Anda di halaman 1dari 37

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA


Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan)
Kelas / Semester : XI / 1
Materi Pokok : Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan-kerajaan besar Islam
di Indonesia yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini.
Sub Materi Pokok : Kerajaan Banten
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menjelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat
Indonesia pada masa , Kerajaan Banten. Mengaitkan sistem pemerintahan, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan Banten.
terhadap kehidupan masyarakat masa kini.
2. Memberikan contoh bukti-bukti peninggalan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi,
dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa, Kerajaan Banten. pada kehidupan
masyarakat masa kini
3. Membuat laporan diskusi tentang sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan Kerajaan Ternate-Tidore pada kehidupan
masyarakat masa kini.
4. Meyajikan hasil laporan diskusi tentang sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan Kerajaan Ternate-Tidore pada kehidupan
masyarakat masa kini.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No Kompetensi Dasar Indikator
3.2 Menganalisis sistem pemerintahan, 3.2.1. Menjelaskan sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa masyarakat Indonesia pada masa
kerajaan-kerajaan besar Islam di Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Indonesia yang berpengaruh pada Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan
kehidupan masyarakat Indonesia Kerajaan Ternate-Tidore.
masa kini. 3.2.2. Mengaitkan sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa
Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan
Kerajaan Ternate-Tidore terhadap
kehidupan masyarakat masa kini.
3.2.3. Memberikan contoh bukti-bukti
peninggalan sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa
Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan
Kerajaan Ternate-Tidore yang
berpengaruh pada masyarakat masa
kini
4.2 Menyajikan hasil identifikasi 4.2.1.Membuat laporan diskusi tentang
warisan sistem pemerintahan, sosial, sistem pemerintahan, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa masyarakat Indonesia pada masa
kerajaan-kerajaan besar Islam di Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Indonesia yang berpengaruh pada Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan
kehidupan masyarakat Indonesia Kerajaan Ternate-Tidore yang
masa kini, dalam bentuk tulisan dan berpengaruh pada kehidupan
media lain. masyarakat masa kini.
4.2.2. Meyajikan hasil laporan diskusi
tentang sistem pemerintahan, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa
Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan
Kerajaan Ternate-Tidore yang
berpengaruh pada kehidupan
masyarakat masa kini.

C. Materi Pembelajaran:
 Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada
masa kerajaan Mataram dan kerajaan Banten.yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat masa kini.
 Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada
masa kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan kerajaan Ternate dan Tidore.yang
berpengaruh pada kehidupan masyarakat masa kini.

D. Metode Pembelajaran:
1. Pendekatan : Sceincetifik
2. Model Pembelajaran : Problem Based learning
3. Metode Pembelajaran : Diskusi, Presentase, Tanya jawab, dan Penugasan

E. Media Pembelajaran
1. Video tentang kerajaan-kerajaan Kerajaan Gowa Tallo (Makasar)
Islam di Indonesia (Kerajaan dan Kerajaan Ternate-Tidore
Mataram, Kerajaan Banten.

F. Alat
1. Laptop
2. LCD Projector
3. Papan tulis dan Spidol

G. Sumber Belajar
1. Hapsari, Ratna. 2013. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Erlangga
2. Hugiono,dkk.1987.Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bina Aksara
3. Ririn Darini, dkk. 2016. Buku Siswa Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI. Klaten :
Cempaka Putih
4. Mustopo, M. Habib.2004.Sejarah Untuk kelas X1 SMA. Jakarta: Yudistira
5. Badrika, I Wayan. 2005.Sejarah Nasional Indonesia dan Umum SMA Jilid 1.
Jakarta:Erlangga
6. https://hapbiker.wordpress.com/2007/11/27/kerajaan-kerajaan islam di Indonesia-
sejarah/.

H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Minggu 4 Pertemuan 1 (2x45 menit)
Abstraksi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Pendahuluan  Berdoa 15 menit
 Presensi kehadiran siswa.
 Apersepsi .
 Menyiapkan sarana pembelajaran Guru
menyampaikan topik tentang “Sistem
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa kerajaan
Mataram dan kerajaan Banten.yang
berpengaruh pada kehidupan masyarakat masa
kini.”
 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai

Kegiatan Inti 1. Mengorientasikan peserta didik terhadap 60 menit


masalah
 Memberikan pertanyaan berkaitan dengan
materi “Bagaimana Sejarah Kerajaan
Mataram dan Kerajan Banten”
 Peserta didik diterangkan sepintas materi
yang akan dipelajari hari ini tentang
“Kerajaan Mataram dan Kerajan Banten”.
 Menayangkan video tentang Kerajaan
Mataram dan Kerajaan Banten.

 Peserta didik memperhatikan (mengamati)


video tersebut
 Peserta didik mengidentifikasi
(mengumpulkan informasi) tentang
Informasi vidio yang ditampilkan
 Peserta didik memberikan tanggapan tentang
video yang telah ditayangkan

2. Mengorganisasi peserta didik untuk


belajar
 Guru membagi peserta didik menjadi
kelompok I, II, III, dan IV
 Peserta didik duduk berdasarkan
kelompoknya kemudian guru meminta
peserta didik untuk mengerjakan LKPD
dengan materi sebagai berikut:
 Kelompok I bertugas mendiskusikan dan
merumuskan materi tentang Sistem
pemerintahan, dan sosial, masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan Mataram
yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat masa kini.
 Kelompok II mendiskusikan dan
merumuskan materi tentang Sistem
ekonomi, dan kebudayaan masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan Mataram
yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat masa kini.
 Kelompok III mendiskusikan dan
merumuskan tentang Sistem
pemerintahan, sosial, masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan Banten
yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat masa kini.
 Kelompok IV mendiskusikan dan
merumuskan tentang Sistem ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada
masa kerajaan Banten yang berpengaruh
pada kehidupan masyarakat masa kini.
 Guru membagikan lembar kerja peserta didik
(LKPD) kepada peserta didik
 Guru meminta siswa membaca Buku Siswa
dan sumber internet tentang Sistem
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa
kerajaan Mataram, dan kerajaan Banten yang
berpengaruh pada kehidupan masyarakat
masa kini.
 Peserta didik mendiskusikan, merumuskan
dan memprentasikan hasil diskusinya tersebut
kedepan kelas.
Membimbing penyelidikan kelompok
 Peserta didik melalui diskusi kelompok
mengumpulkan informasi mengenai
“Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa
kerajaan Mataram dan kerajaan Banten yang
berpengaruh pada kehidupan masa kini”untuk
memecahkan masalah yang telah
diidentifikasikan dalam LKPD.
 Guru membimbing dan mengawasi peserta
didik dalam berjalannya proses diskusi
(waktu maksimal 30 menit)
3. Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
 Peserta didik, menuliskan hasil diskusi
kelompok dengan melakukan pencermatan
data (mengasosiasi) dari berbagai sumber
tentang “Sistem pemerintahan, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan Mataram dan
kerajaan Banten yang berpengaruh pada
kehidupan masa kini”untuk memecahkan
masalah yang telah diidentifikasikan dalam
LKPD.
 Peserta didik mempresentasikan
(mengkomunikasikan) hasil diskusinya
 Setiap kelompok diharuskan membuat
pertanyaan (min 1) serta memberi saran atau
sanggahan.
4. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
 Peserta didik menyimpulkan hasil diskusi
 Guru memberikan klarifikasi pada hasil
presentasi yang kurang dan memberikan
penguatan pada materi yang sudah tepat.

Penutup  Guru bertanya pada peserta didik apakah sudah 15 menit


memahami materi tersebut
 Peserta didik diberikan pertanyaan lisan secara
acak yang berkaitan dengan materi pembelajaran
untuk mendapatkan umpan balik atas
pembelajaran minggu ini.
 Sebagai refleksi guru memberikan pelaksanaan
pembelajaran dengan belajar dari setiap
pengalaman masa lalu sebagai pedoman untuk
masa depannya
 Menyampaikan nilai-nilai yang dapat dipelajari
dari pemebalajaran hari ini
 Peserta didik diberikan tugas rumah berupa
kliping tentang peninggalan-peninggalan pada
masa kerajaan Mataram dan kerajaan Banten
yang masih berpengaruh pada kehidupan masa
kini beserta keterangan dari gambar tersebut,
untuk dikumpulkan minggu depan min 10
gambar 1 kerajaan.
 Menginformasikan materi pertemuan yang akan
datang: “Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi,
dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar), Kerajaan
Ternate dan Tidore yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat masa kini.”
 Kegiatan diakhiri dengan salam.

