belum
menjali USG pelvic interna.
13. Ultrasonografi ginjal
Perlu minum 750 ml air 1 jam sebelum ultrasonografi, jangan pergi ke toilet
setelah minum. Karena minum air akan memperbesar kandung kemih,
memungkinkan dan area internal sekitarnya untuk diperiksa
14. Ultrasonografi arteri ginjal
Pasien harus berpuasa selam 8 jam sebelum pemeriksaan untuk memastikan
bahwa arteri ginjal idak tertutup oleh makanan atau cairan
15. Ultrasonografi aorta dan kaki
Pasien harus berpuasa selam 8 jam sebelum pemeriksaan untuk meminimalkan
gas usus yang dapat mengaburkan arteri besar diperut bagian bawah, yang
diperiksa sebagai bagian dari tes ini

B. INDIKASI, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMERIKSAAN USG


a. Indikasi
- USG kepala. Biasanya dilakukan pada bayi untuk mendeteksi
kelainan otak yang mungkin terjadi pada kelahiran prematur,
cedera atau perdarahan otak, kelainan bawaan lahir
(misalnya hidrosefalus), dan peradangan selaput otak
(meningitis) atau radang otak. Pada orang dewasa, USG kepala
digunakan untuk mendeteksi lokasi tumor secara tepat pada saat
operasi daerah kepala, ketika tulang tengkorak sudah dibuka.
- USG leher. Untuk mengevaluasi keadaan organ dalam leher,
seperti kelenjar tiroid dan kelenjar air liur, pembuluh darah leher,
serta kelainan yang terbentuk di dalam leher, misalnya benjolan,
infeksi, abses, kista, dan tumor. Selain itu, USG leher juga bisa
digunakan sebagai alat bantu untuk mengarahkan dalam
prosedur pengambilan sampel jaringan di daerah leher (biopsi). 
- USG mammae. USG mammae atau payudara berfungsi untuk
mendeteksi ukuran, lokasi, dan jenis benjolan pada payudara,
serta sebagai alat pemandu saat melakukan pengambilan sampel
benjolan pada jaringan payudara (biopsi).        
- USG perut. Untuk memeriksa jika terdapat kelainan organ hati,
ginjal, limpa, empedu, dan pankreas. USG perut juga dapat
melihat kelainan seperti radang usus buntu, hernia, dan
pembesaran kelenjar getah bening dalam perut. Selain itu, USG
perut dapat digunakan untuk melihat aliran pembuluh darah
dalam perut, serta sebagai alat pemandu saat melakukan tindakan
biopsy jaringan pada organ dalam perut, atau saat mengeluarkan
cairan dari rongga perut pada asites.
- USG panggul. Untuk mendeteksi kelainan kandung kemih yang
menyebabkan gangguan saat buang air kecil. Secara khusus,
USG panggul dilakukan pasien wanita untuk mencaritahu
kelainan pada rahim dan indung telur yang dapat menyebabkan
nyeri panggul, perdarahan lewat vagina, dan radang panggul.
USG panggul juga dapat membantu mencari lokasi KB spiral,
serta membantu mengarahkan dokter saat tindakan pengambilan
sel telur untuk bayi tabung. Bagi pasien pria, USG panggul
dilakukan untuk memeriksa kelenjar prostat.
- USG testis. USG testis atau buah zakar berfungsi untuk
memeriksa kelainan pada testis seperti tumbuhnya tumor atau
kista, testis yang tidak turun (kriptorkismus), dan varises pada
pembuluh darah testis (varikokel) yang dapat menyebabkan
kemandulan. 
b. Kontraindikasi
- Tidak boleh mengganggu penanganan awal (resusitasi) karena
dapat membahayakan pasien

C, SEBUTKAN JENIS-JENIS PEMERIKSAAN USG


Jenis-jenis pemeriksaan USG
1) Ultrasonografi dua dimensi
Menampilkan gambar dua bidang (memanjang dan melintang). Kualitas
gambar yang dihasilkan cukup baik, sebagian besar keadaan organ dapat
ditampilkan. Contoh hasil USG dua dimensi dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Hasil USG dua dimensi

2) Ultrasonografi tiga dimensi


Alat USG ini menampilkan tambahan satu bidang gambar lagi yang
disebut koronal. Gambar yang ditampilkan mirip aslinya. Permukaan
suatu benda dapat dilihat dengan jelas dan dapat dilihat dari posisi yang
berbeda. Ini memungkinkan karena gambar dapat diputar. Contoh hasil
dari USG tiga dimensi dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Hasil USG tiga dimensi

3) Ultrasonografi empat dimensi


Ultrasonografi empat dimensi hanya istilah untuk USG tiga dimensi yang
dapat bergerak. Gambar yang diambil dari USG tiga dimensi tidak dapat
bergerak sementara pada USG empat dimensi gambarnya dapat bergerak
seperti keadaan sebenarnya.
4) Ultrasonografi Doppler
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah, baik di
arteri maupun di vena, juga dapat menentukan kelenjar limfe.
D. BASIC DAN PRINSIP PEMERIKSAAN USG SEHINGGA BISA DI DAPATKAN SUATU
IMAGING
Transduser bekerja sebagai pemancar dan sekaligus penerima gelombang
suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi energi akustik
oleh transducer yang dipancarkan dengan arah tertentu pada bagian tubuh yang akan
dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian lagi akan merambat terus
menembus jaringan yang akan menimbulkan bermacam-macam pantulan sesuai
dengan jaringan yang dilaluinya. Pantulan gema yang berasal dari jaringan-jaringan
tersebut akan membentur transducer dan akan ditangkap oleh transducer, dan
kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan
dalam bentuk cahaya pada layar monitor. Gelombang ini kemudian diteruskan ke
tabung sinar katoda melalui recevier seterusnya ditampilkan sebagai gambar di layar
monitor.
Diagram Prinsip Kerja USG

