Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat taufik dan
hidayah-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dan telah rampung. Shalawat dan
salam kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari alam kedohohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita
rasakan sekarang ini. Makalah ini berjudul "Hadits Ditnjau dariSegi Kualitas
perawi dan disusun dalam rangka memenuhi tugas Ulumul Hadits. Pada
kesempatan ini tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak
selaku dosen pembimbing mata kuliah Ulumul Hadits yang senantiasa
membimbing dan memberikan ilmunya kepada kami. Kami juga berterima kasih
kepada rekan-rekan yang telah memberikan semangat dan ide yang luar biasa
dalam mendukung penyelesaian makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan, kekeliruan dan masih
jauh dari kata sempurna dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang bersifat membangun.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan
kepada pembaca guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang materi yang kami
sampaikan dalam makalah ini.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENNGANTAR.............................................................................I
DAFTAR ISI............................................................................................II
BABI
PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................1
KESIMPULAN...........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dilihat dari segi kualitasnya, hadits dapat diklasifikasikan menjadi hadits
sahih, hasan, dan dhaif. Pembahasan tentang hadits sahih dan hasan mengkaji
tentang dua jenis hadits yang hampir sama, tidak hanya karena keduanya berstatus
sebagai hadits maqbul, dapat diterima sebagai hujjah dan dalil agama, tetapi juga
dilihat dari segi persyaratatan dan kriteria-kriterianya sama kecuali pada hadits
hasan, diantara periwayatannya ada yang kurang kuat hafalannya, sedangkan pada
hadits sahih diharuskan kuat hafalannya. Sedang persyaratan lain terkait dengan
persambungan sanad, keadilan periwayat, keterlepasan dari kejanggalan dan cacat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadits di tinjau dari segi kualitas perawi?
2. Apa saja macam-macam dari hadist di tinjau dari segi kualitas perawi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari hadits di tinjau dari segi kualitas perawi
2. Mengetahui macam-macam hadits di tinjau dari segi kualitas perawi
BAB II
PEMBAHASAN
هو مااتصل سنده بنقل العد الضا بط ضبط كا مال عن مثله وخال منالشذوذ والعلة
Hadits yang muttashil (bersambung) sanadnya, diriwayatkan oleh orang adil dan
dhabit (kuat daya ingatan) sempurna dari sesamanya, selamat dari kejanggalan
(syazd), dan cacat (‘illat).
Para ulama hadits membagi hadits sahih menjadi dua bagian, yaitu shahih
li dzatihi dan sahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian ini terletak pada
segi hafalanatau ingatan perawinya. Pada hadits shahih li ghairihi, ingatan
perawinya kurang sempurna
Yang dimaksud dengan hadits shahih li dzatihi adalah hadits sahih yang
mencapai tingkat kesahihannya dengan sendirinya tanpa dukungan hadits lain
yang menguatkannya.
Sedangkan yang dimaksud dengan hadits sahih li ghairihi adalah hadits
hasan li dzatihi yang diriwayatkan melalui jalur lain yang semisal atau yang lebih
kuat, baik dengan redaksi yang sama maupun hanya maknanya saja yang sama,
maka kedudukan hadits tersebut menjadi kuat dan meningkat kualitasnya dari
tingkatan hasan kepada tingkatan sahih. Dengan kata lain, hadits ini
kesahihannhya tidak berasal dari sanadnya sendiri melainkan dibantu oleh adanya
matan atau sanad yang lainnya.
Para ulama hadits membagi tingkatan hadits sahih menjadi tujuh, yang
secara berurutan adalah sebagai berikut:
1) Hadits yang disepakati kesahihannya oleh Bukhari dan Muslim yang lazim
disebut dengan istilah “Muttafaqun `alaihi.”
2) Hadits yang disahihkan oleh Bukhari saja
3) Hadits yang disahihkan oleh Muslim sajaa
4) Hadits sahih yang diriwayatkan oleh selain Bukhari dan Muslim, tetapi
mengikuti syarat-syarat shahih Bukhari dan Muslim
5) Hadits sahih yang diriwayatkan oleh selain Bukhari dan Muslim, tetapi
mengikuti syarat-syarat kesahihan Bukhari
6) Hadits sahih yang diriwayatkan oleh selain Bukhari dan Muslim, tetapi
mengikuti syarat-syarat kesahihan Muslim
7) Hadits sahih yang diriwayatkan selain oleh ahli hadits yang terkenal selain
Bukhari dan Muslim, tetapi tidak mengikuti syarat-syarat kesahihann Bukhari dan
Muslim dan tidak pula mengikuti syarat-syarat kesahihan salah satu dari Bukhari
dan Muslim.
b. Syarat-syarat hadits sahih
1) . Rawinya bersifat Adil
Menurut Ar-Razi keadilan adalah tenaga jiwa yang mendorong untuk
selalu bertindak takwa, menjauhi dosa-dosa kecil dan meninggalkan perbuatan-
perbuatan mubah yang menodai muru’ah, seperti makan sambil berdiri dijalanan,
buang air (kencing) di tempat yang bukan disediakan untuknya, dan bergurau
yang berlebihan.
Menurut Syuhudi Ismail, kriteria-kriteria periwayat yang bersifat adil adalah :
a) Beragama islam
b) Berstatus mukalaf (Al-Mukallaf)
c) Melaksanakan ketentuan agama
d) Memelihara muru’ah
3) Sanadnya bersambung
Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi
hadits yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada di
atsnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang pertama.
Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad, biasanya ulama
hadits menempuh tata kerja penelitian berikut:
a) Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang diteliti
b) Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi
c) Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para perawi dan rawi yang
terdekat dengan sanad.
Jadi, suatu sanad hadits dapat dinyatakan bersambung apabila :
a) Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat (adil dan dhabit)
b) Antara masing-masing rawi dengan rawi terdekat sebelumnya dalam sanad itu
benar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadits secara sah menurut
ketentuan tahamul wa ada al-hadits.
4) Tidak ber-‘illat
Maksudnya bahwa hadits yang bersangkutan terbebas dari catat
kesahihannya, yakni hadits itu terbebas dari sifat-sifat samar yang membuatnya
cacat meskipun tampak bahwa hadits itu itu tidak menunjukan adanya cacat
tersebut.
3. Hadits dhaif
a. Pengertian hadits dhaif
Dhaif menurut lughat adalah lemah, lawan dari qawi (yang kuat).
Adapun menurut Muhaditsin,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits di tinjau dari segi kualitasnya menjajadi hadits sahih, hasan dan
dhaif. Perbedaan anatara hadits sahih dan hadits hasan terdapat pada hafalan
perawinya. Sedangkan hadits dhif adalah hadits yang ditolak (tidak dapat
diterima) karena hadits ini tidak terdapat syarat-syarat hadits sahih dan hasan.
B. Saran
Dari pembahasan pemakalah tentang hadits di tinjau dari segi kualitas
perawi masih banyak kekurangan-kekurangan didalam makalah ini, kami berharap
pembaca dapat memahaminya. Pemakalah berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai hadits di tinjau dari segi kualitas
perawi.
DAFTAR PUSTAKA
M. Agus Solahudin & Agus Suyadi 2018. Ulumul Hadis Bandung: Pustaka Setia