Anda di halaman 1dari 17

Perjuangan Sunan Gunung Jati Melawan

Penjajah Portugis
By
Gunawan
March 23, 2013Posted in: Kisah Wali Songo

Perjuangan Sunan Gunung Jati


Sering kali terjadi kerancuan antara nama fatahillah dengan syarif hidayatullah; yang bergelar
sunan gunung jati. Orang menganggap fatahillah dan Syatif Hidayatullah adalah satu orang,
namun sebenarnya adalah dua orang. Syarif hidayatullah adalah cucu raja pajajaran dan seorang
penyebar agama islam di jawa barat yang kemudian disebut sunan gunung jati.

Sementara itu fatahillah adalah seorang pemuda pasai yang dikirim oleh Sultan Trenggana, raja
demak, untuk membantu sunan gunung jati berperang melawan penjajah portugis. Bukti bahwa
fatahillah bukan sunan gunung jati adalah makam yang berada di dekat sultan gunung jati
bertulis tubagus pasai fathullah, fatahillah, atau faletehan, menurut lidah orang portugis.
Syarif hidayatullah dan ibunya, syarifah Mudaim, datang ke negeri caruban Larang, jawa barat,
pada tahun 1475 m. Setelah mereka singgah dulu di gujarat dan pasai untuk menambah
pengalaman. Ketika mereka sampai di negeri caruban larang, keduanya disambut gembira oleh
pangeran cakrabuana dan keluarganya. Ketika ibu dan anak itu tiba di caruban larang, syekh
kahfi sudah wafat dan dimakamkan di pasambangan. Dengan alasan agar selalu dekat dengan
makam gurunya, syarif mudaim minta diizinkan tinggal di pasambangan atau guungjati,
cirebon.

Syarifah mudaim dan putranya, syarif hidayatullah, menrsuhkan usaha syekh kahfi dengan
membuka pesantren gunung jati. Maka, nama syarif hidayatullah lebih dikenal dengan sebutan
sunan gunung jati. Tibalah saat yang ditentukan, yaitu pangeran cakrabuana menikahkan
anaknya, Nyi Pakungwati dengan Syarif Hidayatullah. Pada tahun 1479 m. Pangeran cakrabuana
karena usianya sudah lanjut, menyerahkan kekuasaan negeri caruban larang kepada syarif
hidayatullah dengan gelar susuhunan yang berarti orang yang dijunjung tinggi.

Pada tahu pertama pemerintahannya, syarif hidayatullah berkunjung ke pajajaran untuk


mengunjungi kakeknya, yaitu prabu siliwangi. Sang prabu diajak masuk islam, tetapi tidak mau.
Meskipun prabu siliwangi tidak mau masuk islam, ia tidak menghalangi cucunya menyiarkan
agama islam di wilayah pajajaran. Kemudian syarif hidayatullah melanjutan perjalanan ke
serang, banten.
Penduduk serang sudah ada yang masuk islam karena banyak saudagar arab dan gujarat yang
sering singgah ke tempat itu. Meskipun demikian, kedataga syarif hidayatullah disambil baik
oleh adipati Banten. Bahkan syarif hidayatullah dijodohkan degan putri adipati banten yang
bernama nyi kawungten. Dari perkawinan ini, ia dikaruniai dua orang anak, yaitu Nyi rabu
winaon dan pangeran sebakingking.
Dalam menyebarkan gama islam di tanah jawa, syarif hidayatullah atau sunan gunung jati tidak
bekerja sendirian. Ia sering bermusyawarah dengan anggota wali lainnya di masjid demak.
Bahkan, ia juga ikut membantu pendirian masjid demak. Dari pergaulannya dengan sultan demak
dan para walinya, syarif hidayatullah akhirnya memimpin caruban larang dan mendirikan
kesultanan pakungwati. Dan, ia memproklamirkan diri sebagai raja dengan gelar sultan.
Dengan berdirinya kesultanan tersebut, cirebon tidak lagi mengirim upeti kepada pajajaran yang
biasanya disalurkan lewat kadipaten galuh. Namun, tindakan ini dianggap sebagai
pembangkangan oleh raja pajajaran. Ia tidak peduli terhadap orang yang berdiri di balik
kesultanan cirebon. Maka, ia mengirimkan pasukan prajurit pilihan yang dipimpin oleh Ki
jagabaya. Tugas mereka adalah menangkap syarif hidayatullah yang dianggap telah lancang
mengangkat diri sebagai raja tandingan pajajaran.
Tapi, usaha ini tidak berhasil, ki jagabaya dan anak buahnya malah tidak kembali ke pajajaran.
Mereka masuk islam dan menjadi pengikut syarif hidayatullah. Maka pengaruh kesultanan
pakungwati semakin bertambah besar karena prajurit dan perwirapilihan pajajaran bergabung ke
cirebon. Berbagai daerah lain, seperti surantaka, japura, wana giri dan telaga, juga menyatakan
diri menjadi wilayah kesultanan pakungwati di cirebon.
Setelah pelabuhan muara jati diperluas, maka semakin bertambah besar pengaruh kesultanan
pakungwati. Banyak pedagang besar negeri asing yang datang menjalin pershabatan, di
antaranya negeri tiongkok. Bahkan salah seorang keluarga istana cirebon menikah dengan
pembesar negeri cina yang berkunjung ke cirebon, yaitu Ma Huan. Maka, jalinan antara cirebon
dan negri cina semakin erat.

