Anda di halaman 1dari 11

KEADILAN PARA SAHABAT

RIWAYAT ABU HURAIRAH


ABU HURAIRAH DALAM SOROTAN

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ulumul Hadits
Oleh:

HERLI MUSA
NIM: 22-001-2012
AHMAD FAHRUDIN
NIM: 22-001-2001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAUDHATUL ULUM
SAKATIGA INDRALAYA OGAN ILIR
2022 M / 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah Yang Maha


Esa yang telah memberikan rahmat, kesehatan dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan
makalah Ulumul Hadits ini sehingga makalah dengan judul
“KEADILAN PARA SAHABAT, RIWAYAT ABU HURAIRAH,
ABU HURAIRAH DALAM SOROTAN” bisa sampai ditangan
anda semua dan selesai sesuai waktu yang telah ditentukan.
Penulisan karya tulis ini tidak mungkin dapat
terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari semua pihak.
Untuk itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih
yang tulus kepada:

1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya


sehingga penulisan ini dapat diselesaikan.
2. Dosen mata kuliah Studi Keislaman jurusan Pendidikan
Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raudhatul
Ulum Sakatiga.
3. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Semoga melalui hasil makalah ini, memberikan banyak
manfaat yang berharga bagi setiap pembaca. Kami sangat
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca untuk kemajuan selanjutnya yang lebih baik
dan maksimal. Sekali lagi kami ucapkan terima kasih banyak
dan mohon maaf bila ada salah kata dalam penyusunan
tugas makalah ini.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................1
BAB II............................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................2
A. Pengertian Keadilan Para Sahabat ...................................................2
B. Riwayat Abu Hurairah........................................................................3
C. Abu Hurairah dalam Sorotan..............................................................4
BAB III...........................................................................................................6
PENUTUP....................................................................................................6
A. Kesimpulan.........................................................................................6
B. Saran..................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk Tuhan (Allah), dalam kehidupan
banyak ospek-ospek yang sudah diketahui dan masih banyak juga
yang belum diketahui bahkan tidak diketahui. Masih banyak sejarah
yang sudah di ketahui, dan banyak sejarah yang belum diketahui pula,
bahkan banyak sejarah yang tidak diketahui.

Dalam ulumul hadits, banyak sejarah yang menceritakan tentang


kenabian-kenabian, baik itu kehidupan nabi, sahabat-sahabat nabi,
dan umat-umat nabi. Pada kesempatan ini, kita akan membahas
tentang salah satu sahabat nabi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Keadilan Para Sahabat?
2. Apakah Riwayat Abu Hurairah?
3. Bagaimanakah Abu Hurairah dalam Sorotan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui maksud dari Keadilan Para Sahabat
2. Mengetahui Riwayat Abu Hurairah
3. Mengetahui Abu Hurairah dalam Sorotan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keadilan Para Sahabat


Secara etimologi perkataan sahabat berasal dari bahasa arab yaitu
kata “Shaahibun” yang berarti “yang mempunyai dan yang menyertai”. Atau
juga bisa di sebut dengan kawan atau teman yang selalu berada bersama-sama
kita. Dan kalimat shahib ini dijamakkan juga dengan ashaabun.1 
Sementara pendapat lain mengatakan bahwa sahabat berasal dari kata
shuhbatun, yang artinya persahabatan, perkawanan, pertemanan. Kata ini tidak
dibatasi pada kuantitas tertentu, juga berlaku untuk setiap orang yang
menemani orang lain baik sesaat maupun lama.2

