Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 3

HAWIN DZAKY BIMANTORO/18/XI MIPA 4


A. Kerangka Cerpen
a. Tema : Perjuangan
b. Topik : Perjuangan Fadli menghadapi lika-liku permasalahan
c. Sudut pandang : Orang ketiga (menggunakan kata ganti “dia”)
d. Penokohan :
 Fadli Ramdani : pekerja keras dan mau berjuang
 Aku : rajin
 Aji Santoso : baik hati, murah hati, dan pemberi motivasi
e. Latar :
 Tempat : ruang kelas
Waktu : pagi hari
Suasana : sepi
 Tempat : di bawah pohon tengah sawh
Waktu : siang hari
Suasana : sedih
 Tempat : lapangan
Waktu : jam 1 siang
Suasana : bersemangat
f. Alur : maju, karena menceritakan berdasakan urutan waktu yang bergerak ke depan
g. Jenis cerpen : berdasarkan jumlah kata => cerpen panjang. Termasuk cerpen sugestif.

Sinopsis
Siapa yang tak kenal Fadli Ramdani sekarang ? dia adalah mutiara tersembunyi dari daerah
Muna, Sulawesi Tenggara. Awalnya banyak orang yang menganggap cita-citanya terlalu tinggi. Namun
dia tak pernah menyerah mendengar cibiran itu, dia malah semangat untuk membuktikan. Sepatu
pertamanya dibelinya sendiri setelah menjual jambu di pasar. Di SSB Muna dia berkembang pesat,
pelatihnya menyuruh Fadli untuk pindah ke Kendari karena di sana sepak bolanya lebih maju. Suatu hari
dia igin pindah ke Malang, menurutnya disana sepak bolanya termasuk maju. Tapi karena terbatasnya
biaya, dia mengurungkan niatnya. Berkat dukungan dari teman-teman dan guru di sekolahnya. Dia
mendapat uang saku dan tiket pesawat berkat uang yang dikumpulkan oleh teman dan gurunya. Di
Malang dia ikut seleksi beasiswa SSB ASIFA, dia berhasil lolos seleksi Aji Santoso pemilik sekaligus
pelatih mengadopsinya sebagai anak angkat. Petaka datang saat pertandingan final tingkat Jawa Timur,
dia ditekel keras hingga tulang kering kaki kirinya patah. Dia tak sadarkan diri hingga operasi selesai.
Kejadian itu membuatnya trauma dan sangat membenci sepak bola. Suatu hari Aji memberinya surat
yang membuat Fadli kembali menerima sepakbola. Berkat kepiawaiannya mengolah si kulit bundar, dia
dipanggil oleh Indra Sjafri untuk bergabung di TIMNAS. Di TIMNAS dia sangat bersinar dan gemilang.
Dia sangat percaya dengan pepatah perjuangan tak pernah mengkhianati hasil. Lihat dirinya sekarang
dibicarakan dimanapun disorot bermacam media. Yang sebelumnya pemuda biasa berhasil menjadi salah
satu bintang yang menghiasi angkasa dengan sinarnya yang begitu terang.
B. Pengembangan Cerpen
BANGKIT

Pengenalan peristiwa
Pagi hari sebelum semua teman-temanku datang ke sekolah angin sejuk menyapaku. Tak sadar
diriku tiba-tiba melamun membayangkan pemain sepak bola bernama Fadli Ramdani. Siapa yang tak
kenal dia sekarang ? dari anak-anak, remaja, sampai orang dewasa membicarakannya di mana-mana.
Lewat skill dan gol-gol spektakulernya.
Dia adalah mutiara tersembunyi dari daerah Muna, Sulawesi Tenggara. Daerah yang begitu
terpencil jauh dari kata maju. Jalankan teknologi listrik pun sudah sangat susah. Tapi dia tak pernah
menyerah menggapai cita-citanya. Saat umur 11 tahun dia menginginkan menjadi pemain sepak bola
terkenal yang dapat mewakili Indonesia. Banyak orang yang mencibirnya karena cita-citanya terlalu
tinggi. Karena cibiran itu membuat semangatnya membara untuk membuktikan.