Sunan gunung jati juga pernah diundang ke negeri cina dan menikah dengan putri kaisar cina
yang bernama putri Ong tien. Pada saat itu, kaisar cina yang berasal dari dinasti ming jua
bragama islam. Dengan perkawinan itu sang kaisar ingin menjadi hubungan baik antara cirebon
dan negeri cina. Hal ini ternyata menguntungkan bangsa cina dalam dunia perdagangan.
Setelah menikah dengan sunan gunung jati, maka putri ong tien diganti namannya menjadi nyi
ratu rara semanding. Tak salah, jika istana dan masjid cirebon dihiasai dan diperluas dengan
berbagai motif hiasan dinding dari negeri cina. Pembangunan masjid itu melibatkan banyak
pihak, antara lain para wali sanga dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh raden patah,
penguasa demak. Dalam pembangunan itu, sunan kalijaga mendapat penghormatan untuk
mendirikan soko tatal sebagai lambat persatuan umat.
Setelah sunan gunung jati selesai membangun masjid, ia memerintahkan membangun jalan raya
yang menghubungkan cirebon dengan berbagai daerah kadipaten lainnya untuk memperluas
pengembangan islam di seluruh tanah pasundan. Prabu siliwangi hanya bisa menahan diri
terhadap kembangan wilayah cirebon yang semakin luas itu. Bahkan, wilayah pajajaran sendiri
sudah semakin terhimpit.
Pada tahun 1511m, malaka diduduki oleh bangsa portugis. Selanjutnya mereka ingin meluaskan
kekuasaan ke pulau jawa. Pelabuhan sunda kelapa menjadi sasaran mereka untuk menancapkan
kuku penjajahan. Demak bintoro tahu bahaya besar yang mengancam kepulauan nusantara.
Karena itu, raden patah mengirim adipati unus atau pangeran sebrang lor untuk menyerang
portugis di malaka. Tapi usaha itu tidak membuahkan hasil karena persenjataan portugis terlalu
lengkap. Dan mereka terlanjur mendirikan benteng yang kuat di malaka.
Ketika adipati unus kembali ke jawa, seorang pejuang dari pasai (malaka) bernama fatahillah
ikut berlayar ke pulau jawa. Sebab, pasai sudah tidak aman bagi mubaligh seperti fatahillah.
Karena itu, ia ingin menyebarkan agama islam di tanah jawa. Raden patah wafat pada tahun
1518 M, lalu kedudukannya digantikan oleh adipati unus atau pangeran sebrang lor. Ketika ia
baru saja dinobatkan, ternyata muncul berbagai pembrontakan dari daerah pedalaman. Saat
memadamkan pembrontakan itu, pangeran sabrang lor meninggal dunia dan gugur sebagai
pejuang syuhada.
Pada tahun 1521 M, sultan demak dipegang oleh raden trenggana, putra raden patah yang ketiga.
Di dalam pemerintahannya, fatahillah diangkat sebagai panglima perang yang akan ditugaskan
mengusir portugis di sunda kelapa. Fatahillah yang pernah berpengalaman melawan portugis di
malaka narus mengangkat senjata lagi sekarang. Dari demak, awalnya pasukan yang
dipimpinnya menuju cirebon. Kemudian, pasukan gabungan demak dan cirebon itu menuju
sunda kelapa yang sudah dijarah portugis dengan bantuan pajajaran.
Mengapa pajajaran membantu Portugis? Sebab, pajajaran merasa iri dengan dendam terhadap
perkembangan wilayah cirebon yang semakin luas. Ketika portugis bersedia membantu merebut
wilayah pajajaran yang dikuasai cirebon, maka raja pajaran menyetujuinya. Lalu mengapa
pasukan gabungan demak dan cirebon tidak dipimpin oleh sunan gunung jati? Sebab, sunan
gunung jati tahu bahwa ia harus berperang melawan kakeknya sendiri. Maka, ia memerintahkan
fatahillah untuk memimpin serbuan itu.

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Dari pengalaman bertempur di malaka, fatahillah tahu
titik lemah tentara dan siasat portugis. Dan setiap serangan pasukan demak-cirebon selalu
membawa hasil gemilang. Akhirnya portugis dan pajajaran kalah. Lalu portugis kembali ke
malaka. Sementara itu, pasukan pajajaran tercerai berai tidak menentu. Selanjutnya, fatahillah
ditugaskan mengamankan baten dari gangguan para pembrontak yaitu sisa sisa pasukan
pajajaran. Usaha ini tidak menemui kesulitan karena fatahillah dibantu putra sunsn gunung jati
yang bernama pangeran sebakingking.
Di kemudian hari, pangeran sebakingking menjadi penguasan Banten dengan gelar pangeran
Hasanuddin. Kemudian, fatahillah diangkat menjadi rasa oleh segenap adipati di sunda kelapa.
Dan, ia mengubah nama sunda kelapa menjadj jayakarta. Sebab sunan gunung jati selaku sultan
cirebon telah memerintahkannya untuk meluaskan daerah cirebon agar islam lebih merata di
jawa barat.
Fatahillah berturut-turut dapat menaklukkan daerah telaga, sebuah negara kecil yang dikuasai
oleh raja Budha bernama prabu pacukuman. Kemudian, kerajaan galuh hendak meneruskan
kebesaran pajajaran lama. Raja galuh ini bernama prabu cakraningrat dengan senopatinya yang
terkenal, yaitu aria kiban. Tapi, galuh tidak dapat membendung kekuatan cirebon. Akhirnya, raja
dan senopatinya tewas dalam peperangan itu.
Kemenangan demi kemenangan berhasil diraih fatahillah. Akhirnya, sunan gunung jati
memanggil ulama dari pasai itu ke cirebon. Sunan gunung jati menjodohkan fatahillah dengan
ratu wulung ayu. Sementara itu, kedudukan fatahillah selaku adipati jayakarta diserahkan kepada
ki bagus angke. Ketika usia sunan gunungjati sudah semakin tua, maka ia mengangkat putranya,
yaitu pangeran muhammad arifin, sebagai sultan cirebon dengan gelar pasara pasarean. Dan
fatahillah yang sering disebut tugabgus atau kiai bagus pasai diangkat menjadi penasehat sang
sultan.
Sunan gunung jati lebih memusatkan diri pada penyiaran dakwah islam di gunung jati atau
pesantren pasambangan. Namun, lima tahun sejak pengangkatannya, pangeran muhammad arifin
mendadak meninggal dunia mendahului ayahnya. Kemudian, kedudukan sultan diberikan kepada
pangeran sebakingking yang bergelar sultan maulana hasanuddin dengan pemerintahan di
banten. Sementara itu, sultan cirebon hanya bergelar adipati cabon I walaupun cirebon masih
tetap digunakan sebagai kesultanan. Dan, adipati carbon I ini adalah menantu fatahillah yang
diangkat sebagai sultan cirebon oleh sunan gunung jati.