Minggu 4 Pertemuan 2 (2x45 menit)


Abstraksi
Kegiatan Deskripsi
Waktu
Pendahuluan  Berdoa 15 menit
 Presensi kehadiran siswa.
 Apersepsi .
 Menyiapkan sarana pembelajaran Guru
menyampaikan topik tentang “Sistem
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan
Gowa-Tallo (Makasar), Kerajaan Ternate dan
Tidore yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat masa kini.”
 Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai

Kegiatan Inti 1. Mengorientasikan peserta didik terhadap 60 menit


masalah
 Memberikan pertanyaan berkaitan dengan
materi “Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar),
Kerajaan Ternate dan Tidore”
 Peserta didik diterangkan sepintas materi
yang akan dipelajari hari ini tentang
“Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar), Kerajaan
Ternate dan Tidore”.
 Menayangkan video tentang

 Peserta didik memperhatikan (mengamati)


video tersebut
 Peserta didik mengidentifikasi
(mengumpulkan informasi) tentang
Informasi vidio yang ditampilkan
 Peserta didik memberikan tanggapan tentang
video yang telah ditayangkan

2. Mengorganisasi peserta didik untuk


belajar
 Guru membagi peserta didik menjadi
kelompok I, II, III, dan IV
 Peserta didik duduk berdasarkan
kelompoknya kemudian guru meminta
peserta didik untuk mengerjakan LKPD
dengan materi sebagai berikut:
 Kelompok I bertugas mendiskusikan dan
merumuskan materi tentang Sistem
pemerintahan, dan sosial, masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan Gowa Tallo
(Makasar) yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat masa kini.
 Kelompok II mendiskusikan dan
merumuskan materi tentang Sistem
ekonomi, dan kebudayaan masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan Gowa-
Tallo (Makasar) yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat masa kini.
 Kelompok III mendiskusikan dan
merumuskan tentang Sistem
pemerintahan, sosial, masyarakat
Indonesia pada masa kerajaan Ternate dan
Tidore yang berpengaruh pada kehidupan
masyarakat masa kini.
 Kelompok IV mendiskusikan dan
merumuskan tentang Sistem ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada
masa kerajaan Ternate dan Tidore yang
berpengaruh pada kehidupan masyarakat
masa kini.
 Guru membagikan lembar kerja peserta didik
(LKPD) kepada peserta didik
 Guru meminta siswa membaca Buku Siswa
dan sumber internet tentang Sistem
pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar), Kerajaan
Ternate dan Tidore yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat masa kini.
 Peserta didik mendiskusikan, merumuskan
dan memprentasikan hasil diskusinya tersebut
kedepan kelas.
Membimbing penyelidikan kelompok
 Peserta didik melalui diskusi kelompok
mengumpulkan informasi mengenai
“Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar), Kerajaan
Ternate dan Tidore yang berpengaruh pada
kehidupan masa kini”untuk memecahkan
masalah yang telah diidentifikasikan dalam
LKPD.
 Guru membimbing dan mengawasi peserta
didik dalam berjalannya proses diskusi
(waktu maksimal 30 menit)
3. Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
 Peserta didik, menuliskan hasil diskusi
kelompok dengan melakukan pencermatan
data (mengasosiasi) dari berbagai sumber
tentang “Sistem pemerintahan, sosial,
ekonomi, dan kebudayaan masyarakat
Indonesia pada masa Kerajaan Gowa-Tallo
(Makasar), Kerajaan Ternate dan Tidore yang
berpengaruh pada kehidupan masa kini”untuk
memecahkan masalah yang telah
diidentifikasikan dalam LKPD.
 Peserta didik mempresentasikan
(mengkomunikasikan) hasil diskusinya
 Setiap kelompok diharuskan membuat
pertanyaan (min 1) serta memberi saran atau
sanggahan.
4. Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
 Peserta didik menyimpulkan hasil diskusi
 Guru memberikan klarifikasi pada hasil
presentasi yang kurang dan memberikan
penguatan pada materi yang sudah tepat.

Penutup  Guru bertanya pada peserta didik apakah sudah 15 menit


memahami materi tersebut
 Peserta didik diberikan pertanyaan lisan secara
acak yang berkaitan dengan materi pembelajaran
untuk mendapatkan umpan balik atas
pembelajaran minggu ini.
 Sebagai refleksi guru memberikan pelaksanaan
pembelajaran dengan belajar dari setiap
pengalaman masa lalu sebagai pedoman untuk
masa depannya
 Menyampaikan nilai-nilai yang dapat dipelajari
dari pemebalajaran hari ini
 Peserta didik diberikan tugas rumah berupa
kliping tentang peninggalan-peninggalan pada
masa Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar), Kerajaan
Ternate dan Tidore yang masih berpengaruh pada
kehidupan masa kini beserta keterangan dari
gambar tersebut, untuk dikumpulkan minggu
depan, min 10 gambar 1 kerajaan
 Menginformasikan materi pertemuan yang akan
datang: “Peristiwa di Eropa Yang Berpengaruh
terhadap Kehidupan Ummat Manusia.”
 Kegiatan diakhiri dengan salam.

I. Penilaian Hasil Belajar


a. Jenis dan Teknik Penilaian:.
1) Jenis penilaian aspek pengetahuan dengan Teknik Tes tertulis.
2) Jenis penilaian ketrampilan dengan teknik Pengamatan dan portofolio

b. Bentuk Instrumen
1) Penilaian Pengetahuan
a) Bentuk : Test Tertulis
b) Instrumen : Soal Uraian

2) Penilaian Ketrampilan
a) Bentuk : Lembar Pengamatan Diskusi dan Presentasi
b) Instrumen : Skala Nilai Observasi
c) Portofolio : Kumpulan tugas siswa

Lampiran 1
Materi Ajar

KER AJ AAN MATAR AM IS L AM (1577 - 1681)