Pengungkapan peristiwa
Selang beberapa hari dia masuk ke SSB ( Sekolah Sepak Bola ) di sekitar daerahnya. Saat akan
mengikuti latihan dia tak memiliki sepatu bola. Dia pun mencoba meminta pada ibunya.
“Bu, boleh tidak jika aku membeli sepatu bola.” ucap Fadli kepada ibunya. Muka ibunya tiba-tiba
membatu mendengar ucapan Fadli, dengan nada yang tinggi ibunya menolak mentah-mentah permintaan
Fadli.
“Apa kamu bilang sepatu ? buat makan saja sudah susah.” kata ibunya.
Fadli berlari sambil meneteskan air mata menuju arah sawah belakang rumahnya. Dia berhenti
tepat di bawah pohon jambu air yang teduh. Duduk termenung sesekali melihat ke langit yang indah
berwarna biru, muncul dari kesilauan sinar matahari tampak buah jambu air yang melimpah. Ide pun
muncul dari kepalanya untuk menjual jambu air agar dapat membeli sepatu sepak bola. Apalagi dia
sangat kenal baik dengan pemilik pohon-pohon jambu itu pak Rachmat namanya.
Selepas dari sawah dia pun segera menemui pak Rachmat.
“Asslamualaikum pak Rachmat.” ucap Fadli. “Waalaikumsalam, loh.. Fadli ada apa ? kata pak Rachmat.
“Gini pak boleh tidak saya minta sedikit jambu bapak ?” ucap Fadli.
“Silahkan ambil saja, ambil semaumu, dan lagi tidak usah bayar .” kata pak Rachmat. Alangkah
bahagianya Fadli ketika mendengar jambu pak Rachmat yang boleh dipetik secara gratis.
Dengan wajah yang sumringah dia segera membawa tongkat untuk mengambil jambu. Setelah
terkumpul jambu itu dia bagi dengan berat setengah kilo per kantong plastik. Dia membawanya ke pasar
untuk dijual, berjalan kesana kemari menawarkan jambu kepada semua orang yang dia temui. Uang demi
uang terkumpul memang tidak banyak tapi yang jelas cukup untuk membeli sepatu baru. Tak lama dia
langsung bergegas menuju toko sepatu sekitar pasar, dia membeli sepatu dengan warna merah karena
warna favoritnya adalah merah.
Di SSB dia berkembang pesat seperti roket yang meluncur dari bumi ke bulan. Karena bakatnya
pelatihnya menyuruhnya pindah ke Kendari, menurut pelatihnya di Kendari lebih maju daripada di Muna.
Dia pun berpamitan dengan ibunya untuk pindah ke kota Kendari, dengan biaya seadanya dia tinggal
bersama pamannya di Kendari. Ia bersekolah di SMPN 1 KENDARI sekolah yang cukup maju.
Dia kembali ikut SSB untuk mengasah bakatnya dalam mengolah si kulit bundar. Kompetisi,
turnamen, dan tarkam semuanya berhasil dia menangkan. Uang hasilnya dia sisihkan untuk ditabung dan
dikirim ke ibunya. Ketika duduk di kelas 8 dia mampu membawa SMPN 1 KENDARI menjuarai
turnamen tingkat Sulawesi Tenggara.
Suatu hari dia ingin pindah ke Malang, Jawa Timur karena menurutnya sepak bola di sana
termasuk yang paling maju di Indonesia. Tapi karena terbatasnya biaya dia mengurungkan niatnya. Ada
satu sahabatnya yang sangat akrab dengannya Budi namanya, Budi tahu keinginan Fadli untuk pindah ke
Malang. Budi pun mengatakannya kepada teman-teman dan semua guru di sekolahannya.
Keesokannya uang saku dan tiket pesawat terbang menuju Bandara Internasional Juanda
Surabaya sudah ada di meja sekolahnya. Mulut yang sebelumnya cemberut tiba-tiba menjadi senyuman
yang sangat lebar. Dia sangat senang dan sangat bersyukur memiliki teman-teman yang mendukungnya
dari belakang. Dia berjanji tidak akan menyianyiakan kesempatan yang sangat berharga ini. Dengan
semangat dia segera menyiapkan barang-barang yang diperlukan lalu berpamitan kepada semua orang
yang telah mendukungnya selama ini.