Meninggalnya Sunan Gunung jati


Sunan gunung jati wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun. Ia dimakamkan di cirebon
bernama dengan ibu dan pangeran cakrabuana. Dia tahun kemudia, kiai bagus pasai atau
fatahillah juga meninggal dunia. Ia juga dimakamkan di tempat yang sama. Makam kedua tokoh
hebat tersebut berdampingan tanpa ada perantara apapun.

Sunan Gunung Jati

Kisah wali songo kali ini akan mengulas tentang cerita Sunan gunung jati, Ia merupakan salah
satu dari wali songo yang berdakwah di jawa barat. Sebenarnya sebelum sunan gunung jati
berdakwah di jawa barat itu, sudah ada seorang ulama dari Baghdad, irak yang dating ke daerah
Cirebon bersama dua puluh orang muridnya. Ulama besar itu bernama Syekh kahfi. Ia adalah
ulama yang lebih dulu menyiarkan agama islam di sekitar cirebon.

Cerita Sunan Gunung Jati

Suatu hari dikisahkan bahwa putra prabu siliwangi dari pajajaran bernama pangeran
walangsungsang dan adiknya bernama rara santang, mendapat mimpi yang sama pada suatu
malam. Mimpi tersebut terulang-ulang sampai tiga kali. Mereka bermipi bertemu dengan Nabi
Muhammad saw yang mengajarkan agama islam.
Wajah nabi Muhammad saw yang agung dan cara menerangkan islam sangat mempesona,
sehingga membuat keduanya merasa rindu. Tapi, mimpi itu hanya terjadi tiga kali. Sebagaimana
orang kehausan, keduanya ingin mereguk air lebih banyak lagi. Dan air yang menyejukkan jiwa
mereka adalah agama islam.
Mereka juga kebetulan mendengar keberadaan Syekh Kahfi atau biasa disebut syekh datuk kahfi
membuka perguruan islam di cirebon. Mereka mengutarakan maksud mereka kepada prabu
silliwangi untuk berguru kepada syekh kahfi. Mereka ingin memperdalam agama Islam seperti
ajaran nabi Muhammad saw. Tapi keinginan mereka ditolah oleh prabu siliwangi.

Pangeran walangsungsang dan adiknya tetap nekat. Kemudian keduanya melarikan diri dari
istana dan pergi berguru kepada syekh kahfi si gunung jati. Setelah berguru beberapa lama di
gunung jati, pangeran walangsungsang diperintahkan oleh syekh kahfi utuk membuka hutan di
bagian selatan gunung jati. Sesungguhnya, ia adalah seorang pemuda sakti. Maka, tugas itu pun
mampu diselesaikannya dalam beberapa hari.
Daerah itupun dijadikan pedukuhan yang semakin hari semakin banyak orang berdatangan untuk
menetap dan menjadi pengikut pangeran walangsungsang. Setelah daerah itu ramai, ia diangkat
sebagai kepala dukuh dengan gelar cakrabuana. Lalu, daerah tersebut dinamakan tegal alangalang.
Orang yang menetap di tegal alang-alang terdiri atas berbagai ras atau keturunan. Banyak
pedagang asing yang menjadi penduduk setempat, sehingga terjadilah pembauran berbagai ras
dan percampuran dalam bahasa sunda. Akibatnya, tegal alang-alang disebut caruban.
Sebagai besar rakyat caruban bermata pencarian pencari udang, yang kemudian dibuat menjadi
petis yang terkenal. Dalam bahas asunda, petis udang disebut cai rebon. Kemudian, daerah
caruban lebih dikenal sebagai Cirebon hingga sekarang. Setelah dianggap memenuhi syarat,
pangeran cakrabuana dan rara santang diperintah oleh syekh kahfi untuk melaksanakan ibadah
gaji ke tanah suci.
Mereka berdua berangkat ke Makkah. Sesampainya di kota suci makkah, kedua kakak beradik
itu tinggal di rumah seorang ulama bersar bernama Syaikh Bayanillah sambil menambah
pengetahuan agama. Sewaktu mengerjakan thawaf mengelilingi Kabah, keduany bertemu
dengan seorang raja mesir bernama Sultan Syatif Abdullah yang sedang menjalani ibadah haji.
Raja mesir itu tertarik pada wajah rara santang yang mirip almarhumah istrinya.
Sesudah ibadah haji, raja mesir itu melamar rara santang pada syekh bayanillah. Rara santang
dan kakaknya, pangeran cakrabuana, tidak keberatan. Maka pernikahan mereka dilangsungkan
sesuai Madzhab Syafii. Kemudian, nama rara santang diganti menjadi Syarifah Mudaim. Dari
perkawinan tersebut, lahirlah syarif Hidayatullah yang kemudian mendapat sebutan sunan
gunung jati dan syarif Nurullah, adiknya.