2. A. JELASKAN PROSES SINAR X BISA MENJADI SUATU IMAGING/ RONTGEN

Tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda.
Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke transformator filamen.
Transformator filamen ini akan memberi supplai sehingga mengakibatkan terjadinya
pemanasan pada filamen tabung Roentgen, sehingga terjadi thermionic emission,
dimana elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya, sehingga
terjadi elektron bebas dan terbentuklah awan-awan elektron.
Anoda dan katoda dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi 10 kV-150
kV. Primer HTT diberi tegangan AC (bolak-balik) maka akan terjadi garis-garis gaya
magnet (GGM) yang akan berubah-ubah bergantung dari besarnya arus yang
mengalir. Akibat dari perubahan garig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan
timbulnya gaya gerak listrik (GGL) pada kumparan sekunder, yang besarnya
tergantung dari setiap perubahan fluks pada setiap perubahan waktu. Dari proses ini
didapatkanlah tegangan tinggi yang akan disuplai ke elektroda tabung Roentgen.
Elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarik menuju anoda,
akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) maka akan terjadi arus elektron
yang berlawanan dengan arus listrik yang kemudian disebut arus tabung. Pada saat
yang bersamaan, elektron-elektron yang ditarik ke anoda tersebut akan menabrak
anoda dan ditahan. Jika tabrakan elektron tersebut tepat di inti atom disebut peristiwa
breamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron di kulit K, disebut K
karakteristik. Akibat tabrakan ini maka terjadi hole-hole karena elektron-elektron
yang ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh elektron-elektron lain.
Perpindahan elektron ini akan menghasilkan suatu gelombang elektromagnetik yang
panjang gelombangnya berbeda beda. Gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 0,1 – 1 A° inilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar Roentgen .

Diagram Sinar-X
Bayangan laten yang terbentuk pada film Roentgen (radiografi) dihasilkan
oleh berkas sinar-X sesudah menembus objek mengenai film atau berasal dari berkas
cahaya tampak yang dihasilkan pada proses emisi cahaya dari interaksi radiasi sinar-
X dengan lembar penguat. Berkas radiasi sinar-X yang mengenai objek sebagian
diserap oleh objek dan sisanya diteruskan (menembus objek). Berkas cahaya yang
diteruskan tersebut mengenai emulsi film sehingga terbentuk bayangan objek. Berkas
cahaya sinar-X yang menembus objek akan diserap oleh lembar penguat dan
dipancarkan kembali dalam bentuk cahaya tampak. Berkas cahaya tampak tersebut
selanjutnya mengenai emulsi film sehingga terbentuk bayangan late

B. JEN IS JEN IS PEMERIKSAN RONTGEN BESERTA PROYEKSI


MASING MASING

1. Cranium
a. Skull
b. Zigomatic bone
c. Nasal bone

d. Paranasal sinuses
e. Temporal bone

f. Mandibula
2. Ekstremitas superior

a. Shoulder joint

b. Humerus

c. Elbow joint
d. Forearm
e. Wrist

f. Hand
3. Ekstremitas inferior

a. Hip joint

b. Femur
c. Calcaneus

d. Knee joint
e. Leg

f. Ankle joint
g. Foot
4. Vertebrae
a. Cervical spine

b. Thoracic spine
c. Coccyx

d. Lumbar spine
e. Pelvis

C. INDIKASI PEMRIKSAAN RONTGEN


a. Indikasi
a) Rontgent kepala
- Trauma kepala
- Luka tembak
- Perdarahan lewat telinga / fraktur basis cranii
- Benjolan / lekukan pada kepala
- Metastasis atau penyakit paget
- Tumor (neoplasma)
- Adenoma
- Osteitis
- Myeloma
b) Rontgent Thorax
- Infeksi traktus respiratorius bawah, Misalnya : TBC Paru,
bronkitis,
- Pneumonia
- Batuk kronis
- Batuk berdarah
- Trauma dada
- Tumor
- Nyeri dada
- Metastase neoplasma
- Penyakit paru akibat kerja
- Aspirasi benda asing
c) Rontgent Abdomen
- Obstruksi atau sumbatan pada usus besar
- Perforasi
- Renal Pathology
- Acute Abdomen (dengan diagnosis klinis yang tak jelas)
- Melokalisasi benda asing
- Toxic Megacolon
- Aneurisma Aorta
- Untuk mengawali pemeriksaan radiografi yang menggunakan
media kontras,seperti Intravena Urografi (IVU) untuk
menggambarkan apabila terdapat batu ginjal raiopaque atau
batu empedu radiopaque pada saat mengawali pemeriksaan
usus besar.
- Untuk mendeteksi calsifikasi atau adanya kumpulan udara
abnormal, sebagai contoh abses
- Pemeriksaan radiografi dengan menggunakan media kontras
secara oral dengan menggunakan barium.
d) Rontgent vertebrae
- Skoliosis
- Dislokasi columna vertebralis
- Spondylosis
- Kifosis
- Lordosis
- Fraktur
- Nyeri pada tulang ekor
- Cedera
- Kekakuan otot dasar panggul
- Saraf terjepit
e) Rontgent ekstremitas
- Infeksi
- Artritis
- Tumor
- Osteoporosis
- Fraktur
b. Kontraindikasi
- Wanita hamil

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN RONRGEN

3. A. SEBUTKAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI KONTRAS PADA TRAKTUS


URINARIUS DAN TRAKTUS DIGESTIVUS
a. Jenis-jenis pemeriksaan radiografi kontras pada traktus urinarius dan
traktus digestivus

1. Traktus Urinarius

1. Hydroneprosis, hydroureter
2. Nephrotomografi
3. Retrograde Pyelo-Ureterografi
4. Antegrade Pyelografi (APG)
5. Retrograde Pyelografi (RPG)
6. Retrograde cystografi
7. Urethra-cystografi
8. Cysto-Urethrografi
9. Cystografi

2. Traktus Digestivus

a. Oesofagografi
b. Maag- Duodenum (MD)
c. Follow trough
d. Colon In Loop
e. Lopografi
f. Sialografi

