Anda di halaman 1dari 5

 kritik matan hadis adalah suatu upaya dalam bentuk penelitian dan penilaian terhadap

matan hadis Rasulullah Saw. untuk menentukan derajat suatu hadis apakah hadis tersebut
merupakan hadis yang sahih atau bukan, yang diawali dengan melakukan kritik terhadap
sanad hadis tersebut terlebih dahulu.matan hadis adalah kalimat yang disandarkan kepada
Nabi saw dan disebutkan di penghujung sanad. Ia menjadi inti dari periwayatan. Dengan
kata lain, matan adalah isi hadist.
 Urgensi Kritik Matan Hadist: kritik terhadap matan hadis juga penting untuk dilakukan
karena hadis Rasulullah merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Dalam konteks fungsi
hadis terhadap alQur’an, penelitian hadis penting untuk dilakukan karena posisi hadis
sebagai sumber hukum dan ajaran Islam mengharuskan umat Islam untuk berargumentasi
dengan dalil yang valid. Pemahaman atau praktik keberagamaan harus didasarkan kepada
dalil-dalil yang berkualitas sahih, dan tidak bisa didasarkan pada dalil yang kesahihannya
diragukan atau dipertanyakan.
Untuk mengetahui apakah suatu hadis berkualitas sahih atau tidak sahih, tidak cukup jika
penelitian atau kritik hanya dilakukan terhadap aspek sanadnya saja, karena kesahihan
sanad tidak berkorelasi dengan kesahihan matan hadis. Bahkan yang sering terjadi adalah
adanya hadis yang semula dinyatakan sebagai hadis sahih, namun setelah dilakukan
penelitian secara mendalam terhadap matannya, hasilnya hadis tersebut mengalami
penurunan derajat menjadi hadis hasan atau bahkan da’if. Karena suatu hadis dikatakan
sahih jika baik aspek sanad dan matan hadis tersebut betul-betul memenuhi persyaratan
hadis sahih sahih. Urgenti lainnya,
1. Menghindari kecerobohan dan keteledoran dalam menerima riwayat dengan mengacu
para aturan kritik matan.
2. Mengungkap kemungkinan adanya kesalahan dari para perawi.
3. Menghadapi musuh-musuh Islam yang mencoba menghancurkan dan merendahkan kaum
muslimin melalui sejumlah hadis yang secara sanad sahih, tetapi kandungan matannya
bertentangan dengan prinsip dasar dan universalitas Islam.
4. Menyelesaikan berbagai kontradiksi dalam kandungan riwayat.
 Matan sebuah hadis dinyatakan sahih jika memenuhi dua kriteria, yaitu terhindar dari syaż
dan terbebas dari ‘illat.
 Adapun langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk melakukan kritik matan hadis adalah:
menghimpun hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama, penelitian matan hadis
dengan pendekatan hadis sahih, penelitian matan hadis dengan pendekatan al-Qur’an,
penelitian matan hadis dengan pendekatan bahasa, penelitian matan hadis dengan
pendekatan sejarah, dan penelitian matan hadis dengan pendekatanilmu pengetahuan.