1. Keadilan sahabat dan persoalannya


Keadilan para sahabat bukan berarti menetapkan mereka sebagai
orang yang terpelihara dari dosa dan maksiat, melainkan sebagai syarat
diterimanya riwayat mereka, tanpa harus mencari-cari penyebab predikat
keadilan dan kebersihan dirinya, kecuali kalau memang betul-betul
terbukti melakukan kesalahan yang dapat menjatuhkan dirinya dari
predikat adil.3
Sementara itu tentang keadilan para sahabat, seluruh ulama
berpendapat bahwa semua sahabat dipandang adil, baik yang turut campur
dalam pertentangan-pertentangan antara sahabat dengan sahabat ataupun
tidak. Pendapat ini juga diperkuat oleh satu pendapat yang
mengungkapkan bahwa tidak layak bagi orang mukim meragukan keadilan
sahabat, bahkan orang-orang yang beriman sebelum penaklukan kota
Mekah, mereka juga dapat dipastikan bersifat adil. Berkaitan dengan hal
tersebut Abu Zur’ah Al Raziy menyatakan barang siapa mengkritik
sahabat Nabi yang mengakibatkan menurunnya kehormatan diri sahabat
itu, maka orang tersebut termasuk zindiq. Orang itu telah menentang
penghormatan Allah dan Rasulnya yang telah diberikan kepada para
sahabat nabi. Pendapat ini cukup berlebih-lebihan, karena seluruh sahabat
Nabi tanpa terkecuali telah dianggap sebagai manusia yang tak bercacat
sedikitpun.4
Namun segolongan ulama yang lain berpendapat bahwa seorang
sahabat itu tidaklah harus dipandang adil, karena dia dipandang sahabat.
1
Al-Amini. Nur Alam Khalil, 2008, Kedudukan Para Sahabat dalm
Islam, (Jakarta: Cendikia,
2
Al-khathib. Muh. 2009, ‘Ajjaj, Ushul Al-Haditsi ‘Ulumuhu wa
musthalahuhu Beirud : Dar Al-Fikr,
3
Al-Maraghi. Musthafa, 1997.  Tafsir Al-Maraghi Beirud: Dar Al-Kutub Al-Ilmiah,
4
al-suyuthi. Jalaluddin abu al-fadhl, Abd rahman, 2006, Tadribu Al-Rawi (Beirud :
Dar Al-Fikr,

2
Keadaannya harus diteliti, karena diantara mereka ada yang tidak adil. Jadi
keadaannya harus kita teliti lebih-lebih setelah timbul kekacauan-
kekacauan antara sesama mereka.

2. Dalil - dalil tentang Keadilan Sahabat


Tidak sedikit para tokoh agama yang mengemukakan pendapatnya
tentang keadilan sahabat dengan ayat-ayat Al-Qur’an, Hadits maupun
ijma’.
a) Q.S Al-Baqarah:143
Yang artinya: “Begitulah kami menjadikan kamu umat yang
pertengahan, supaya kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan
rasul menjadikan saksi atas perbuatannya …”
b) Q.S Al Fath:29
Yang artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-
orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang
kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka …”
c) Q.S Al Anfal: 64
Yang artinya: “Hai Nabi, cukuplah Allah dan orang-orang
mukmin yang mengikutimu menjadi penolongmu.”
d) Hadits riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud r.a dari
Nabi saw beliau bersabda: “Generasi terbaik adalah generasi pada
masaku, kemudian generasi berikutnya”
e) Hadits riwayat Tirmidzi dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya, dari
Abdullah bin Mugaffal, Rasulullah saw bersabda: “Takutlah kepada
Allah, takutlah kepada Allah menghadapi para sahabatku, setelah aku
wafat nanti janganlah kamu menghinakan mereka sebab barang siapa
mencintai mereka, berarti dia mencintaiku, dan barang siapa yang
menyakitinya sama seperti menyakiti diriku dan barang siapa yang
menyakitiku berarti dia menyakiti Allah, dan barang siapa menyakiti-
Nya niscaya dia akan mengazabnya.”
f) Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Said Al Khudry, dari Nabi
saw, beliau bersabda: “Janganlah kamu mencaci maki para sahabatku!
Demi Dzat yang menguasai diriku, seandainya salah seorang diantara
kamu membelanjakan emas sebesar gunung uhud, niscaya tidak akan
memadai jasa salah seorang diantara mereka, bahkan separuhnya pun
tidak.”5

B. Riwayat Abu Hurairah

5
Bukhari, 1994, Shahih Al-Bukhari, Beirut: Dar Al-Fikr, juz 2

3
Nama lengkap Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhir. Beliau
merupakan orang Dausi berasal dari Bani Daus bin Adtsan. Kabilah Daus ini
berasal dari Al-Azd sedangkan Al-Azd sendiri merupakan kabilah Yumaniah
Qathaniyah yang terkenal silsilah terjaga nasab keturunnanya. Abu Hurairah
dilahirkan pada tahun 598 M di wilayah Yaman. Beliau sebelum memasuki
Islam adalah seorang anak kecil yatim dan fakir muhajirin yang tidak memiliki
keluarga dan harta kekayaan. Namanya dulu sebelum masuk Islam adalah
Abdus-Syams. Ayahnya menamainya sebagai Abu Hurairah yang berarti (ayah
atau pemilik kucing) karena kecintaannya merawat dan memelihara kucing.
Abu Hurairah memiliki empat anak laki-laki dan seorang anak perempuan dari
perkawinannya dengan Basrah binti Ghazwan, yakni: Al-Muharrir, Muharriz,
Abdurrahman, Bilal, Ummu Habib ad-Dawsiah, yang menikah dengan Said bin
Musayyib. Abu Hurairah adalah pria berkulit sawo matang, jarak antara kedua
bahunya memiliki dua jalinan rambut, kedua gigi serinya jarang, Abu Hurairah
menyemir ubannya berwarna merah, kulitnya putih halus, berjenggot kemerah-
merahan dan gemar mengenakan kain wol kasar.6

