PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ibadah dan Pemilihan Repertoar
Kepulauan Sangihe merupakan sebuah kabupaten yang berada di
sebelah utara Indonesia, tepatnya di provinsi Sulawesi Utara. Ibu kota
kabupaten kepulauan Sangihe adalah Tahuna. Sangihe memiliki tiga
kabupaten, yaitu Siau, Tagulandang, dan Biaro atau disingkat Sitaro.
Masyarakat yang tinggal di Kabupaten Sangihe disebut sebagai etnis
Sangir.
1
Wawancara dengan bapak Alvon Takalumang pada 22 Mei 2017 di Jakarta.
1
mendominasi wilayah administrasi Sulawesi Utara, namun etnis Sangihe
Talaud tidak sama dengan etnis Minahasa. 2 Intelektual asal Sulawesi
Utara, Prof. Perry Rumengan menyebut Minahasa adalah negeri
menyanyi. 3 Masyarakat Minahasa yang tinggal di Semenanjung pulau
Sulawesi Utara berdekatan wilayah administratif kabupaten Sangihe
Talaud menunjukkan akan tradisi menyanyi yang juga mirip dengan etnis
Sangir.
Kesenian yang sangat diminati dan yang terkenal dari kepulauan
Sangihe adalah Měsambo dan Masamper. Měsambo adalah nyanyian lokal
masyarakat Sangir. Měsambo diartikan menyanyikanSasambo 4. Dalam
perkembangannya, měsambo menjadi pengiring tarian istana yaitu tari
Gunde. Masamper diartikan sebagai menyanyi berkelompok dengan cara
berbalas-balasan 5. Masamper disebut juga sebagai nama untuk kelompok
bernyanyi.
Masyarakat Sangir sebagian besar beragama Kristen Protestan.
Banyak gereja yang berdiri di wilayah Sangihe Talaud, namun gereja yang
berkembang dengan baik di wilayah kabupaten Sangihe Talaud adalah
Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST). GMIST juga ada di
wilayah Indonesia bagian barat, seperti Jabodetabek (Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang dan Bekasi), Bandung, Surabaya, Batam, dan Medan.
Peribadahan di gereja GMIST menggunakan Tata Ibadah yang
bersifat umum seperti ibadah gereja Protestan pada umumnya. Penggunaan
himne 6 yang dinyanyikan dalam ibadah pun merupakan himne terjemahan
dari bahasa asing. Kadang-kadang dilakukan ibadah yang menggunakan
kekhasan etnis Sangir, namun GMIST tidak memiliki Tata Ibadah khusus.
2
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Jakarta: Penerbit Djambatan,
1988), 143.
3
Perry Rumengan, “Minahasa! Penyanyi Negeri Menyanyi” dalam Penghibur(an) Masa Lalu
dan Budaya Hidup Masa Kini Indonesia. Budi Susanto (ed),(Yogyakarta: Kanisius dan Lembaga
Studi Realino, 2009), 187.
4
Wawancara dengan bapak Alvon Takalumang pada 22 Mei 2017 di Jakarta.
5
Wawancara dengan bapak Alvon Takalumang pada 22 Mei 2017 di Jakarta.
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “nyanyian pujaan (untuk Tuhan dan sebagainya)”
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan)
2
Selama ini dilakukan ibadah dengan kombinasi antara Tata Ibadah umum
dan acara budaya itu sendiri, misalnya pada saat acara Tulude yang
merupakan upacara adat yang dilakukan pada 31 Januari setiap tahunnya
sebagai upacara pengucapan syukur kepada Tuhan yang Maha Kuasa yang
biasa disebut I Ghenggona Langi untuk berkat yang telah diterima
sepanjang setahun yang telah berlalu. Upacara ini memiliki makna
melepaskan, mendorong, menolak tahun yang lama dan siap memasuki
tahun yang baru. Pada hari pelaksanaanya, Tulude dimulai dari sore hari
hingga malam hari selama empat jam yang diawali dengan penjemputan
kue adat Tamo di tempat pembuatannya untuk diarak keliling kota untuk
dibawa ke tempat upacara. Penampilan dalam upacara adat ini berupa
nyanyian dan tari-tarian, seperti Masamper, tari Gunde, tari Ampa Wayer
dan pemotongan kue adat Tamo.
