PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits shahih terbagi menjadi dua bagian yakni, shahih li-dzatihng dan
shahih li-ghairih. Kekutan hadits shahih berlebih kurang mengingat berlebih
kurangnya sifat kedlabithan dan keadilan rawinya hadits shahih yang paling
tinggi derajatnya, ialah hadits yang bersanad ashahhu’l-asanid. Hadits shahih
yang menurut syarat Bukhari, sedang beliau sendiri tidak mentakhrijkannya.
Hadits shahih menurut syarat Muslim, sedang Imam Muslim sendiri tidak
mentakhrijkannya. Pentakhrijan disini maksudnya ialah pentakhrijan menurut
globalnya (keseluruhan), bukan pentakhrijan kesatuan haidts dengan kesatuan
hadits yang lain. Hadits yang ditakhrijkan oleh Imam Bukhari sendiri lebih
tinggi daripada hadits yang ditakhrijkan oleh Imam Muslim. Sebagaimana hadits
shahih itu terbagi kepada lidzadith dan lighairih, demikian pula dengan hadits
hasan. Hadits yang memenuhi syarat-syarat hadits hasan disebut hadits hasan-
lidzatih sedang hadits hasan lighairih ialah hadits dla’if, yang bukan dikarenakan
rawinya pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi’ atau
syahid. Tinggi dan rendahnya martabat hadits hasan terletak pada tinggi
rendahnya kedla’bitan dan keadilan para rawi. Hadits hasan yang tinggi
martabatnya ialah yang bersanad Ahsanu’l-asanid. Kemudian dibawahnya, ialah
hadits hasan lidzadith dan yang terakhir ialah hadits hasan lighairih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hadits Sahih ?
2. Apa Saja Ciri-ciri Hadits Sahih ?
3. Apa Saja Syarat-syarat Hadits Sahih ?
4. Apa Saja Kehujjahan Hadits Sahih ?
5. Apa Pengertian Hadits Hasan ?
6. Apa Saja Ciri-ciri Hadits Hasan ?
7. Apa Saja Kehujjahan Hadits Hasan ?
Hasan menurut bahasa artinya baik dan bagus bisa juga dibilang keindahan.
Menurut istilah yaitu hadits yang sanadnya bersambung dari permulaan sampai
akhir, diceritakan oleh orang-orang yang ”adil, kurang dhabthnya, serta tidak tidak
ada syudzudz dan illat yang berat didalamnya.” Definisi hadits hasan menurut At-
Turmudzi ini terlihat karang jelas sebab bisa jadi hadits yang perawinya tidak
tertuduh dusta dan matannya tidak terdapat kejanggalan disebut hadits shahih.
Dengan demikian, melalui definisi ini At-Turmudzi tidak bermaksud menyamakan
hadits hasan dengan hadits shahih, sebab justru At-Turmudzi lah yang mula-mula
memunculkan istilah hadits hasan ini.
Sebagian ulama lain menyebutkan bahwa hadits hasan sama dengan hadits
dhaif yang dapat dijadikan hujjah. Penyebutan seperti ini karena mereka membagi
hadits hanya menjadi dua, yaitu hadits shahih dan hadits dhaif yang tidak dapat
dijadikan hujjah. Hadits dhaif yang dijadikan hujjah inilah yang o;eh At-Turmudzi
diistilahkan hadits hasan.
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa hadits hasan hampir
sama dengan hadits shahih, hanya saja terdapat perbedaan dalam soal ingatan
perawi. Pada hadits shahih, ingatan atau daya hapalannya harus sempurna,
sedangkan pada hadits hasan, ingatan atau daya hapalannya kurang sempurna.
Ciri hadits hasan yang merupakan factor-faktor pembeda antara hadits hasan dan
jenis hadits lainnya adalah berikut ini :
Pertama, pada sanadnya tidak terdapat rawi yang dicurigai berdusta. Kriteria ini
mengecualikan hadits seorang rawi yang dituduh berdusta, dan mencakup hadits
yang sebagian rawinya memiliki ddaya hapal rendah tidak dijelaskan jarh maupun
takdilnya, atau diperselisihkan jarh dan takdilnya namun tidak dapat ditentukan,
atau rawi mudallis yang meriwayatkan hadits dengan an-anah (periwayatan dengan
G. Kehujjahan Hasan
A. Kesimpulan
Hadits shahih menurut muhaditsin ialah hadits yang diriwayatkan oleh rawi
yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung-sambung, tidak ber’illat, dan
tidak janggal. Hadits hasan menurut At-Turmudzy adalah hadits pada sanadnya
tidak terdapat orang yang tertuduh dusta, tiada terdapat kejanggalan pada
matannya dan hadits itu diriwayatkan tidak dari satu jurusan (memunyai banyak
jalan) yang sepadan maknanya. Tampaklah jelas perbedaan yang tegas antara
hadits shahih dengan hadits hasan, bahwa perbedaan antara hadits shahih dan
hadits hasan itu terletak pada syarat kedlabithan rawi. Yakni pada hadits hasan,
kedlabithannya lebih rendah (tidak begitu baik ingatannya), jika dibandingkan
dengan hadits shahih sedang syarat-syarat hadits shahih yang lain masih
diperlukan untuk hadits hasan.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya lami akan lebih detail lagi dan lebih fokus dalam memaparkan
makalah ini dengan sumber yang lebih luas. Maka dari itu kami membutuhkan
kritik dan saran yang sifatnya dapat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Drs. Fathur Rachman. Ikhtisar Mushthalahul Hadits. 1974. Bandung : PT. Al Ma’arif.
http://ahmadfauzi-makalah-karyailmiyah.blogspot.com/2014/02/hadits-shahih-dan-
hadits-hasan.html
http://rosyadfadli.blogspot.com/2010/06/pengertian-ciri-ciri-dan-kehujahan.html