Anda di halaman 1dari 6

SRI SUKARTININGSIH

NIM. 17070885401
NO. ABSEN : 04

Review Buku

A. Identitas Buku
Judul : Serat Pararaton atawa Katuturanira Ken Arok
Kajian Historis sebagai Sastra Sejarah
Pengarang : Aminuddin Kasdi
Penerbit : Unesa Universuty Press
Tahun terbit : 2008
Tebal : 145 halaman

B. Isi Review Buku


Buku Serat Pararaton yang ditulis oleh Aminuddin Kasdi ini terdiri dari dua
bab, bab pertama membahas tentang Pararaton sebagai karya sastra dan bab
kedua membahas tentang Pararaton sebagai karya sejarah. Selain dua bab
tersebut, di dalam buku ini juga menuliskan teks Pararaton lengkap dengan
terjemahannya serta lampiran mengenai daftar nama pelaku sejarah dan daftar
tahun peristiwa penting dalam serat pararaton.
Buku ini ditulis sebagai usaha untuk menghargai, melestarikan dan
mengenalkan kepada masyarakat bahwa Pararaton merupakan karya
menyajikan kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia dari sudut pandang
tertentu (visi) sesuai dengan perkembangan zamannya. Harapan penulis adalah
buku ini dapat membantu memperluas pengetahuan, pemahaman terhadap
Sejarah Indonesia Klasik, khususnya periode Singasari – Majapahit.

Bab I. Pararaton sebagai Karya Sastra


Buku ini disebut Pararaton karena keseluruhan cerita yang tercantum di
dalamnya memang memuat riwayat atau sejarah raja-raja Singasari dan
Majapahit. Dan dinamakan katuturanira Ken Arok karena berasal dari kata
dasar tutur (cerita) serta tokoh utama dalam serat ini adalah Ken Arok.
Menurut penulis, sebagai karya tulis Serat Pararaton dapat digolongkan ke
dalam karya sastra sejarah sama dengan Babad di Jawa, Madura, Bali dan
Lombok. Lontarana di Sulawesi Selatan, Tombo di Sumatera Barat, Sejarah-
Hikayat-Silsilah di Sumatera dan Kalimantan dan juga Malaysia. Suatu karya
sejarah biasanya memiliki ciri-ciri ; aspek keindahan atau estetika, aspek fiktif
atau khayalan dan aspek historis atau kesejarahan. Unsur keindahan dan
khayalan merupakan tuntutan yang harus dipenuhi sebagaimana karya sastra
lainnya, sedangkan unsur sejarah sebagai isi merupakan ciri pembeda khusus dari
jenis sastra lainnya.
1. Unsur Mitologi
Unsur mitologi biasanya dikaitkan dengan genealogi atau asal-usul
keturunan. Dalam Pararaton, Ken Arok sebagai tokoh utama dinyatakan
sebagai anak Brahma, kemudian juga diambil sebagai anak angkat dewa
Guru. Dewa lainnya yaitu Wisnu yang menitis dalam diri Ken Arok.
2. Unsur Legenda
Unsur legenda dalam sastra sejarah biasanya berkaitan dengan unsur-unsur :
air, api atau cahaya dan udara. Dalam Pararaton disebutkan tatkala Ken
Endog melahirkan bayinya kemudian dibuang ke kuburan anak-anak. Bayi
itu tidak lain adalah Ken Arok yang mengeluarkan cahaya hingga menarik
perhatian Lembong yang memungutnya sebagai anak angkat.
3. Unsur Hagiografi
Unsur hagiografi menggambarkan kemukjizatan, keluarbiasaan seseorang,
biasanya menyangkut kehidupan orang-orang suci, misalnya wali, brahmana,
resi dan pendeta. Unsur hagiografi dalam Pararaton diantaranya :
o Cerita tentang Dahyang Lohgawe yang melakukan perjalanan dengan
menginjak kakiknya diatas daun kakatang setelah menerima suara ajaib
dari angkasa bahwa Wisnu telah menjelma dalam diri Ken Arok.
o Pada saat Ken Arok dikepung, kemudian dia mendengar suara gaib para
dewa yang memberikannya petunjuk menggunakan daun tal sebagai
sayap untuk menyeberang ke tepi timur sungai.
o Keluarnya ribuan kelelawar dari ubun-ubun Ken Arok.
4. Unsur Simbolisme
Simbolisme dalam sastra sejarah berupa lambang-lambang diantaranya
berwujud sinar atau cahaya yang memancar dari angkasa disebut pulung
atau wahyu yang memancar dari pusat kerajaan lama ke pusat kerajaan
baru, ataupun cahaya yang memancar dari bagian tubuh tertentu, misalnya
Ken Arok yang mengeluarkan cahaya saat bayi. Simbol lain bisa juga
berbentuk benda-benda pusaka yang dianggap sebagai lambang kekuasaan,
kesaktian, keperkasaan atau sebagai tanda dari keadaan-keadaan tertentu,
misalnya keris Mpu Gandring.
5. Unsur Sugesti
Unsur sugesti dalam karya sastra misalnya ramalan, kutukan, firasat, suara
gaib dan pamali atau larangan. Dalam serat pararaton misalnya :
o Dewa Brahma meramalkan bahwa Ken Arok akan menjadi penguasa di
Jawa.
o Ramalan bahwa siapa yang dapat mengawini wanita ardhanicwari akan
menjadi raja besar
o Kutukan Mpu Purwa – ayah Ken Dedes terhadap Tunggu Ametung
o Firasat Mpu Purwa terhadap Ken Dedes
o Kutukan Mpu Gandring terhadap Ken Arok sebagai korban pertama dari
keris yang dibuatnya sendiri
o Larangan atau pamali bahwa seorang raja jangan sampai melihat pantat
atau aurat orang lain meskipun dari pengiringnya, sebab hal itu akan
mendatangkan sial

