Anda di halaman 1dari 4

ULUMUL HADIST KLS X LANJUTAN

PERBEDA’AN ANTARA HADITS QUDSI DAN AL-QUR’AN

Al-qur’an menjadi spesifik dengan beberaapa keistimewaan dan kekhususan yang tidak di miliki
hadits. Keistimewaan dan kekhusu’an itu menggambarkan kepada perbeda’an antara al-qur’an dan
hadits.

1.    Keistimewa’an dan kekhususan itu al-qur’an adalah mu’jizat yang abadi sepanjang masa, terjaga
dari perubahan dan penggantian. Mutawatir lafadznya dalam semua kata, huruf dan gaya
bahasanya.

2.    Haram meriwayatkan dengan makna

3.    Haram memegangnya bagi orang yang punya hadats dan haram membacanya bagi orang yang
junub dan serupanya

4.    Wajib di baca dalam sholat

5.    Di namakannya al-qur’an

6.    Di buat ibadah dengan membaca  setiap huruf dari al-qur’an menyamai 10 kebaikan

7.    Dinamakannya sekelompok dari al-qur’an dengan sebutan ayat dan di sebutnya ukuran tertentu
dari ayat dengan istilah surat

8.    Lafadz dan maknanya dari hariban Allah, dengan wahyu yang jelas dengan kesepakatan
ulama’,berbeda dengan hadist khususnya diatas tidak dimiliki oleh hadits.

MACAM-MACAM ILMU HADITS

Kebanyakan ulama’ membagi hadits nabawi menjadi 2 bagian yaitu: diterima dan ditolak (maqbul
dan mardud).

Hadits maqbul adalah bahwa penuqilnya, yakni mereka yang memindah hadits dan mengembannya
terkumpul pada diri mereka sifat-sifat yang menyebabkan hadits mereka diterima. karena itulah
hadits yang mereka nuqil ditema menurut para ulama’.

            Sedangkan hadits mardud adalahpara diri penuqil dan pengembannya tidak terdapat sifat-
sifat diterima. Karena itulah hadits yang mereka nuqil ditolak. Hadits maqbul tersebut, oleh para
ulama’ mustholah dinamakan sebagai hadits shohih, dan hadits yang ditolak mereka namakan hadits
dhoif.  Berhubung sifat-sifat yang di terima terkadang terpenuhi secara sempurna dalam diri perowi
dan kadang berkurang sedikit, maka hal tersebut terimplikasi bahwa hadits maqbul terpilih menjadi
2 derajat; derajat tinggi dan derajat sedikit di bawahnya.

            Hadits yang mengandung sifat-sifat tertinggi di sebut hadits shohih dan yang mengandung
derajat sedikit di bawahnya di sebut hadits hasan.

            Dari keterangan ini dapat di simpulkan bahwa hadits itu terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
shohih, hasan dan dho’if.

SHOHIH
            SHOHIH secara lughot berarti lawan dari sakit. Secara istilah adalah hadits yang mengandung
sifat yang diterima paling tinggi.sifat itu ada lima buah :

pertama sanad yang muttasil (sambung). Arti dari muttasil adalah setiap rowi dari semua rowi
mendengar dari orang diatasnya dengan pasti. Dan orang yang diatasnya tadi mendengar dari orang
diatasnya lagi, demikian seterusnya sampai akhir sanad.

Contoh : perkataan imam bukhori misalnya : abdullah bin yusuf menceritakan hadits kepadaku, ia
berkata: “malik memberiku kabar dari abu zinad, dia dari a’roj, dari abi hurairah, sesungguhnya abi
hurairah berkata : bahwa rasulullah SAW. bersabda :

‫طعام اإلثنين كافي الثالثة‬

Artinya : “makanan dua orang itu bisa mencukupi tiga orang”. (HR. Bukhori dalam kitab Al-Ath’imah)

            Ini adalah sanad yang muttasil, artinya imam Bukhori benar-benar telah mendengar hadits
dari abdillah, kemudian abdillah mendengar hadits tersebut dari malik, dan malik mendengarnya
dari abi zinad,dan abi zinad mendengar dari Al-A’roj dan Al-A’roj mendengarnya dari abi huroiroh
dan abi hurairah mendengarnya dari rosulullah SAW.

            Kemuttasilan ini berimplikasi wujudnya rowi A pada zaman rowi sebelumnya (rowi B) dan
wujudnya rowi B tersebut pada zaman rowi diatasnya (rowi C) sehingga dengan demikian kepastian
mendengarnya perowi dari orang sebelumnya dan  muttasilnya ia dengan orang diatasnya.

            Keduakeadilan sang perowi. Yakni setiap rowi dari perowi – perowi hadits dalam sana
tersebut harus adil.

                        Adil adalah sifat orang muslim yang selamat dari sifat fasiq, dan pernik-pernik tabiat
rendah.

            Maka orang kafir, orang fasiq, orang gila, dan orang yang tidak diketahui tingkah lakunya,
mereka semua bukanlah orang adil. Lain dengan wanita, mereka masih di terima riwayatnya bila
muslimat, selamat dari fasiq dan sifat-sifat yang rendah. Demikian pula budak, mereka juga di terima
riwayatnya, bila muslim berakal, selamat dari fasiq dan sifat yang rendah.