Abu Hurairah hijrah dari Yaman ke Madinah pada penaklukan khaibar


dan hal ini terjadi pada tahun tujuh hijriyah. Abu Hurairah menyatakan masuk
Islam dihadapan ath-Thoufail bin Umr di Yaman sebelum berangkat ke
Madinah. Abu Hurairah sesampainya di Madinah langsung sholat subuh di
belakang Saba bin Ar-Fathah yang ditugaskan oleh Rasulullah SAW, yang
pada saat itu Rasul sedang perang Khaibar. Abu Hurairah pada masa khalifah
Abu bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab baca juga : biografi Umar bin
Khattab, Abu Hurairah pernah ditugaskan ke Bahrain pada tahun 21-23 H. Dan
setiba pulang Abu Hurairah membawa banyak uang dan Umar menyerahkan
uang itu ke Baitul Maal serta memberi upah kepada Abu Hurairah selama
bertugas ke Bahrain. Pada masa Utsman bin Affan baca : biografi Utsman bin
Affan. Putra Utsman sangat menghormatinya. Dan dimasa Ali bin Abi Thalib,
Abu Hurairah juga pernah ditawari jabatan penting, tapi beliau menolaknya.
Ketika masa Muawiyyah, Abu Hurairah menerima jabatan gubernur di kota
Madinah pada tahun 54-55 H.7

C. Abu Hurairah dalam Sorotan


Abu Hurairah adalah shabat Nabi Muhammad SAW dengan gelar al-
Mukhtasirun berarti orang yang meriwayatkan hadis paling banyak.8 Beberapa
pendapat mengenai latar beliau mengenai periwayat hadis paling banyak antara
lain sebagai berikut :
Menurut Abdul Majid Khon, faktor yang menyebabkan Abu Hurairah
menjadi periwayat hadis paling di antaranya :

6
Departemen Agama, 1997,  Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra,
7
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1997, Ensiklopedi Islam, Jakarta : Ihtiar Baru Van
Hoeve
8
Thohhan. Mahmud, 2006. Taisiru mushthalahil Hadits, Beirud: Dar Al-Fikr

4
a) Rajin menghadiri majelis nabi
Selalu menemani Rasulullah SAW karena beliau sebagai penghuni suffah
di masjid Nabawi
b) Kuat ingata nnya karena beliau salah satu sahabat yang mendapatkan doa
dari Nabi sehingga hapalannya kuat dan tidak pernah lupa apa yang di
dengar dari Rasulullah SAW
c) Menurut Kholid Muhammad Kholid itu dikarenakan Abu Hurairah
menjadi pewaris terbanyak pertama dan beliau memiliki waktu luang
yang banyak untuk bersama Nabi Muhammad SAW dari pada sahabat
yang lain. Selanjutnya, beliau memiliki ingatan yang kuat dan
menceritakan karena keyakinan menyebarluaskan hadist-hadist tersebut
adalah tanggung jawab terhadap agama dan hidupnya.9
Menurut Imam Syafi’i ada beberapa faktor yang menyebabkan
Abu Hurairah menjadi pewaris terbanyak, Banyak menghadiri majelis
Senang belajar dengan banyak guru dan sahabat Nabi Muhammad SAW
Gemar menuntut ilmu, Menyempurnakan ilmunya pada sembilan ilmu
fikih.10
Menurut Ibnu Hajar bahwa Abu Hurairah menjadi perawi paling
banyak karena Abu Hurairah sering bersama Rasulullah SAW dan sering
meriwayatkan hadist dari Rasul. Orang-orang muhajirin dan Anshar pun
tidak meriwayatkan hadist seperti hadis yang Abu Hurairah riwayatkan.11

Jumlah hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah adalah 5374 dan


sebab beliau selalu mendatangi majelis Rasulullah. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Abu Hurairah adalah seorang yang kuat hafalannya dan mengingat
semua yang Nabi Muhammad SAW sampaikan. Saat itu Abu Hurairah
bertanya pada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah SAW, sungguh aku
telah mendengar baanyak hadist darimu, tetapi kemudian aku lupa.”
Mendengar itu, Rasulullah berkata kepada Abu Hurairah, “Beberkanlah
selendangmu.” Abu Hurairah membeberkan selendangnya dan Rasul
memerintahnya untuk melipatnya. Dalam sebuah riwayat menjelaskan
bahwa Abu Hurairah segera melipat selendangnya. Sejak saat itu, beliau
tidak pernah lupa lagi apa yang telah disampaikan Rasulullah SAW.12