B. JELASKAN INDIKASI MASING-MASING PEMERIKSAAN DAN PERSIAPAN

4. A.SEBUTKAN INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMERIKSAAN CT SCAN DAN MRI


1. CT Scan
a. Indikasi
- Herniasi Diskus Intervertebralis
CT Scan sering digunakan untuk mengevaluasi adanya prostusi
diskus intervertebralis atau herniasi pada nerve root, cauda equina
fibers atau sumsum tulang belakang. Indikasi ini sering terjadi
pada vertebra lumbal dibandingkan dengan servikal atau torakal.
- Fraktur dan Trauma Lain
Pada beberapa center, spinal CT digunakan untuk screening awal
pada penderita dengan trauma terutama untuk mengevaluasi
kepala, leher, dan abdomen. Pada trauma spinal, kelainan pertama
dan penting yang harus diperhatikan yaitu adanya fraktur corpus
vertebra
- Massa Intraspinal
Tujuan utama diagnosa CT pada kasus masa intraspinal yaitu
untuk menentukan level dari massa dan menderskripsikan
gambaran dari massa tersebut. Penambahan kontras intravena
direkomendasikan untuk membantu penegakan diagnosa.
- Menemukan patologi otak dan medulla spinalis dengan teknik
scanning atau pemeriksaan tanpa radiostop
- Menilai kondisi pembuluh darah, misalnya penyakit jantung
koroner, emboli paru, enrurisma aorta dan berbagai kelainan
pembuluh darah lainnya
- Menilai tumor atau kanker misalnya metastase, letak kanker, dan
jenis kanker
- Kasus trauma, misalnys trauma kepala, trauma tulang belakang,
dan trauma lainnya pada kecelakaan, biasanya harus dilakukan
bila timbul penurunan kesadaran, muntah, pingsan, atau timbul
gejala saraf lainnya.
- Menilai organ dalam, misalnya pada stroke, gangguan organ
pencernaan, dll
- Membantu proses biopsi jaringan atau proses drainase, ct scan
dapat digunakan sebagai “mata” untuk melihat lokasi yang tepat
untuk melakukan tindakan
b. Kontraindikasi
- Ibu hamil, karena dapat menyebabkan paparan radiasi yang dapat
membahayakan ibu dan janin
- Pemanjangan PT dan PTT, trombosit di bawah 50.000
- Terjadinya alergi kontras
- Tidak memiliki kesanggupan untuk diam tanpa bergerak atau
mengadakan perubahan posisi selama 20-25 menit
- Alergi iodine

2. MRI
a. Indikasi
- Neoplasma
- Infeksi
- Infarction
- Dibidang muskuloskeletal : tumor jaringan tulang atau otot,
kelainan saraf tulang belakang, tumor spinal, jeputan akar
saraf tulang belakang, dsb.
- Tumor otak primer
Pada MRI, tumor ditandai melalui pergeseran tempat pendesakan
atau pelebaran ventrikel dan edema perifokal yang positif, serta
waktu relaksasi MRI juga dapat menunjukan bagian tumor yang vital
dan yang nekrosis, yang nekrosis memiliki sinyal yang positif

Glioma
Meningioma
- Metastasis Intrakranial
Tumor ini dapat terjadi pada anak kurang dari 10 tahun, tetapi sering
terjadi pada usia lanjut. MRI sering tidak apat dipercaya untuk
membedakan antara neoplasma primer atau tumor sekunder.
- Infark
- Penyakkit Demielinisasi
- Perdarahan otak
- Tumor tulang belakang
- Intradural intermedular
- Intradural ekstramedular
- Ekstradural
- Penyakit degeneratif/HNP
- Tumor
Tumor kandung kemih
Pembengkakan kelenjar getah bening
Kanker prostat
Tumor ganas pada uterus atau ovarium
b. Kontraindikasi
a) Relatif :

- Anemia hemolitik
- Riwayat alergi dengan bahan yodida
b) Mutlak :
- Kehamilan dan menyusui
- Gagal ginjal
- Untuk pasien yang menggunakan alat pacu jantung (pace
marker)
- Pasien dengan alat bantu dengar pasien yang sedang menjalani
kemoterapi, pasien dengan pompa insulin dimohon untuk
melaporkan pada dokter.
c) Pasien yang didalam tubuhnya terdapat benda asing karena
cedera atau trauma, katup jantung mekanik buatan, implan dental, kawat
gigi, ataupun benda yang bersifat logam (ferromagnetic) serta alat
elektronik seperti pacemaker, implant koklea, pompa insulin.
d) Pasien dengan alat bantu dengar
e) Pasien yang sedang menjalani kemoterapi, pasien dengan
pompa insulin dimohon untuk melaporkanpada dokter.
f) Pasien yang pada tubuhnya melekat kacamata, perhiasan, jepit
rambut, jam tangan.
g) Membawa benda logam
h) Pasien dengan ansietas
i) Pasien dengan gangguan pergerakan
j) Pasien dengan fobia tempat sempit
k) Pasien dengan keharusan terhubung dengan peralatan medis
seperti tabung oksigen, infus, dll
l) Pasien yang tidak dapat berbaring dengan posisi supinasi
m) Alergi zat kontras

B. JENIS JENIS PEMERIKSAAN CT scan DAN MRI BERDASARKAN REGIOTUBUH


Jenis CT Scan berdasarkan region tubuh :
a) CT-Scan Kepala: Pemeriksaan secara radiologi dengan cara CT Scan pada
organ kepala dan jarinagn otak
b) CT-Scan Thorax: Pemeriksaan secara radiologi dengan cara CT-
Scan pada organ thorax (mediastinum, jantung, paru).
c) CT-Scan Upper Abdomen: Pemeriksaan secara radiologi dengan cara CT-
Sca n organ abdomen (diapragma crista illiaca).
d) CT-Scan Lower Abdomen / Whole Abdomen: Pemeriksaan secara
radiologi dengan cara CT-Scan pada organ lower abdomen (crista illiaca –
rectum), whole abdomen dari diapragma sampai dengan rectum.
e) CT-Scan Sinus paranasal, nasopharynx, larynk, thyroid, orbita:
Pemeriksaan dengan cara CT-Scan pada organ sinus paranasal,
nasopharynx, larynk, thyroid dan orbita.
f) CT-Scan Vertebrae: Pemeriksaan dengan cara CT-Scan pada organ
vetebrae (corpus dan discus).
g) Trans Thoracal Biopsi (TTB): Biopsi jaringan paru melalui thoracal yang
dituntun dengan CT Scan.

