SKRIPSI
OLEH:
ANANG MULIA RAMADHANA
NIM 195110207111017
SKRIPSI
OLEH:
ANANG MULIA RAMADHANA
NIM 195110207111017
i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
menyatakan bahwa:
1 skripsi ini adalah benar-benar karya saya, bukan merupakan jiplakan dari
karya orang lain, dan belum pernah digunakan sebagai syarat mendapatkan
gelar kesarjanaan dari perguruan tinggi manapun.
2 jika di kemudian hari ditemukan bahwa skripsi ini merupakan jiplakan, saya
bersedia menanggung segala konsekuensi hukum yang akan diberikan
Malang,
22 Desember 2022
Juve Henson
NIM 195110200111004
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi ini yang
berjudul “Nasionalisme Zainichi dalam Film Chi To Hone Karya Sutradara
Yoichi Sai” dengan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan laporan ini tidak lain untuk memperoleh gelar
Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Brawijaya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini
terwujud berkat bantuan arahan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kekuatan bagi penulis
untuk melaksanakan KKN dan menyusun laporan KKN ini hingga selesai;
2. Ibu Emma Rahmawati Fatimah, M.A., selaku pembimbing yang senantiasa
memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini
terwujud;
3. Ibu Santi Andayani, M.A., selaku penguji yang senantiasa memberikan
motivasi dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat menjadi
lebih baik;
4. Bapak dan ibu dosen Program Studi Sastra Jepang yang memberikan
bantuan kepada penulis;
5. semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih belum sempurna, baik dari materi,
penulisan maupun dari segi penyajian karena keterbatasan dan kemampuan
penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk
kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat memajukan bidang pendidikan khususnya pembelajaran sastra Jepang.
Penulis
iii
iv
ABSTRAK
Henson, Juve. 2022. Nasionalisme Zainichi dalam Film Chi To Hone Karya
Sutradara Yoichi Sai. Program Studi Sastra Jepang, Jurusan Bahasa dan
Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya.
iv
v
要旨
へンソン・ジュヴェ。2022。崔洋一監督の映画『血と骨』における在日の愛国心
指導教員::エマ・ラーマワティ・ファティマ
ポストコロニアリズムの問題は、植民地化された国への影響や人々による抵抗
の形態、愛国心など、さまざまな側面から見ることができる。愛国心は諸刃の剣
のようなものである。愛国心の台頭は植民地化された人々にとって、国家を統一
する手段になり、一方、愛国心は植民地主義者が植民地化された国での権力を
円滑にするために形成された思想と思われる。愛国心の問題は、日本の在日少
数民族の日常を描いた映画『血と骨』にも反映されている。
本論文は、在日に対する文化の的均質化、つまり、果たして在日の民族は皇
民化されるか、それとも北朝鮮に対する愛国心を維持し続けるかについて研究し
ている。記述的・定性的が研究手法となる。本研究で使用された主なる理論は、
サラ アップストーンのポストコロニアル空間と、それを裏付けるミザンセーヌの理
論である。
研究の結果として、日本による文化の均質化は、より良い生活を得るために在
日朝鮮人によって部分的に受け入れられたものの、在日朝鮮人の思想は依然と
して反日的であることが示された。日常生活での韓国語の使用、共産主義と北
朝鮮の思想に対するあらゆる形態の支持、および在日朝鮮人による日本人に対
する差別は、北朝鮮に対する愛国心の表れである。
v
vi
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................iii
ABSTRAK.......................................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................x
DAFTAR TRANSLITERASI.........................................................................................xi
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................8
1.6 Kata Kunci.........................................................................................................8
KAJIAN PUSTAKA......................................................................................................10
2.1. Landasan Teori...............................................................................................10
2.1.1 Kajian Poskolonialisme............................................................................10
2.1.2 Nasionalisme............................................................................................13
2.1.3 Penerapan Teori Poskolonialisme terhadap Analisis Sastra......................17
2.1.4 Ruang Poskonaliasme Sara Upstone.........................................................18
2.1.5 Kelompok Zainichi...................................................................................24
2.1.6 Sinopsis Film Chi to Hone........................................................................29
2.1.7 Mise-en-scene...........................................................................................33
2.1.8 Sinematografi (Cincamatography)...........................................................35
2.2 Penelitian Terdahulu......................................................................................38
2.2.1 Penelitian dengan Judul Paradoks Ruang Tubuh Dalam Puisi “Sakramen”
Karya Joko Pinurbo: Kajian ‘Pascakolonial Tubuh’ Sara Upstone...........................38
2.2.2 Penelitian dengan Judul Kedudukan Subaltern Tokoh Perempuan Pribumi
dalam Novel Bunga Roos dari Tjikembang Karya Kwee Tek Hoay........................40
2.2.3 Penelitian dengan Judul Ambivalensi dalam Cerpen Anak Ini Mau
Mengencingi Jakarta? Karya Ahmad Tohari: Kajian Poskolonialisme.....................41
METODE PENELITIAN..............................................................................................43
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................43
vi
vii
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Kekerasan dan pemaksaan yang dilakukan tentara kepada etnis
Korea di Jepang yang menolak mengucapkan Banzai...........................................
