Anda di halaman 1dari 3

A.

Awal Mula Kerajaan Harsha

Pada awalnya Harsha Vardhana merupakan keturunan dari penguasa Kerajaan Thanesar. Harsha
Vardhana memiliki tiga bersaudara dari dari Thanesar yaitu Rajya, Harsha dan Rajyari yang menikah
dengan Kanauj. Ketika mendengar saudaranya dibunuh secara, spontan timbul jiwa ksatria dari Harsha
yang awalnya hanya peduli terhadap agama saja. Kemudian dia kembali ke kerajaan dan
menyelamatkan saudara perempuannya (Rajyari) yang akan mencebur kedalam unggun jenazah
suaminya. Serentak rakyat beserta menteri Kanauj mengangkat Harsha sebagi Raja, kemudian
memunculkan kerajaan Harsha sebagai kelanjutan dari Gupta (Su’ud, 1988 :207).

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa kerajaan Harsha bisa dikatakan kelanjutan dari kerajaan Gupta,
dan keturunan dari Chandragupta. Kerajaan ini muncul karena terdapat penyerangan oleh Malwa ke
Kerajaan Thanesar yang waktu itu dipimpin oleh Kanauj suami dari saudara perempuan Harsha.

B. Perkembangan Kehidupan Ekonomi, Sosial, Agama, Politik dan Budaya

A. Kehidupan Politik

Hasha Vardhana sebagai penguasa Thanesar dan Kanauj, serta merupakan raja Budha yang terakhir di
India Utara yang memiliki kekuasaan besar. Setelah kenaikan takhtanya Harsha Vardhana melakukan
konsolidasi wilayah dengan cara menaklukan daerah-daerah yang tidak patuh. Cara yang digunakan
adalah memberi pakaian kepada gajah dan prajuritnya (Suwarno,2012 :60). Selama enam tahun wilayah
Harsha Vardhana dari muara sungai Gangga sampai sungai Sutlej yang meliputi Malwa, Gujarat dan
Khatiawar. Harsha Vardnan sering diberi gelar “raja lima negara” yang memimpin Punjab, Kanauj,
Benggala, Mithila/ Darbangga dan Orissa.

Dijelaskan dalam Su’ud (1988: 208) bahwa Harsha memiliki banyak provinsi yang dikepalai oleh
Gubernur di masing-masing daerah. Meskipun telah dipimpin oleh Gubernur, raja tidak mempercayakan
semuanya kepada para pejabat, setiap pejabat harus membuat laporan mengenai perkembangan setiap
daerahnya.

B. Kehidupan Ekonomi, Sosial, Agama dan Budaya

Raja Harsha merupakan raja yang bersifat adil dan cakap, dia menjadi terkenal karena sifatnya yang
tulus terhadap sesama. Harsha menganut agama budha, pembunuhan terhadap hewan dilarang
dinegerinya, dengan ancaman hukuman yang tinggi bagi yang melanggar. Dijelaskan dalam Su’ud (1988 :
208) bahwa disepanjang perjalanan disediakan tempat istirahat bagi para bhiksu, yang lengkap dengan
persediaan makanan dan obat-obatan. Bagi kaum yang sakit atau orang terlantar disediakan pula
kesehatan dengan cuma-cuma. Raja digambarkan sebagai orang yang senang menerima rakyatnya
menghadap, yang dilakukan tidak diruang khusus, melainkan disembarang tempat. Inspeksi ini dilakukan
ditengah jalan atau tempat peristirahatan.

Menurut Hiuen Tsang dalam Suwarno (1988: 209) menyatakan kota-kota ataupun desa-desa
mempunyai gapura dalam, dikelilingi oleh tembok yang luas dan tinggi, serta jalan kampung yang
berliku. Jalanan agak kotor namun, kedai-kedai diberi tanda sehingga tempatnya teratur. Tukang-tukang
daging, algojo, tukang bersih jalan dan sebagainya tinggal diluar kota.

Dijelaskan pula bagi para pejalan yang menggunakan jalan umum, diharuskan berjalan disebelah kiri.
Sedangkan rumah-rumah pemduduk dikelilingi oleh tembok rendah membentuk kota-kota kecil.
Tembok tersebut dibuat dari tanah liat yang dibakar dengan batubara. Meskipun raja beragama budha
tetapi memiliki toleran terhadap yang beragama Hindu. Dalam segi hukum dan etika pergaulan dapat
dinyatakan, bahkan terdapat kecenderunganuntuk menghormati rakyat. Kejahatan maupun pelanggaran
tidak mengakibatkan kematian, terhadap kasus susila berupa pemerkosaan diancam berupa potong
telingaatau hidung.

Dijelaskan pula dalam kehidupan umum, apabila penduduk dikerahkan untuk dipekerjakan, maka tenaga
mereka dihargai dengan pembayaran yang pantas. Masa Harsha terdapat sistem kasta dan dilakukan
secara sepenuhnya, yaitu sebagai berikut :

· Kaum Brahmana : menjalankan kewajiban agama mereka.

· Kaum Ksatria : menjalankan roda pemerintahan.

· Kaum Waisa : sebagai buruh, pedagang, dan petani.

· Kaum Sudra : hamba sahaya yang merupakanlapisan masyarakat yang paling bawah.

C. Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Harsha

Kerajaan Harsha tidak mempunyai peninggalan berupa artefaktual, namun berupa bentuk pendidikan
dan kesusastraan. Kebanyakan orang pada masa Harsha mengenal kesusastraan dan pendidikan yang
wajib ditempuh, untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

A. Pendidikan

Bidang pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam menunjukkan sumber daya manusia.
Berbeda dengan negara biasanya, pendidikan yang diterapkan di Harsha adalah keagamaan.
Menggunakan huruf brahmi, yang merupakan huruf induk dari huruf yang berlaku di India. Terdapat
perguruan tinggi yaitu perguruan Nalanda yang dijelaskan dalam bukunya Su’ud (1998: 210-211)
merupakan pusat pendidikan perguruan tinggi di India, dan juga bagi umat manusia di seluruh dunia
yang bermaksud untuk mempelajarinya.

B. Kesusastraan

Masa Harsha terkenal dengan kesusastraanya, termasuk raja sendiri tertarik dengan sastra. Raja menulis
syair-syair yang saat ini masih terkenal. Dijelaskan dalan Kuiper (2011 : 267-268) Kerajaan pengadilan
dan kuil-kuil India tradisional telah menjadi pusat utama dari seni pertunjukkan. Pada zaman kuno,
Sansekerta drama musiman festival atau merayakan acara khusus. Beberapa raja menonjolkan
dramawan dengan merayakan acara khusus. Dramawan dari raja yaitu Shudraka pada abad ke-4
sebagai penulis Mrichchakatika (The Little ClayCart).

Anda mungkin juga menyukai