Abu Hurairah meninggal dunia pada tahun ke 57 H atau 678 M


diusianya yang ke-78 tahun. Beliau meninggal dikarenakan oleh penyakit
dan dimakamkan di pemakaman Al-Baqi. Abu Hurairah menghabiskan sisa
hidupnya untuk mengajar hadist di Madinah dan memerintah dalam waktu

9
ma’luf. Luis, 1977, Al-munjid fi Al-Lughah, Beirud : Dar Al-Masyriq,
10
Bukhori, 2006 , Shahih Bukhori,Beirud : Dar Al-Fikr,
11
Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Al-Fikr
12
Rahman. Fathur, 1974,  Ikhtisar Mushtholahatul Hadits, Bandung: Al-Ma’arif,

5
singkat sebagai gubernur Bahrain pada masa pemerintahan Umayyah awal.
Begitulah kisah Abu Hurairah yang merupakan sosok sahabat Rasulullah
SAW dengan keistimewaannya sebagai periwayat hadis terbanyak semoga
menginspirasi banyak muslim dan semoga memberi kita wawasan akan
sejarah Islam lebih banyak.13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi perkataan sahabat berasal dari bahasa arab yaitu
kata “Shaahibun” yang berarti “yang mempunyai dan yang menyertai”.
segolongan ulama yang lain berpendapat bahwa seorang sahabat itu tidaklah
harus dipandang adil, karena dia dipandang sahabat.
Nama lengkap Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhir.
Beliau merupakan orang Dausi berasal dari Bani Daus bin Adtsan, Menurut
Imam Syafi’i ada beberapa faktor yang menyebabkan Abu Hurairah menjadi
pewaris terbanyak, Banyak menghadiri majelis Senang belajar dengan banyak
guru dan sahabat Nabi Muhammad SAW Gemar menuntut ilmu,
Menyempurnakan ilmunya pada sembilan ilmu fikih
Menurut Ibnu Hajar bahwa Abu Hurairah menjadi perawi paling
banyak karena Abu Hurairah sering bersama Rasulullah SAW dan sering
meriwayatkan hadist dari Rasul. Orang-orang muhajirin dan Anshar pun tidak
meriwayatkan hadist seperti hadis yang Abu Hurairah riwayatkan. Jumlah
hadist yang diriwayatkan Abu Hurairah adalah 5374 dan sebab beliau selalu
mendatangi majelis Rasulullah

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, dan kami sadar karena
keterbatasan pada diri kami, maka kami berharap kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Atas segala
saran dan yang diberikan kepada kami selaku penyusun mengucapkan terima

13
Sya’roni. Usman, 2002. Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis dan Kaum
Sufi, Jakarta: Pustaka Firdaus,

6
kasih.
.

7
DAFTAR PUSTAKA
Al-Amini. Nur Alam Khalil, 2008, Kedudukan Para Sahabat dalam
Islam, (Jakarta: Cendikia,
Al-khathib. Muh. 2009, ‘Ajjaj, Ushul Al-Haditsi ‘Ulumuhu wa
musthalahuhu Beirud : Dar Al-Fikr,
Al-Maraghi. Musthafa, 1997.  Tafsir Al-Maraghi Beirud: Dar Al-Kutub Al-
Ilmiah,
al-suyuthi. Jalaluddin abu al-fadhl, Abd rahman, 2006, Tadribu Al-
Rawi (Beirud : Dar Al-Fikr,
Bukhari, 1994, Shahih Al-Bukhari, Beirut: Dar Al-Fikr, juz 2
Bukhori, 2006 , Shahih Bukhori,Beirud : Dar Al-Fikr,
Departemen Agama, 1997,  Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang:
Toha Putra,
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 1997, Ensiklopedi Islam, Jakarta :
Ihtiar Baru Van Hoeve
ma’luf. Luis, 1977, Al-munjid fi Al-Lughah, Beirud : Dar Al-Masyriq,
Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Al-Fikr
Rahman. Fathur, 1974,  Ikhtisar Mushtholahatul Hadits, Bandung: Al-
Ma’arif,
Sya’roni. Usman, 2002. Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis dan Kaum
Sufi, Jakarta: Pustaka Firdaus,
Thohhan. Mahmud, 2006. Taisiru mushthalahil Hadits, Beirud: Dar Al-Fikr

Anda mungkin juga menyukai