Gambar 4.2 San-myung Jang mempelajari aksara Jepang.....................................
Gambar 4.3 Takayama Shingi menggunakan nama Jepang di resepsi
pernikahannya........................................................................................................
Gambar 4.4 Para pemuda zainichi menyanyikan lagu Nippon Danji....................
Gambar 4.5. Para wanita mempersiapkan hidangan pernikahan anak angkat
Shun-Pei.................................................................................................................
Gambar 4.6 Lee Young-hee berdoa menghadap altar............................................
Gambar 4.7 Lee Young-hee berdoa menghadap altar............................................
Gambar 4.8 Masao dan Hanako menyebut ayahnya menggunakan bahasa
Korea......................................................................................................................
Gambar 4.9 Shingi menghadap Kim Shun-Pei......................................................
Gambar 4.10 San-myung Jang menggunakan bahasa Korea saat memanggil
Lee Young-hee.......................................................................................................
Gambar 4.11 San-myung Jang berteriak mansei....................................................
Gambar 4.12. Sekolah Menengah Pertama Ikuno Osaka.......................................
Gambar 4.13. Masao dan San-myung Jang mengidentifikasi diri mereka
sebagai seorang komunis........................................................................................
Gambar 4.14 Dukungan kelompok zainichi terhadap Mao Zedong......................
Gambar 4.15 Ajakan kepada kelompok zainichi untuk bergabung dengan
Partai Komunis Jepang...........................................................................................
Gambar 4.16 Penyerangan Pos Polisi oleh kelompok zainichi..............................
Gambar 4.17 San-myung Jang bebas dari penjara.................................................
Gambar 4.18. Keberangkatan kelompok zainichi menuju Korea Utara................
Gambar 4.19 Perselisihan Masao dan Lee Young-hee setelah Masao setelah
Kim Shun-Pei membunuh Kiyoko.........................................................................
viii
ix
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
x
xi
DAFTAR TRANSLITERASI
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
gejala social yang menyertainya. Gejala sosial adalah suatu fenomena yang
antara lain adalah kemiskinan, kejahatan, dan persamaan gender. Salah satu gejala
sosial yang nampak dan bisa dilihat secara langsung adalah gejala sosial-budaya.
dari gejala sosial dan gejala budaya sehingga menjadi suatu gejala
budaya, untuk memenuhi hajat-hajat sosial dan budaya suatu masyarakat dalam
itu, gejala sosial budaya dianggap oleh masyarakat sebagai hal yang bermuatan positif
Salah satu bentuk positif dari gejala sosial budaya adalah Adanya upaya
1
2
bahwa gender mengacu pada peran sosial dan budaya laki-laki atau perempuan
yang harus dilakukan dalam masyarakat tertentu. Artinya, peran gender laki-laki
dan perempuan akan berbeda dari satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Di
amerika kesetaraan gender sangat terasa seperti Pay Gap antara pria dan wanita
semakin lama semakin mengecil dan profesi yang sebelumnya hanya bisa
positif. Salah satu contoh gejala sosial budaya yang mengarah ke arah negatif
adalah bunuh diri. Menurut Gamayanti (2014:5), bunuh diri adalah tindakan yang
hidupnya sendiri secara sengaja. Menurut Setiawan (2021:4), sejak tahun 1991
tren kematian yang disebabkan bunuh diri mengalami peningkatan yang cukup
sangatlah identik dengan tradisi ataupun budaya suatu negara, salah satunya
diri. Negara itu memiliki tingkat depresi dan bunuh diri yang cukup tinggi.
