Anda di halaman 1dari 8

BAB 3

MENYANYIKAN
LAGU DAERAH
SECARA UNISONO
(bagian 2)
KELAS VIII MTs At Taqwa Bondowoso
Tujuan Pembelajaran
• Siswa mampu memahami pengertian dan ciri-ciri lagu daerah.
• Siswa mampu memahami fungsi lagu daerah.
• Siswa mampu memahami sifat dan asal lagu daerah.
• Siswa mampu memahami teknik dan gaya lagu tradisi atau daerah.
• Siswa mampu menyanyikan lagu daerah secara unisono (perorangan).
C. Sifat dan Asal Lagu Daerah
Menurut sifat dan asalnya, lagu daerah yang ada di Indonesia dibedakan
menjadi tiga, yaitu lagu rakyat, lagu klasik, dan lagu daerah populer.

1. Lagu Rakyat
Lagu rakyat adalah lagu yang berasal dari suatu daerah, tersebar secara
alami melalui lisan dan turun temurun. Lagu rakyat biasa dipakai untuk
upacara pernikahan, upacara kematian, berladang, berlayar, dan
sebagainya. Ciri-ciri dari lagu rakyat antara lain :
a. Liriknya sederhana dan tidak terlalu panjang
b. Bertemakan tentang kehidupan rakyat
c. Tidak memiliki aturan baku seperti lagu klasik
d. Dinyanyikan secara turun temurun
2. Lagu Klasik
Lagu klasik dikembangkan di pusat-pusat pemerintahan rakyat lama
seperti ibukota kerajaan atau kesultanan. Lagu klasik pembawaannya
dinilai lebih agung dari lagu rakyat. Ciri-cirinya antara lain :
a. Digunakan pada upacara kebesaran keraton/kerajaan seperti upacara
adat atau upacara agama
b. Diciptakan oleh pujangga istana
c. Bertemakan ajaran moral atau tentang sejarah kerajaan dan para
kesatria kerajaan

3. Lagu Daerah Populer


Lagu daerah populer adalah lagu daerah yang biasanya diiringi dengan alat
musik modern atau gabungan antara alat musik tradisional dengan alat
musik modern.
D. Teknik dan Gaya Lagu Tradisi atau Daerah
Lagu-lagu daerah biasanya diiringi dengan seperangkat alat musik tradisional.
Setiap lagu daerah memiliki bahasa atau logat tertentu sesuai dengan daerah
tersebut berasal, jadi sudah selayaknya kita harus menjaga dan melestarikan
lagu-lagu daerah supaya tetap dikenal oleh masyarakat dan menjadi warisan
budaya Indonesia dengan cara tetap dinyanyikan dan didokumentasikan
supaya tetap lestari.
Dalam membawakan lagu daerah, tiap daerah menggunakan teknik dan gaya
yang berbeda, yaitu :
1. Tembang
Tembang adalah lirik/sajak yang mempunyai irama nada sehingga dalam
bahasa Indonesia biasa disebut sebagai lagu. Salah satu tembang yang
paling populer di masyarakat adalah tembang macapat. Tembang dikenal
sebagai lagu tradisional di Bali dan Jawa.
Ada beberapa jenis tembang macapat, setiap jenis tembang tersebut
memiliki aturan berupa guru lagu dan guru wilangan yang berbeda.
Tembang macapat yang paling dikenal umumnya ada 11 jenis, yaitu :
a. Pangkur g. Mijil
b. Maskumambang h. Kinanthi
c. Sinom i. Gambuh
d. Asmaradana j. Pucung
e. Dhandanggula k. Megatruh
f. Durma
2. Sekar
Di Sunda, ada karawitan vokal yang lebih dikenal dengan istilah “Sekar”.
Sesuai namanya, penyajian dalam Karawitan Sekar lebih mengutamakan
unsur vokal atau suara. Bagus tidaknya penampilan Karawitan Sekar sangat
bergantung pada kelihaian sang vokalis ketika melantunkan “sekarnya”.
Apa itu sekar? Sekar adalah pengolahan vokal yang khusus dilakukan untuk
menimbulkan rasa seni yang erat berhubungan dengan indra pendengaran.
Sekar erat bersentuhan dengan nada, bunyi atau alat-alat pendukung
lainnya.
Sekar berbeda dengan bicara biasa. Lantunan sekar mempunyai citrarasa
seni yang sangat dalam. Meskipun demikian, sekar sangat dekat dengan
ragam bicara atau dialek, seperti sekar sunda yang dekat dengan dialek
Cianjur, Garut, Ciamis, Majalengka, dan sebagainya.
3. Madihin
Di Kalimantan ada juga yang menyanyikan
pantun-pantun dengan diiringi tabuhan
gendang yang disebut Madihin. Madihin
berasal dari kata madah dalam bahasa arab
yang artinya nasihat atau pujian. Madihin
merupakan jenis puisi rakyat anonim
berbahasa Banjar yang bertipe hiburan. Orang
yang menekuni profesi sebagai seniman
penutur madihin disebut pemadihinan.
4. Krinok
Krinok merupakan salah satu tradisi lisan yang telah dipertunjukan di daerah
Rantau Pandan, Muaro Bungo, Provinsi Jambi sejak beberapa abad yang lalu
dan menyebar sampai ke Bangka, Johor, Malaka, dan Pulau Pinang. Pada
masa pemerintahan Kerajaan Melayu Jambi (1722-1911) pertunjukan Krinok
berkembang pesat di Provinsi Jambi. Seni ini termasuk seni pertunjukan
teater yang dimainkan juga dengan tarian, nyanyian, dan lawakan yang
terjalin dalam satu alur cerita. Dalam satu pertunjukan dimainkan sebanyak
20 orang. Pemainnya adalah para wanita dan pria, para pria menggunakan
topeng sedangkan wanitanya akan mengenakan kostum yang gemerlap
Krinok dapat dikatakan juga sebagai salah satu seni vokal tradisi yang
menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Melayu di Kecamatan Rantau
Pandan Kabupaten Muara Bungo, Jambi. Para seniman mengungkap, Krinok
adalah jenis kesenian tertua yang sudah ada di Jambi tersebut sejak masa
pra sejarah. Pelestarian Krinok memungkinannya masih dapat dilihat
sampai sekarang. Sebagai sebuah bentuk kesenian, krinok pada awalnya
merupakan seni vokal yang sangat sederhana. Krinok dimainkan dengan
iring-iringan musik dan tarian untuk menambah penggambaran cerita yang
dibawakan oleh seniman Krinok.
5. Syair Telimaa
Syair telimaa adalah salah satu
syair yang cukup terkenal, di
samoing syair lawih dan syair lainya.
Dahulu syair ini dilantunkan pada
saat pesta resmi dan pertemuan
pertemuan kerabat sesepuh Tanah
mandalam di bumi Uncok Kapuas
(kalimantan Barat)

Anda mungkin juga menyukai