Lambang Kerajaan Mataram Islam

Nama Mataram berasal dari nama bunga, sejenis bunga Dahlia yang berwarna merah
menyala. Ada juga nama Mataram yang dihubungkan dengan Bahasa
Sansekerta, Matr yang berarti Ibu, sehingga nama Mataram diberi arti sama dengan kata
Inggris Motherland yang berarti tanah air atau Ibu Pertiwi.
A. Lat ar Bel ak an g B erd i ri n ya K er aj aan Mat aram Isl am
Pada mulanya, Mataram adalah wilayah yang dihadiahkan oleh Sultan Adiwijaya
kepada Ki Gede Pemanahan. Sultan Adiwijaya menghadiahkannya karena Ki Gede
Pemanahan telah berhasil membantu Sultan Adiwijaya dalam membunuh Arya Penangsang
di Jipang Panolan. Ki Pamenahan, disinyalir sebagai penguasa Mataram yang patuh kepada
sultan Pajang. Ia mulai naik tahta di Istananya di Kotagede pada tahun 1577 M. Di tangan
Ki Gede Pemanahan, Mataram mulai menunjukkan kemajuan. Pada tahun 1584 Ki Gede
Pemanahan meninggal, maka usaha memajukan Mataram dilanjutkan oleh anaknya yaitu
Sutawijaya.
Sutawijaya atau dikenal dengan nama Panembahan Senapati. Sepeninggal ayahnya, ia
dilantik sebagai penguasa penting di Mataram menggantikan Ayahnya. Ia seorang yang
gagah berani, mahir dalam hal berperang. Sehingga sejak ia masih sebagai pemimpin
pasukan pengawal raja Pajang ia telah diberi galar oleh Sultan Adiwijaya, Senapati ing
Alaga (panglima perang).
Senapati memiliki cita-cita hendak mengangkat kerajaan Mataram sebagai penguasa
tertinggi di Jawa menggantikan Pajang. Untuk mewujudkan cita-citanya itu, Senapati
mengambil dua langkah penting, Pertama memerdekakan diri dari pajang dan Kedua
untuk memperluas wilayah kerajaan Mataram keseluruh jawa.
Konflik antara raja Pajang dengan Sutawijaya menghasilkan kemenangan dipihak
Sutawijaya. Setelahnya, keturunan Adiwijaya, yaitu pangeran Benawa yang seharusnya
menjadi ahli waris kesultanan pajang, menyerahkan tahta kekuasaan kerajaan Pajang
kepada Senapati. Sejak saat itu Senapati mengambil gelar Panembahan tahun 1586.
Sutawijaya berhasil membangun Mataram pada tahun 1586.
Wilayah yang dikuasai Kesultanan Mataram adalah Mataram, Kedu, dan Banyumas.
Sutawijaya meninggal pada tahun 1601 dan ia menguasai wilayah Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Di sebelah timur hanya Blambangan, Panarukan, dan Bali yang masih tetap
merdeka. Lainnya tunduk pada kekuasaan Senapati Sedangkan di pantai laut Jawa
Rembang, Pati, Demak, Pekalongan mengakui kekuasaan Mataram
Setelah Sutawijaya meninggal, posisinya sebagai Sultan digantikan oleh putranya
yaitu Raden Mas Jolang. Ia diberi gelar Sultan Hanyakrawati. Ia memerintah pada tahun
1601-1613. Pada masa pemerintahannya, sering terjadi perlawanan dari wilayah pesisir,
yang merupakan salah satu penyebab mengapa RM Jolang tidak mampu memperluas
wilayah Kesultanan Mataram. Dalam menjalankan roda pemerintahan, ia cenderung
mengadakan pembangunan dibanding ekspansi. Menjelang wafatnya, RM Jolang menunjuk
Raden Mas Rangsang sebagai penggantinya. Setelah dilantik, RM Rangsang diberi gelar
Sultan Agung Hanyakrakusuma Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahaman. Ia memerintah
dari tahun 1613-1645. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Mataram mengalami
kejayaan.
B. M asa Kej a ya an M at aram Isl am
Raden Mas Rangsang diangkat menjadi raja baru yang memakai nama Sultan Agung
Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman. Jika para pendahulunya mengambil ibukotanya di
Kotagede, maka Sultan Agung mengambil ibukotanya di Karta. Sultan Agung dikenal
dengan politik ekspansinya, sehingga bukan Jawa saja yang ingin dikuasainya melainkan
wilayah Nusantara. Musuh-musuh Sultan Agung bukan saja kerajaan-kerajaan yang ada di
pesisir dan kerajaan Hindu di Blambang, tetapi juga para penguasa asing yang berkoloni di
Nusantara. Misalnya, Portugis dan Belanda. Oleh karena itu, wajarlah jika semenjak
diangkatnya, ia selalu mengangkat senjata dalam rangka menerapkan taktik ekspansi.
Sebagai orang Islam, Sultan Agung selalu menaati ibadah dan menjadi contoh untuk
rakyatnya. Setiap hari Jum’at Sultan agung bersama rakyatnya melakukan shalat Jum’at.
Dalam tahun 1633 ia membuat tarikh (kalender baru) yaitu kalender Jawa-Islam. Guna
memperkokoh kedudukannya sebagai pemimpin Islam, Sultan Agung mengirim utusan ke
Mekkah untuk kembali ke Mataram dengan membawa gelar Sultan untuknya dan ahli-ahli
agama untuk menjadi penasihat baginya di istana. Gelar dari Mekkah itu lengkapnya adalah
Sultan Abu Muhammad Maulana Mataram.
Akan tetapi setelah Sultan Agung wafat pada tahun 1645, para penggantinya lemah-
lemah, kejam, dan mengadakan perjanjian dengan Belanda sehingga memberi peluang
kepada Belanda untuk berkoloni di Nusantara. Hal ini menimbulkan berbagai kerusakan.
Pemberontakan dan perebutan kekuasaan itu muncul mengakhibatkan perpecahan di
kalangan bangsa Mataram yang menguntungkan Belanda.
C . Bi dan g P er ekonom i a n Kesul t anan Mat a ra m
Negara Mataram tetap merupakan negara agraris yang tetap mengutamakan pertanian.
Selain beras, Mataram juga menghasilkan gula kelapa dan gula aren. Hasil gula tersebut
berasal dari daerah Giring di Gunungkidul. Gula kelapa dan gula aren itu diekspor ke luar
melalui Tembayat dan Wedi.
Dasar-dasar kehidupan maritim tidak dimiliki oleh Mataram. Pada hakikatnya
Sutawijaya memeriksa apakah laut Hindia dapat digunakan sebagai pelabuhan kesultanan
Mataram yang sedang dalam taraf pembentukan. Bagaimanapun laut Jawa masih dikuasai
oleh orang Tionghoa dari kesultanan Demak pada zaman pemerintahan Dinasti Jin Bun.
Selain itu, Ternyata gelombangnya terlalu besar sehingga pembuatan pelabuhan di pantai
selatan tidak mungkin. Kesultanan Mataram yang sedang dalam taraf pembangunan tidak
berhasil memiliki pelabuhan dan tidak akan menjadi negara Maritim. Kesultanan Mataram
hanya akan menjadi negara pertanian karena pusat kerajaannya berada di pedalaman.
D. Kehi dupan S osi al , a gam a sert a P e ran Ul am a dan P art i si pasi n ya
Pada masa pemerintahan Sultan Agung, para ulama yang ada di kesultanan Mataram
dapat dibagi dalam tiga bagian. Yaitu ulama yang masih berdarah bangsawan, ulama yang
bekerja sebagai alat birokrsi, ulama pedesaan yang tidak menjadi alat birokrasi. Sebagai
penguasa Mataram, Sultan Agung sangat menghargai para ulama karena mereka
mempunyai moral dan ilmu pengetahuan tinggi. Jika ingin membuat kebijakan, Sultan
Agung selalu memeinta nasihat dan pertimbangan kepada para ulama.
Ulama pada saat itu sedang konsentrasi menggarap soal Islamisasi terhadap budaya-
budaya yang masih melekat di hati masyarakat Mataram. Sunan Kalijaga misalnya,
beliau adalah ulama yang selalu berusaha keras agar ajaran Islam mudah diterima oleh
masyarakat yang sudah kuat nilai kepercayaan terhadap ajaran dan doktrin budaya sebelum
Islam. Berbagai cara telah beliau tempuh termasuk melalui karya seni yang telah mentradisi
di masyarakat.
Memang disadari pindahnya pusat pemerintahan dari pesisir utara Jawa ke daerah
pedalaman yang agraris serta telah dipengaruhi budaya pra Islam menimbulkan warna baru
bagi Islam yang kemudian disebut dengan Islam Sinkretisme. Demikianlah keadaan Islam
semenjak berpusat di Mataram campur tangan budaya setempat yang kemudian terk enal
dengan Islam Kejawen.
Penggunaan gelar Sayidin Panatagama oleh Senopati menunjukkan bahwa sejak awal
berdirinya Mataram telah dinyatakan sebagai negara Islam. Raja berkedudukan sebagai
pemimipin dan pengatur agama. Mataram menerima agama dan peradaban Islam dari
kerajaan-kerajaan Islam pesisir yang lebih tua. Sunan Kalijaga sebagai penghulu terkenal
masjid suci di Demak mempunyai pengaruh besar di Mataram. Tidak hanya sebagai
pemimpin rohani, tetapi juga sebagai pembimbing di bidang politik. Hubungan-hubungan
erat antara Cirebon dan Mataram memiliki peranan penting bagi perkembangan Islam di
Mataram. Sifat mistik Islam dari keraton Cirebon merupakan unsur yang menyebabkan
mudahnya Islam diterima oleh masyarakat Jawa di Mataram. Islam tersebut tentu adalah
Islam Sinkretis yang menyatukan diri dengan unsur-unsur Hindu-Budha.
Namun peran ulama menjadi tergeser semenjak Mataram dikuasai oleh Amangkurat I.
Pada saat itu terjadi de-islamisasi. Banyak ulama yang dibunuh sehingga kehidupan
keagamaan merosot, sementara dekadensi moral menghiasi keruntuhan pamor Mataram
akibat dari campur tangan budaya asing.
E. P eran di bi dan g keb uda ya an Isl am
Peranan kegiatan di bidang kebudayaan pada masa awal berdirinya Mataram, kurang
berkembang dikarenakan dua alasan. Pertama, para pendiri Mataram belum punya waktu
untuk memikirkan hal-hal yang spiritual. Perhatiannya lebih tercurah pada soal-soal
pembukaan dan pemanfaatan sumber daya alam demi kemajuan ekonomi dan strategi
pertahanan. Pengolahan tanah dan penggarapan daerah-daerah tandus lebih banyak menyita
waktu. Kedua, penanaman kekuasaan politik ternyata hanya dapat dilakukan dengan
kekuatan senjata. Oleh sebab itu seluruh masa pemerintahan raja-raja pertama Mataram
hanya dihabiskan dalam peperangan. Demikianlah maka ki Gede Pemanahan Senapati dan
Mas Jolang belum sempat untuk mengembangkan kebudayaan yang sifatnya lebih rohaniah.
Baru pada masa pemerintahan raja yang ketiga, Sultan Agung gagasan untuk
mengembangkan kebudayaan dapat dimulai. Diambillah unsur-unsur peradaban dari
daerah-daerah pesisir Utara dan Jawa Timur yang dapat mempertinggi martabat keraton
Mataram dibidang kebudayaan sesuai dengan kedudukannya sebagai istana raja penguasa
tertinggi diseluruh tanah Jawa juga dalam hal penyebaran agama Islam, menyatukan diri
dengan unsur-unsur Hindu-Budha yang disebut dengan islam Sinkretis.