Menurut japantimes pada tahun 2022 Jumlah orang jepang yang bunuh diri
berjumlah mencapai 21.584 orang. Bunuh diri sudah sangat erat dengan
masyarakat Jepang sejak era feodal. Dimulai dengan adanya budaya Seppuku.
kalangan para ksatria (samurai). Seppuku dianggap sebagai cara mati yang sangat
terhormat dan bukan suatu hal yang hina. Bunuh diri sebagai bentuk representasi
waktu ke waktu. Di jaman modern peristiwa paling dikenal adalah para pilot
pesawat tempur Jepang yang menabrakkan dirinya ke kapal perang musuh pada
perang dunia 2.
Salah satu bentuk gejala sosial bunuh diri dapat ditemukan di berbagai
media hiburan seperti manga. Manga pada dasarnya adalah penyebutan untuk
komik buatan jepang. Akan tetapi, manga bukanlah satu-satunya istilah yang
digunakan untuk komik di Jepang. Seperti halnya penggunaan istilah novel grafis,
untuk komik dengan kesan berbeda dari komik biasa, manga juga
mengeksplisitkan konsep yang mirip dengan istilah novel grafis tersebut. (Raab
Jepang dari kata “komik” dan sering merujuk pada komik asing atau digunakan
saat mencoba meremehkan konotasi humor dari kata “manga”, atau, seperti kata
Schodt. , “oleh orang-orang industri dan media yang berusaha terdengar rumit”
seperti bunuh diri, salah satunya adalah Koe no Katachi. Manga Koe no Katachi
adalah manga yang di buat oleh Yoshitoki Ōima yang diterbitkan oleh Weekly
Shōnen Magazine pada Agustus 2013 sampai November 2014. Manga ini
menceritakan tentang remaja bernama Shouya Ishida, seorang siswa sekolah dasar
yang nakal yang merasa dirinya terganggu oleh siswa pindah tuna rungu bernama
4
nishimiya shouko. Terlepas dari usaha shouko tulusnya untuk berteman dengan
mengejek dan membully Shouko setiap kesempatan yang ada. Perundungan yang
korban baru perundungan, Shouya secara bertahap menjadi lemah lembut dan
Shouya, ia menjadi penyendiri dan depresi. Merasa depresi dan putus asa shouya
dahulu. Pada suatu hari shouya bekerja keras dan memberikan 1.700.000 yen
sebagai ucapan terima kasih Shouya kepada ibunya karena telah merawatnya.
Lalu Shouya memaksakan diri untuk bertemu Shouko untuk pertama kalinya
dalam lima tahun. Shouya bertekad untuk menebus kesalahannya dengan meminta
bunuh diri.
Bunuh diri dapat terjadi karena perasaan putus asa dan merasa satu-
satunya jalan menuju kedamaian adalah dengan mengahiri hidupnya sendiri. Oleh
5
karena itu tindakan yang dilakukan oleh Shouya merupakan bunuh diri karena
rasa bersalah.
dengan melakukan close reading terhadap suatu karya sastra ‘nasional’, akan
diketahui pula apa yang berlaku pada masyarakat tersebut. Demikian juga
pernyataan Stendhal bahwa novel adalah “mirror journeying down the high road
Penulis juga memakai teori mise en scene sebagai teori pendukung. mise
panggung” karena teori ini awalnya digunakan untuk teater panggung. Namun
mencakup relasi antara para aktor dengan diri mereka sendiri, serta dengan
Percobaan bunuh diri / fenomena bunuh diri yang tergambar dalam manga Koe no
katachi.
7
no Katachi
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pembaca
peminat sastra dan budaya mengenai aspek-aspek sosiologi dalam karya sastra
Jepang khususnya manga Koe no katachi. Selain itu, hasil penelitian ini
sosiologi pada Koe no katachi karya Yoshitoki Ōima untuk menjadi objek
penelitian selanjutnya.
membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Jika masalah tersebut
tidak dibatasi maka pembahasan akan keluar dari topik pembicaraan. Penentuan
dan perincian konsep sangat penting untuk memperjelas persoalan yang akan
dibahas. Penulis membahas Manga Koe no katachi yang dibuat oleh Yoshitoki
Ōima yang.
