Kelas : XE
No : 22
Upacara adat adalah salah satu tradisi masyarakat tradisional yang masih dianggap
memiliki nilai-nilai yang masih cukup relevan bagi kebutuhan masyarakat pendukungnya.
Selain sebagai usaha manusia untuk dapat berhubungan dengan arwah para leluhur, juga
merupakan perwujudan kemampuan manusia untuk menyesuaikan diri secara aktif terhadap
alam atau lingkungannya dalam arti luas.
Hubungan antara alam dan manusia adalah sebuah keharusan yang tidak dapat
ditolak, karena hubungan tersebut memiliki nilai-nilai sakral yang sangat tinggi. Hal ini
diungkapkan dalam personifikasi mistik kekuatan alam, yakni kepercayaan pada makhluk
gaib, kepercayaan pada dewa pencipta, atau dengan mengkonseptualisasikan hubungan antara
berbagai kelompok sosial sebagai hubungan antara binatang-binatang, burung-burung, atau
kekuatan-kekuatan alam.
Di Indonesia terdapat berbagai macam upacara adat yang berbeda di setiap daerahnya.
Salah satunya yaitu Upacara Adat Kasada. Upacara Kasada atau Hari Raya Radya Kasada
merupakan upacara penyucian alam yang dipersembahkan kepada leluhur. Upacara Kasada
berasal dari daerah Gunung Bromo,Ngadisari, Jawa Timur. Pelaksanaanya dilakukan oleh
Suku Tengger yang menganut agama Hindu. Upacara ini rutin dilakukan selama satu tahun
sekali. Tepatnya berlokasi di Pura Luhur Poten di lereng Gunung Bromo. Poten sendiri
merupakan sebidang lahan lautan pasir, yang terdiri dari 3 bangunan, seperti candi untuk
pemujaan.
Tujuan dari diadakan upacara ini adalah sebagai persembahan kepada leluhur atau
Hyang Widhi, agar terhindar dari musibah, keberkahan dan keselamatan. Pelaksanaanya
dilakukan dengan berjalan ramai beriringan menuju kawah gunung, disertai membawa
sesajen untuk dilemparkan ke kawah Gunung Bromo.
Setelah Ongkek siap, seluruh Umat Hindu Tengger, berjalan dari Pendopo Agung
menuju Pura Luhur Poten. Perjalanan tersebut berjarak sekitar 8 km. Saat di lokasi Pura
Luhur Poten, masyarakat diperintahkan singgah terlebih dahulu untuk diberikan mantra
keselamatan oleh dukun. Kemudian dengan iringan gamelan dan penerangan obor, satu
persatu sesajen dilemparkan ke kawah gunung. Upacara ini kemudian diakhiri penampilan
sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari.