Anda di halaman 1dari 9

HADIS SAHIH, HADIS HASAN, DAIF DAN MAUDHU’

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Study Hadits

Dosen pengampu mata kuliah :

Dr. H. Muh Yahya, M.Ag.

Disusun oleh:

Ihda

80300222054

PROGRAM STUDI MENAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

ALAUDDIN MAKASSAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan


atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah
dengan
judul <Hadits Shahih, Hadits
Hasan, dan Hadits Dhaif= ini
dengan baik.
Puji syukur kami haturkan
atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-
Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah
dengan
judul <Hadits Shahih, Hadits
Hasan, dan Hadits Dhaif= ini
dengan baik.
Puji syukur kami haturkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat

dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Hadits sahih, hadis

hasan, daif dan maudhu’ “ ini tepat waktunya.

Adapun tujuan dari penyususnan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen

pada mata kuliah study hadis. Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. H. Muh Yahya,

M.Ag. selaku dosen mata kuliah studyhadis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat

menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami jga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian

pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah

ini.

Pangkajene, 12 Mei 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa Nabi Muhammad (saw), para sahabat tidak pernah meragukan seluruh umat

manusia, dan para sahabat diharapkan untuk menyampaikan risalah Nabi (saw) kepada seluruh

umat manusia dan generasi berikutnya. Dari kisah yang tidak diragukan lagi kebenarannya,

terlihat jelas bahwa dalam kehidupan Hazrat Muhammad (saw), tidak pernah ada

ketidakpercayaan, apalagi permusuhan, di antara para sahabat. Mereka hidup sebagai keluarga

yang penuh kasih, yang disatukan oleh satu keyakinan dan tujuan, satu kitab dan hukum. Hati

mereka dipenuhi dengan cinta untuk satu-satunya nabi. Dalam Al-Qur'an Surat Fathu ayat 29

disebutkan:

Hadits merupakan sumber ajaran Islam kedua yang tercatat pada masa pemerintahan

Umar bin Abdul Aziz, khalifah Umayyah kelima. padahal sebelumnya hadits-hadits Nabi masih

terdengar di ingatan para sahabat untuk kepentingan dan hidayah masing-masing.

Umat Islam di dunia perlu mengetahui bahwa hadits Nabi Muhammad SAW merupakan

pedoman hidup kedua setelah Al-Qur'an. perbuatan manusia yang ketentuan pidananya tidak

ditentukan, cara pelaksanaannya, tidak benar-benar tepat sesuai dengan ayat-ayat al-Qur'an, hal

ini menyadarkan para muhaditsin akan keinginan untuk menemukan jawaban atas hal ini

mengingat dengan al -hadits.


B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian hadis sahih, hadis hasan, daif, dan maudhu’?

2. Apa saja persyaratan hadis Sahih dan hadis Hasan serta permsalahan yang muncul?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hadits sahih, hadits hasan, daif dan maudhu’

1. Hadits sahih

Pengertian hadits sahih adalah hadits yang kisahnya berkesinambungan dan diriwayatkan

oleh perawi yang sahih (bereputasi baik). Dan tidak ada kekurangan hadits. Contoh Hadits

Shahih :

Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah

Shallallahu’alaihi wa sallam:

Artinya :

“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita
shalihah.” (HR. Muslim no. 1467) .
Dicantumkan Al-Imam An-Nawawi dalam Riyadhush Sholihin hadits no.280

2. Hadits Hasan
Hadits hasan adalah hadits yang memenuhi persyaratan hadits yang sahih. Kualitas mutu

suara dari satu atau lebih perawi hanya kalah dengan narator hadits yang asli (mutu suara mereka

tidak sempurna). Contoh hadits hasan :


Hadits yang diriwayatkan oleh al-timidzi, ibn majjah, dan ibn hibban dari al-hasan bin

urfah al-maharibi dari muhammad bin amr dari abu salamah dari abi hurairah, bahwa nabi SAW

bersabda:

Artinya :

“Usia umatku sekitar antara 60 sampai 70 tahun dan sedikit sekali yang melebihi yang
demikian itu”.
Para perawi hadits di atas tsiqqah semua kecuali ,Muhammad bin Amr dia

adalah shaduq (sangat benar). Oleh para ulama hadits nilai ta’dil shaduq tidak mencapai dhabith

tamm sekalipun telah mencapai keadilan, kedhabithannya kurang sedikit jika dibandingkan

dengan kedhabithannya hadits shahih seperti tsiqqatun (terpercaya) dan sesamanya.

3. Hadits Dhoif (Lemah)

Menurut An- Nawawi hadits daif adalah hadits yang hakiki dan hadits hasan. Para

Ulama membolehkan meriwayatkan hadis Daif dengan dua syarat :

a.Tidak ada hubungannya dengan iman, misalnya : sifat-sifat Allah.

b. Tidak menjelaskan hukum syara’ seperti halal atau haram, tetapi menyebutkan

mau’idzah, targuib wa tarhib, cerita, dan lain-lain.1

Contoh hadits dhai’if tentang akal :

Artinya
” Agama adalah akal . Siapa yang tidak memiliki agama, tidak ada akal baginya “
Diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i dari Abi Malik Basyir bin Ghalib dan Az-Zuhri

dari Majma’ bin Jariyah dari pamannya . Hadits ini adalah lemah yang batil. Karena seorang

sanadnya yang bernama Bisyir bin Ghalib. Dia ini majhul (asing/tidak dikenal). Inilah yang

dinyatakan oleh Mizanul-I’tidal dan al-Asqalani dalam kitab Lisanul-Mizan.