Berikut adalah beberapa istilah penting yang akan sering muncul dalam
penelitian ini.
2014:5)
diorganisasikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sara Upstone, nasionalisme, kelompok zainichi, alur cerita film Chi to Hone,
Kolonialisme bangsa Eropa yang telah berlangsung selama lebih dari 300
yang berlangsung secara intensif dalam waktu yang relatif lama telah
menghasilkan tidak hanya hilangnya kekhasan lokal, namun lebih dari itu juga
telah memupuk mental Eropa sentris, budaya Eropa menjadi sebuah budaya yang
adiluhung serta dapat menjadi tolak ukur kebenaran dan justifikasi keunggulan
adat istiadat (Suastika, 2012:39). Hal itulah yang kemudian merasuki mental-
muncul sekitar tahun 1960-an berdasar pada peristiwa sejarah di mana masa
10
11
2021:80).
yang termarjinalkan karena efek dari kolonialisasi yang pernah meluas di dunia ini
isu - isu dalam suatu masyarakat kolonial dari sudut pandang Timur atau bangsa
jiwa, dan budaya masih terus berlangsung. Oleh karena itu, penelitian dengan
berakhirnya imperium kolonial di seluruh dunia, segala tulisan yang ada kaitannya
kaum imperialis penjajah. Mental mereka juga terus dirusak dengan stigma
begitu luas serta periode penjajahan Belanda yang begitu lama, tidak semua
terbatas pada kelompok elit yang merupakan teman atau kolega para penjajah
pikiran” Barat yang mapan, superior, maju, beradab terhadap dunia non-Barat
kultural dan epistemologis Barat yang ingin terus menguasai “Timur”. Menurut
Said, “Timur” yang primitif dipakai sebagai cermin untuk membesarkan citra
Eropa sebagai pelopor peradaban. Selain itu, mitos dan stereotip tentang Timur
13
Akan tetapi, menurut Diannita (2021:80), tidak ada objek yang khas
objek yang sama dapat dipahami secara berbeda, baik pada orang yang sama pada
saat yang berbeda, maupun pada orang yang berbeda pada saat yang sama. Tidak
seperti: sejarah, politik, ekonomi, sastra, dan berbagai dokumen lainnya, yang
sejak awal terjadinya kolonisasi hingga sekarang, termasuk berbagai efek yang
2.1.2 Nasionalisme
membangkitkan suatu bangsa, masyarakat, dan negara agar negara tersebut dapat
yang diharapkan yaitu masyarakat yang aman, damai, adil, makmur, dan sentosa.
negara yang dicintai dan cenderung diartikan sebagai kecintaan mutlak terhadap
tanah air. Akan tetapi, makna nasionalisme yang demikian sudah tidak relevan
lagi dengan problematika modern yang tengah terjadi. Pada masa kini, warga
negara tidak dipusingkan lagi dengan persoalan penjajahan dan merebut kembali
nasionalisme pada intinya mengarah pada sebuah konsep mengenai jati diri
menggalang dukungan dari suatu bangsa dalam kondisi politik yang sarat akan
konflik kepentingan. Oleh karena itu, Ernest Gellner (dalam Betts, 1994:280)
prinsip atau perasaan puas akibat pemenuhan suatu prinsip. Sedangkan gerakan
nasionalis adalah sesuatu hal yang ditunjukkan oleh sentimen perasaan itu.