C. JENIS JENIS PEMERIKSAAN CT SCAN DAN MRI BERDASARKAN PENGGUAN


KONTRAS SERTA JELASKAN MASING MASING INDIKASINYA
a) CT Scan Tanpa Kontras
CT scan berikut tidak pernah dilakukan dengan kontras:33
 CT Temporal Bones / CT IAC (Internal Auditory Canal) / CT Mandible /
CT Facial Bones / CT Orbits  digunakan untuk mendeteksi fraktur,
tumor, trauma, infeksi dan anomali lain pada mastoids, telinga tengah dan
dalam dan tulang rahang / wajah.
 Sinus CT  paling sering dilakukan untuk memeriksa septum yang
menyimpang atau sinusitis atau polip.
 CT Ankle / CT Foot / CT Elbow / CT Clavicle & Sternoclavicular (S / C)
Sendi / CT Hand / CT Hip / CT Knee / CT Sacrum & Coccyx / CT Wrist
 paling sering dilakukan untuk mendiagnosis fraktur, cedera pada
ligamen dan dislokasi.
b) CT Scan Kontras Intravena
Bahan kontras berbasis yodium dan digunakan untuk meningkatkan detail
dalam pembuluh darah dan jaringan lunak. Ini sangat membantu dalam
mengisolasi patologi seperti kanker. CT scan berikut kadang-kadang atau
selalu dilakukan dengan kontras IV dan akan membutuhkan persiapan:33
 CT Scan Kepala  biasanya dilakukan untuk mendeteksi infark, sumber
sakit kepala, kejang, pusing, tumor, stroke, TIA, pendarahan dan trauma
pada tulang.
 CT Scan Leher Jaringan Lunak  dilakukan untuk mendeteksi massa,
tumor, benda asing, lesi kelenjar, infeksi atau abses.
 CT Scan Ekstremitas  paling sering dilakukan untuk mendiagnosis
massa, fraktur, cedera pada ligamen dan dislokasi.
 CT Scan Tulang Belakang  dilakukan untuk menilai cedera atau
kelainan pada serviks, thoracic atau lumbar spine.
 CT Scan Toraks  biasanya dilakukan untuk mendeteksi perubahan akut
dan kronis pada paru-paru, seperti fibrosis, emfisema, dan tumor.
 CT Scan Urogram  mengevaluasi ginjal, ureter, dan kandung kemih
untuk batu, penyumbatan dan kanker atau stenosis.
 CT Scan Stone  mengevaluasi ginjal, ureter, dan kandung kemih untuk
batu. Sebagian besar telah menggantikan Pyelogram Intravenous yang
lebih kasar dan kurang akurat
 Semua CTA  CT khusus yang dirancang untuk melihat pembuluh darah
di wilayah tubuh tertentu. Silakan lihat bagian CTA untuk informasi lebih
lanjut.
c) CT Scan Kontras Intravena dan atau Oral
Bahan kontras IV adalah berbasis yodium dan digunakan untuk
meningkatkan detail dalam pembuluh darah dan jaringan lunak. Ini sangat
membantu dalam mengisolasi patologi seperti kanker.
Barium (Barium Sulfat) adalah kontras oral yang digunakan untuk
meningkatkan saluran pencernaan. Itu radiopak dan akan tampak putih
pada film.
CT scan berikut kadang-kadang atau selalu dilakukan dengan IV dan /
atau kontras oral dan akan membutuhkan persiapan:
 CT Abdomen  paling umum digunakan untuk mendiagnosis dan
memantau kanker, sakit perut, dan obstruksi usus.
 CT Pelvis  paling umum digunakan untuk mendiagnosis dan memantau
kanker, nyeri panggul, dan obstruksi usus.
Kombinasi organ dalam rongga abdominopelvic

5. Sebutkan pemeriksaan radiologi apa yang diperlukan pada kasus berikut serta jelaskan
gambarannya (pake gambar)
a. efusi pleura
Pada pemeriksaan foto toraks rutin tegak, cairan pleura tampak berupa
perselubungan homogen menutupi struktur paru bawah yang biasanya radioopak dengan
permukaan atas cekung, berjalan dari lateral atas ke arah medial bawah. Karena cairan
mengisi ruang hemithoraks sehingga jaringan paru akan terdorong ke arah sentral / hilus,
dan kadang – kadang mendorong mediastinum ke arah kontralateral. Jumlah cairan minimal
yang dapat terlihat pada foto thoraks tegak adalah 250 – 300 ml.
Pemeriksaan radiografi paling sensitif mengidentifikasi cairan pleura yaitu dengan
posisi lateral dekubitus, yang mampu mendeteksi cairan pleura kurang dari 5 ml dengan
arah sinar horisontal di mana cairan akan berkumpul di sisi samping bawah. Apabila
pengambilan X-foto toraks pasien dilakukan dalam keadaan berbaring (AP), maka penilaian
efusi dapat dilihat dari adanya gambaran apical cup sign. Gambaran radiologis tidak dapat
membedakan jenis cairan mungkin dengan tambahan keterangan klinis atau kelainan lain
yang ikut serta terlihat sehingga dapat diperkirakan jenis cairan tersebut.

Cairan bebas akan membentuk dua bentuk dasar, dan biasanya terlihat
dalam kombinasi dengan lainnya:
1. Biasanya cairan mengelilingi paru, lebih tinggi di lateral dari pada yang di
medial dan juga berjalan ke dalam fissura, terutama ke ujung bawah fisura
obliqua. Efusi sangat besar ke atas puncak paru. Tepi yang halus antara paru
dan cairan (Meniskus sign) dapat dikenal pada film penetrasi yang adekuat,
asalkan paru yang mendasarinya teraerasi. Tepi halus ini selalu harus di cari,
karena bersifat diagnostik bagi patologi pleura.