Pangeran cakrabuana berkesempatan tinggal di mesir selama tiga tahun. Kemudian ia pulang ke
jawa dan mendirikan negeri caruban larang. Negeri itu adalah perluasan dari daerah Cirebon,
tetap pola memerintahannya menggunakan azas Islam. Dalam waktu singkat, negeri tersebut
terkenal ke seluruh tanah jawa, bahkan terdengar pula oleh prabu siliwangi, selaku penguasa
daerah jawa barat. Setelah mengetahui negeri baru tersebut dipimpin oleh putranya sendiri, maka
sang raja tidak keberatan walau hatinya kurang berkenan. Akhirnya, sang prabu merestui tampuk
pemerintahan putranya, bahkan ia memberinya gelar Sri Manggana.
Dalam usia muda, syarif hidayatullah ditinggal mati oleh ayahnya. Ia ditunjuk untuk
menggantikan kedudukannya sebagai raja mesir. Tapi anak mudah yang masih berusia dua puluh
tahun itu tidak mau. Ia dan ibunya bermaksud untuk pulang ke tanah jawa untuk berdakwah di
jawa barat. Kemudian, kedudukannya diberikan kepada adiknya, yaitu Syarif Nurullah. Sewaktu
berada di mesir, syarif hidayatullah berguru kepada beberapa ulama besar di daratan timur
tengah. Dalam usia sangat muda, ilmunya sudah sangat banyak. Maka, ia tidak merasa kesulitan
untuk melakukan dakwah ketika pulang ke tanah leluhurnya, yaitu jawa.
Cerita sunan gunung jati ini masih berlanjut pada kisah wali songo pada posting selanjutnya,
yaitu yang menceritakan perjuangan sunan gunung jati melawan portugis yang berusaha
menanamkan pengaruhnya di tanah jawa.

Cerita Sunan Muria Wali sogo gunung


muria Kisah kesaktian Sunan Muria
By
Gunawan
March 20, 2013Posted in: Kisah Wali Songo

Pada cerita wali songo kali ini akan berisi tentang cerita Sunan Muria, beliau merupakan salah
satu wali yang tinggal di daerah Gunung muria. Selain akhlak yang sholeh, beliau terkenal

memiliki kesaktian dalam peraturangan. Mau tahu cerita sunan muria secara detail? silahkan
simak kisahnya lengkap nya di bawah ini

Cerita Sunan Muria


Sunan muria merupakan putra dari Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Nama asli dari Sunan Muria
adalah Raden Umar Syahid. Dalam melakukan dakwah, iya menggunakan cara yang seperti
ayahnya gunakan. yaitu dengan cara yang halus. Ibarat mengambil ikan, tetapi sangan sampai
mengeruhkan airnya. Itulah cara yang ditempuhnya untuk menyiarkan agama islam di sekitar
gunung muria. Tempat tinggal sunan muria memang di puncak gunung muria; yang salah satu
puncaknya bernama Colo. Gunung tersebut terletak di sebelah utara kota kudus.
Sasaran dakwah dari Sunan Muria adalah para pedagang, nelayan, pelaut dan rakyat jelata. Ia
adalah satu-atunya wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat
dakwah untuk menyampaikan islam. Dan, ia juga yang telah menciptakan berbagai tembang
jawa. Tempat dakwahnya berada di sekitar gunung muria, kemudian dakwahnya diperlua
meliputi Tayu, Juwana, kudus, dan lereng gunung muria. Ia dikenal dengan sebutan sunan muria
karena tinggal di gunung

Kisah Kesaktian Sunan Muria


Sunan muria adalah wali yang terkenal memiliki kesaktian. Ia memiliki fisik yang kuat karena
sering naik turun gunung muria yang tingginya sekitar 750 meter. Bayangkan, jika ia dan istrinya
atau muridnya harus naik turun gunung setiap hari untuk menyebarkan agama islam kepada
penduduk setempat, atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang. Hak
itu tidak dapat dilakukannya tenpa fisik yang kuat.

Bukti bahwa sunan muria adalah guru yang sakti mandraguna dapat ditemukan dalam kisah
perkawinan sunan murida dengan dewi Roroyono. Dewi Roroyono adalah putri Ngerang, yaitu