F. S i s t em P oli t i k Kesult anan Mat ar am


Dalam sistem politik di kerajaan Mataram periode Senopati hingga Susuhunan
Amangkurat I mengalami turun-naik secara drastis. Periode Raden Mas Jolang kemudian
dengan anaknya Raden Mas Rangsang (Sultan Agung). Kemudian Susuhunan Amangkurat
I bertolak belakang dengan apa yang telah ditempuh pendahulunya.
Untuk sistem politik yang sifatnya intern, terutama menyangkut konsolidasi tata
pemerintahan, seperti sistem birokrasi, sistem penggantian raja, masing-maasing mereka
hampir tidak mengalami perbedaan, akan tetapi dalam hal penguasaaan wilayah, kadang-
kadang mengalami naik-turun. Seperti pada masa Panembahan Senopati, ia mampu
mengangkat martabat Mataram ke strata yang lebih tinggi, yakni menjadikan Mataram
berdiri sendiri (yang semula merupakan daerah bawahan Kerajaan Pajang). Ketika kendali
pimpinan beralaih ke tangan susuhunan amangkurat 1 martabat mataram menjadi merosot
kembali, wilayah kekuasaan mulai menciut karena hubungannya dengan kolonial Belanda.
Keabsahan kedudukan dan kekuasaan raja mataram, diperoleh karena warisan. Secara
tradisional pengganti raja-raja ditetapkan putra laki-laki dari istri selir pun biasa dinobatkan
sebagai pengganti raja. Apabila dari keduanya tidak mendapatkan anak laki-laki,
maka.paman atau saudara laki-laki tua dari ayahnya bisa menjadi pengganti.
Mengenai sistem politik eksternalnya, diantara penguasa Mataram bisa ditemui
perbedaan yang mencolok dalam menerapkan sistem untuk menghadapi penetrasi barat.
Ada yang menempuh sikap kompromistis dan ada pula yang anti pati sama sekali. Pada
masa panembahan senopati, usaha tersebut memang belum ditemui. Hal ini disebabkan
walaupun saat itu orang-orang Eropa sudah berada di Nusantara, konsentrasi politik sedang
dicurahkan untuk konsolidasi dan penguasaan kerajaan-kerajaan disekitarnya. Sedangkan
pada masa Raden Mas Jolang, kehadiran belanda diterima dengan baik diakhir
kekuasaannya. Beda hal dengan penguasa Mataram berikutnya, Sultan Agung, beliau
termasuk penguasa yang antipatis pada kompeni. Berbagai usaha telah dikerahkan untuk
mengusik keberadaan dan membendung penetrasinya yang kian kuat di bumi Nusantara.
Dua kali sesudah ekspansinya, pasukan militer, ia kirimkan ke Batavia untuk memukul
mundur VOC, masing-masing pada tahun 1628 dan 1629 walaupun pada akhirnya
memperoleh kegagalan.
G. M asa Kem undur an Mat aram Isl am
Setelah Sultan Agung wafat, Mataram kemudian diperintah oleh raja yang pro dengan
kompeni yaitu Susuhunan Amangkurat I. ia memerintah pada tahun 1645-1677. Sebagai
penguasa Mataram yang baru, Sultan Amangkurat I membuat kebijakan- kebijakan yang
kontrofersial yaitu pertama, tidak lagi menghargai para ulama bahkan berusaha untuk
menyingkirkannya. Pada masanya ribuan ulama Syahid dibunuh Sultan Amangkuran I.
kedua, menghapus lembaga-lembaga agama yang ada di Kesultanan, seperti menghapus
Mahkamah Syariah yang telah dibentuk oleh Ayahnya. Ketiga, membatasi perkembangan
islam dan melarang kehidupan Agama mencampuri masalah kesultanan. Keempat,
membangun kerjasama dengan penjajah Belanda yang menjadi musuh bebuyutan Ayahnya.
Cara Amangkurat I dalam memerintah yang tidak memperhatikan nilai-nilai kearifan
itu telah mendatangkan kemarahan masyarakat. Dalam kondisi seperti ini, Raden Kajoran,
seorang ulama bangsawan yang hidup dalam pedesaan, melakukan perlawanan. Ia
menyusun kekuatan dari para santri dan rakyat pedesaan. Raden Kajoran mendapat
dukungan dari Raden Anom, anak Sultan Amangkurat I dan Trunojoyo bangsawan dari
Madura. Kekuatan semaki kuat ketika Karaeng Galesong bangsawan dari Gowa. Namun
perkembangan selanjutnya, Adipati Anom melakukan pengkhianatan. Ia keluar dari aliansi,
karena ia sudah di ampuni oleh ayahnya. Pada tahun 1677, aliansi Raden Kajoran berhasil
mengepung pusat pemerintahan Amangkurat I di Pleret. Sedangkan Amangkurat I dan
anaknya berhasil melarikan diri ke Batavia dan meminta bantuan kepada Belanda. Dalam
perjalanan menuju Batavia, Amangkurat I jatuh sakit dan meninggal.
Sebelum Amangkurat I wafat, ia sudah menetapkan Adipati Anom sebagai Sultan
Mataram yang baru. Setelah dilantik, Adipati Anom diberi gelar Sultan Amangkurat II ia
segera melanjutkan kerjasamanya dengan Belanda untuk merebut kembali tahta Mataram
dalam perjanjian di Jepara yang mana Belanda mengiginkan wilayah timur karawang dan
upah dalam bentuk uang. Setelah perjanjian Jepara ditandatangani, Amangkurat II dan
Belanda melakukan penyerangan ke Mataram dan berhasil memukul mundur aliansi Raden
Kajoran. Dengan demikian, Sultan amangkurat II berhasil merebut kembali tahta Mataram.
Walaupun Sultan Amangkurat II meduduki Mataram dan mengembalikan fungsi
ulama, tetapi persoalan Mataram belum selesai. Sejak 1743 Mataram hanya memiliki
wilayah-wilayah Begelen, Kedu, Jogjakarta, Surakarta. Tragisnya lagi, Mataram terpecah
menjadi dua kerajaan, sesuai dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Kedua kerajaan
tersebut adalah Kerajaan Surakarta dengan rajanya Susuhunan (Pakubuwono III) dan
Yogyakarta dengan rajanya Pangeran Mangkubumi (Hamengku Buwono I). Selanjutnya
pada tahun 1757, Kerajaan Surakarta dipecah lagi menjadi dua yaitu, wilayah yang dirajai
Pakubuwono III dan wilayah yang dirajai oleh Mangkunegara I. Demikian juga pada tahun
1813 oleh Inggris, Yogyakarta dipecah menjadi dua, yaitu wilayah Kesultanan yang dirajai
oleh Sultan Hamengku Buwono III dan Kadipaten Pakualaman yang dipimpin oleh Bendara
Pangeran Natakusuma atau dikenal dengan Pangeran Pakualam I.
H. Peninggalan Kerajaan Mataram
kerajaan mataram islam banyak sekali meninggalkan peninggalan sebagai bukti bahwa
kerajaan ini pernah ada. Berikut beberapa peninggalan kerajaan mataram islam :
1. Sastra Ghending karya dari Sultan Agung,
2. Tahun Saka,
3. Kerajinan Perak,
4. Kalang Obong, yang merupakan tradisi kematian orang kalang, yakni dengan
membakar peninggalan orang yang meninggal.
5. Kue kipo yang merupakan makanan khas masyarakat kotagede, makanan ini telah
ada sejak jaman kerajaan.
6. Pertapaan Kembang Lampir yang merupakan tempat Ki Ageng Pemanahan pernah
bertapa untuk mendapatkan wahyu kerajaan Mataram
7. Segara Wana serta Syuh Brata yang merupakan meriam- meriam yang diberikan
oleh Belanda atas perjanjiannya dengan kerjaan Mataram saat kepemimpinan Sultan
Agung.
8. Puing – puing candi Hindu dan Budha di aliran Sungai Opak serta aliran sungai
Progo
9. Batu Datar yang berada di Lipura letaknya tidak jauh di barat daya kota Yogyakarta
10. Pakaian Kiai Gundil atau yang lebih dikenal dengan Kiai Antakusuma
11. Masjid Agung Negara yang dibangun pada tahun 1763 oleh PB III.
12. Masjid Jami Pakuncen yang didirikan oleh sunan Amangkurat I
13. Gapura Makam Kota Gede, yag merupakan perpaduan dari corak hindu dan islam
14. Masjid yang berada di Makam Kota Gede.
15. Bangsal Duda
16. Rumah Kalang
17. Makam dari Raja- Raja Mataram yang berlokasi di Imogiri.

KERAJAAN / KESULTANAN BANTEN


Berdirinya kerajaan ini atas inisiatif Sunan Gunung Jati pada 1524, setelah sebelumnya
mengislamkan Cirebon. Awalnya, Banten merupakan bagian dari wilayah Pajajaran yang
Hindu, namun setelah Demak berhasil menghalau pasukan Portugis di Batavia, Banten pun
secara tak langsung berada di bawah kekuasaan Demak. Semasa Sunan Gunung Jati, Banten
masih termasuk kekuasaan Demak. Pada tahun 1552, ia pulang ke Cirebon dan Banten
diserahkan kepada anaknya, Maulana Hasanuddin.

A. Kehidupan Politik
Sultan pertama Kerajaan Banten ini adalah Sultan Hasanuddin yang memerintah tahun
1522-1570. Ia adalah putra Fatahillah, seorang panglima tentara Demak yang pernah diutus
oleh Sultan Trenggana menguasai bandar bandar di Jawa Barat. Pada waktu Kerajaan Demak
berkuasa, daerah Banten merupakan bagian dari Kerajaan Demak. Namun setelah Kerajaan
Demak mengalami kemunduran, Banten akhirnya melepaskan diri dari pengaruh kekuasaan
Demak.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis (1511) membuat para pedagang muslim
memindahkan jalur pelayarannya melalui Selat Sunda. Pada masa pemerintahan Sultan
Hasanuddin, Kerajaan Banten berkembang menjadi pusat perdagangan. Hasanuddin
memperluas kekuasaan Banten ke daerah penghasil lada, Lampung di Sumatra Selatan yang
sudah sejak lama mempunyai hubungan dengan Jawa Barat. Dengan demikian, ia telah
meletakkan dasar-dasar bagi kemakmuran Banten sebagai pelabuhan lada. Pada tahun 1570,
Sultan Hasanuddin wafat.
Penguasa Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580), putra Hasanuddin. Di
bawah kekuasaannya Kerajaan Banten pada tahun 1579 berhasil menaklukkan dan menguasai
Kerajaan Pajajaran (Hindu). Akibatnya pendukung setia Kerajaan Pajajaran menyingkir ke
pedalaman, yaitu daerah Banten Selatan, mereka dikenal dengan Suku Badui. Setelah
Pajajaran ditaklukkan, konon kalangan elite Sunda memeluk agama Islam.
Maulana Yusuf digantikan oleh Maulana Muhammad (1580-1596). Pada akhir
kekuasaannya, Maulana Muhammad menyerang Kesultanan Palembang. Dalam usaha
menaklukkan Palembang, Maulana Muhammad tewas dan selanjutnya putra mahkotanya yang
bernama Pangeran Ratu naik takhta. Ia bergelar Sultan Abul Mufakhir Mahmud Abdul Kadir.
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra Pangeran Ratu yang bernama
Sultan Ageng Tirtayasa. Kerajaan Banten dibawah Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1676)
melakukan perombakan besar di bidang politik, sosio-budaya dan ekonomi. Ia sosok yang
visioner dalam pembangunan kerajaan. Keuntungan kerajaan digunakan untuk membangun
keraton di Tirtayasa, membuat jalan dari Pontang ke Tirtayasa-bahkan membuat persawahan
di sepanjang jalan tersebut serta membangun pemukiman di sebelah utara Untung Jawa.
Sebagai kesultanan maritim, Banten semakin mengandalkan dan mengembangkan
perdagangan. Monopoli atas lada di Lampung menempatkan Banten sebagai pedagang
perantara dan salah satu pusat niaga yang penting. Ia sangat menentang kekuasaan
Belanda.Usaha untuk mengalahkan orang-orang Belanda yang telah membentuk VOC serta
menguasai pelabuhan Jayakarta yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa mengalami
kegagalan. Setelah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mulai dikuasai oleh Belanda
di bawah pemerintahan Sultan Haji.

B. Kehidupan Ekonomi
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi
bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-faktornya ialah:
(1) Letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan;
(2) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi
singgah di Malaka namun langsung menuju Banten;
(3) Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada.
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat,
Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-
perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung
Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan
Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.