Paparan di atas menginspirasi penulis yang juga keturunan dari
etnis Sangir untuk melestarikan budaya Sangir dalam sebuah Ibadah
kreatif yaitu rangkaian puji-pujian lagu etnis Sangir. Hadirnya ibadah
kreatif ini diharapkan jemaat dapat merasakan kekhasan etnis Sangir serta
membangun rasa cinta budaya kepada jemaat yang berketurunan Sangir,
khususnya jemaat yang belum pernah merasakan keindahan budaya itu
sendiri, dan juga menjadi sebuah kegiatan yang memiliki rasa bangga
terhadap daerah asal sekalipun telah pergi merantau.Direncanakan ibadah
ini akan dilakukan di GMIST Jemaat Mahanaim, Tanjung Priok Jakarta. 7
Ibadah ini menjadi sarana bagi penulis untuk mengajak warga
Sangihe yang berada di Jakarta untuk tetap melestarikan budaya yang
dimiliki. Ibadah kreatif ini akan dibawakan dengan puji-pujian dalam
bahasa Sangir dengan mengangkat tema yang diambil dari Mazmur 57:10
“Aku mau bersyukur kepadaMu di antara bangsa-bangsa, ya Tuhan, aku
7
GMIST Jemaat Mahanaim beralamat di Jln. Enggano No. 52 – Jakarta Utara dan memiliki
500 KK yang seluruh jemaatnya memiliki keturunan darah Sangihe. Ibadah minggu dilakukan
dengan bahasa pengantar bahasa Indonesia, namun memiliki acara-acara tertentu yang
menggunakan nyanyian daerah Sangir hingga menampilkan tarian daerah Sangir. Setiap minggu
kelima, GMIST Jemaat Mahanaim akan menggunakan lagu-lagu bahasa Sangir dalam
peribadahannya.
3
mau bermazmur bagiMu di antara suku-suku bangsa”. Kitab Mazmur
dipilih sebagai ayat Alkitab yang mendasari TAMG karena Mazmur
merupakan kitab nyanyian yang biasa disebut “The Mother of Church
Music” sehingga sesuai dengan ciri khas dari masyarakat Sangir yang
senang bernyanyi.
Berikut ini akan dipaparkan komposisi musik yang akan disajikan
dalam ibadah kreatif tersebut secara berturut-turut.Komposisi pertama
berjudul “I Ghenggona Langi”. Lirik dalam lagu ini diambil dari 1
Tawarikh 29:11. Lagu ini diartikan “Tuhan Maha Tinggi”. Lagu ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh G. Makamea. 8. Lagu ini
akan menjadi lagu pembuka dalam ibadah puji-pujian karena lagu ini
mengajak para jemaat untuk bersama-sama bergandeng tangan untuk
menuju negeri indah karena Tuhan yang akan selalu menyertai. Lagu yang
akan dibawakan dengan tempo yang cepat juga mampu membangkitkan
semangat para jemaat untuk menghadap hadirat Tuhan lewat ibadah ini.
Sebagai lagu pembuka, lagu ini akan diawali oleh kelompok vokal
Masamper tanpa menggunakan iringan dan akan dilanjutkan oleh seluruh
jemaat.
Komposisi kedua berjudul “Liu Walane Wulurang”. Lirik dalam
lagu ini diambil dari Galatia 6:10. Lagu ini diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh G. Makamea. Lagu kedua, ini dilakukan sesudah Tahbisan
dan Salam yang diucapkan oleh pendeta. Sebutan pendeta di GMIST
adalah khadim. 9 Lagu ini mengajak para jemaat untuk berbuat baik
terhadap sesama terutama kawan-kawan seiman, serta bersatu, sehati, dan
sekerja dalam hidup yang penuh harap kepada Tuhan. Lagu ini akan
dinyanyikan oleh seluruh jemaat yang hadir, yang akan dipandu oleh
Kantoria 10.
8
G. Makamea adalah seorang tokoh adat Sangir dari Badan Adat Sangihe.
9
Khadim adalah sebutan pendeta yang memimpin jalannya ibadah di GMIST.
10
Kantoria berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti bernyanyi. Kantoria di GMIST adalah
kelompok penyanyi yang memandu nyanyian selama ibadah.
4
Komposisi ketiga berjudul “O Mawu Malondo”. Lirik ini diambil
dari Mazmur 32:1-2. Lagu ini diterjemahkan oleh Pdt. C. Taunaumang ke
dalam bahasa Indonesia. Lagu ini memiliki arti “Oh Tuhan, Pemurah”.
Lagu ini dinyanyikan sebagai ungkapan pengakuan dosa dan mohon
ampun dari Tuhan atas segala kesalahan dan kedurhakaan sebagai
manusia. Lagu ini juga menjadi respon jemaat terhadap pembacaan narasi
dan pembacaan ayat Alkitab dari Mazmur 57:7. Sebagai lagu pengakuan
dosa, lagu ini akan dinyanyikan oleh Kantoria untuk membuat suasana
pengakuan dosa menjadi lebih hikmat, lalu akan dinyanyikan bersama-
sama dengan jemaat.