seorang ulama yang disegani masyarakat karena ketinggian ilmunya, yang bertempat tinggal di
juana, pati jawa tengah. Demikian sakti sunan ngerang sehingga sunan muria dan sunan kudus
sampai berguru kepadanya.
Dalam cerita sunan muria, pada suatu hari, sunan ngerang mengadakan syukuran atas usia dewi
roroyono yang telah genang dua puluh tahun. Semua muridnya diundang, seperti sunan muria,
sunan kudus, adipati pathak warak, kapa dan adiknya gentiri. Tetangga dekat juga diundang,
demikian pula sanak saudara yang dari jauh. Setelah tamu berkumpul, dewi Roroyono dan
adiknya, dewi roro pujiwati, keluar menghidangkan makanan dan minuman. Keduanya adalah
para dara yang cantik rupawan, terutama dewi roroyono yang bersuaia dua puluh tahun. Ia
bagaikan bunga yang sedang mekar.
Bagi sunan kudus dan sunan muria yang sudah berbekal ilmu agama, dapat menahan pandangan
mata, sehingga mereka tidak terseret oleh godaan setan. Tapi, seorang murid sunan ngerang yang
lain, yaitu Adipati Pathak warak memandang dewi royoyono dengan mata tidak berkedip karena
melihat kecantikan gadis itu.
Sewaktu menjadi cantrik atau murid sunan ngerang ketika pathak warak belum menjadi adipati,
dewi roroyono masih kecil dan kecantikannya yang mempesonan belum tampak. Tetapi,
sekarang, gadis itu sangat membuat adipati pathak warak tergila-gila. Sepasang matanya hampir
melotot memandangi gadis itu terus menerus. Akibat dibakar api asmara yang menggelora, ia
tidak tahan lagi. Ia pun menggoda dewi roroyono dengan berbagai ucapan yang tidak pantas,
bahkan bertindak kurang ajar.
Tentu saja, dewi merasa malu sekali, terutama ketika adipati pathak warak berlaku kurang ajar
dengan memegangi bagian tubuhnya yang tidak pantas disentuh. Si gadis pun naik pitam,
sehingga nampan berisi minuman yang dibawahnya sengaja ditumpahkan ke pakaian sang
adipati. Maka adipati pathak warak menyumpah-nyumpah, hatinya marah sekali diperlakukan
seperti itu. Apalagi ia pun semakin malu karena melihat para tamu menetawakan kekonyolan.
Dewi Roroyono hampir saja ditampar oleh adipati pathak warak kalau ia tidak ingat bahwa gadis
itu adalah putri gurunya. Lalu, Dewi Rorooyono masuk ke dalam kamarnya, gadis itu menangis
sejadi-jadinya karena dipermalukan oleh pathak warak. Pada malam hari, para tamu yang
rumahnya dekat sudah pulang ke tempat masing-masing. Adapun tamu yang datang dari jauh
terpaksa menginap di rumah sunan ngerang, termasuk pathak warak san sunan murid. Namun,
pathak warak belum dapat memejamkan matanya hingga lewat tengah malam. Kemudian, ia
bangkit dari tidurnya dan mengendap-ngedap ke kamar dewi roroyono.
Dewi roroyono dibius sehingga tak sadarkan diri, kemudian pathak warak turun melewati
genteng dan mebawanya lari menuruni jendela. Dewo Roroyono dibawa lari ke mandalika,
wilayah keling atau kediri. Setelah sunan ngerang mengetahui bahwa putrinya diculik oleh
pathak warak, maka ia berikrar bahwa orang yang berhasil membawa putrinya bila perempuan
akan dijadikan saudara dewi roroyono. Dan jika laki-laki akan dijodohkan dengan putrinya.
Tak ada seorang pun yang menyatakan kesanggupannya. Sebab, semua orang telah maklum akan
kehebatan dan kekejaman pathak warak. Hanya sunan muria yang bersedia memenuhi harapan

sunan
ngerang.
saya akan berusaha mengambil diajeng Roroyono dari tangan pathak warak, kata sunan muria
Di tengah perjalanan, sunan muria bertemu dengan kapa dan gentiri, adik seperguruan, yang
lebih dahulu pulang sebelum acara syukuran berakhir. Keduanya merasa heram melihat sunan
muria
berlari
cepat
menuju
ke
arah
daerah
keling.
Mengapa
kakang
tampak
tergesa-gesa?
tanya
kapa
Sunan muria pun menceritakan penculikan dewi roroyono yang dilakukan oleh pathak warak.
Kapa dan gentiri sangat menghormati sunan muria sebagai saudara seperguruan yang lebih tua.
Lantas, keduanya menyatakan diri untuk membantu Sunan Muria merebut kembali dewi
Roroyono.
Sebaiknya, kakang pulang ke padepokan gunung Muria. Para murid sangat membutuhkan
bimbingan kakang. Biarlah kami yang berusaha merebut diajeng roroyono kembali. Kalau
berhasil, kakang tetap berhak menikahnya, kami hanya membantu, kata kapa.
Aku
masih
sanggung
merebutnya
sendiri,
ujar
sunan
muria
Itu benar, tapi, membimbing orang memperdalam agama islam juga lebih penting, percalah,
kami
pasti
sanggup
merebutnya
kembali
kata
kapa
bersikeras
Akhirnya, sunan muria mengambulkan permintaan adik seperguruannya. Ia merasa tidak enak
menolak seseorang yang hendak berbuat baik. Lagi pula, ia harus menengok para santrinya di
padepokan gunung muria. Untuk merebut dewi roroyono dari tangan pathak warak, ternyata kapa
dan gentiri meminta bantuan seorang wiku lodhang di pulau sprapat yang dikenal sebagai tokoh
sakti dan tidak ada tandingannya. Usaha mereka berhasil sehingga dewi roroyono dikembalikan
kepada Sunan Ngerang. Hari berikutnya, sunan muria hendak pergi menghadap sunan ngerang
untuk mengetahui perkembangan usaha kapa dan gentri. Di tengah perjalanan, ia bertemua
dengan
adipati
Pathak
warak.
hai
pahtak
warak,
berhenti
kamu
bentak
sunan
muria
Patahak warak yang sedang naik kuda terpaksa berhenti karena sunan muris menghadang di
depannya.
Minggi,
jangan
menghalangi
jalanku!
Hardik
pathak
warak
Boleh
asal
kamu
kebalikan
Dewo
Roroyono
Goblok! Roroyono sudah di bawa kapa dan gentiri! Kini aku hendak mengejar mereka! umpat
pathak
warak.
untuk
apa
kamu
mengejar
merek?
merebutnya
kembali
jawab
pathak
warak
dengan
sengit
Kalau begitu langkahi dulu mayatku, roroyono telah dijodohkan denganku! ujar sunan muria
sambil
pasang
kuda-kuda
tanpa basa basi maka pathak warak melompat dari punggung kuda. Ia menyerang sunan muria
dengan jus cakar harimau. Tapi, ia bukan tandingan putra sunan kalijaga yang memiliki segudang
kesaktian. Hanya dalam beberapa kali gebrakan, pathak warak telah jatuh atau roboh di tanah.
Seluruh kesaktiannya lenyap, bahkan ia menjadi lumpuh dan tidak mampu untuk berdiri apalagi
berjalan.
Sunan muria pun meneruskan perjalanan ke juana. Kedatangannya disambut gembira oleh sunan
ngerang. Sebab, kapa dan gentiri telah bercerita secara jujur bahwa mereka sendiri yang
memaksa mengambil alih tugas sunan muria mencari roroyono. Pada akhirnya, sunan ngerang
menjodohkan
dewi
roroyono
dengan
sunan
muria.
Upacara pernikahan pun segera dilaksanakan. Kapa dan Gentiri berjasa besar diberi hadiah tanah
di desa buntar. Dengan hadiah itu keduanya menjadi orang kaya yang kehidupan mereka serba