Hari demi hari berlalu pamannya mengantarnya ke Bandara Maranggo. Dalam hatinya sangat
bercampur aduk antara senang dan sedih. Tapi ini harus dia jalani untuk menggapai cita-citanya. Di
perjalanan dia sangat ketakutan selain masih kecil, ini merupakan pengalaman pertamanya naik pesawat
terbang. Setelah pesawat mendarat dia pun sangat kebingungan kesana kemari bertanya kepada petugas
Bandara. Akhirnya dia tahu jika ingin pergi ke Malang harus naik bus terlebih dahulu menuju terminal
bus Bungurasih. Turun dari bus bandara dia lekas naik bus kota menuju Malang. Di perjalanan dia
membayangkan impiannya yang kurang beberapa langkah lagi.
Menuju konflik
Sesampainya di Kota Apel dia segera mencari rumah kos, sekolah, dan yang tidak boleh
ketinggalan SSB yang bagus. Saat itu dia ingin mendaftar ke SSB ASIFA (Aji Santoso Internasional
Football Academy) siapa yang tak kenal dengan ASIFA pemilik sekaligus pelatih ASIFA adalah mantan
pemain TIMNAS Indonesia yang bisa disebut legenda hidup. Tapi karena biaya spp yang mahal setiap
bulannya, dia tak menjadi daftar. Berjalan termenung melewati jalanan kota Malang yang ramai, di
pinggir jalan Pramuka ada poster yang bertuliskan beasiswa untuk SSB ASIFA yang dimulai besok sore
pukul 15.00.
Jam masih menunjukkan pukul 1 siang tapi dia sudah sampai di lapangan sambil berlatih untuk
menyiapkan seleksi untuk beasiswa. Seleksi pun dimulai saat di lapangan dia benar-benar menunjukkan
bakatnya, semua panitia terkejut dengan kemampuannya termasuk Aji Santoso. Setelah selesai seleksi
pengumuman beasiswa diumumkan langsung oleh Aji Santoso. Dia bersama 3 anak lainnya berhasil
lolos, tepat setelah pengumuman dia langsung melakukan sujud syukur sebagai rasa syukurnya kepada
Allah SWT. Sejak hari itu dia menjadi anak emas Aji Santoso, bahkan Aji Santoso mengadopsinya
sebagai anak angkat semua biaya Aji yang menanggungnya.
Satu tahun berlalu ASIFA bisa masuk partai final tingkat Jawa Timur berkat penampilan ciamik
dari Fadli.
“Mari mulai hari final ini dengan segumpal semangat dan harapan.” ucap Fadli sambil berdoa
untuk laga finalnya.
Prit...... suara tiupan peluit wasit memulai pertandingan. Dia dapat mencatatkan namanya di
papan skor saat pertandingan menit ke-35, lewat skillnya dia dapat melewati musuh dengan mudah.
Babak pertama telah usai skor pertandingan masih 1-0 untuk keunggulan ASIFA. Di sela-sela istirahat
pelatih memberinya instruksi sambil meminum sebotol Aqua. Prit..... peluit wasit tanda babak kedua
dimulai, sampai menit ke-60 skor masih 1-0. Dengan berlari secepat kuda dia mampu menusuk hingga
jantung pertahanan musuh, karena sudah terpaksa penjaga gawang pun maju guna menghadang
gerakannya. Namun bukannya mengenai bola tapi malah terkena kaki kirinya. Wasit memberikan hadiah
tendangan penalti untuk ASIFA, tendangan penalti diambil langsung oleh dia. Dia berhasil menceploskan
bola ke pojok kanan gawang, tim musuh pun bertambah frustasi. Ini menyebabkan tim musuh bermain
kasar, setiap pemain ASIFA yang memegang bola akan dijegal dengan keras oleh tim musuh. Termasuk
Fadli setiap dia menggiring bola maka akan langsung disambut dengan tekel-tekel keras.
Klimaks
Petaka datang pada menit ke-85, saat ingin menggiring bola mendekati gawang dia ditekel
dengan keras tepat pada bagian yang sama yaitu kaki kirinya. Tulang keringnya bagaikan ditusuk seribu
jarum, air matanya tak terbendung menahan rasa sakit membasahi pipinya bercampur dengan keringat.
Bayangkan bagaimana rasanya ? segera tim medis masuk lapangan, panitia dengan cepat memanggil
ambulans. Dia dibawa ke Rumah Sakit terdekat untuk mendapat perawatan, setelah dokter memeriksa
ternyata tulang keringnya patah. Pada hari itu juga operasi dilakukan, Fadli tak tahu apapun yang terjadi
karena dia telah dibius. Setelah beberapa menit dia sadar
“Dimana aku ? Apa yang terjadi pada kaki kiriku.” ucap Fadli.
Dengan wajah yang sedih Aji menjelaskan apa yang terjadi padanya. Dokter mengatakan bahwa
Fadli tidak bisa berjalan secara normal selama 5 bulan, terpaksa dia harus menggunakan tongkat.
6 bulan kemudian dia masih sangat trauma dengan kejadian tersebut, bahkan dia ketakutan
sendiri jika mendengar kata sepak bola. Seolah-olah dia sangat membenci bola. Berhari-hari mengurung
diri sesekali keluar hanya untuk makan. Bola tidak lagi membuatnya semangat. Keluarga, teman-
temannya, dan pelatihnya mencoba untuk memberikan dorongan agar dia bisa lagi menerima bola. Entah
apa yang merasuki tubuhnya esoknya sebelum matahari menampakkan diri dan embun-embun masih
duduk dia atas daun. Dia sudah mulai berlatih di lapangan, alangkah terkejutnya Aji melihat dia sudah
berlatih seperti biasanya. Aji berpikir apa yang merasukinya, Aji ingat dia membuat surat untuknya yang
berisi
“Kamu sudah berjuang sejauh ini, apa kamu akan menyerah sekarang? Perjuangan yang telah kamu
bangun dari nol. Apa kamu tidak tahu betapa sedihnya keluarga dan teman-temanmu jika tahu kamu
menyerah sekarang? Kamu bukanlah Fadli yang kukenal yang selalu ceria dan tak pernah menyerah
hanya dengan hal yang kecil. Pikirkan lagi keputusanmu, aku harap kamu tak menyesal di masa depan.”
kata Aji Santoso.
Tepat pada hari itu juga ada seleksi untuk pemain piala AFF-U 19 yang dilatih oleh Indra Sjafri
yang kebetulan adalah teman dekat Aji Santoso. Aji merekomendasikan satu pemain dari ASIFA yaitu
Fadli Ramdani. Lalu Aji pun memanggil Fadli untuk menunjukkan kemampuannya. Aji sangat terkejut
karena meskipun dia tak pernah bermain sepak bola, tapi skillnya benar-benar tak berkurang justru
semakin matang. Tanpa berpikir lama Indra langsung menulis namanya. Dia sangat terkejut cita-citanya
selama ini akhirnya bisa tercapai tinggal beberapa langkah lagi mungkin dua langkah lagi. Aji juga ikut
bangga karena anak asuhannya berhasil masuk di TIMNAS mengikuti jejaknya saat muda.
Penyelesaian
Dia mulai membuka lembaran baru di TIMNAS. Sebelum menjalani pertandingan pertamanya di
level Nasional, dia harus melewati Pemusatan Latihan. Di sana dia bertemu dengan teman-teman baru,
dari latar belakang yang sangat bermacam-macam. Tidak mengenal suku, ras, dan agama. Salah satu
teman akrabnya adalah Asnawi Mangkualam yang berasal dari Makassar. Di TIMNAS mereka bagaikan
pelangi yang saling melengkapi satu sama lain saat bermain. Karena posisi mereka yang hampir mirip
yaitu sayap kanan dan bek kanan. Pertandingan pertamanya di U-19 adalah melawan U-19 Thailand. Dia
sangat senang saat ditunjuk sebagai tim inti di pertandingan itu. Saat keluar dari lorong menuju lapangan
“Wow inikah rasanya menjadi pemain Timnas” ucap Fadli.
Di mana-mana dia mendengar kata Indonesia. Saat bernyanyi Indonesia Raya dia meneteskan air
mata, karena tidak menyangka perjalanannya selama ini berhasil dia capai. Di pertandingan ini Indonesia
menang atas Thailand dengan skor 2-1. Dia berhasil mencatatkan namanya di menit ke-60.
Berkat penampilan gemilangnya di U-19 membuat pelatih U-23 Luis Milla terpikat menggunakan
jasanya bersama Asnawi. Dia sangat senang jika bisa membela U-23 meskipun umur keduanya masih
sangat muda. Mungkin hari yang tak pernah dia lupakan adalah saat melawan TIMNAS Vietnam. Saat itu
adalah hari Kemerdekaan Indonesia yaitu 17 Agustus, di pertandingan itu dia mencetak gol perdananya di
TIMNAS U-23. Lewat tendangannya yang secepat kilat, tak sadar ternyata dia tepat menggunakan No.
punggung 17 dia merayakan gol dengan menunjuk No. dadanya yaitu 17. Dia menggunakan selebrasi
hormat kepada sang saka merah putih di pinggir lapangan. Setelah selesai pertandingan dia diwawancarai.
Oleh wartawan
“Bagaimana rasanya bisa mencetak gol perdana di U-23?” tanya salah satu wartawan kepada
Fadli. Dia menjawab “Saya sangat senang gol ini saya persembahkan untuk semua masyarakat Indonesia
yang sedang merayakan hari Kemerdekaan dan sebagai pembuktian kepada orang yang sebelumnya
mencibir saya.”
Saat membela Indonesia di ajang AFC U-19 dia mencetak gol indah dari tendangan bebas,
dengan tatapan tajam bagaikan elang dia mengincar gawang musuhnya seperti elang melihat mangsanya.
Tendangannya secepat elang menyambar mangsanya dan berhasil merobek gawang musuh.
Dia sangat percaya dengan pepatah perjuangan tak pernah mengkhianati hasil. Lihat dirinya
sekarang dibicarakan di mana pun disorot bermacam-macam media. Yang sebelumnya pemuda biasa
berhasil menjadi salah satu bintang yang menghiasi angkasa dengan sinarnya seperti karirnya sekarang.
Tet.....Tet......Tet bel masuk berbunyi membuatku sadar dari khayalanku, ternyata semua teman-temanku
sudah datang semua. Aku pun turut bergabung dengan mereka di belakang kelas entah membicarakan
apa.

TAMAT

C. ANALISIS HASIL
 UNSUR
a. Unsur Intrinsik
 Tema : Perjuangan, karena cerpen tersebut menceritakan perjuangan seorang Fadli
Ramdani dari nol hingga menjadi terkenal seperti sekarang.
 Alur : Maju, karena cerita tersebut berawal dari masa awal hingga akhir cerita dengan
urutan waktu yang teratur seperti pengenalan, muncul konflik, klimaks, hingga
penyelesaian seperti struktur cerpen tersebut.
 Latar :
“Pagi hari sebelum semua teman-temanku datang ke sekolah angin sejuk menyapaku.
Tak sadar diriku tiba-tiba melamun membayangkan pemain sepak bola bernama
Fadli Ramdani.”
• Tempat : ruang kelas
Waktu : pagi hari
Suasana : sepi
“Fadli berlari sambil meneteskan air mata menuju arah sawah belakang rumahnya.
Dia berhenti tepat di bawah pohon jambu air yang teduh. Duduk termenung sesekali
melihat ke langit yang indah berwarna biru, muncul dari kesilauan sinar matahari
tampak buah jambu air yang melimpah.”
• Tempat : di bawah pohon tengah sawah
Waktu : siang hari
Suasana : sedih dan termenung
“Jam masih menunjukkan pukul 1 siang tapi dia sudah sampai di lapangan sambil
berlatih untuk menyiapkan seleksi untuk beasiswa.”
• Tempat : lapangan
Waktu : jam 1 siang
Suasana : bersemangat
 Tokoh dan Penokohan
• Fadli Ramdani : pekerja keras dan mau berjuang
“Dengan wajah yang sumringah dia segera membawa tongkat untuk mengambil
jambu. Setelah terkumpul jambu itu dia bagi dengan berat setengah kilo per kantong
plastik. Dia membawanya ke pasar untuk dijual, berjalan kesana kemari menawarkan
jambu kepada semua orang yang dia temui. Uang demi uang terkumpul memang
tidak banyak tapi yang jelas cukup untuk membeli sepatu baru. Tak lama dia
langsung bergegas menuju toko sepatu sekitar pasar, dia membeli sepatu dengan
warna merah karena warna favoritnya adalah merah.”