C. Kehidupan Sosial-budaya
Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial
masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten
berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman. Pendukung
kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan, mereka dikenal
sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan
yang pertama. Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam
Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena
sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan Ageng
Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial
masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid
Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping
itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda, pelarian dari
Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di
Eropa.
D. Peninggalan Kerajaan Banten
1. Mesjid Agung Banten
2. Istana keraton Kaibon
3. Istana keraton Surosawan
4. Benteng Speelwijk
5. Danau Tasikardi
6. Vihara Avalokitesvara
7. Meriam Ki Amuk

KERAJAAN GOWA-TALLO / KERAJAAN MAKASSAR

Lambang Kerajaan Gowa-Tallo


Era baru pun dimulai ketika Gowa dan Tallo bersatu. Inilah masa ketika kerajaan mulai
bangkit menjadi kekuatan besar di Sulawesi Selatan. Merle Calvin Ricklefs dalam Sejarah
Indonesia Modern 1200-2008 menyebutkan, Gowa memiliki sebuah sistem wewenang ganda
yang timbul akibat aliansi politik antara Kesultanan Gowa dan Tallo. Para sultan berasal dari
garis keturunan Gowa, sedangkan perdana menterinya berasal dari garis Tallo. Sistem
ketatanegaraan dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak menghilangkan sama sekali
kekuasaan Raja Tallo. Sejak saat itu, orang sering menyebut Gowa Tallo secara bersama-sama
sebagai Kerajaan Makassar.
Setelah dua kerajaan bersatu, tepatnya pada masa Tonipalangga (1546-1565 M) dengan
perdana menteri dari Tallo, Nappakata’tana Daeng Padulung, ditetapkan sebuah program
politik ekspansi untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan tetangga. Politik itu pun berjalan baik.
Pedalaman Bugis dan perairan Bone mampu dikuasai Gowa-Tallo.
Kebesaran Kerajaan Gowa-Tallo / Makassar tidak lain terjadi karena beberapa faktor,
antara lain:
1. Letaknya strategis.
2. Memiliki Pelabuhan yang baik.
3. Jatuhnya Malaka pada tahun 1511 ke tangan Portugis yang menyebabkan
pedagang Islam pindah ke Makassar.
MASA PEMELUKAN ISLAM, MENJADI KESULTANAN MAKASSAR

Ketika kerajaan Gowa – Tallo memperluas wilayah dan pada saat yang sama banyak
pedagang dari kepulauan nusantara yang menetap di Makassar. Mereka terdiri atas pedagang
Melayu dari Pahang, Patani, Johor, Campa, Minangkabau, dan Jawa.
Berdasarkan Lontara Pattorioloang (Lontara Sejarah), pada masa pemerintahan Raja
Gowa X Tonipalangga, terdapat sebuah perkampungan Muslim di Makassar. Penduduk
kampung Muslim terdiri atas para pedagang Melayu tersebut. Bahkan, pada masa
pemerintahan raja berikutnya, Tonijallo (1565-1590 M), berdiri sebuah masjid di
Manggallekanna, tempat para pedagang itu bermukim.
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam Sejarah Nasional
Indonesia III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Islam di Indonesia menuturkan, baik
sumber asing maupun naskah kuno memaparkan, kehadiran Islam di Makassar telah ada sejak
abad sebelum kedatangan Tome Pires (1512-1515 M).
Pasalnya, penjelajah Barat itu menceritakan bahwa Makassar sudah melakukan
hubungan perdagangan dengan Malaka, Kalimantan, dan Siam. Akan tetapi, penguasa-
penguasa lebih dari 50 negeri di Pulau Sulawesi saat itu masih menganut berhala atau belum
Islam.
Meski telah ada permukiman Muslim dan masjid di sana, Islam baru benar-benar tampak
saat Kerajaan Gowa-Tallo memeluk Islam. Menurut Sewang, para pemukim dari Melayu
berinisiatif mendakwahkan Islam kepada para raja. Mereka pun kemudian mengundang tiga
ulama dari Kota Tengah (Minangkabau) untuk mengislamkan Kerajaan Gowa-Tallo.
Inisiatif untuk mendatangkan mubaligh khusus ke Makassar sudah ada sejak Anakkodah
Bonang (Nahkodah Bonang 3), seorang ulama dari Minangkabau sekaligus pedagang, berada
di Gowa pada 1525. Akan tetapi, baru berhasil setelah memasuki awal abad 17 dengan
kehadiran tiga orang mubaligh yang bergelar datuk dari Minangkabau.
Para mubaligh yang datang ke Makassar disebut dengan Dalto Tallu (Tiga Dato) atau
sumber lain menyebut Datuk Tellue (Bugis) atau Datuk Tallua (Makassar). Ketiganya
bersaudara dan berasal dari Kota Tengah, Minangkabau. Mereka, yakni Dato’ri Bandang
(Abdul Makmur atau Khatib Tunggal), Dato’ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib
Sulung), Dato’ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu).
Prof Andi Zainal dalam Sejarah Sulawesi Selatan menuturkan, ketiga ulama tersebut
tidak datang serta-merta langsung mendakwahkan Islam kepada para raja. Mereka terlebih
dahulu mempelajari kebudayaan Bugis-Makassar di Riau dan Johor.Pasalnya, di dua tempat
tersebut banyak etnis Bugis-Makassar bermukim. Baru setelah sampai di Makassar, mereka
menemui para pedagang Melayu yang tinggal di sana. Dari keterangan merekalah diketahui
bahwa raja yang paling dihormati adalah Datuk Luwu’, sedangkan yang paling kuat dan
berpengaruh ialah Raja Tallo dan Raja Gowa. Maka, tiga raja itulah yang menjadi objek
dakwah para ulama Melayu tersebut.
Pada awalnya para mubaligh tersebut berhasil mengislamkan Raja Luwu, yaitu Datu’ La
Patiware’ Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammad pada 15-16 Ramadhan 1013 H
atau 4-5 Februari 1605 M. Kemudian, mereka pun berhasil mengislamkan Kerajaan Gowa-
Tallo.
Karaeng Matowaya dari Tallo yang bernama I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng
Tallo) mengucapkan syahadat pada Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September
1605 M. Ia pun kemudian bergelar Sultan Abdullah. Selanjutnya, Karaeng Gowa I Manga’
rangi Daeng Manrabbia mengucapkan syahadat pada Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9
November 1607 M. Secara resmi, raja dari kerajaan Gowa-Tallo memeluk agama Islam.
Maka, dengan Islamnya kerajaan tersebut, dakwah Islam pun kemudian menyebar
dengan pesat. Jika Aceh merupakan “Serambi Makkah” Indonesia, Gowa-Tallo adalah
“Serambi Madinah”-nya. Karena di Gowa-Tallo, syariat Islam diterapkan kemudian
didakwahkan ke timur Indonesia.Setelah Kerajaan Gowa-Tallo memeluk Islam, penyebaran
Islam di Sulawesi dan bagian timur Indonesia sangat pesat. Kerajaan Gowa-Tallo berhasil
menorehkan tinta emas sejarah peletakan dasar dan penyebaran Islam di bagian timur negeri
ini.
Prof DR Ahmad M Sewang MA dalam Islamisasi Kerajaan Gowa: abad XVI sampai
abad XVII menuturkan, peristiwa masuk Islamnya Raja Gowa-Tallo merupakan tonggak
sejarah dimulainya penyebaran Islam di Sulawesi Selatan.
Pasalnya, terjadi konversi Islam secara besar-besaran pascaperistiwa tersebut.
Penerimaan Islam dimulai dari sebuah dekrit yang dikeluarkan pemimpin Gowa-Tallo, Sultan
Alauddin, pada 9 November 1607 M. Dekrit tersebut menyatakan Islam sebagai agama resmi
kerajaan dan agama masyarakat.
Saat dekrit dikeluarkan, dakwah Islam masih berlangsung dengan damai. Kerajaan-
kerajaan yang ditaklukkan Gowa-Tallo pra-Islam pun dengan sukarela menerima agama Allah
ini. Begitu pula dengan kerajaan-kerajaan kecil di sekitarnya.
Namun, hambatan dakwah mulai muncul ketika Raja Gowa-Tallo menyerukan Islam ke
tiga kerajaan Bugis. Ketiga kerajaan yang tergabung dalam aliansi Tellunpoccoe menolak
seruan tersebut. Maka, terjadilah perang antara Kerajaan Makassar yang terdiri atas Kerajaan
Gowa dan Tallo dan Kerajaan Bugis yang terdiri atas Kerajaan Bone, Soppeng, dan Wajo.
Menurut artikel Islam di Kerajaan Gowa-Tallo; Menelusuri Jejak-jekak Islam dalam
Kaitannya dengan Penyebaran Islam di Sulawesi di laman Wacana Nusantara, kerajaan yang
menolak dakwah Gowa-Tallo merupakan kerajaan Bugis dan Mandar yang secara
pemerintahan telah kuat.
Mereka khawatir Gowa-Tallo akan menjajah mereka. Faktor penolakan lain juga karena
mereka sukar meninggalkan kegemaran makan babi, minum tuak, sabung ayam dengan
berjudi, dan kebiasaan negatif lain. Kepada yang menolak itu dikirimkan peringatan. Namun
setiap kali ada pesan, setiap itu pula ditolak. Dengan alasan mereka itu mau membangkang
dan melawan, maka terpaksa Gowa mengangkat senjata menundukkan mereka. Namun,
angkatan perang Gowa-Tallo yang terkenal sangat tangguh itu pun berhasil mengalahkan
mereka. Satu per satu kerajaan Bugis dapat ditaklukkan. Dimulai pada 1609 M, tentara Gowa
dikirim ke pedalaman untuk mengislamkan kerajaan Bugis dari yang terkecil, yakni
Ajatappareng (Suppak, Sawitto, Rappang, dan Sidenreng).
Baru kemudian pada tahun yang sama, mereka bergerak ke Kerajaan Soppeng dan
berhasil. Tahun berikutnya, Kerajaan Wajo pun menerima Islam, lalu pada 1611 M Kerajaan
Bone memeluk Islam.
Menurut Sewang, terlepas dari motivasi Sultan Alaudin untuk berperang dengan
kerajaan tetangga tersebut, perang itu sendiri justru sangatlah menguntungkan dari segi
Islamisasi di Sulawesi Selatan. Hal tersebut karena raja-raja yang ditaklukkan kemudian
memeluk Islam. “Raja Bone merupakan raja terakhir dari aliansi Tellunpoccoe yang menerima
Islam setelah ia mengalami kekalahan dalam perang pada 1611 M. Dengan masuknya Islam
Raja Bone, sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan telah memeluk Islam, kecuali Tana
Toraja,” ujarnya.
Mengutip Noorduyn, De Islamisering van Makassar, Islamisasi Sulawesi Selatan terbagi
atas tiga tahap. Pertama, datangnya orang-orang Islam untuk pertama kalinya di suatu
daerah.Kedua, masuknya agama Islam yang berarti penduduk setempat telah memeluk agama
Islam. Ketiga, penyebaran Islam, yaitu setelah Islam mulai disebarkan ke dalam masyarakat
atau disebarkan ke luar daerah di mana Islam pertama kali diterima.

