Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 8:

Devi Pranita Putri (1400012220)


Fahmi Nur Alfiyan (1400012240)
Fatikha Prihza H (1400012231)
Tunggal Vita R.N (1400012209)
Retno Anggraeni (14000122)
Widowati (1400012258)
Metode Studi Sanad Hadith
Metode Studi Sanad Hadits
Metode studi sanad hadits merupakan cara dalam meneliti mengenai sanad hadits yang
bertujuan untuk mengetahui shahih atau tidaknya hadits.
Metode studi sanad hadits terdiri dari :
• Ittishal as-Sanad (Sanad Bersambung)
• Periwayat bersifat Adil
• Periwayat bersifat Dhabit
• Terhindar dari syudzudz (Kejanggalan)
• Terhindar dari ‘Illah (Cacat)
Ittishal as-Sanad (Sanad Bersambung)

Unsur pertama dalam meneliti sanad hadits adalah ittishal as-sanad


(bersambungnya sanad). Yang dimaksud bersambungnya sanad adalah tiap
tiap perawi dalam sanad hadits dari perawi pertama, yaitu mukharrij sampai
perawi terakhir menerima riwayat hadits dari periwayat terdekat
sebelumnya, keadaan itu berlangsung demikian sampai akhir sanad hadits
itu, yaitu Sahabat.
Ittishal as-Sanad (Sanad Bersambung)
Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad, para ulama menempuh tata kerja
penelitian sebagai berikut :
a. Mencatat semua nama perawi dalam sanad yang diteliti
b. Mempelajari sejarah hidup masing-masing perawi

Jadi, suatu sanad hadits barulah dapat dinyatakan bersambung, apabila :


1. Seluruh perawi dalam sanad itu benar benar siqah (adil dan dhabit)
2. Antara masing perawi dengan perawi terdekat sebelumnya dalam sanad itu benar-benar telah
terjadi hubungan periwayatan secara sah menurut ketentuan tahammul wa ada’ I-Hadits
Perawi Bersifat Adil
Secara etimologi kata adil berasal daribahasa Arab al-’adl, merupakan
masdar dari kata kerja ‘adala. Kata ini mempunyai arti antara lain keadilan,
kelurusan (istiqamah), kejujuran (Munawir, 971-973). Para ulama telah
membahas siapa orang yang dinyatakan bersifat adil. Dalam memberikan
istilah adil yang berlaku dalam ilmu hadith, ulama berbeda pendapat. Dari
berbagai perbedaan pendapat ulama apat dihimpunkan kriterianya kepada
empat butir.
Perawi Bersifat Adil
Empat butir kriteria sifat adil tersebut adalah :
a) Beragama islam
b) Mukallaf
c) Melaksanakan ketentuan agama
d) Memelihara muru’ah

(Syuhudi Isma’il, 1993 : 18)


Perawi Bersifat Adil
Secara umum, ulama hadith telah mengemukakan cara penetapan keadilan perawi berdasarkan :
a) Popularitas keutamaan perawi dikalangan ulama hadith. Perawi yang dikenal keutamaan
pribadinya misalnya : Malik Ibn Anas, Sufyan as-Sauri, dan lain sebagainya, dan tidak
diragukan lagi keadilannya.
b) Penilaian dari para kritikus perawi hadith. Penilaian ini berisi pengungkapan kelebihan-
kelebihan dan kekurangan-kekurangan yang ada pada perawi hadith.
c) Penerapan kaedah al-Jarh wa at-Ta’dil. Cara ini ditempuh bila para kritikus perawi hadith tidak
sepakat tentang kualitas pribadi perawi tertentu (Ibid 117). Khusus mengenai sahabat Nabi,
hampir seluruh ulama hadith menilai mereka bersifat adil. Karenanya dalam proses penilaian
perawi hadith, pribadi sahabat Nabi tidak dikritik oleh ulama hadith dari segi keadilannya.
Perawi bersifat Dhabit