• Aku : rajin
“Pagi hari sebelum semua teman-temanku datang ke sekolah angin sejuk menyapaku.
Tak sadar diriku tiba-tiba melamun membayangkan pemain sepak bola bernama
Fadli Ramdani.”
• Aji Santoso : baik hati, murah hati, dan pemberi motivasi
“Dia bersama 3 anak lainnya berhasil lolos, tepat setelah pengumuman dia langsung
melakukan sujud syukur sebagai rasa syukurnya kepada Allah SWT. Sejak hari itu .
Setelah selesai seleksi pengumuman beasiswa diumumkan langsung oleh Aji
Santoso. Dia bersama 3 anak lainnya berhasil lolos, tepat setelah pengumuman dia
langsung melakukan sujud syukur sebagai rasa syukurnya kepada Allah SWT. Sejak
hari itu dia menjadi anak emas Aji Santoso, bahkan Aji Santoso mengadopsinya
sebagai anak angkat semua biaya Aji yang menanggungnya.”
 Sudut Pandang
Orang ketiga : karena menggunakan kata ganti “dia”
 “Sesampainya di Kota Apel dia segera mencari rumah kos, sekolah, dan yang
tidak boleh ketinggalan SSB yang bagus.”
 “Dia kembali ikut SSB untuk mengasah bakatnya dalam mengolah si kulit
bundar. Kompetisi, turnamen, dan tarkam semuanya berhasil dia
menangkan.”
 “Dia adalah mutiara tersembunyi dari daerah Muna, Sulawesi Tenggara.
Daerah yang begitu terpencil jauh dari kata maju.”

 Amanat
Jangan mudah menyerah dengan keadaan yang ada, jika belum berjuang dengan
semaksimal mungkin.
b. Unsur Ekstrinsik
• Bahasa
Tidak formal, karena cerpen tersebut memakai bahasa sehari-hari
• Latar belakang pengarang
Cerpen tersebut dibuat oleh Hawin Dzaky Bimantoro pada tahun 2018. Dia lahir
di Madiun, 30 Mei 2004. Dia anak tunggal. Pendidikan TK hingga SMP dia
sekolah di Nganjuk dan SMA sekarang dia merantau ke Madiun. Alasan dia
membuat cerpen tersebut karena dulu saat SMP diberikan tugas oleh guru
membuat cerpen dan menganalisisnya
• Nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra :
 Nilai Religius
“Dia bersama 3 anak lainnya berhasil lolos, tepat setelah pengumuman
dia langsung melakukan sujud syukur sebagai rasa syukurnya kepada
Allah SWT.”
 Nilai Moral
“Dia sangat percaya dengan pepatah perjuangan tak pernah mengkhianati
hasil.”
“Kamu sudah berjuang sejauh ini, apa kamu akan menyerah sekarang?
Perjuangan yang telah kamu bangun dari nol. Apa kamu tidak tahu
betapa sedihnya keluarga dan teman-temanmu jika tahu kamu menyerah
sekarang? Kamu bukanlah Fadli yang kukenal yang selalu ceria dan tak
pernah menyerah hanya dengan hal yang kecil. Pikirkan lagi
keputusanmu, aku harap kamu tak menyesal di masa depan.” kata Aji
Santoso.”
 STRUKTUR
Sudah ada dalam teks.
 KEBAHASAAN
a. Menggunakan keterangan waktu
 “Pagi hari sebelum semua teman-temanku datang ke sekolah angin sejuk
menyapaku.”
 “Jam masih menunjukkan pukul 1 siang tapi dia sudah sampai di lapangan sambil
berlatih untuk menyiapkan seleksi untuk beasiswa.”
 “Mungkin hari yang tak pernah dia lupakan adalah saat melawan TIMNAS Vietnam.
