PENDAHULUAN
Tumor pada tulang dan jaringan lunak (benigna & maligna) serta tumor-
like condition sering dinilai sebagai hal yang sama, dikarenakan kondisi-kondisi
tersebut memiliki gambaran klinis, gambaran radiologis, serta gambaran patologis
yang mirip. Klasifikasi dan diagnosis lesi yang berasal dari jaringan mesenkimal
terus berkembang seiring dengan kemajuan dalam pencitraan, histopatologi, dan
genetika. Banyak tumor memiliki spektrum penyakit dari kelainan benigna laten
hingga kelainan destruktif, neoplasma maligna.1
Salah satu tumor pada tulang dan jaringan lunak adalah enchondroma.
Enchondroma merupakan neoplasma intramedularis yang terbentuk dari kartiloga
hyaline yang terdiferensiasi. Lesi ini sering timbul di tulang tubular pada tangan,
femur, dan humerus. Enchondroma memiliki ragam variasi dan kondisi terkait.
Beberapa contoh kondisi terkait enchondroma adalah Maffucci syndrome dan
Ollier’s disease.1
Pada clinical science session ini akan dibahas mengenai Ollier’s disease
dari segi defenisi, epidemiologi, patofisiologi, gambaran klinis, penegakkan
diagnosis, terapi dan prognosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
2.2 Epidemiologi
Ollier disease adalah kelainan skeletal yang jarang terjadi. Sejauh ini,
prevalensi yang diketahui ini adalah 1/100,000.6 Namun, insidensi sesungguhnya
dari penyakit ini bisa lebih tinggi dikarenakan kondisi ringan bersifat asimtomatik
dan tidak terdeteksi. Penyakit ini memiliki rasio jenis kelamin yang setara.1,5
Selain itu, kelainan ini sering terjadi dimasa kanak kanak. Laporan-laporan
sebelumnya menyatakan bahwa penyakit ini dapat berubah menjadi kondisi
sarcoma dengan kemungkinan sekitar 5-30%.1,6
Penyebab utama ollier disease belum diketahui secara pasti. Namun diyakini,
kelainan ini disebabkan oleh mutase heterzigos pada gen PTHR1, IDH1
(tersering, dan IDH2. Mutasi dan gangguan pada jumlah penyalinan genomic
menyebabkan adanya kelainan pada banyak jalur pathway penting sehingga
menyebabkan timbulnya ollier disease.5
Selain teori diatas, beberapa teori pathogenesis lain yang diajukan untuk Ollier
disease adalah:5
Selain gejala tersebut, terdapat beragam variasi gambaran klinis dari ollier
disease. Ollier disease biasanya menimbulkan manifestasi klinis pada decade
pertama kehidupan, namun pada beberapa kasus juga dapat ditemukan pada usia
dewasa muda maupun dewasa.6
Pasien biasanya dating dengan keluhan massa keras yang tidak nyeri. Lesi
dapat bersifat bilateral ataupun unilateral dengan distribusi asitemis. Area
predileksi biasanya adalah tulang apendikular, namun tulang aksial juga dapat
mengalami kondisi ini (pada kasus berat). Enchondromatosis paling sering terlihat
pada tulang phalang dan metacarpal, namun jarang ditemui di tulang carpal.
Kelainan ini juga sering ditemui pada area tulang panjang seperti femur
dan tibia. Trochanter femur adalah area yang sering terlibat, namun collum femur
biasanya tetap dalam keadaan normal. Jika keadaan ini dibiarkan dapat
menimbulkan deformitas seperti genu valgum, dan genu valrus. Pada kasus yang
berat, kelainan ini dapat mengenai tulang pada bagian dada. Jika hal ini terjadi,
dapat mengarah pada timbulnya scoliosis.5
Dalam kondisi yang langka, enchondroma dapat timbul pada tulang basis
cranii. Gejala yang timbul akan berkaitan dengan gangguan pada sistem saraf
pusat seperti ptosis kelopak mata, gangguan pengelihatan progresif disamping
adanya deformitas pada area tulang lainnya.7
Gejala lain yang sering muncul adalah deformitas kosmetik akibat dari
adanya pembengkakan multipel pada ekstremitas. Pembengkakan multipel dapat
dilihat pada gambar 1.
Gambar 2. Gambaran radiologi pada ollier disease (A) jari, (B) pergelangan tangan, (C) tungkai,
(D) kaki, (E) lesi multipel yang tampak jelas
Sumber: Kumar A, et al. 2015
Tangan pada Gambar 2 menunjukkan lesi enchondroma dengan bentuk
globular. Selain itu tidak tampaj adanya reaksi periosteal pada gangguan ini.5
Gambar 3. Gambaran radiologis pada ollier disease (A) CT scan, (B) T2 weighted MRI
Sumber: Kumar A, et al. 2015
Gambar 4. Gambaran sitologi pada enchondroma (A) Pewarnaan giemsa, (B) Pewarnaan
Papanicolaou
Sumber: Kumar A, et al. 2015
2.6 Tatalaksana
Teknik Illizarof sulit tetapi sangat efektif dalam memberikan stabilisasi mekanik
pada pasien Ollier’s disease. Distraction osteogenesis mempertinggi perubahan
abnormal kartilago pada lesi menjadi tulang lamellar, tanpa kuretase atau bone
grafting, yang dibuktikan oleh Jesus-Gracia et al. Lebih banyak wire dibutuhkan
untuk stabilisasi karena tulang mengalami kelemahan dan banyaknya lesi
enchondroma.5
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus ini adalah fraktur patologis.
Fraktur patologis yang terjadi tidak selalu berhubungan terhadap progresivitas
menjadi maligna.3
KESIMPULAN
3. Pansuriya TC, Bovee JV. Ollier Disease. Atlas Genet Cytogenet Oncol
Haematol. 2009; 13(8): 608-611.
4. Silve C, and Harald J. Ollier disease. Orphanet journal of rare diseases 1.1
(2006): 37.
6. Wang JP, et al. Ollier disease: two case reports and a review of the literature.
American journal of translational research 10.11 (2018): 3818.