4. Hadits Maudhu’

1
Miftahul ulum, Ilmu hadits dan ilmuhukum islam, (Jawa Barat:Edu Publisher, 2021), h. 51.
Hadis dhoif adalah sebuah hadits kontroversial yang dibuat oleh seseorang tanpa

dasar apapun. Di sisi lain, menurut Subhi Sholih, ini adalah berita yang dibuat oleh para

pembohong, didorong oleh faktor keuntungan, dan karena itu dikaitkan dengan para nabi.

Tanda hadits yang disebut maudu’ dapat dilihat dari Sanad yaitu:

• Rawi Hadits diyakini sebagai pembohong.

• pengarang adalah satu-satunya pengarang.

• Perawi mengakui bahwa hadits tersebut adalah hadits Mawudu.

• Pengetahuan tentang sikap dan perilaku pengarang.


Di sisi lain, ada beberapa tanda matan meliputi:

• Makna sebuah hadits berbeda dengan hadits lain yang lebih maju.

• Berlawanan dengan Al Quran, Sunah Mtawatir atau Mufakat.

• Konflik dengan fakta sejarah.

Contohnya adalah hadits tentang anak yatim:


Artinya :

“Siapa yang mengusap kepala anak yatim pada hari ‘Asyura (10 Muharram), maka akan
diangkat kedudukannya satu derajat di surga dari tiap satu helai rambut yang
diusapnya” (Kitab Tanbiihul Ghaafiliin – Abu Al-Laits As-Samarqandhi)
Imam Ibnul Jawzi dalam kitabnya: “Al-Mawdhuu’aat” mengatakan, “Hadits ini

mawdhuu’ (palsu)” Sebab dalam sanadnya ada perawi yang bernama Habiib bin Abi Habiib, ia

dikenal pendusta dan suka memalsukan hadits. Sehingga riwayat tersebut tidak bisa menjadi dalil

anjuran menyantuni anak yatim pada hari ‘Asyura.

Dalam persoalan memberi sedekah kepada anak yatim pada 10 Muharram lebih penting.

Dikatakan juga bahwa hari ini diperingati sebagai Hari Sumpah Yatim Piatu. Ini tidak pernah

benar karena anda selalu dapat mensponsori anak yatim piatu. Tidak perlu mengkhususkan

tanggal 10 Muharram, apalagi jika merayakannya sebagai "nazar yatim piatu" Islam. Hanya dua

hari libur nasional yang diketahui: Idul Fitri dan Idul Adha.
Para ulama relatif rata-rata dalam menetapkan kriteria hadits sahih dan hadis hasan, dan

tidak banyak perbedaan.2 Al- Husayn ibn ‘Abdillah al- Tibiy (wafat 743 H. 1342 M), Ibn al-

Salah (wafat 1406 H/ 1986 M). Menetapkan standar untuk Shahi Hadis. Artinya, setiap hadis

memiliki sanad yang berkesinambungan (Istisar al-Sanad) yang diceritakan melalui riwayat

( kuat hafalan) Daud, tidak ada shaz (kejanggalan) dalam sanad atau matan hadits, dan tidak ada

sanad atau matan. Hadits dipisahkan dari `illat (cacat). Standar hadits Hasan sama dengan

standar hadits Sahih, tetapi hanya satu riwayat yang memiliki derajat yang lebih rendah.

B. Persyaratan Hadis Sahih dan Hadis Hasan


1. Persyaratan Hadis Sahih

Dari beberapa pengertian tentang Hadis Sahih, ada bebrapa persyaratan hadis sahih antara

lain:3

a. Apabila para perawinya ‘adl

Yaitu orang yang ucapannya dan keputusannya dapat dipercaya, atau tidak

menyimpang dari jalan yang benar

b. Tammud-dlabthi

Yaitu orang yang menjaga dan memelihara hadis dengan sempurna.

c. Muttashilus-sanad

Artinya. Para rawi yang meriwayatkan hadis harus berhubungan satu sama lain tanpa

putus di tengah dalam melimpahkan hadits.

d. Ghairu mu’allal

Artinya, tak ada’illah (cacat) dalam hadis itu;

e. Tidak Syadhdh

Artinya terpisah dari umum, yaitu hadis yang bertentangan dengan tujuan umum, atau

bertentangan dengan hadis lain yang mempunyai bukti kuat.

2
H. Idri, Mewaspadai Pemalsuan Hadis (Jawa Timur : Jakad Media Publishing, 2016), h. 65.
3
Maulana Muhammad Ali, Islamologi, (Jakarta: CV Darul Kutubil Islamiyah, 1935),
h. 93-94.
Suatu hadis yang kurang memenuhi patokan yang luhur itu, walaupun memenuhi

pwersyaratan yang lain, tapi tak memenuhi syarat tammud-dlabthi (menjaga dan memelihara

hadis dengan sempurna), oleh para rawi, hadis itu disebut hasan atau baik saja. Hadits semacam

ini hanya dianggap sahih apabila kekurangan tammud-dlabthinya dilengkapi dengan jumlah rawi

yang banyak. Hadis sahih itu bisa diterima terkecuali bila ada bukti kuat tak membenarkan apa

yang diuraikan oleh hadits itu. Sebagaimana telah kami terangkam, para muhadditsin sepakat

bahwa suatu Hadits boleh ditolak jika terdapat cacat dalam rawinya, atau karena pokok persoalan

(subject) yang dibahas dalam Hadits itu tak dapat ditererima.

Anda mungkin juga menyukai