Saat itu adalah hari Kemerdekaan Indonesia yaitu 17 Agustus, di pertandingan itu dia
mencetak gol perdananya di TIMNAS U-23.”
b. Menggunakan verba aksi
 “Saat membela Indonesia di ajang AFC U-19 dia mencetak gol indah dari
tendangan bebas, dengan tatapan tajam bagaikan elang dia mengincar
gawang musuhnya seperti elang melihat mangsanya.”
 “Dengan semangat dia segera menyiapkan barang-barang yang diperlukan
lalu berpamitan kepada semua orang yang telah mendukungnya selama ini.”
 “Dengan wajah yang sumringah dia segera membawa tongkat untuk
mengambil jambu. Setelah terkumpul jambu itu dia bagi dengan berat
setengah kilo per kantong plastik.”
c. Menggunakan dialog
Selepas dari sawah dia pun segera menemui pak Rachmat.
“Asslamualaikum pak Rachmat.” ucap Fadli. “Waalaikumsalam, loh.. Fadli ada
apa ? kata pak Rachmat.
“Gini pak boleh tidak saya minta sedikit jambu bapak ?” ucap Fadli.
“Silahkan ambil saja, ambil semaumu, dan lagi tidak usah bayar .” kata pak
Rachmat. Alangkah bahagianya Fadli ketika mendengar jambu pak Rachmat yang
boleh dipetik secara gratis.
d. Menggunakan kata sifat
 Pagi hari sebelum semua teman-temanku datang ke sekolah angin sejuk
menyapaku.
 “Bu, boleh tidak jika aku membeli sepatu bola.” ucap Fadli kepada ibunya.
Muka ibunya tiba-tiba membatu mendengar ucapan Fadli, dengan nada yang
tinggi ibunya menolak mentah-mentah permintaan Fadli.
 Jalankan teknologi listrik pun sudah sangat susah.
 Dia mulai membuka lembaran baru di TIMNAS.
 Di perjalanan dia sangat ketakutan selain masih kecil, ini merupakan
pengalaman pertamanya naik pesawat terbang.
 Tapi karena biaya spp yang mahal setiap bulannya, dia tak menjadi daftar.
 Petaka datang pada menit ke-85, saat ingin menggiring bola mendekati
gawang dia ditekel dengan keras tepat pada bagian yang sama yaitu kaki
kirinya.
 Apa kamu tidak tahu betapa sedihnya keluarga dan teman-temanmu jika tahu
kamu menyerah sekarang?
 Dia sangat senang jika bisa membela U-23 meskipun umur keduanya masih
sangat muda.
 Saat membela Indonesia di ajang AFC U-19 dia mencetak gol indah dari
tendangan bebas, dengan tatapan tajam bagaikan elang dia mengincar
gawang musuhnya seperti elang melihat mangsanya.
e. Menggunakan konjungsi temporal
 6 bulan kemudian dia masih sangat trauma dengan kejadian tersebut, bahkan
dia ketakutan sendiri jika mendengar kata sepak bola.
 Mulut yang sebelumnya cemberut tiba-tiba menjadi senyuman yang sangat
lebar.
 Dengan semangat dia segera menyiapkan barang-barang yang diperlukan lalu
berpamitan kepada semua orang yang telah mendukungnya selama ini.
 Ketika duduk di kelas 8 dia mampu membawa SMPN 1 KENDARI
menjuarai turnamen tingkat Sulawesi Tenggara.
 Dengan berlari secepat kuda dia mampu menusuk hingga jantung pertahanan
musuh, karena sudah terpaksa penjaga gawang pun maju guna menghadang
gerakannya.
 Sejak hari itu dia menjadi anak emas Aji Santoso, bahkan Aji Santoso
mengadopsinya sebagai anak angkat semua biaya Aji yang menanggungnya.
 Pagi hari sebelum semua teman-temanku datang ke sekolah angin sejuk
menyapaku.
 Hari demi hari berlalu pamannya mengantarnya ke Bandara Maranggo.
 Saat umur 11 tahun dia menginginkan menjadi pemain sepak bola terkenal
yang dapat mewakili Indonesia.
 Fadli berlari sambil meneteskan air mata menuju arah sawah belakang
rumahnya

Cerpen Karangan: Haifa Khair


Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 21 September 2016

Anda mungkin juga menyukai