2. Kadang-kadang, sedikit cairan yang berjalan menaiki dinding dada, kemudian


cairan ini dikenal sebagai “efusi subpulmonalis”. Batas atas cairan ini sangat
menyerupai bentuk diaphragma normal dan karena bayangan diaphragma sejati
dikabur oleh cairan, maka sangat sulit atau bahkan tak mungkin mengatakan
pada film berdiri standart (PA) apakah itu cairan. Untuk membedakan bayangan
basal paru yang disebabkan oleh efusi pleura atau kolaps atau pemandatan paru
maka dapat dibuat film frontal pada pasien berbaring pada satu sisi (Dekubitus
lateralis). Jika cairan akan bergerak bebas, kemudian akan terletak sepanjang
dinding dada lateral yang rendah. Teknik ini sangat bermanfaat bila efusi
terutama atau seluruhnya subpulmonalis. Jumlah cairan minimal yang dapat
terlihat pada foto thoraks tegak adalah 250-300 ml. Bila cairan kurang dari 250
ml (100-200 ml), dapat ditemukan pengisian cairan di sinus costofrenicus
posterior pada foto thoraks lateral tegak.

Cairan yang kurang dari 100 ml (50-100 ml), dapat diperlihatkan dengan posisi
dekubitus dan arah sinar horisontal di mana cairan akan berkumpul di sisi
samping bawah.
A. Posisi tegak posteroanterior (PA)
Pada tahap awal dengan pasien posisi tegak lurus, cairan akan
cenderung untuk terakumulasi pada posisi infrapulmonary jika rongga pleura
tidak terdapat adhesi dan paru-parunya sehat, sehingga membentuk efusi
subpulmonary. Pada umumnya, gravitasi mungkin merupakan faktor utama
yang menentukan lokasi cairan. Hampir bersamaan dengan akumulasi dari
infrapulmonary, cairan pleura akan terlihat pada sulcus costophrenic dan
dapat terlihat pada awalnya sebagai perubahan letak medial dari sudut
costophrenic dan kemudian terlihat gambaran diafragma yang tumpul.
Gambar 3. Efusi pleura : tanda meniscus (tanda panah) paru kanan pada foto tegak
PA

Gambar 4. A. Foto toraks PA menunjukkan elevasi dari hemidiafragma kanan


B. Meningkatnya opasitas pada bagian hemitoraks kanan akibat dari adanya cairan
pleura

B. Foto lateral tegak


Teknik Foto Lateral tegak adalah tempatkan bagian dada pasien sejajar
dengan garis tengah kaset. Tempatkan tangan ke atas dengan elbow fleksi
serta kedua antebrachi bersilang diletakkan di belakang kepala seperti
bantalan dengan kedua tangan memegang elbow. Usahakan pasien bernapas
dan ekspirasi penuh untuk memaksimalkan area
Gambar 5. A. Foto toraks AP, menunjukkan sudut costophrenicus kanan tumpul (tanda panah);
B. Foto toraks lateral menunjukkan sudut costophrenicus posterior tumpul (tanda
panah) (Collins,Janette et all. Chest radiology 2nd edition)

C. Posisi Lateral Decubitus


Radiografi dada lateral decubitus digunakan selama bertahun-tahun
untuk mendiagnosis efusi pleura yang sedikit. Posisi ini pertama
dikemukakan pada hasil karya Rigler. Posisi pasien selama pemeriksaan
pada X-ray dada dengan posisi lateral dekubitus kiri. Setelah bersandar
selama 5 menit pada pinggang dalam posisi trendellenburg, maka sinar X-
ray yang sentral diarahkan pada dinding thorax lateral.
Pada contoh di Gambar 6, cara mengukur Pleural Effusion Index ialah a/b
x 100
Gambar 6. Tanda panah A menunjukkan cairan dari efusi pleurapada cavum pleura kanan.
Tanda panah B besarnya cavum thoraks yang ditarik dari garis median tubuh
ke lateral dari kavum thoraks
Gambar 7. Efusi pleura. Posisi RLD menunjukkan efusi pleura menempati bagian paling dasar
dengan densitas yang sama dengan jaringan lunak sepanjang dinding dada.

b. TB paru aktif, TB paru tidak aktif, TB primer


Tanda tubercolosis aktif :
 Tampak bercak berawan disesrtai kavitas pada kedua lapangan paru
 Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
 Kedua sinus dan diafragma baik
 Tulang-tulang yang tervisualisasi infark

Gambar. Tubercolosis aktif


Tanda tubercolosis non aktif :
 Tampak beracak berawan pada lapangan paru kanan atas disertai cavitas, bintik
kalsifikasi, serta garis fibrosis yang menyebabkan retraksi hilus keatas

Tanda tuberculosis milier :


 Foto toraks menunjukkan gambaran klasik pola milier
 Lesi paru berupa gambaran retikulonodular difus bilateral di belakang bayangan milier
yang dapat dilihat pada foto toraks

Gambar. Tuberculosis milier.

c. Pneumonia
Gambaran Radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain:
 Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau segment paru
secara anantomis.
 Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurang jelas.
 Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru mengecil. Tidak
tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada atelektasis.
 Silhouette sign (+) : bermanfaat untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan
jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di lobus medius
kanan.
 Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
 Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir
terkena.
 Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
 Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign (terperangkapnya udara pada
bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus).

Foto thorax saja tidak dapat secara khas menentukan penyebab pneumonia, hanya
merupakan petunjuk ke arah diagnosis etiologi, misalnya penyebab pneumonia lobaris
tersering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa sering
memperlihatkan infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia sedangkan Klebsiela
pneumonia sering menunjukan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan meskipun
dapat mengenai beberapa lobus.

1.Pneumonia Lobaris
Foto Thorax
Tampak gambaran gabungan konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen/lobus (lobus
kanan bawah PA maupun lateral)) atau bercak yang mengikutsertakan alveoli yang tersebar.
Air bronchogram biasanya ditemukan pada pneumonia jenis ini.

CT Scan
Hasil CT dada ini menampilkan gambaran hiperdens di lobus atas kiri sampai ke perifer.

2. Bronchopneumonia (Pneumonia Lobularis)


Foto Thorax

Merupakan Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang dapat tersumbat oleh
eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus. Pada gambar diatas
tampak konsolidasi tidak homogen di lobus atas kiri dan lobus bawah kiri.

CT Scan
Tampak gambaran opak/hiperdens pada lobus tengah kanan, namun tidak menjalar sampai
perifer.
3. Pneumonia Interstisial
Foto Thorax

Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstitial prebronkial. Radiologis
berupa bayangan udara pada alveolus masih terlihat, diliputi oleh perselubungan yang tidak
merata.