Bab II. Pararaton sebagai Karya Sejarah


Serat Pararaton selain sebagai karya sastra juga sebagai karya sejarah karena
memiliki unsur-unsur sejarah dalam struktur isinya. Ciri-ciri Pararaton sebagai
karya sastra sejarah yaitu :
1. Para pelaku atau pemegang peran, biasanya dirangkaikan dengan genealogi
atau silsilah.
Pelaku atau pemegang peran dalam Serat Pararaton terbagi dalam dua
rangkaian genealogi yait raja-raja Singasari dan Raja Majapahit.
2. Kejadian-kejadian yang berhubungan dengan para pelaku, khususnya Ken
Arok.
o Persenggamaan manusia dengan dewa yang keturunannya menjadi
pendiri dinasti
o Kelahiran bayi yang memancarkan cahaya
o Pembuangan anak yang ditemukan pengasuhnya
o Riwayat masa muda sang tokoh yang penuh gejolak dan kemukjizatan
o Tanda-tanda gaib sebagai syarat munculnya kekuasaan
o Perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan
o Tanda-tanda runtuhnya kekuasaan
o Perkawinan ajaib dll
3. Gambaran alam pikiran suatu kelompok masyarakat pada suatu ruang dan
waktu
o Adanya kepercayaan bahwa cahaya, wahyu atau pulung sebagai lambang
keabsahan dari suatu kekuasaan
o Adanya kewajiban tolong-menolong
o Adanya anggapan bahwa semua tindakan yang dapat digolongkan
sebagai pemberontakan adalah perbuatan jahat dan akan gagal atau
hancur
o Unsur kebudayaan lain seperti menghormati tamu dengan
menghidangkan sirih, adat meminta petunjuk dengan mendatangi tempat
yang dianggap keramat, kabaton sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi
di sekitar Tumapel, dan berkembangnya aliran animisme dinamisme
khususnya senjata yang dianggap keramat.
4. Kehidupan kebudayaan
Seluruh plot cerita Serat Parararton menggambarkan situasi dan kondisi sosial
di pedalaman pulau Jawa, yaitu kondisi agraris pada masa transisi zaman
Hindu ke zaman Islam.
5. Struktur pemerintahan, pembagian wilayah serta birokrasinya
o Maharaja merupakan lapisan tertinggi
o Raja, prabhu, bhatara, bhre-bhra, narapati, ajinata
o Hadyan, anden, raden, panji yaitu golongan bangsawan di luar istana
atau di daerah-daerah
o Wargahaji yaitu golongan yang memiliki hubungan kekerabatan dengan
raja
o Parawangsa – parasanak, golongan ini juga memiliki hubungan
kekerabatan dengan raja
o Pejabat birokrasi
o Lapisan wong lembah yaitu kebanyakan orang yang bermukim di
lembah-lembah.
6. Kebiasaan atau tradisi, adat istiadat yang hidup pada zamannya
7. Keadaan kehidupan sosial atau kondisi masyarakat