KONDISI SOSIAL BUDAYA KERAJAAN GOWA TALLO

Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan
pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang
dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya. Walaupun masyarakat
Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi
dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral.
Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut
PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma
tersebut.Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang
terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat
lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda
budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis
kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi
dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.
KONDISI EKONOMI KERAJAAN GOWA TALLO

Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat


perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
a) Letak yang strategis,
b) Memiliki pelabuhan yang baik
c) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-
pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan


banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan
sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar. Pelayaran dan perdagangan di Makasar
diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING
BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka
perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat. Selain
perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga
menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

KONDISI POLITIK KERAJAAN GOWA TALLO

Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri


Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi
Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama
memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan
Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa
pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).
Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan
Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah
yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo,
Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.
Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing.
Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah
berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka
timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya
untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan
julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri
peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar
dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa
dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makasar.

KERUNTUHAN KERAJAAN GOWA-TALLO / MAKASSAR

Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh
karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah
berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia
Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makasar. Dengan kondisi tersebut maka
timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya
peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.
Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya sendiri (Bone) yang
dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu sedikit banyaknya membawa
pengaruh terhadap perekonomian Gowa.
Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya
untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda
semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan
julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri
peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar
dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa
dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari
kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk
menghancurkan Makasar.
Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan
Makasar. Dan secara terpaksa kerajaan Makasar harus mengakui kekalahannya dan
menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan
Makasar.
Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:
1. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
2. Belanda dapat mendirikan benteng di Makasar.
3. Makasar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di
luar Makasar.
4. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap
berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin)
meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar,
Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai
sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.
Namun demikian Sultan Hasanuddin telah menunjukkan perjuangannya yang begitu
gigih untuk membela tanah air dari cengkraman penjajah. Sebagai tanda jasa atas perjuangan
Sultan Hasanuddin, Pemerintah Republik Indonesia atas SK Presiden No. 087/TK/1973
tanggal 10 November 1973 menganugerahi beliau sebagai Pahlawan Nasional.
Demikian Gowa telah mengalami pasang surut dalam perkembangan sejak Raja Gowa
pertama, Tumanurung (abad 13) hingga mencapai puncak keemasannya pada abad XVIII
kemudian sampai mengalami transisi setelah bertahun-tahun berjuang menghadapi penjajahan.
Dalam pada itu, sistem pemerintahanpun mengalami transisi di masa Raja Gowa XXXVI Andi
Idjo Karaeng Lalolang, setelah menjadi bagian Republik Indonesia yang merdeka dan bersatu,
berubah bentuk dari kerajaan menjadi daerah tingkat II Otonom. Sehingga dengan perubahan
tersebut, Andi Idjo pun tercatat dalam sejarah sebagai Raja Gowa terakhir dan sekaligus
Bupati Gowa pertama.

TOKOH TERKENAL

Sultan Alaudin
Sultan Alauddin dengan nama asli Karaeng Ma’towaya Tumamenanga ri Agamanna. Ia
merupakan Raja Gowa Tallo yang pertama kali memeluk agama islam yang memerintah dari
tahun 1591 – 1638. dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah.

Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin (lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Januari 163 meninggal
diMakassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan
pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir
Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama Islam, ia mendapat
tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya saja lebih dikenal
dengan Sultan Hasanuddin saja. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het
Oosten oleh Belandayang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur. Ia dimakamkan di
Katangka, Makassar.

PENINGGALAN KERAJAAN GOWA TALLO / KESULTANAN MAKASSAR


Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makasar adalah nelayan dan
pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang
dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.
Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai
kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat
yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat
dan agama Islam yang disebut Besok hari apa? . Dan masyarakat Makasar sangat percaya
terhadap norma-norma tersebut.
Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal pelapisan sosial yang
terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan
“Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat
lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.
Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda
budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis
kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.

Sampai sekarang kapal pinisi dari Sulawesi Selatan masih menjadi salah satu kebanggan
bangsa Indonesia. Disamping itu, masyarakat kerajaan Makassar juga mengembangkan seni
sastra, yaitu kitab Lontara.
Mereka juga mengembangkan kebudayaan lainnya, seperti seni bangunan dan seni
suara. Namun, sayang karya itu tidak banyak diketahui karena kurangnya peninggalan yang
sampai kepada kita.

Fort Rotterdam

Kapal Pinisi

Masjid Katangka
Mesjid Katangka ini didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami
beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan
Mahmud (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan
Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal
(asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.

Makam Para Sultan

KERAJAAN TERNATE

A. Awal Perkembangan Kerajaan Ternate


Pada abad ke-13 di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate
terletak di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri
kerajaan lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, danObi. Di antara kerajaan di Maluku, Kerajaan
Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari
Nusantara maupun pedagang asing.

B. Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan


Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum (1465-1495 M). Raja berikutnya
adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan
agama Islam ke pulau-pulau di sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin
memerintah hingga tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut
dipegang oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah. Pada masa pemerintahan
Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak kejayaannya. Wilayah kerajaan
Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan
dengan itu, agama Islam juga tersebar sangat luas.

C. Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan


Perdagangan dan pelayaran mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada abad
ke-15 telah menjadi kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate
menjual barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah.
Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan Ternate
sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-
harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari
Ternate dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat
sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari kerajaan
Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.
D. Kemunduran Kerajaan Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore
yang dilakukan oleh bangsa asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli
daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar
bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan
berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan
tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan
tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat
KERAJAAN TIDORE
A. Awal Perkembangan Kerajaan Tidore
Kerajaan tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate dan
Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta pada tahun 1081 M.
Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore yang dibawa oleh Ciriliyah,
Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat
dakwah Syekh Mansur dari Arab.
B. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan
Raja Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahanSultan Nuku (1780-
1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk bersama-sama melawan
Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir dari Tidore dan Ternate. Sementara
itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang
cerdik, berani, ulet, dan waspada. Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh
Portugis, Spanyol, Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat.
Wilayah kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja
Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin. Ia juga giat
menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
C. Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Sebagai kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-
harinya banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku dari
Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah
dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai
penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa Eropa.
Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan Belanda.
D. Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate
yang dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk memonopoli
daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan Sultan Ternate sadar
bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan
berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun kemenangan
tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk menguasai
perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan strategi dan
tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat. Masuknya Islam
ke Maluku erat kaitannya dengan kegiatan perdagangan. Pada abad ke-15, para pedagang dan
ulama dari Malaka dan Jawa menyebarkan Islam di sana. Dari sini muncul empat kerajaan
Islam di Maluku yang disebut Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu
a) Kesultanan Tidore yang dipimpin, Kesultanan Jailolo, dan Kesultanan Bacan yang
dipimpin oleh. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah
menyebar sampai ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate
dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan
yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang
mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini
bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan
Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga
daerah ini menjadi pusat perdagangan rempah-rempah Kerajaan TernaTe
Secara geografis kerajaan ternate terletak di kepulauan Halmehera (Maluku Utara).
Kekuasaan kerajaan Ternate saat itu adalah wilayah Maluku, Gorontalo,dan Banggai di
Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao. Raja ternate pertama saat itu adalah Gapi
Baguna / Datuk Maulana Husin (1465-1485). Setelah wafat digantikan putranya Zainal
Abidin, kemudian mewakilkan kepada keluarganya (1495) karena dia memperdalam
agama Islam pada Sunan Giri dan kemudian ke Malaka.
Zainal Abidin hanya memerintah sampai tahun 1500, kemudian digantikan oleh
sultan Sirullah, Sultan Khairun, dan Sultan Baabullah. Kerajaan Ternate mencapai puncak
kejayaannya pada masa Sultan Baabullah karena dia berhasil mengusir Portugis dari
Ternate. Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin
perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin
mengembangkan agama katholik. Bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate
sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam.
Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh
orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan
bila pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur
tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga merekalah yang
dianggap berkuasa. Dibawah pemerintah Sultan Baabullah, dia dapat mengusir Portugis
dan dibawah pemerintahannya pula kekuasaan Kerajaan Ternate semakin meluas hingga
meliputi seluruh kepulauan Maluku, Papua, Timor, Mindanao dan Philipina.
b) Kerajaan Tidore terletak di sebelah selatan Kerajaan Ternate. Wilayah Maluku bagian
timur dan pantai-pantai Irian (Papua) merupakan daerah kekuasaan kerajaan Tidore.
Raja kerajaan Tidore adalah Syahdati/Muhammad Naqal (1081). Agama Islam mulai
masuk Tidore sejak adanya dakwah dari Syekh Mamsur yang berasal dari Arab. Raja
jailolo naik tahta dan mengganti nama menjadi Sultan Hasanuddin.
Pada awalnya Tidore dan Ternate hidup secara damai dan berdampingan. Semenjak
datangnya bangsa Eropa terjadilah persaingan diantara dua kerajaan tersebut karena
menewarkan rempah-rempah. Pada tahun 1529 portugis dibantu oleh Ternate dan Bacan
menyerbu Tidore yang dibantu oleh Spanyol. Pada saat itu Portugis menang menguasai
rempah-rempah di Maluku. Kerajaan Tidore mengalami kejayaan pada saat pemerintahan
Sultan Nuku (1789-1805). Sultan Nuku dapat mempersatukan Tidore dan Ternate, selain
itu dia juga berhasil mengadu domba antara Belanda dan Inggris, sehingga Belanda dapat
diusir dari Tidore. Sejak saat itu bangsa Eropa tidak lagi mengganggu kerajaan Tidore.
Sultan Nuku turun Tahta dan digantikan adiknya sendiru yaitu Zainal Abidin (1805-
1810).