CT Scan
 Gambaran CT Scan pneumonia interstitial pada seorang pria berusia 19 tahun. (A)
Menunjukan area konsolidasi di percabangan peribronkovaskuler yang irreguler. (B) CT Scan
pada hasil follow up selama 2 tahun menunjukan area konsolidasi yang irreguler tersebut
berkembang menjadi bronkiektasis atau bronkiolektasis (tanda panah)
a. Massa paru
A. Paru-Paru
1. Infiltrat :

- Bercak opaque
- Batas tak teratur
2. Konsolidasi :
- Lebih besar dari infiltrat
- Tumor / pemadatan jaringan / suatu massa
- Istilah ini lebih dihindari
3. Kesuraman / opacity
- Infiltrat banyak dan padat
- Gambaran homogen tidak merata / tidak homogen
4. Perselubungan :

- Opaque semua
- Lebih homogen
Kelainan-kelainan tadi dilihat pada : apex, hilus, kedua apex patokan costae 1-2
(dewasa) di Indonesia kalau ada gambaran tersebut (infiltrat, konsolidasi, perselubungan)
biasa disebabkan oleh proses spesifik, daerah perihiler, daerah peracardial, pleural line,
diafragma, sinus.
Kondisi foto yang baik adalah apabila columna vertebra thoralis bisa terlihat sampai
Th.IV
Kelainan-kelainan di paru hemithorax, putih semua, maka : Contoh kasus
di mediastinum.
- Mediastinum anterior : tidak diisi apa-apa kecuali perlekatan jantung
- Mediastinum medius : terdapat jantung, A&V pulmonalis, kelenjar limfe
- Mediastinum posterior : esofagus, aorta desc, aorta thoracalis, kelenjar limfe paravertebra
Pada mediastinum superior dan inferior Gambaran konsolidasi pada : Tiroid, Timus,
Teratoma, Limfoma. Perselubungan homogen hemithorax dextra misalnya : deviasi ke
kontralateral, trakea deviasi ke kontralateral, maka kesannya : efusi pleura, tumor. Namun
bila iga melebar pada sisi lesi
 Efusi pleura
 Eksudat : Pus – pyothorax, Darah – hemothorax, Cairan limfe – chylothorax
 Transudat – pleural effusion
Efusi pleura dapat disebabkan oleh :
1. Infeksi paru oleh bakteri, virus, jamur
2. Tumor paru
3. Tumor mediatinum
4. Metastasis
5. Kelainan sistemik
6. Hambatan aliran kgb
7. Hipoproteinemia ginjal/hati
8. Kegagalan jantung
9. Trauma kecelakaan/tindakan pembedahan
10. Efusi pleura
B. Abses
Dinding tebal dari bleb, di dalamnya ada air fluid level dinding tebal, lebih besar dari
abses, ditengah kosong.
Lebih besar : bleb dinding tipis tapi besar, di tengah kosong, alveolus pada pecah.
Lebih besar lagi : bulla kelainan congenital ; sering menyebabkan pneumothorax spontan,
bleb dan bulla.
C. Multiple Kistik Lesion
- Ukuran lebih besar dari honey comb appearance
- Bila terdapat multiple kistik lesion tapi tidak ada air fluid level = Honey Comb
Appearance / Bronchiectasis (dinding2 tebal)
D. Infected Bronchiectasis
Multiple kistik lesion dengan air fluid level DD/ Bronchiectasis :
- Kistik lung disease – dinding tipis, gambaran spt busa-busa
- Wagener Granuloma – Dinding Tipis
- Polikistik Pulmonum – bawaan lahir curiga suatu keganasan. Kalau terdapat suatu
konsolidasi / tumor pada 40 – 50 tahun belum tentu merupakan suatu keganasanTapi
bila di bawah 40 tahun

E. Coin Lesion
- Bila terdapat coin lesion – harus dinilai tulang-tulangnya
- DD/ : tuberculoma, artefak, limfoma
- Usul : bila mungkin, foto lateral thorax
- Pemeriksaan anjuran : CT-scan Thorax

F. Infiltrat
- Titik kecil, batas tidak jelas, tidak ada hubungan dengan vaskuler
- Berisi cairan / darah / nanah yang mengisi parenkim paru

G. Cotton Ball Appearance


- Gambaran lebih besar dari infiltrat. Berupa infiltrat kasar. Dimana Daerah sekitarnya
bersih.

H. Konsolidasi
- Pemadatan, batas bisa jelas, bisa juga tidak
- Kesan : suatu tumor
- DD/ neurofibromatosis. Lihat daerah soft tissue, jika terjadi pembengkakan juga curiga
Lipoma. Namun jika hanya ada di lapangan paru saja DD/ dengan coin lesion, Lipoma
memiliki batas semakin tidak jelas. Suatu tumor bila makin ganas, maka
- Gambaran metastase pada paru :
- BP
- Efusi Pleura
- Milier
- Gambaran infiltrat di seluruh lapang paru sampai ke tepi ; ada jaringan fibrotik /
tuberculoma

b. Pneumotoraks

Gambaran Pneumotoraks
Untuk mendiagnosis pneumotoraks pada foto thoraks dapat ditegakkan dengan
melihat tanda-tanda sebagai berikut :
- Adanya gambaran hiperlusen avaskular pada hemitoraks yang mengalami
pneumotoraks. Hiperlusen avaskular menunjukkan paru yang mengalami
pneumothoraks dengan paru yang kolaps memberikan gambaran radioopak.
Bagian paru yang kolaps dan yang mengalami pneumotoraks dipisahkan oleh
batas paru kolaps berupa garis radioopak tipis yang berasal dari pleura visceralis,
yang biasa dikenal sebagai pleural white line.
-

Gambar 1. Tanda panah menunjukkan pneumothorax line.