Hadits shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang
berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan
illat. (diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak
terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.)
hadits hasan, yaitu hadits yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi
yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz dan ‘illah. Namun kualitas hafalan perawi hadits
hasan tidak sekuat hadits shahih.
Hadits dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hadits hasan.
hadits dhaif ialah hadits yang lemah dan tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum. Namun
dalam beberapa kasus, menurut ulama hadits, hadits dhaif boleh diamalkan selama tidak
terlalu lemah dan untuk fadhail amal
jika ada sanad yang terputus maka hadits tersebut disebut hadits dhoif.
Ciri-Ciri Hadits Dhaif:
1. Dalam hadits tersebut ada sanad yang terputus atau tidak bersambung
2. Terdapat kekurangan dalam pribadi perawi hadits seperti kurang adilnya perawi
tersebut.
3. Terdapat keadaan dimana hadits tersebut masih mengundang selisih karena ada
hadits lain yang perawinya jauh lebih tsiqah.
4. Adanya kesamaran, atau istilahnya biasa disebut illat, pada hadits tersebut. Hal ini
menyebabkan hadits tersebut menjadi tercemar dan tidak bisa menjadi landasan
yang kuat.
5. Adanya kekurangan dalam hal dhobit perawi hadits tersebut.
Sebagian ulama membolehkan periwayatan hadits dhaif tanpa menjelaskan kedhaifannya
dengan beberapa syarat: hadits tersebut berisi kisah, nashat-nasihat, atau keutamaan
amalan, dan tidak berkaitan dengan sifat Allah, akidah, halal-haram, hukum syariat, bukan
hadits maudhu’, dan tidak terlalu dhaif
Perbedaan maudhu dan dhoif:
1. hadits maudhu adalah hadits yang tidak bersumber sama sekali dari Nabi Muhammad
SAW.
2. hadits dhaif boleh diriwayatkan secara ijmak, sedangkan hadits maudhu tidak boleh
diriwayatkan sama sekali kecuali dengan menjelaskan kepalsuannya.
3. hadits dhaif tetap diamalkan berdasarkan ijmak ulama dalam hal-hal yang berkaitan
dengan keutamaan (fadhail), anjuran kebaikan, dan larangan keburukan. Sedangkan
hadits maudhu haram diamalkan.
4. Serta hadits dhaif akan naik derajatnya menjadi hasan li ghairihi ketika ada sanad lain
yang memperkuat kebenarannya. Sedangkan hadits palsu tidak akan mengalami
kenaikan status sekalipun mempunyai puluhan ataupun bahkan ratusan hadits
pendukung dari jalur yang berbeda-beda.
5. Hadits dho'if adalah hadits yang bersumber dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
sedangkan hadits maudhu yaitu Hadis yang disandarkan kepada Rasul saw secara
mengada-ada & dusta terhadap sesuatu yg beliau tidak sabdakan, tidak lakukan / tidak
setujui., beberapa orang rawi yang pendusta
Sebab-sebab munculnya hadits palsu:
• Kaum zindiq (Non-muslim) yg ingin merusak Islam dari dalam, yakni melalui pemalsuan
hadis. Jumlah hds palsu yg dibuat oleh zindiq ada sekitar 12.000. Contoh: ‫النظر إلى الوجه الجميل‬
‫“عبادة‬Memandang wajah cantik itu ibadah”.
• Fanatisme buta terhadap ras, suku, daerah, pemimpin, & mazhab. Misal: Arab vs Parsi,
pengikut Imam Muhammad bn Idris al-Syafi‘i vs pengikut Imam Abu Hanifah, dll.
• Kepentingn bisnis demi materi dr pr pedagang & tukang cerita. Contoh: “Terong adalah
obat segala penyakit”
. • Antusias dlm mengajak kebaikan dari para moralis tanpa dasar ilmu agama --khususnya
ilmu hds-- yg kuat. Kaum Rafidlah mslnya berpendapat: kalau ada kebaikan, segra saja kami
buat hadisnya. Kaum al-Karamiyah juga membolehkan membuat hds palsu utk targhîb wa
tarhîb.
CONTOH HADITS PALSU
ْ : ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫اطلُبُوا ْالع ِْل َم َولَ ْو ِبالصِّين‬ َ ‫ َقا َل َرس ُْو ُل هللا‬: ‫ َقا َل‬، ‫ْن َمالِكٍ َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه‬ ٍ ‫َعنْ أَ َن‬
ِ ‫سب‬
Artinya : Dari Anas bin Malik r.a bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China!”

{Hadist ini dianggap maudhu' sebab perawinya yang bernama Abu 'Atikah Tharif bin
Sulaiman dikenal sebagai pemalsu hadist.}