Kerajaan Tidore dan Kerajaan TernaTe


 Letak kerajaan
Secara geografis kerajaan ternate dan tidore terletak di Kepulauan Maluku, antara
sulawesi dan irian jaya letak terletak tersebut sangat strategis dan penting dalam dunia
perdagangan masa itu. Pada masa itu, kepulauan maluku merupakan penghasil rempah rempah
terbesar sehingga di juluki sebagai “The Spicy Island”. Rempah-rempah menjadi komoditas
utama dalam dunia perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-
bangsa yang datang dan bertujuan ke sana, melewati rute perdagangan tersebut agama islam
meluas ke maluku, seperti Ambon, ternate, dan tidore. Keadaan seperti ini, telah
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik, ekonomi,
social, dan budaya.
 Kehidupan politik
Di kepulauan maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai
pemimpin Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti persekutuan
sembilan bersaudara. Ketika bangsa portugis masuk, portugis langsung memihak dan
membantu ternate, hal ini dikarenakan portugis mengira ternate lebih kuat. Begitu pula bangsa
spanyol memihak tidore akhirnya terjadilah peperangan antara dua bangsa kulit, untuk
menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan perjanjian saragosa. Dalam perjanjian
tersebut bangsa spanyol harus meninggalkan maluku dan pindah ke Filipina sedangkan
Portugis tetap berada di Maluku.
 Kehidupan ekonomi

Tanah di Kepulauan maluku itu subur dan diliputi hutan rimba yang banyak memberikan
hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke
12 M permintaan rempah-rempah meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang
penting. Pesatnya perkembangan perdagangan keluar dari maluku mengakibatkan
terbentuknya persekutuan. Selain itu mata pencaharian perikanan mendukung perekonomian si
masyarakat.

 Kehidupan sosial

Kedatangan bangsa portugis di kepulauan Maluku bertujuan untuk menjalin


perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa Portugis juga ingin mengembangkan
agama katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik telah mempunyai pijakan yang kuat di
Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat kegiatan Fransiskus Xaverius. Seperti sudah
diketahui, bahwa sebagian dari daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah
masuk agama islam. Oleh karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh
orang-orang Portugis untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila
pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan campur
tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga seakan-akan merekalah
yang berkuasa. Setelah masuknya kompeni Belanda di Maluku, semua orang yang sudah
memeluk agama Katholik harus berganti agama menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan
masalah-masalah sosial yang sangat besar dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya
kehidupan rakyat. Keadaan ini menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku
kepada kompeni Belanda. Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun
perlawanan tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada
zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang
Kompeni Belanda.

 Kehidupan budaya
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas perekonomian tampaknya tidak begitu
banyak mempunyai kesempatan untuk menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan.
Jenis-jenis kebudayaan rakyat Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman
berkembangnya kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.
 Awal mula persaingan antara Tidore dan Ternate
Semula kerjaan Tidore dan Ternate hidup secara damai dan berdampingan. Semenjak
datangnya bangsa Eropa terjadilah persaingan diantara dua kerajaan tersebut karena
menewarkan rempah-rempah. Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore adalah dalam
perdagangan. Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing
menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu :
1. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara)
Dipimpin oleh Ternate meliputi Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan
Baabulah, Kerajaan Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaanya
meluas ke Filipina.
2. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara)
Dipimpin oleh Tidore meliputi Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore
mencapai masa keemasan dibawah pemerintahan Sultan Nuku.
 Peninggalan Kerajaan Ternate dan Tidore
Ternate

1. Istana Sultan Ternate

2. Benteng kerajaan Ternate dibangun pada tahun 1540 oleh Francisco Serao, seorang
panglima Portugis yang pernah mendarat di Ternate.

3. Masjid di Ternate

4. Makam Sultan Baabullah


Tidore

1. Benteng Tore sisa peninggalan Portugis dan Belanda.

2. Keraton Tidore Keraton ini dibangun oleh Sultan Muhammad Taher pada Tahun 1812 masa
pemerintahan Sultan Syahjuan T.

Lampiran 2
Penilaian Pengetahuan:
Kisi-kisi Soal
Mata Pelajaran : Sejarah(Peminatan)
Kelas/ Semester : X/1
Bentuk Soal : Uraian
Jumlah Soal : 5 butir

No.
Tujuan Pembelajaran Indikator
Soal
1. Menjelaskan sistem pemerintahan, 2. Menjelaskan sistem pemerintahan, 1
sosial, ekonomi, dan kebudayaan sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa masyarakat Indonesia pada masa 2
Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten. Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan
Kerajaan Ternate-Tidore. Kerajaan Ternate-Tidore.
2. Mengaitkan sistem pemerintahan, 3. Mengaitkan sistem pemerintahan, 3
sosial, ekonomi, dan kebudayaan sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa masyarakat Indonesia pada masa
Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten. Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan
Kerajaan Ternate-Tidore terhadap Kerajaan Ternate-Tidore terhadap
kehidupan masyarakat masa kini. kehidupan masyarakat masa kini.
3. Memberikan contoh bukti-bukti 4. Memberikan contoh bukti-bukti 4
peninggalan sistem pemerintahan, peninggalan sistem pemerintahan,
sosial, ekonomi, dan kebudayaan sosial, ekonomi, dan kebudayaan 5
masyarakat Indonesia pada masa masyarakat Indonesia pada masa
Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten. Kerajaan Mataram, Kerajaan Banten.
Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan
Kerajaan Ternate-Tidore pada Kerajaan Ternate-Tidore pada
kehidupan masyarakat masa kini kehidupan masyarakat masa kini

SOAL
Kerjakan Soal-soal dibawah ini :
No. Soal
1. Jelaskanlah sistem pemerintahan pada masa Sultan Agung dan ekonomi pada masa
kerajaan Mataram?
2. Jelaskanlah sistem pemerintahan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa dan ekonomi pada
masa kerajaan Banten?
3. Jelaskanlah keterkaitkan kebudayaan pada masa kerajaan Mataram yang masih ada
pada saat sekarang, beserta contohnya?
4 Tulisakanlah 3 contoh bukti peninggalan masa kerajaan Gowa Tallo(Makasar) berupa
benda yang masih ada saat sekarang?
5 Tuliskanlah 3 contoh bukti peninggalan masa kerajaan Ternate dan Tidore berupa
benda yang masih ada saat sekarang?

Kunci Jawaban:
1. Sistem pemerintahaan pada masa Sultan Agung
Raden Mas Rangsang diangkat menjadi raja baru yang memakai nama Sultan
Agung Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman. Jika para pendahulunya mengambil
ibukotanya di Kotagede, maka Sultan Agung mengambil ibukotanya di Karta. Sultan
Agung dikenal dengan politik ekspansinya, sehingga bukan Jawa saja yang ingin
dikuasainya melainkan wilayah Nusantara. Musuh-musuh Sultan Agung bukan saja
kerajaan-kerajaan yang ada di pesisir dan kerajaan Hindu di Blambang, tetapi juga
para penguasa asing yang berkoloni di Nusantara. Misalnya, Portugis dan Belanda.
Oleh karena itu, wajarlah jika semenjak diangkatnya, ia selalu mengangkat senjata
dalam rangka menerapkan taktik ekspansi.
Sistem ekonomi kerajaan Mataram
Negara Mataram tetap merupakan negara agraris yang tetap mengutamakan
pertanian. Selain beras, Mataram juga menghasilkan gula kelapa dan gula aren. Hasil
gula tersebut berasal dari daerah Giring di Gunungkidul. Gula kelapa dan gula aren itu
diekspor ke luar melalui Tembayat dan Wedi.
2. Sistem pemerintahaan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa putra Pangeran Ratu yang
bernama Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682). Sebagai kesultanan maritim, Banten
semakin mengandalkan dan mengembangkan perdagangan. Monopoli atas lada di
Lampung menempatkan Banten sebagai pedagang perantara dan salah satu pusat niaga
yang penting.
Sistem ekonomi kerajaan Banten
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi
bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-faktornya ialah:
(1) Letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan;
(2) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi
singgah di Malaka namun langsung menuju Banten;
(3) Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada.
3. keterkaitan kebudayaan masa kerajaan Mataram dengan kehidupan masa kini beserta
contohnya
pada saat sekarang pengaruh dari kebudayaan pada masa kerajaan mataram masih
digunakan, dimana di kota yogyakarta masih memproduksi kerajinan dari perak yang
merupakan salah satu kerajinan pada masa mataram.
4. 3 contoh bukti peninggalan masa kerajaan Gowa Tallo (Makasar) berupa benda yang
masih ada saat sekarang
 Fort Rotterdam
 Kapal Pinisi
 Mesjid katangka
5. 3 contoh bukti peninggalan masa kerajaan Banten berupa benda yang masih ada saat
sekarang
Kerajaan Ternate
 Istana Sultan Ternate
 Benteng kerajaan Ternate
 Masjid di Ternate
Kerajaan Tidore
 Benteng Tore
 Keraton Tidore
Skor Penilaian Tes Tertulis
No. Soal Skor Maksimal
1 25
2 25
3 20
4 15
5 15
Jml Skor Maksimal 100