Gambar 2. Foto Rö pneumotoraks (PA), bagian yang ditunjukkan dengan anak panah
merupakan bagian paru yang kolaps.
- Untuk mendeteksi pneumotoraks pada foto dada posisi supine orang dewasa maka
tanda yang dicari adalah adanya deep sulcus sign. (11) Normalnya, sudut kostofrenikus
berbentuk lancip dan rongga pleura menembus lebih jauh ke bawah hingga daerah
lateral dari hepar dan lien. Jika terdapat udara pada rongga pleura, maka sudut
kostofrenikus menjadi lebih dalam daripada biasanya. Oleh karena itu, seorang klinisi
harus lebih berhati-hati saat menemukan sudut kostofrenikus yang lebih dalam
daripada biasanya atau jika menemukan sudut kostofrenikus menjadi semakin dalam
dan lancip pada foto dada serial. Jika hal ini terjadi maka pasien sebaiknya difoto
ulang dengan posisi tegak. Selain deep sulcus sign, terdapat tanda lain pneumotoraks
berupa tepi jantung yang terlihat lebih tajam. Keadaan ini biasanya terjadi pada posisi
supine di mana udara berkumpul di daerah anterior tubuh utamanya daerah medial.

Gambar 3. Deep sulcus sign (kiri) dan tension pneumotoraks kiri disertai deviasi
mediastinum kanan dan deep sulcus sign (kanan).
(dikutip dari kepustakaan 7)
- Jika pneumotoraks luas maka akan menekan jaringan paru ke arah hilus atau paru
menjadi kolaps di daerah hilus dan mendorong mediastinum ke arah kontralateral.
Jika pneumotoraks semakin memberat, akan mendorong jantung yang dapat
menyebabkan gagal sirkulasi. Jika keadaan ini terlambat ditangani akan menyebabkan
kematian pada penderita pneumotoraks tersebut. Selain itu, sela iga menjadi lebih
lebar.
Gambar 4. Pneumotoraks kanan (kiri) dan tension pneumotoraks (kanan).
- Besarnya kolaps paru bergantung pada banyaknya udara yang dapat masuk ke dalam
rongga pleura. Pada pasien dengan adhesif pleura (menempelnya pleura parietalis dan
pleura viseralis) akibat adanya reaksi inflamasi sebelumnya maka kolaps paru komplit
tidak dapat terjadi. Hal yang sama juga terjadi pada pasien dengan penyakit paru difus
di mana paru menjadi kaku sehingga tidak memungkinkan kolaps paru komplit. Pada
kedua pasien ini perlu diwaspadai terjadinya loculated pneumothorax atau encysted
pneumothorax. Keadaan ini terjadi karena udara tidak dapat bergerak bebas akibat
adanya adhesif pleura. Tanda terjadinya loculated pneumothorax adalah adanya
daerah hiperlusen di daerah tepi paru yang berbentuk seperti cangkang telur.
Foto dada pada pasien pneumotoraks sebaiknya diambil dalam posisi tegak sebab
sulitnya mengidentifikasi pneumotoraks dalam posisi supinasi. Selain itu, foto dada juga
diambil dalam keadaan ekspirasi penuh.
Gambar 5. Pneumotoraks kanan yang berukuran kecil dalam keadaan inspirasi (kanan) dan
dalam keadaan ekspirasi (kiri).
Ekspirasi penuh menyebabkan volume paru berkurang dan relatif menjadi lebih
padat sementara udara dalam rongga pleura tetap konstan sehingga lebih mudah untuk
mendeteksi adanya pneumotoraks utamanya yang berukuran lebih kecil. Perlu diingat,
pneumotoraks yang terdeteksi pada keadaan ekspirasi penuh akan terlihat lebih besar
daripada ukuran sebenarnya.

c. Pneumomediastinum

Gambaran Pneumomediastinum
Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi jantung, mulai dari basis
sampai ke apeks. Hal ini terjadi apabila pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga
udara yang dihasilkan akan terjebak di mediastinum.
 Garis tipis radiolusen menunjukkan adanya gas bebas, yang mungkin dapat terlihat
vertikal ( sepanjang sisi kiri jantung), retrosternal prekardial atau mengelilingi trakea. Gambaran
khas pneumomediastinum yang dapat terlihat dari pemeriksaan radiografi dada tersebut, yaitu
garis udara sepanjang struktur anatomis sepanjang mediastinum termasuk “thymic sail
sign”, “tanda cincin yang mengitari arteri”, tubular artery sign, double bronchial sign, diafragma
yang menyambung dan tanda ekstrapleural (gambar 6).
Gambar 6. Pneumomediastinum
- Pada gambar 6, radiograf dada yang menunjukkan pneumomediastinum seperti subkutan
emfisema pada seorang wanita yang diintubasi karena gagal nafas.
- Cincin yang mengelilingi arteri (artery tubular), sebuah area radiolusen yang dapat
terlihat mengelilingi arteri pulmonalis kanan pada radiograf dada lateral.
- Thymic sail (spinnaker) sign, pada bayi dengan pneumomediastinum, lobus thymic
terangkat ke atas membentuk spinnaker yang penuh. Udara dalam mediastinum yang
cukup banyak dapat membuat timus dapat terangkat dan menghasilkan thymic sail’s sign.

Gambar 7. Thymic sail’s sign pada foto thorax bayi dengan respiratory distress syndrome,
memperlihatkan lobus thymus yang terangkat.

Untuk melihat perluasan udara ke perikardium (pneumoprecardium) dibutuhkan


foto thorax lateral.
Gambar 8. Gambaran pneumopericardium pada foto thorax pasien post-tonsilektomi, yang
memperlihatkan pita radiolusen yang memisahkan bagian anterior pericardium dari
sternum

d. Emfisema subkutis

Emfisema subkutan
Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah kulit. Hal ini
biasanya merupakan kelanjutan dari pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di
mediastinum lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu daerah leher.
Disekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang mudah ditembus oleh udara, sehingga bila
jumlah udara yang terjebak cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan
sampai ke daerah dada depan dan belakang.

Gambar 9. Emfisema subkutan.

e. Pneumoperitonium

Gambaran pneumoperitoneum
Teknik radiografi yang optimal penting pada kecurigaan preforasi abdomen.
Paling tidak diambil 2 foto , meliputi foto abdomen posisi supine dan foto Thorax
posisi erect atau left lateral dekubitus. Udara bebas walaupun dalam jumlah yang
sedikit dapat terdeteksi pada foto polos. Pasien tetap berada pada posisi tersebut selama
5-10 menit sebelum foto diambil.