Perbandingan antara Pararaton dengan sumber sejarah lainnya


1. Dengan Nagarakertagama
Serat Pararaton Negarakertagama
o Penulis : anonim o Penulis : Mpu Prapanca
o Periode Wishnuwardana-Bhre o Periode : Singasari dan Majapahit
Kertabhumi 1248-1478 dan
periode sebelum 1222-1248
o Fungsi : memberikan pengukuhan o Fungsi : sebagai sastra, yaitu
dan legitimasi terhadap dinasti karyasastra untuk memuji Raja
Raja (keturunan Ken Arok) Hayamwuruk
sebagai pendiri dinasti yang
memerintah Majapahit
o Sifat : ditulis oleh penulis dari luar o Sifat : karyasastra istana (istana
lingkungan istana, terdapat kritik sentris)
terhadap tokoh tertentu

2. Perbandingan dengan Sumber Prasasti


Beberapa tokoh sejarah misalnya Bhre Paramecwara atau Bhre Wengker,
Bhre Tumapel III atau Bhre Kertawijaya dan Bhre Kembang Jenar
sebagaimana tercantum pada Serat Pararaton juga tercantum dalam sumber-
sumber prasasti.
3. Perbandingan dengan Berita Cina
Peristiwa perang Pareg-reg yang diinformasikan oleh Pararaton dan berita
Cina. Sampai saat ini belum ditemukan sumber lain seperti prasasti yang
memberitakan peristiwa ini. Keterangan sejarah yang banyak dijumpai di
Serat Pararaton, namun tidak kita jumpai pada sumber-sumber lainnya,
misalnya nama-nama Raja dan bangsawan pada periode akhir Majapahit,
angka tahun kematiannya dan tempat dicandikannya.
C. Kelebihan dan Kelemahan
Buku Serat Pararaton merupakan buku yang memiliki dua sudut pandang
dimana Tutur Ken Arok bisa dijadikan sebagai sebuah karya sastra dan bisa juga
dijadikan sebagai karya sejarah. Artinya dalam buku ini ditunjukkan bagaimana
Serat Pararaton memiliki unsur-unsur mitos, legenda, hagiografi, simbo dan
sugesti yang menyebabkan buku ini menjadi karya sastra yang menarik untuk
dibaca. Sisi lain di dalam Serat Pararaton juga ditampilkan daftar silsilah raja-
raja, beberapa peristiwa, gambaran alam pikiran masyarakat pada zamannya
dan kondisi sosial masyarakat yang terlihat dari adat dan unsur budayanya. Hal
ini menyebabkan Serat Pararaton disebut sebagai karya sejarah.
Yang menarik dalam buku ini juga, menampilkan teks Tutur Ken Arok yang
ditulis dalam bahasa Jawa Kuno serta memberikan terjemahannya pada
halaman selanjutnya. Ada dua kemungkinan ketika orang membaca teks Tutur
Ken Arok ini, pertama mungkin akan tidak meneruskan karena tidak mengerti
dan yang kedua adalah penasaran sehingga meneruskan membaca, dengan
terjemahan sangat membantu pembaca untuk memahami isinya.
Buku ini sangat rinci dan detail menjelaskan mengenai Serat Pararaton
sebagai karya sastra dan karya sejarah. Namun, justru ketika buku ini
menunjukkan bahwa Serat Pararaton adalah sebuah karya sastra, justru
mengaburkan bahwa Serat Pararaton adalah sebenarnya juga sebuah karya
sejarah.

Anda mungkin juga menyukai