Arti harfiah dhābit ada beberapa macam yakni dapat berarti: yang kokoh, yang
kuat, dan yang hafal dengan sempurna.Para ulama berbeda pendapat dalam
menyatakan pengertian dalam menyatakan pengertian dabit menurut istilah tetapi
dapat digabungkan yaitu:
1.Mampu memahami dengan baik hadist yang diterimanya
2. Periwayat yang hafal dengan sempurna hadits yang diterimanya, dan
3. Mampu menyampaikan dengan baik hadits yang dihafalnya itu kepada orang
lain.
Metode diatas disebut dengan istilah dhabit shadri.ada juga yang disebut dhabit
kitabi yaitu periwayatan yang memahami dengan baik tulisan hadist dalam kitab
yang ada padanya,dan mengetahui letak kesalahanya.
Perawi bersifat Dhabit
Adapun cara penetapan kedhābitan seorang periwayat menurut
pendapat berbagai ulama dapat dinyatakan sebagai berikut :
1.Kedhābitan periwayat dapat diketahui berdasarkan persaksian para ulama
2.Kedhābitan periwayat dapat diketahui juga berdasarkan kesesuaian riwayatnya dengan
riwayat yang disampaikan oleh periwayat lain yang telah dikenal kedhābitannya.
3.Apabīla seorang periwayat sekali-sekali mengalami kekeliruan, maka dia masih dapat
dinyatakan sebagai periwayat yang dhābit. Tetapi apabīla kesalahan itu sering terjadi
maka periwayat yang bersangkutan tidak lagi sebagai periwayat yang dhābit.
Terhindar Dari Syudzudz(kejanggalan)
Menurut bahasa kata syadz, dapat berarti; jarang, yang menyendiri,
yang asing, yang menyalahi aturan dan yang menyalahi orang banyak.
Imam Syafi’i (w.204 H / 820 M) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
Hadits syudzudz ialah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang tsiqāh, tetapi
riwayatnya bertentangan dengan riwayat yang dikemukakan oleh banyak
perawi yang tsiqāh juga. Pendapat ini yang banyak diikuti oleh ulama hadits
sampai saat ini.
Dari penjelasan asy-Syafi’i di atas dapat dinyatakan bahwa hadits
syadz tidak disebabkan oleh :
1.Kesendirian individu periwayat dalam sanad hadits, yang dalam ilmu hadits dikenal dengan istilah
fard muthlaq.
2.Periwayat yang tidak tsiqāt.
Terhindar Dari Syudzudz(kejanggalan)

Hadits baru berkemungkinan mengandung sydzudz, apabīla :


1.Hadits itu memiliki lebih dari satu sanad
2.Para periwayat hadits itu seluruhnya tsiqāt.
3.Matan dan atau sanad hadits itu ada yang mengandung pertentangan.

Penyebab utama terjadinya syadz dalam sanad hadist adalah karena perbeciaan tingkat kedabitan
perawi,yakni ada yang memiliki tingkat tamm ad-dabt(dabit yang sempurna),ada pula yang memiliki
tingkat khafif ad-dhabt(kurang sedikit kedhabitannya).Yang akan mempengaruhi ketsiqahan
perawi,karena sebagaimana diketahui istilah tsiqah yang merupakan gabungan unsur adil dan dhabit.
Terhindar Dari ‘illah(cacat)
‘Illat ialah sebab yang tersembunyi yang merusak kualitas hadits.
Keberadaannya menyebabkan hadits yang pada lahirnya tampak berkualitas
shahih menjadi tidak shahih.Cara menelitinya dengan membandingkan
semua sanad yang ada untuk matan yang isinya semakna.
Penelitian ‘illah hadist itu sulit dilakukan,maka Ibn al-madiniy dan Al-khatib al
bagdadiy memberi petunjuk bahwa untuk meniliti ‘illah hadist, langkah
langkah yang perlu ditempuh adalah:
a.Seluruh sanad hadist untuk matan yang semakna dihimpun dan diteliti, bila hadist yang bersangkutan memiliki
mutabi’ atau syahid.
b.Seluruh perawi dalam berbagai sanad diteliti berdasarkan kritik yang telah dikemukakan oleh para ahli kritik
hadist.
Terhindar Dari ‘illah(cacat)
Menurut penjelasan ulama ahli kritik hadist ,’illah hadist umumnya ditemukan pada:
a. Sanad yang tampak muttashil (bersambung) dan marfu’ (bersandar kepada
nabi) tetapi kenyataanya mauquf (bersandar kepada sahabat nabi),
walaupun sanadnya muttashil.
b.Sanad yang tampak muttashil dan marfu’, tetapi kenyataanya mursal
(bersandar kepada tabi’i) walaupun sanadnya muttashil.
c.Dalam hadist itu telah terjadi keracunan karena bercampur dengan handist
lain.
d.Dalam sanad hadist itu terjadi kekeliruan penyebutan nama perawi yang
memiliki kemiripan atau kesamaan dengan perawi lain yang kualitasnya
berbeda.

Dua bentuk ‘illah yang disebut pertama berupa sanad hadist terputus , sedangkan dua bentuk ‘illah yang disebut terakhir berupa perawi
yang tidak dhabit,sedikitnya tidak tamm ad-dhabt.

Anda mungkin juga menyukai