Gambar. Foto abdomen posisi supine, foto dada posisi erect dan left lateral dekubitus (LLD)

Pada foto polos abdomen atau foto Thorax posisi erect, terdapat gambaran udara
(radiolusen) berupa daerah berbentuk bulan sabit (Semilunar Shadow) diantara
diafragma kanan dan hepar atau diafragma kiri dan lien. Juga bisa tampak area lusen
bentuk oval (perihepatik) di anterior hepar. Pada posisi lateral dekubitus kiri,
didapatkan radiolusen antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan peritoneum.
Pada posisi lateral dekubitus kanan, tampak Triangular Sign seperti segitiga yang
kecil-kecil dan berjumlah banyak karena pada posisi miring udara cenderung bergerak
ke atas sehingga udara mengisi ruang-ruang di antara incisura dan dinding abdomen
lateral. Pada proyeksi abdomen supine, berbagai gambaran radiologi dapat terlihat yang
meliputi Falciform Ligament Sign dan Rigler`S Sign.
Proyeksi yang paling baik adalah lateral dekubitus kiri,rujuk gambar 3, dimana
udara bebas dapat terlihat antara batas lateral kanan dari hepar dan permukaan
peritoneum. Posisi ini dapat digunakan untuk setiap pasien yang sangat kesakitan. 
Posisi Lateral dekunitus kiri. Terdapat udara bebas diantara dinding abdomen dengan hepar (panah putih). Ada
cairan bebas di rongga peritoneum (panah hitam).

Gambaran linier (anterior subhepatic space air )


Foto posterior subhepatic space air (Morrison’s pouch, gambaran triangular )

Foto anterior ke permukaan ventral dari hepar

Tanda peritoneum pada foto polos diklasifikasikan menjadi pneumoperitoneum


dalam jumlah kecil dan pneumoperitoneum dalam  jumlah besar yang dengan >1000
mL udara bebas. Gambaran pneumoperitoneum dengan udara dalam jumlah besar
antara lain:
1) Football Sign, rujuk gambar 7, yang biasanya menggambarkan pengumpulan
udara di dalam kantung dalam jumlah besar sehingga udara tampak membungkus
seluruh kavum abdomen, mengelilingi ligamen falsiformis sehingga memberi
jejak seperti gambaran bola kaki.

Football sign
2) Gas-Relief Sign, Rigler Sign, dan Double Wall Sign yang memvisualisasikan
dinding terluar lingkaran usus disebabkan udara di luar lingkaran usus dan udara
normal intralumen.
Rigler Sign

3) Urachus merupakan refleksi peritoneal vestigial yang biasanya tidak terlihat pada
foto polos abdomen. Urachus memiliki opasitas yang sama dengan struktur
jaringan lunak intraabdomen lainnya, tapi ketika terjadi pneumoperitoneum, udara
tampak melapisi urachus. Urachus tampak seperti garis tipis linier di tengah
bagian bawah abdomen yang berjalan dari kubah vesika urinaria ke arah kepala.
Dasar urachus tampak sedikit lebih tebal daripada apeks.

Gambaran urachus

4) Ligamen umbilical lateral yang mengandung pembuluh darah epigastrik inferior


dapat terlihat sebagai huruf ‘V’ terbalik di daerah pelvis sebagai akibat
pneumoperitoneum dalam jumlah banyak.
5) Telltale Triangle Sign menggambarkan daerah segitiga udara diantara 2 lingkaran
usus dengan dinding abdomen.
Telltale triangle sign

6) Udara skrotal dapat terlihat akibat ekstensi intraskrotal peritoneal (melalui


prosesus vaginalis yang paten).
7) Cupola Sign mengacu pada akumulasi udara di bawah tendon sentral diafragma

Gambar 11. The Sign Cupola


8) Udara di dalam sakus kecil dapat terlihat, terutama jika perforasi dinding posterior
abdomen.

cupola sign (panah putih) dan lesser sac gas sign (panah hitam).

9) Tanda obstruksi usus besar parsial dengan perforasi divertikulum sigmoid dapat
terjadi yang berkaitan dengan tanda pneumoperitoneum

Udara bebas intraperitoneal tidak terlihat pada sekitar 20-30% yang lebih
disebabkan karena standardisasi yang rendah dan teknik yang tidak adekuat. Foto polos
abdomen menjadi pencitraan utama pada akut abdomen, termasuk pada perforasi viskus
abdomen.
Tidak jarang pasien dengan akut abdomen dan dicurigai mengalami perforasi tidak
menunjukkan udara bebas pada foto polos abdomen. Diagnosis banding biasanya
meliputi kolesistitis akut, pankreatitis, dan perforasi ulkus. Sebagai tambahan
pemeriksaan untuk mengopasitaskan saluran cerna, sekitar 50mL kontras terlarut air
diberikan secara oral atau lewat NGT pada pasien dengan posisi berbaring miring ke
kanan.

i. Ileus obstruksi
Ileus obstruksi
1. Ileus obstruksi usus halus
a. usus halus terlihat berdilatasi di sentral (herring bone appearance)
b. terdapat gambaran step ladder appearance
c. pada foto tegak terdapat gambaran air fluid level multipel (>3 loop)
d. udara dalam kolon biasanya jarang atau tidak ada sama sekali
e. gambaran string of beads/ pearls

Tampak dilatasi loop : (pada panah)


loop usus halus dibagian sentral
abdomen dengan gambaran “hearing
bone apperance”

Tampak distensi loop : (pada panah)


Loop usus halus dengan gambaran
“ step ladder apperance “

2. ileus obstruksi usus besar


a. usus besar terlihat berdilatasi di perifer
b. gambaran air fluid level sedikit
c. tidak terdapat gambaran udara di rektum bila obstruksi sudah berlangsung
lama
d. bila terdapat kecurigaan perforasi lakukan foto toraks tegak atau foto
lateral dekubitus

Gambar disamping menunjukan


dilatasi kolon hingga fissura
splenikus (tanda panah)

j. Ileus paralitik
Ileus paralitik
 gambaran udara tampak pada seluruh usus baik usus halus maupun kolon
 lambung seringkal ikut distensi
 air fluid level lebih sedikit dibandingkan ileus obstruksi. Bila ada, biasanya
berbentuk memanjang.
 Gambaran udara di rektum/ kolon masih tetap ada.

Anda mungkin juga menyukai