 hadist mutawatir adalah hadist yang memiliki sanad yang pada tingkatanya terdiri atas
perawi dengan jumlah yang banyak  yang menurut hukum adat atau akal tidak mungkin
bersepakat untuk melakukan kebohongan terhadap hadist yang sudah mereka riwayatkan.
 Macam-macam Hadits Mutawatir:
1. Hadits Mutawatir Lafdzi
Hadits mutawatir lafdzi adalah hadits yang dalam periwayatannya menggunakan lafadz yang
sama. Sehingga para ulama mengatakan, bahwa hadits mutawatir lafdzi merupakan hadist
yang dalam periwayatannya antara lafadz dan maknanya sama. Artinya antara perawi satu
dengan yang lainnya tidak ada perbedaan lafadz dalam meriwayatkannya. Contoh hadits
tersebut adalah sebagai berikut yang artinya:
“Barang siapa yang berbuat dusta terhadapku dengan sengaja maka berarti ia menyediakan
tempatnya dineraka.” (Hadist ini diriwayatkan oleh lebih dari 70 orang sahabat dengan
lafadz yang sama).
2. Hadits Mutawatir Maknawi
Hadits mutawatir maknawi adalah hadist yang dalam periwayatan hanya maknanya saja
yang sama. Jadi dalam hadits ini antara perawi satu dengan yang lainnya dalam
meriwayatkan hadits menggunakan lafadz yang berbeda, akan tetapi masih dalam satu
makna. Contoh hadist tersebut adalah sebagai berikut yang artinya:
Hadist yang membahas tentang mengangkat tangan ketika berdo’a. telah diriwayatkan lebih
dari seratus hadist mengenai mengangkat tangan ketika berdo’a namun dengan lafalz yang
berbeda antara yang satu dengan yang lainya. Masing-masing lafazd hadist tersebut tidak
sampai kederajat mutawatir tetapi makna dari keseluruhan lafaldz-lafaldz tersebut mengacu
atau menuju dalam satu makna sehingga secara ma’nawi, hadist tersebut adalah mutawatir.
 hadist masyhur adalah hadist yang memiliki perawi yang sekurang-kurangnya tiga orang, dan
jumlah tersebut harus terdapat pada setiap tingkatan sanad.
 Hadits Aziz, Hadis yang diriwayatkan oleh dua orang, walaupun dua orang rawi tersebut
terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian setelah itu, orang-orang pada
meriwayatkannya (diriwayatkan orang banyak)
 Hadits Gharib, Hadits yang didalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam
meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi
 Hadist gharib terbagi dua yaitu gharib mutlak (fard) dan gharib nisby. Gharib mutlak yaitu
apabila penyendirian rawi dalam meriwayatkan hadist  tentang personalianya dan harus
berpangkal ditempat ashlus sanad yaitu tabi’in bukan sahabat. Contoh:
(‫انما اال عمل با لنيات (احرجه الشيخان‬
Artinya: “Sesungguhnya seluruh amal itu bergantung pada niat”(HR Bukhori dan Muslim)
 Takhrij menurut Nizar Ali, mempunyai pengertian: Mengungkapkan atau mengeluarkan
hadits kepada orang lain dengan menyebutkan para perowi yang berada dalam rangkaian
sanadnya sebagai yang mengeluarkan hadits.
 takhrij menurut istilah ahli hadits, mempunyai pengertian: Menunjukan asal usul hadits dan
mengemukakan sumber pengambilannya dari berbagai kitab hadits yang disusun
Mukhorrijnya langsung
 Metode takhrij:
1. Takhrij Naql. Takhrij dalam bentuk ini kegiatannya berupa penelusuran, penukilan dan
pengambilan hadits dari beberapa kitab, sehingga dapat diidentifikasi haditshadits
tertentu yang dikehendaki lengkap dengan rawi dan sanadnya masingmasing.
dikemukakan oleh Dr. Mahmud al-Thahhan yang menyebutkan lima teknik dalam
menggunakan metode takhrij Naql diantaranya :
1) Takhrij dengan mengetahui sahabat yang meriwayatkan hadits.
2) Takhrij dengan mengetahui lafadz asal matan hadits.
3) Takhrij dengan mengetahui lafadz matan hadits yang kurang dikenal.
4) Takhrij dengan mengetahui tema atau pokok bahasan hadits.
5) Takhrij dengan mengetahui matan dan sanad hadits
2. Takhrij Tashhih. Cara ini sebagai lanjutan dari cara yang pertama diatas. Tashhih dalam
arti menganalisis keshahihan hadits dengan mengkaji rawi, sanad dan matan
berdasarkan kaidah.
3. Takhrij I’tibar. Cara ini sebagai lanjutan dari cara yang kedua di atas. I’tibar berarti
mendapatkan informasi dan petunjuk dari literature, baik kitab yang asli, kitab syarah
yang memuat dalil-dalil hadits.
 Takhrij hadits bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij.Tujuan lainnya adalah
mengetahui di tolak atau diterimanya hadist-hadist tersebut. Dengan cara ini, kita akan
mengetahui hadist-hadist yang pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadist
yang berlaku sehingga hadist tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
 faedah takhrij hadis:
a. Dapat di ketahui banyak – sedikitnya jalur periwayatan suatu hadist yang sedang
menjadi topic kajian.
a. Dapat di ketahui kuat tidaknya periwayatan akan menambah kekuatan riwayat.
Sebaliknya, tanpa dukungan periwayatan lain, kekuatan periwayatan tidak
bertambah.
b. Dapat di temukan status hadist shahih li dzatih atau shahih li ghairih, hasan li dzatih,
atau hasan li ghairih. Demikian juga akan dapat di ketahui istilah hadist mutawatir,
masyhur, aziz, dan gharibnya.
c. Memberikan kemudahan bagi orang yang hendak mengamalkan setelah mengetahui
bahwa hadist tersebut adalah makbul (dapat di terima). Sebaliknya, orang tidak akan
mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadist tersebut tidak dapat diterima
(mardud).
d. Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadist adalah benar – benar berasal dari
Rasulullah SAW. Yang harus di ikuti karena adanya bukti – bukti yang kuat tentang
kebenaran hadist tersebut, baik dari segi sanad maupun matan.
 Cara Mentakhrij Hadits
1. Melalui pengenalan nama sahabat perawi hadis
2. Melalui pengenalan awal lafaz atau matan suatu hadis
3. Melalui pengenalan kata-kata yang tidak banyak beredar atau dikenal dalam
pembicaraan, tetapi merupakan bagian dari matan hadis (letak katakata tersebut
bisa dimana saja, di awal, di tengah atau di akhir matan
4. Melalui pengenalan topic yang terkandung dalam matan hadis
5. Melalui pengamatan tertentu terhadap apa yang terdapat dalam suatu hadis, baik
matan atau sanadnya.

Anda mungkin juga menyukai