kecukupan. Sementara itu, sunan muria segera memboyong istrinya ke padepokan gunung muria.
Mereka
hidup
bahagia
karena
merupakan
pasangan
ideal.
Tidak demikian halnya dengan kapa dan gentiri. Sewaktu membawa dewi roroyono dari keling
ke ngarang, agarknya mereka terlanjut terpesonan oleh kecantikan wanita jelita itu. Siang dan
malam, mereka tidak dapat tidur. Wajah wanita itu senantiasa terbayang. Namun, wanita itu
sudah diperistri kakak seperguruannya sehingga mereka tidak dapat berbuat apapun.
Hanya penyesalan yang menghujam di dada mereka. Mengapa dulu mereka terburu-buru
menawarkan jasa baik mereka? Betapa enak sunan muria sekarang tanpa bersusah payah, ia telah
menikmati kebahagiaan bersama gadis yang mereka dambakan. Inilah hikmah ajaran agama agar
lelaki diharuskan menahan pandangan mata dan menjaga kehormatan mereka. Adai kata kapa
dan gentiri tidak menatap terus ke arah wajah dant ubuh dewi roroyono yang indah, mereka pasti
tidak akan terpesonan dan tidak terjerat oleh iblis yang memasang perangkat pada pandangan
mata.
Kini, kapa dan gentiri telah dirasuki iblis. Mereka bertekad hendak merebut dewi roroyono dari
tangan sunan muria. Mereka telah sepakat untuk menjadikanya sebagai sitri kedua secara
bergiliran. Sungguh keji rencana mereka. Gentiri beerangkat terlebih dulu ke gunung muria.
Namun ketika ia hendak melaksanakan niatnya, justru kepergok oleh para murid sunan muria
sehingga terjadi pertempuran dahsyat. Suasana menjadi panas ketika sunan muria keluar
menghdapati gentiri. Akhirnya, gentiri tewas menemui ajalnya di puncak gunung muria.
Kematian gentiri cepat tersebar ke berbagai daerah. Tapi, berita itu tidak membuat surut niat
kapa. Sebab, kapa cukup cerdik sehingga ia datang ke gunung muria secara diam-diam di malam
hari. Tak seorang pun yang mengetahuinya. Pada saat itu, kebetulan sunan muria dan beberapa
murid pilihannya sedang bepergian ke demak bintoro. Kapa membius para murid sunan muria
yang berilmu rendah yang ditugaskan menjaga dewi roroyono, kemudian kapa menculik dan
membawa wanita impiannya ke pulai sprapat dengan mudah.
Pada saat yang sama, sunan muria bermaksud mengadakan kunjungan kepada Wiku Lodhang
Datuk di pulau sprapat sepulang dari demak bintoro. Ini biasa dilakukannya, yakni bersahabat
dengan pemeluk agama lain. Dan, itu bukanlah suatu dosa, terlebih lagi sang wiku pernah
menolongnya merebut dewi roroyono dari pihak pathak warak.
Seperti ajaran sunan kalijaga yang mampu hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain
dalam suatu negeri. Sunan muria pun menunjukkan akhlak islam yang mulia dan agung. Sunan
muria bukan berdebat tentang perbedaan agama itu. Dengan menerapkan akhlak yang mulia itu,
banyak pemeluk agama lain yang akhirnya tertarik dan masuk islam secara suka rela. Sementara
itu, kedatangan kapa ke pulau sprapat ternyata tidak disambut baik oleh wiku lodhang datuk.
Memalukan, benar benar nista perbuatanmu itu, cepat kembalikan istri kakanda seperguruanmu!
Hardik wiku lodhang datuk dengan marah.
bagaimana bapa guru ini? Bukankah aku ini adalah muridmu? Mengapa kamu tidak
membelaku? Protes kapa.
Apa? Membela perbuatan durjana? bentak wiku lodhank datuk

