CONTOHNYA :
1. USG 4D
Melakukan pemeriksaan pada janin yang masih dalam kandungan, kini semakin
dipermudah dengan adanya alat yang dikenal dengan USG.
Sejak tahun 1961 USG dilakukan dalam dunia kedokteran kandungan. USG merupakan salah
satu imaging diagnostik (pencitraan diagnostik) untuk memeriksa alat-alat atau organ tubuh
dalam manusia, di mana pemeriksaan itu bisa digunakan untuk mempelajari bentuk, ukuran
anatomis, gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan USG
memberikan informasi detail dari perkembangan janin dalam kandungan.
Penggunaan USG 2D sebagai alat pemeriksa kondisi janin bayi dirasa masih belum
memuaskan hasilnya, akhirnya ditemukan model alat USG baru seperti USG 3D, 4D, dan
Doppler. Prinsip kerja dari USG-USG yang baru ini sama halnya dengan USG 2D hanya saja
gambar yang ditampilkan oleh monitor sedikit berbeda. Tentunya karena alat yang
berkembang kini semakin canggih.
1.
USG 3D
Dengan alat USG ini maka ada tambahan 1 bidang gambar lagi yang disebut koronal.
Gambar yang tampil mirip seperti aslinya. Permukaan suatu benda (dalam hal ini tubuh janin)
dapat dilihat dengan jelas. Begitupun keadaan janin dari posisi yang berbeda. Ini
dimungkinkan karena gambarnya dapat diputar (bukan janinnya yang diputar). Penggunaan
USG 3D bisa untuk mendeteksi kelainan bawaan pada bayi, seperti jantung, tulang, bibir,
plasenta/tali pusar, dan alat kelamin. USG ini bisa dilakukan saat usia kehamilan 28-34
2.
Pemeriksaan USG yang mengutamakan pengukuran aliran darah terutama aliran tali
pusat. Alat ini digunakan untuk menilai keadaan/kesejahteraan janin. Penilaian kesejahteraan
janin ini meliputi:
- Gerak naFas janin (minimal 2x/10 menit).
- Tonus (gerak janin).
- Indeks cairan ketuban (normalnya 10-20 cm).
- Doppler arteri umbilikalis.
- Reaktivitas denyut jantung janin.
D.
informasi
semakin
dikembangkan
dari
waktu
ke
waktu
agar
penggunaannya semakin luas. Begitu juga dengan alat pemeriksaan kondisi janin, USG
semakin dikembangkan agar semakin mudah untuk digunakan, dan menghasilkan
keakurasian yang lebih tepat.
Berikut ini adalah tabel perbandingan alat USG zaman dahulu (2D) dan
USG 2 D
Bentuk gambar yangBayi dari satu sisi.
USG 3 D
Bayi
terlihat
keseluruhan.
Apa diketahui?
Kelainan
USG 4 D
secaraBayi
secara
keseluruhan
dan
bergerak.
bawaan,Kelainan bawaan padaSama dengan USG 3
usiaSepanjang
kehamilan.
plasenta/tali
usiaSama dengan USG 3
kepuasan
sangat
28-34 minggu.
Dapat disimpan dalamDapat disimpan dalam
bentuk CD ROM, ataubentuk
CD
ROM,
dicetak.
dengan
image
yang
E.
1.
a.
a)
b)
b.
a)
b)
c)
2.
a.
a)
b)
kelamin
USG 4D memungkinkan menghasilkan gambar yang bisa bergerak (animasi)
Kekurangan USG 3D dan 4D
USG 4D masih termasuk alat yang langka, sehingga diperlukan biaya pemeriksaan dan
cetak hasil yang tidak sedikit.
Seiring dengan makin majunya teknologi kedokteran dalam terapi penyakit batu
ginjal, maka saat ini semakin besar peluang pasien untuk dapat menghindari operasi
terbuka untuk mengeluarkan batu ginjal dari dalam tubuhnya. Terapi batu ginjal
dimulai dari terapi natural atau pasif, yaitu dengan meminum obat-obatan tertentu
untuk membantu meluruhkan batu ginjal secara kimia, kemudian ke terapi aktif,
dimulai dari yang bersifat non-invasive seperti ESWL, kemudian terapi minimalinvasive seperti Percutaneous Nephrolithotomy (PNL) dan Ureteroscopy (URS), dan
akhirnya sebagai pilihan terakhir adalah operasi terbuka.
Seperti telah dijelaskan dalam tulisan pertama, ESWL adalah terapi yang
menggunakan gelombang kejut (shock wave), yang ditembakkan dari luar tubuh ke
arah batu ginjal sampai batu ginjal tersebut hancur dan ukuran serpihannya cukup
kecil hingga dapat dikeluarkan secara natural dengan urinasi. Dikatakan sebagai terapi
non-invasive, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukkan alat kedalam
tubuh pasien. Sedangkan PNL dan URS dikatakan sebagai terapi minimal-invasive
karena memerlukan sedikit pembedahan dengan memasukkan alat kedalam tubuh
untuk menghancurkan dan mengeluarkan batu ginjal.