            Bisa pula kita katankan bahwa keadilan rowi adalah bersihnya perilaku dan harumnya biografi
mereka. Karakteristik ini berkait dengan satu aspek akhlak perowi. Masih ada sarat aspek ilmia
karena tidak otomatis keberadaan si perowiitu adil, sholih, takwa dalam dirinya, lantas perowi itu
hafidz, maton dan mengkokohkan periwayatanya. Paduan dari syarat-syarat inilah para ulama
menyebutnya dlobit, hafal yang paling paripurna adalah syarat yang ketiga dari syarat-syarat hadits
shohih.

            Ketiga paripurna hafalan (tamamuddlobti), sempurna hafalan. Yang di maksud tamamuddlobti


adalah seorang perowi hadits berada pada puncak derajat dengan kemampuannya mengingat apa
yang dia dengar di hatinya dengan arti ia bisa mengedepankan kapan ia mau. Makaorang yang
banyak lupa itu orang yang banyak membuat kesalahan bukanlah termasuk tamamuddlobti,
demikian pula orang yang rendah daya hafalanya.

Keempat terbebas dari syadz-syadz artinya seorang rowi tsiqoh riwayatnya tidak berbeda dari
riwayat rowi-rowi lain yang lebih tsiqoh dari pada dia.
Kelima, terbebas dari “ilat”. Artinya hadits tersebut tidak terdapat ilatnya. Ilat adalah ciri (sifat) yang
samar tang merusak diterimanya hadits, padahal hadits tersebut kelihatan selamat darinya. Hokum
hadits shohih yaitu : dia dibuat hujjah / dalil dalam aqidah dan hukum. Demikian wajib
membatalkannya.

HASAN

                Hasan menurut bahasa berarti sesuatu yang disukai nafsu. Sedang secara istilah hadits
hasan adalah hadits yang sambung sanadnya dengan penuqilan rowi adil, yang
taraf kedlobitannya dibawah rowi hadits shohih, juga terlepas dari syadz dan ilat.

Dengan demikian, maka syarat hadits hasan ada lima :

1.       Muttasil sanadnya

2.       Adil rowinya

3.       Dlobit rowinya (yang dikehendaki kedlobitannya dibawah rowi hadits shohih)

4.       Terlepas dari syadz syadz

5.       Terlepas dari ilat

Dari penjelasan ini dapat diketahui bahwa syarat-syarat hadits hasan sama dengan syarat hadits
shohih selain syarat yang ketiga, yaitu dlobit dalam hadits shohih disyaratkan berada pada derajat
tertinggi, sedang dalam hadits hasan yang demikian tadi tidak disyaratkan, tetapi dengan dlobit yang
sederhana.

Contoh haditsnya Muhammad bin amr bin al-qomah dari abi salamah dari abi huroiroh
ra.muhammad bin amr ini di kenal dengan kejujurannya tetapi tidak paripurna (top) hafalannya

Hukum hadits hasan

                Ia seperti hadits hasan dalam hal kelayakan di buat hujjah, dalil dan di amalkan walaupun
kekuatannya dibawah hadits shohih. Oleh karnanya hadits shohihlebih di dahulukan ketika terjadi
pertentangan hokum.karna taraf hadits shohih lebih tinggi dari pada hadits hasan,karna rowi- rowi
hadits hasan derajatnya di bawah hadits shohih dalam hal kematonan dan hafalan.sedang rowi-rowi
hadits shohih berada pada puncak kedlobitan hafalan.

DLO’IF

                Dlo’if secara lughot berasl dari materi dlo’if(‫)الضعف‬ dengan dlommah dan fathah dlod
berarti lawan kata kuat .

Dan secara istilah dlo’if adalah hadits yang tidak terkumpul di dalam sifat-sifat hadits shohih dan
tidak pula sifat-sifat hadits hasan.

Hadits dlo’if di sebut juga dengan hadits mardud (tertolak) contoh nya hadits

‫ان النبي صلى هللا عليه وسلم توضأ ومسح على الجوربين‬

Sesungguhnya nabi Muhammad SAW .berwudlu dengan mengusap pada dua jaurob (semacam kaos
kaki).

Hadits ini dlo’if karna diriwayatkan dari qois al-audi.dia adalah rowi dlo’if.
Pembagian hadits dlo’if

                Ulama’ berbeda pendapat dalam pembagian hadits dhoif. Sebagian menghitung sampai  81
bagian . ulama’ lain membagi sampai 49 bagian. Sebagian ulama’ lagi membagi  sampai 42 bagian.
Tetapi semua bagian ini tidak meberi banyak faidah. Ibnu hajar brkata: “pembagian tersebut melelah
kan dan tidak ada keperluan di balik itu semua “.

                Di samping mereka (yang berbeda pendapat dalam pembagian) tidak memberi untuk kita,
nama khusus bagi setia ihwal dari ihwal-ihwal ke dlo’ifan.

hukum hadits dlo’if

                hadits dlo’if tidak bisa di amalkan dalam urusan aqidah dan hukum .tetapi bisa di amalkan
dalam urusan amal-amal fadilah,anjuran berbuat baikdan menakut nakuti dari berbuat jelek, serta
mendasari kisah kebesaran dengan beberapa sarat yg terperinci pada tempatnya .

Anda mungkin juga menyukai