sampai mati pun, aku takkan sudi membela kebejatan budi pekerti, walaupun pelakunya itu
muridku sendiri! katanya
Perdebatan antara guru dan murid tersebut berlangsung lama. Tanpa mereka sadari, ternyata
sunan muria sudah sampai di tempat itu. Betapa terkejut ketika sunan muria melihat istrinya
sedang tergolek di tangah dengan kaki dan tangan terikat. Sementara itu, ia juga melihat kapa
sedang bertengkar dengan gurunya yaitu Wiku lodhang datuk. Lalu, wiku loadhang melangkah
menuju dewi roroyono untuk membebaskannya dari belenggu yang dilakukan oleh kapa.
Ketika sang wiku selesai membuka tali yang mengikat tubuh dewi roroyono, tiba tiba terdengar
jeritan keras dari mulut kapa secara bersamaan. Ternyata serangan yang dilakukan kapa dengan
mengerahkan aji kesaktian berbalik menghantam dirinya sendiri. Itula ilmu yang dimiliki sunan
muria. Ia mampu mengembalikan serangan lawan. Sebab, kapa mempergunakan aji pamungkas,
yaitu puncak kesaktian yang dimilikinya, maka ilmu itu akhirnya merengut nyawanya sendiri.
Maafkan
saya
Tuan
wiki,
sunan
muria
agak
menyesal
tidak mengapa, ia sudah sepantasnya menerima hukuman ini. Aku sangat menyesal karena telah
memberikan ilmu kepadanya. Ternyata, lmu itu digunakan untuk jalan kejahatan, gumam sang
wiku.
Dengan langkah gontai, sang wiku mengangkat jenazah muridnya. Kapa adalah muridnya apaun
yang terjadi. Pantaslah, kalau ia menguburkannya secara layak. Pada akhirnya, dewi roroyono
dan sunan muria kembali ke padepokan dan hidup berbahagia.

Panduan Sholat Dhuha Niat dan Bacaan


Doa Sholat Dhuha
By
Gunawan
May 9, 2013Posted in: Sholat

Sholat Dhuha

Sholat dhuha atau sholat sunah dhuha merupakan sholat sunah yang dikerjakan pada waktu
dhuha. Waktu dhuha merupakan waktu dimana matahari telah terbit atau naik kurang lebih 7
hasta hingga terasa panas menjelang shalat dzhur. atau sekitar jam 7 sampai jam 11, tentunya
setiap daerah berbeda, tergantung posisi matahari pada daerah masing-masing. Sholat dhuha
sebaiknya dikerjakan pada seperempat kedua dalam sehari, atau sekitar pukul sembilan pagi.
Sholat dhuha dilakukan secara sendiri atau tidak berjamaah (Munfarid)

Niat Sholat dhuha


Untuk niat sholat dhuha hampir sama dengan sholat sunah lainnya, yaitu sebagai berikut
Ushallii sunnatadh-dhuhaa rakataini lillaahi taaalaa
arti dalam bahasa Indonesia :

Aku niat shalat sunat dhuha dua rakaat, karena Allah.

Tata cara sholat dhuha


Tata cara sholat dhuha hampir sama dengan sholat sunah pada umumnya,
1. Setelah membaca niat seperti yang telah tertulis diatas kemudian membaca takbir,
2. Membaca doa Iftitah
3. Membaca surat al Fatihah
4. Membaca satu surat didalam Alquran. Afdholnya rakaat pertama membaca surat AsySyam dan rakaat kedua surat Al Lail
5. Ruku dan membaca tasbih tiga kali
6. Itidal dan membaca bacaannya
7. Sujud pertama dan membaca tasbih tiga kali
8. Duduk diantara dua sujud dan membaca bacaanya
9. Sujud kedua dan membaca tasbih tiga kali
10. Setelah rakaat pertama selesai, lakukan rakaat kedua sebagaimana cara diatas, kemudian
Tasyahhud akhir setelah selesai maka membaca salam dua kali. Rakaat-rakaat selanjutnya
dilakukan sama seperti contoh diatas.

Jumlah rakaat sholat dhuha


Sholat dhuha dilakukan dalam satuan dua rakaat satu kali salam. Sementara itu untuk berapa
jumlah maksimal sholat dhuha ada pendapat yang berbeda dari para ulama, ada yang mengatakan
maksimal 8 rakaat, ada yang maksimal 12 rakaat, dan ada juga yang berbedapat tidak ada
batasan.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai perbedaan pendapat jumlah rakaat sholat dhuha silahkan
simak penjelasan yang kami kutip dari konsultasi syariah di bawah ini
Pertama, jumlah rakaat maksimal adalah delapan rakaat. Pendapat ini dipilih oleh Madzhab
Maliki, Syafii, dan Hambali. Dalil yang digunakan madzhab ini adalah hadis Umi Hani
radhiallaahu anha, bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wa sallam memasuki rumahnya ketika
fathu Mekah dan Beliau shalat delapan rakaat. (HR. Bukhari, no.1176 dan Muslim, no.719).
Kedua, rakaat maksimal adalah 12 rakaat. Ini merupakan pendapat Madzhab Hanafi, salah satu
riwayat dari Imam Ahmad, dan pendapat lemah dalam Madzhab Syafii. Pendapat ini berdalil
dengan hadis Anas radhiallahuanhu