Komposisi keempat berjudul “Daluaseku Natinalung”. Lirik lagu
ini diambil dari Mazmur 92:2-3. Lagu ini diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia oleh G. Makamea dengan judul “Sukacitaku”. Lagu ini akan
dinyanyikan sesudah pembacaan narasi sebagai respon atas ungkapan
sukacita yang telah penuh. Lagu yang menggambarkan kegembiraan ini
akan dinyanyikan oleh seluruh jemaat dan akan dipandu oleh Kantoria.
Komposisi kelima berjudul “Pekantari Gio Su Ruata”. Lirik lagu
ini diambil dari Mazmur 100:4-5. Lagu ini memiliki judul asli dalam
bahasa Indonesia “Bernyanyilah Bagi Tuhan Hua”. Lagu ini diterjemahkan
ke dalam bahasa Sangir oleh G. Makamea. Lagu ini akan menjadi
pengiring dalam pelayanan persembahan yang mengingatkan jemaat untuk
bersyukur atas segala berkat yang boleh diterima. Seluruh jemaat yang
hadir, akan membawa persembahan mereka sambil bernyanyi dan
bergoyang.
Komposisi keenam berjudul “Bermazmurlah Bagi Allah”. Lagu ini
diciptakan oleh Dicson Haling 11 dan dipopulerkan oleh grup vokal Alfa
Omega. Lagu ini akan dibawakan sebagai respon atas Refleksi dari
Khadim yang mengangkat tema dari Mazmur 57:10. Lagu ini akan
dibawakan oleh Masamper untuk mengingatkan kepada para jemaat untuk
bermazmur bagi Allah dengan nyanyian syukur, dan biarlah semua yang
11
Dicson Haling merupakan seorang penyanyi dan pencipta lagu dari grup vokal Alfa Omega.
5
bernafas memuji memuliakan nama Tuhan. Lagu ini akan dibawakan
dalam bahasa Indonesia dan akan menjadi lagu tema dalam ibadah puji-
pujian ini. “Bermazmurlah Bagi Allah” akan dinyanyikan oleh kelompok
vokal Masamper.
Komposisi terakhir berjudul “Daluase Seng Nahumpaliu” : Lirik
lagu ini diambil dari Kisah Para Rasul 2:46-47. Lagu ini diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia oleh G. Makamea dengan judul “Sukacita
Amatlah Ceria”. Dalam peribadahan di Sangir, lagu ini sering dibawakan
sebagai lagu penutup dan akan dinyanyikan oleh seluruh jemaat.
Repertoar vokal yang di atas akan diiringi oleh musik bambu, gitar,
serta cajon. Musik bambu merupakan alat musik tradisional kabupaten
Sangihe Talaud.
6
Alat musik ini terbuat dari kayu dan bagian atas dilapisi kulit
kambing yang dijepit dengan rotan. Alat musik ini akan dibunyikan di
awal ibadah untuk mengundang jemaat memulai ibadah. Ibadah ini akan
menampilkan tarian, yaitu tari Gunde untuk menunjukkan rasa syukur.
7
3. Warga Sangir di Jakarta: ibadah ini dapat menjadi pertemuan dan
kerukunan antar warga Sangir yang berdarah Sangir namun bermukim
di Jakarta dan sekitarnya serta menambah rasa cinta budaya.
4. Gereja dan jemaat Kristiani pada umumnya: merasakan pengalaman
beribadah dengan nuansa Sangir dan memahami betapa kita harus
bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan.
8
Khadim : Refleksi (Mazmur 57 : 10)
Aku mau bersyukur kepadaMu di antara bangsa-bangsa, ya
Tuhan, aku mau bermazmur bagiMu di antara suku-suku
bangsa.
Respon : Masamper Pelka Laki-laki
“Bermazmurlah Bagi Allah”
Doa Syafaat dan Doa Bapa Kami
Narasi
Berkat
Nyanyian Penutup:
Nyanyian Jemaat : “Daluase Seng Nahumpaliu”
9
: Joanne Kawengian
: Zefanya Melontige
: Alvina Simanjuntak
: Kanjenaudi Bataha
: Elly Bataha
: Cornelia Lahiwu
: Katty Liunsada
: Bea Labada
- Kantoria : Geralda Wilade
: Ktisas Dandel
: Natalia Makawekes
: Rohma Gloris Panggulu
: Oktavian Takahepis
: Lexy Karel Bogar
: Christian Andrew Bukasiang
: Gerald Rinaldi Wilade
: Therry Tacazily
: Oclean Abram
Seksi Akomodasi : Woldy Kawengian
Seksi Transportasi : Meity Kawengian Lowing
Seksi Konsumsi : Valentine Manossoh
Febrina Kawengian
Seksi Dokumentasi: Boyke Rayer
Seksi Dekorasi : Daniel Kawengian
Andior Damongilala
10