A. Pengertian
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan non-medis seringkali dilakukan oleh seseorang
yang disebut sebagai dukun beranak, dukun bersalin atau paraji. Pada dasarnya dukun
bersalin diangkat berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat atau merupakan pekerjaan
yang sudah turun temurun dari nenek moyang atau keluarganya dan biasanya sudah berumur
40 tahun ke atas ( Prawirohardjo, 2005).
Pendidikan dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis dengan
kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan persalinan
secara teori di bangku kuliah, tetapi mereka hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan
yang digunakannya hanya seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan bambu, untuk
mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya menggunakan daun pisang
Selain itu, pertolongan persalinan oleh dukun sering menimbulkan kasus persalinan,
diantaranya kepala bayi sudah lahir tetapi badannya masih belum bisa keluar atau partus
macet, itu disebabkan karena cara memijat dukun bayi tersebut kurang profesional dan hanya
berdasarkan kepada pengalaman.
E. Usaha Untuk Menjalin Kerjasama Antara Tenaga Medis dan Non-medis Dalam Menolong
Persalinan
Berdasarkan dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong suatu persalinan
dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun beranak,
walaupun dalam menolong persalinan dukun tidak berdasarkan kepada pengalaman dan
berbagai kasus persalinan oleh dukun seringkali terjadi dan menimpa seorang ibu dan atau
bayinya. Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak boleh dihilangkan tetapi kita bisa
melakukan kerjasama dengan dukun untuk mengatasi hal-hal atau berbagai kasus persalinan
oleh dukun.
Seperti di daerah pedesaan Paminggir, Alas Kokon, Kertajayadan daerah perkotaan Soklat
setelah dua dari empat dukun beranak yang diwawacarai telah menerima pelatihan dari
dokter-dokter puskesmas pada tahun 1990-1991. Mereka merasa pelatihan dan peralatan
persalinan yang diberikan saat pelatihan sangat bermanfaat. Para dukun juga dilatih tentang
pencatatan dan pelaporan. Setiap dukun dilatih membaca sampai mengerti bagaimana cara
pengisian kolom tersebut. Pelatihan untuk perawatan ibu hamil, pertolongan pada diare,
makanan bergizibagi bayi, balita dan ibu hamil juga dilakukan. Membina hubungan baik
dengan dukun juga dilakukan agar kita bisa lebih gampang menjalin kerjasama dengan
dukun.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam meningkatkan mutu pelayanan kita bisa melakukan pelatihan-pelatihan kepada dukun
sehingga para dukun diharapkan bisa mengetahui tentang tanda-tanda bahaya kehamilan dan
persalinan. Selain itu diharapkan pula agar para peraji dalam menolong persalinan diajarkan
supaya menggunakan prinsip steril untuk menghindari infeksi dimana infeksi itu sering
sebagai penyebab kematian ibu dan janin. Dalam mewujudkan dukun yang terlatih,
pemerintah harus ikut berpartisipasi memberi dukungan dan membantu dalam memberikan
bantuan peralatan persalinan gratis kepada para dukun untuk meminimalkan komplikasi pada
saat persalinan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertolongan persalinan oleh tenaga non-medis tidak bisa dihilangkan karena sudah
merupakan suatu kepercayaan dan sudah melekat dalam budaya. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan non-kesehatan masih diperlukan pada daerah-daerah yang masih minimnya
tenaga kesehatan khususnya bidan.
Kerjasam antar bidan dan pemerintah dengan tenaga kesehatan non-medis sangat diperlukan
dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. kerjasama yang bisa dilakukan seperti
misalnya dalam pemberian pelatihan kepada para tenaga kesehatan non-kesehatan atau keikut
sertaan pemerintah sangat penting untuk menunjang sukesnya pelatihan dengan pemberian
bantuan alat-alat untuk menolong persalinan seperti gunting tali pusat, sehingga infeksi saat
pemotongan tali pusat bisa diturunkan