Jumlah skor yang diperoleh siswa Keterangan:


NA = -------------------------------------------- X100
Jumlah skor maksimal NA : Nilai Akhir

Lampiran 3
Penilaian Keterampilan:
RUBRIK OBSERVASI I
KEGIATAN DISKUSI KELOMPOK
Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan) Tahun Pelajaran : 2016/2017
Kelas / Semester : X /1 Waktu Pengamatan :

Nama Peserta Mengkomunikasikan Mendengarkan Berargumentasi Berkontribusi Jumlah


NO 0-100 0-100 0-100 0-100 Skor
Didik
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Keterangan :
Nilai = Jumlah skor dibagi 4
a. Keterampilan mengomunikasikan adalah kemampuan peserta didik untuk
mengungkapkan atau menyampaikan ide atau gagasan dengan bahasa lisan yang efektif.
b. Keterampilan mendengarkan dipahami sebagai kemampuan peserta didik untuk tidak
menyela, memotong, atau menginterupsi pembicaraan seseorang ketika sedang
mengungkapkan gagasannya.
c. Kemampuan berargumentasi menunjukkan kemampuan peserta didik dalam
mengemukakan argumentasi logis ketika ada pihak yang bertanya atau mempertanyakan
gagasannya.
d. Kemampuan berkontribusi dimaksudkan sebagai kemampuan peserta didik
memberikan gagasan-gagasan yang mendukung atau mengarah ke penarikan kesimpulan
termasuk di dalamnya menghargai perbedaan pendapat.
e. Skor rentang antara 0 – 100
 91 – 100 = Amat Baik 75 – 80 = Cukup
 81 – 90 = Baik 0 – 74 = Kurang

Lampiran 4
Penilaian Keterampilan:
RUBRIK OBSERVASI II
KEGIATAN PRESENTASI
Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan) Tahun Pelajaran : 2016/2017
Kelas / Semester : X /1 Waktu Pengamatan :

Menjelaskan Memvisualkan Merespon Jumlah


NO Nama Peserta Didik
0-100 0-100 0-100 Skor

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Keterangan :
a. Keterampilan menjelaskan adalah kemampuan menyampaikan hasil observasi dan
diskusi secara meyakinkan.
b. Keterampilan memvisualisasikan berkaitan dengan kemampuan peserta didik untuk
membuat atau mengemas informasi seunik mungkin, semenarik mungkin, atau sekreatif
mungkin.
c. Keterampilan merespon adalah kemampuan peserta didik menyampaikan tanggapan
atas pertanyaan, bantahan, sanggahan dari pihak lain secara empatik.
d. Skor rentang antara 0 – 100
 91 – 100 = Amat Baik 75 – 80 = Cukup
 81 – 90 = Baik 0 – 74 = Kurang

Lampiran 5
Penilaian Keterampilan

Penilaian untuk membuat kliping tentang peninggalan-peninggalan pada masa Kerajaan


Mataram, Kerajaan Banten. Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar) dan Kerajaan Ternate-Tidore
yang masih berpengaruh terhadap kehidupan masa kini, beserta keterangan dari gambar
tersebut, min 10 gambar 1 kerajaan islam!

Mata Pelajaran : Sejarah Peminatan Tahun Pelajaran : 2016/2017


Kelas / Semester : X /1 Waktu Pengamatan :

NO Nama Peserta Didik


Relevansi Kelengkapan Kebahasaan Isi Jumlah
0-100 0-100 0-100 0-100 Skor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Nilai = Jumlah skor dibagi 4


Keterangan :
a. Kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sebagai cara peserta didik mengumpulkan informasi faktual
dengan memanfaatkan indera penglihat, pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Maka secara
keseluruhan yang dinilai adalah HASIL pengamatan (berupa informasi) bukan CARA mengamati.
b. Relevansi, kelengkapan, dan kebahasaan diperlakukan sebagai indikator penilaian kegiatan mengamati.
Relevansi merujuk pada ketepatan atau keterhubungan fakta yang diamati dengan informasi yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan Kompetensi Dasar/Tujuan Pembelajaran (TP).
Kelengkapan dalam arti semakin banyak komponen fakta yang terliput atau semakin sedikit sisa (residu)
fakta yang tertinggal.
Kebahasaan menunjukan bagaimana peserta didik mendeskripsikan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam
bahasa tulis yang efektif (tata kata atau tata kalimat yang benar dan mudah dipahami).
c. Skor rentang antara 0 – 100
 91 – 100 = Amat Baik 75 – 80 = Cukup
 81 – 90 = Baik 0 – 74 = Kurang.
Lembar Kerja Peserta Didik
No. 01.01
Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan)
Materi Pokok : Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan-kerajaan besar Islam
di Indonesia yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini.
Sub Materi Pokok : Kerajaan Mataram dan Kerajaan Banten
Kelas : ………
Kelompok : ……… Ketua : ………………………………..
Untuk Kelompok I Anggota :
1. …………………………………………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………
4. …………………………………………………………
5. …………………………………………………………

Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menjelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan
Kerajaaan Ternate dan Tidore.
2. Mengaitkan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan
Kerajaaan Ternate dan Tidore terhadap kehidupan masyarakat masa kini.
3. Memberikan contoh bukti-bukti peninggalan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan
Gowa Tallo (Makasar) dan Kerajaaan Ternate dan Tidore pada kehidupan masyarakat masa
kini

Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:


 Kelompok I bertugas mendiskusikan dan merumuskan materi tentang Sistem
pemerintahan dan sosial kerajaan Mataram terhadap kehidupan masa kini!

Selamat bekerja!

Lembar Kerja Peserta Didik


No. 01.02
Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan)
Materi Pokok : Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan-kerajaan besar Islam
di Indonesia yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini.
Sub Materi Pokok : Kerajaan Mataram dan Kerajaan Banten
Kelas : ………
Kelompok : ……… Ketua : ………………………………..
Untuk Kelompok II Anggota :
1. …………………………………………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………
4. …………………………………………………………
5. …………………………………………………………

Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menjelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan
Kerajaaan Ternate dan Tidore.
2. Mengaitkan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan
Kerajaaan Ternate dan Tidore terhadap kehidupan masyarakat masa kini.
3. Memberikan contoh bukti-bukti peninggalan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan
Gowa Tallo (Makasar) dan Kerajaaan Ternate dan Tidore pada kehidupan masyarakat masa
kini

Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:


 Kelompok II mendiskusikan dan merumuskan materi tentang sistem ekonomi dan
kebudayaan kerajaan Mataram terhadap kehidupan masa kini!

Selamat bekerja!

Lembar Kerja Peserta Didik


No. 01.03
Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan)
Materi Pokok : Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan-kerajaan besar Islam
di Indonesia yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini.
Sub Materi Pokok : Kerajaan Mataram dan Kerajaan Banten
Kelas : ………
Kelompok : ……… Ketua : ………………………………..
Untuk Kelompok III Anggota :
1. …………………………………………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………
4. …………………………………………………………
5. …………………………………………………………

Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menjelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan
Kerajaaan Ternate dan Tidore.
2. Mengaitkan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia
pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan
Kerajaaan Ternate dan Tidore terhadap kehidupan masyarakat masa kini.
3. Memberikan contoh bukti-bukti peninggalan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan
Gowa Tallo (Makasar) dan Kerajaaan Ternate dan Tidore pada kehidupan masyarakat masa
kini

Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:


 Kelompok III mendiskusikan dan merumuskan tentang sistim pemerintahan dan sosial
kerajaan Banten terhadap kehidupan masa kini!
Selamat bekerja!

Lembar Kerja Peserta Didik


No. 01.04
Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan)
Materi Pokok : Sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
masyarakat Indonesia pada masa Kerajaan-kerajaan besar Islam
di Indonesia yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat
Indonesia masa kini.
Sub Materi Pokok : Kerajaan Mataram dan Kerajaan Banten
Kelas : ………
Kelompok : ……… Ketua : ………………………………..
Untuk Kelompok IV Anggota :
1. …………………………………………………………
2. …………………………………………………………
3. …………………………………………………………
4. …………………………………………………………
5. …………………………………………………………

Tujuan Pembelajaran :
Setelah mengikuti proses pembelajaran peserta didik dapat:
1. Menjelaskan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada
masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan Kerajaaan
Ternate dan Tidore.
2. Mengaitkan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada
masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan Gowa Tallo (Makasar) dan Kerajaaan
Ternate dan Tidore terhadap kehidupan masyarakat masa kini.
3. Memberikan contoh bukti-bukti peninggalan sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan
kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan Mataram, kerajaan Banten. Kerajaan
Gowa Tallo (Makasar) dan Kerajaaan Ternate dan Tidore pada kehidupan masyarakat masa
kini

Diskusikan dan pecahkan masalah berikut:


 Kelompok IV mendiskusikan dan merumuskan tentang sistem ekonomi dan kebudayaan
kerajaan Banten terhadap kehidupan masa kini!
Selamat bekerja!

Anda mungkin juga menyukai