Barangsiapa yang shalat dhuha 12 rakaat, Allah buatkan baginya satu istana di surga. Namun
hadis ini termasuk hadis dhaif. Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibn Majah, dan AlMundziri dalam Targhib wat Tarhib. Tirmidzi mengatakan, Hadis ini gharib (asing), tidak kami
ketahui kecuali dari jalur ini. Hadis ini didhaifkan sejumlah ahli hadis, diantaranya Al-Hafidz
Ibn Hajar Al-Asqalani dalam At-Talkhis Al-Khabir (2: 20), dan Syaikh Al-Albani dalam AlMisykah (1: 293).
Ketiga, tidak ada batasan maksimal untuk shalat dhuha. Pendapat ini yang dikuatkan oleh AsSuyuthi dalam Al-Hawi. Dalam kumpulan fatwanya tersebut, Suyuthi mengatakan, Tidak
terdapat hadis yang membatasi shalat dhuha dengan rakaat tertentu, sedangkan pendapat
sebagian ulama bahwasanya jumlah maksimal 12 rakaat adalah pendapat yang tidak memiliki
sandaran sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Hafidz Abul Fadl Ibn Hajar dan yang lainnya..
Beliau juga membawakan perkataan Al-Hafidz Al-Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi, Saya
tidak mengetahui seorangpun sahabat maupun tabiin yang membatasi shalat dhuha dengan 12
rakaat. Demikian pula, saya tidak mengetahui seorangpun ulama madzhab kami (syafiiyah)
yang membatasi jumlah rakaat dhuha yang ada hanyalah pendapat yang disebutkan oleh ArRuyani dan diikuti oleh Ar-Rafii dan ulama yang menukil perkataannya.
Setelah menyebutkan pendapat sebagian ulama Syafiiyah, As-Suyuthy menyebutkan pendapat
sebagian ulama malikiyah, yaitu Imam Al-Baaji Al-Maliky dalam Syarh Al-Muwattha Imam
Malik. Beliau mengatakan, Shalat dhuha bukanlah termasuk shalat yang rakaatnya dibatasi
dengan bilangan tertentu yang tidak boleh ditambahi atau dikurangi, namun shalat dhuha
termasuk shalat sunnah yang boleh dikerjakan semampunya. (Al-Hawi lil fataawa, 1:66).
Kesimpulan dan Tarjih
Jika dilihat dari dalil tentang shalat dhuha yang dilakukan Nabi shalallahu alaihi wa sallam
jumlah rakaat maksimal yang pernah beliau lakukan adalah 12 rakaat. Hal ini ditegaskan oleh
Al-Iraqi dalam Syarh Sunan Tirmidzi dan Al-Aini dalam Umdatul Qori Syarh Shahih Bukhari.
Al-Hafidz Al Aini mengatakan, Tidak adanya dalil yang menyebutkan jumlah rakaat shalat
dhuha lebih dari 12 rakaat, tidaklah menunjukkan terlarangnya untuk menambahinya.
(Umdatul Qori, 11:423)
Setelah membawakan perselisihan tentang batasan maksimal shalat dhuha, Syaikh Ibnu Utsaimin
rahimahullah mengatakan,
Pendapat yang benar adalah tidak ada batasan maksimal untuk jumlah rakaat shalat dhuha
karena:
1. Hadis Muadzah yang bertanya kepada Aisyah radhiallahuanha, Apakah Nabi
shalallahu alaihi wa sallam shalat dhuha? Jawab Aisyah, Ya, empat rakaat dan beliau
tambahi seseuai kehendak Allah. (HR. Muslim, no. 719). Misalnya ada orang shalat di
waktu dhuha 40 rakaat maka semua ini bisa dikatakan termasuk shalat dhuha.
2. Adapun pembatasan delapan rakaat sebagaimana disebutkan dalam hadis tentang fathu
Mekah dari Umi Hani, maka dapat dibantah dengan dua alasan: pertama, sebagian besar
ulama menganggap shalatnya Nabi shalallahu alaihi wa sallam ketika fathu Mekah

bukan shalat dhuha namun shalat sunah karena telah menaklukkan negeri kafir. Dan
disunnahkan bagi pemimpin perang, setelah berhasil menaklukkan negri kafir untuk
shalat 8 rakaat sebagai bentuk syukur kepada Allah. Kedua, jumlah rakaat yang
disebutkan dalam hadis tidaklah menunjukkan tidak disyariatkannya melakukan
tambahan, karena kejadian Nabi shalallahu alaihi wa sallam shalat delapan rakaat
adalah peristiwa kasuistik kejadian yang sifatnya kebetulan (As-Syarhul Mumthi alaa
Zadil Mustaqni 2:54).

Doa sholat dhuha


Doa Shalat Dhuha bahasa Arab :
Berikut ini merupakan bacaan doa sholat dhuha dalam bahasa arab


.


Doa Shalat Dhuha bahasa indonesia
Sedangkan bagi yang belum bisa membaca tulisan Arab, bisa membaca tekst latin di bawah ini
Allahumma innadh dhuha-a dhuha-uka, wal bahaa-a bahaa-uka, wal jamaala jamaaluka, wal
quwwata quwwatuka, wal qudrata qudratuka, wal ishmata ishmatuka. Allahuma inkaana rizqi fis
samma-i fa anzilhu, wa inkaana fil ardhi fa-akhrijhu, wa inkaana muasaran fayassirhu,
wainkaana haraaman fathahhirhu, wa inkaana baidan fa qaribhu, bihaqqiduhaa-ika wa bahaaika,
wa jamaalika wa quwwatika wa qudratika, aatini maa ataita ibadakash shalihin.

Artinya doa sholat dhuha


Di bawah ini merupakan arti dari bacaan sholat dhuha
Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunanMu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah
penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada
di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah,
apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku),
datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh.
Semoga artikel mengenai panduan sholat dhuha yang dilengkapi dengan bacaan niat dan doa
sholat dhuha di atas bisa bermanfaat bagi. Rajinlah sholat dhuha setiap pagi. Semoga selalu
berlimpah pahala dari Allah SWT, mendapatkan rezki halal dan baik bagi dunia dan akhirat.
Aamiin.

Anda mungkin juga menyukai