Dalam terapi PNL, guide wire dimasukkan melalui kulit dekat pinggang kemudian
dengan membuat lubang kecil menembus masuk ke dalam ginjal sampai ia
menemukan posisi batu ginjal. Sejenis tabung kecil kemudian dimasukkan sepanjang
guide wire untuk membuat tunnel, dimana nantinya lewat tunnel ini dimasukkan
instrumen kecil untuk menghancurkan batu ginjal dan mengeluarkan serpihannya.
Sedangkan URS prinsip kerjanya mirip dengan PNL, namun dalam URS digunakan
alat yang dinamakan ureteroscopes, dimana alat ini dimasukkan melalui urethra
(saluran kencing), kemudian melalui bladder (kandung kemih) dan ureter (saluran
kemih), sampai menemui posisi batu ginjal.
Dari beberapa terapi di atas, ESWL merupakan terapi pilihan pertama untuk kasus
umum penanganan batu ginjal dikarenakan keamanan, keefektifan serta
kefleksibelannya terhadap posisi batu ginjal. Sebagai perbandingan, terapi PNL hanya
efektif untuk penanganan batu ginjal yang masih berada dalam ginjal atau atau yang
berada pada ureter bagian atas. Sedangkan terapi URS efektif pada batu ginjal yang
berada pada ureter bagian bawah atau pada kandung kemih. Kemudian dari segi
keamanan dan kenyamanan, pasien yang diterapi dengan ESWL pada umumnya tidak
memerlukan obat bius atau penahan sakit saat terapi dilakukan, dan sudah dapat
melakukan aktifitas seperti biasa dalam satu atau dua hari setelah terapi. Sedangkan
untuk PNL dan URS diperlukan waktu pemulihan sekitar satu sampai dua minggu,
dan waktu pemulihan yang lebih panjang dibutuhkan lagi bagi pasien yang menjalani
operasi terbuka , yaitu sekitar enam minggu
Dari berbagai referensi diperoleh data bahwa tingkat keberhasilan terapi ESWL
sampai pasien benar-benar bebas dari batu ginjal adalah antara 60 sampai 90 persen.
Tingkat keberhasilan ini sangat ditentukan diantaranya oleh besar, jenis, dan lokasi
dari batu ginjal tersebut.
Bagaimana shock wave menghancurkan batu ginjal?
Dari hasil observasi pada proses ESWL, ditemukan bahwa pada awalnya batu ginjal
yang ditembak dengan shock waves pecah menjadi dua atau beberapa fragment besar
[2]. Selanjutnya dengan bertambahnya jumlah tembakan, fragment tersebut pecah
kembali dan hancur. Umumnya diperlukan sekitar 1000 sampai 5000 tembakan
sampai serpihan-serpihan batu ginjal tersebut cukup kecil untuk dapat dikeluarkan
dengan proses urinasi.
Proses hancurnya batu ginjal diprediksi merupakan hasil kombinasi dari efek
langsung maupun tidak langsung dari shock waves. Untuk dapat menjelaskan proses
hancurnya batu ginjal, terlebih dahulu kita perlu mengetahui profil dari shock wave
yang dihasilkan di titik fokus penembakan. Hasil pengukuran tekanan pada titik fokus
penembakan dapat dilihat dalam Gambar 1. Secara umum, shock wave ditandai dan
diawali oleh high positive pressure (compressive wave) dengan durasi singkat sekitar
satu mikrodetik, kemudian diikuti oleh negative pressure (tensile wave) dengan durasi
sekitar tiga mikrodetik.
High positive pressure di dalam batu ginjal akan mengalami refraksi dan refleksi, dan
akhirnya membangkitkan tensile dan shear stress di dalam batu ginjal. Selanjutnya
retak akan terjadi dan merambat hingga menyebabkan batu pecah menjadi dua atau
beberapa fragment besar. Pada saat yang sama, tingginya compression stress dapat
menyebabkan erosi pada permukaan batu ginjal. Proses di atas dikatakan sebagai efek
langsung dari shock wave.
Sedangkan negative pressure pada Gambar 1, akan mengakibatkan munculnya
cavitation bubbles pada fluida di sekitar batu ginjal dan ini dikatakan sebagai efek
tidak langsung dari shock wave. Cavitation bubbles ini kemudian akan collapse
menghujam permukaan batu ginjal dan menyebabkan erosi. Ilustrasi dari proses ini
dapat dilihat pada Gambar 2.