15
mana suatu negara dipersatukan atas dasar kesetiaan pada tokoh bangsawan
tertentu, agama, atau negara yang dikepalai raja dari suatu dinasti. Menurut
Barbara Ward (dalam Dewi, 2008:4), akar nasionalisme di dunia Barat diawali
lalu menjadi negara-negara feodal. Dengan majunya abad pertengahan, tiga dari
Suku-suku Gaul telah ditaklukkan Caesar dan mereka diberi bahasa yang
dilatinisasi.
nasionalisme totaliter, seperti yang dialami Jerman dan Italia. Di Italia terdapat
keturunan bangsa Arya yang diciptakan Tuhan sebagai pembawa dan penyebar
romantisme Jerman pada abad ke 19, tetapi muncul di abad 20 dalam bentuk yang
menurut para ilmuwan dari dunia Barat. Nasionalisme menyerupai dewa Romawi
Janus yang bermuka dua. Di satu pihak, dapat menyatukan individu menjadi
16
bangsa dengan rasa solidaritas dan kebersamaan. Namun, dapat pula menciptakan
atau mempertegas garis pemisah antara Imagined Political Community yang baru
dengan siapa saja yang dikhayalkan di luar batasnya. Garis pemisah tersebut dapat
meliputi sekitar 70% kasus, sementara konflik kelas dan konflik-konflik lainnya
perang yang paling utama. Mata rantai utama antara nasionalisme dan perang
menyimpang dari garis batas internasional, sehingga terjadi tuntutan teritorial dan
politik militan yang diorganisir atas dasar prinsip-prinsip identitas etnik, bangsa,
dalam Kusumawardani & Faturochman, 2012:65). Hal ini mengacu pada esensi
pendekatan yang memfokuskan pada karya sastra dengan teks asli berbahasa
dijajah, seperti Australia, Selandia Baru, Afrika, Amerika Selatan, dan tempat-
bukan hal baru dan ternyata sudah ada sejak tahun 1950 an. Pada tahun 50 an
Albert Camus berbeda pendapat mengenai Algeria, Fidel Castro berpidato dengan
judul “History Shall Absolve Me,” dan Alfred Sauvy pertama kali menemukan
politis maupun budaya tidak terdefinisikan oleh metafisika Barat. Sepanjang tahun
1960 an, Frantz Fanon, Albert Memmi, George Lamming, dan para penulis, para
filsuf dan para kritikus lainnya mulai mempublikasikan teks-teks yang akan
Sangat banyak masalah yang dapat digali melalui teori Poskolonial. Novel
Indonesia yang sudah sangat biasa, bahkan mungkin membosankan bagi pembaca
tertentu, oleh karena sudah pernah dianalisis dari beberapa aspek, misalnya: Siti
batin, tema, dan pandangan dunia yang semula dianalisis dengan menggunakan
sebab permasalahan dalam teori ini sangat luas dan menantang, berkaitan dengan
4. bentuk-bentuk perlawanan;
5. pengaruh pendidikan dan bahasa kolonial terhadap budaya dan identitas negara
poskolonial menurut konsep Sara Upstone dalam buku Spatial Politics in the
Postcolonial Novel.
19
poskolonial ada pada politik ruang, maka dari itu poskolonial digambarkan
ditinggalkan pada wilayah jajahan meskipun secara fisik sudah tidak berada lagi
kepada subjek kolonial. Oleh karena itu, secara sengaja maupun tidak,
digunakan sebagai salah satu metode untuk mengontrol masyarakat baik secara
kolonial. Ruang poskolonial memiliki sudut pandang bahwa teritori tidak bisa
dikonstruksi dan ruang merupakan hasil dari reklamasi. Ruang poskolonial tidak
melihat ruang sebagai suatu hal yang diciptakan oleh kolonial, melainkan tempat
tetap menjadi ruang yang mengacu pada konsep yang berbeda-beda dari waktu ke
baru terlepas dari konsep hasil konstruksi kolonial, tradisi, atau konsep Barat dan
Timur.
post-space atau chaos memandang ruang sebagai sesuatu yang fluid dan tidak
mampu menarik probabilitas lain terkait konstruksi ruang yang ditanamkan oleh
kolonialisme. Probabilitas yang bisa dibaca sebagai sebuah usaha negosiasi atas
di mana hibridisasi yang terjadi pada semua skala dalam suatu konsep keruangan
menjadi sumber untuk merevisi posisi poskolonial dalam masyarakat dan isu-isu
identitas konsekuen, atau dengan kata lain suatu kemungkinan yang melekat pada
ruang poskolonial sebagai hasil langsung dari sejarah suatu bangsa yang
kekacauan yang melekat baik dalam ruang secara konsep maupun realisasinya.
ruang-ruang fluid space dan fluiditas yang ada dalam negara berkembang
Oleh karena itu, chaos juga dapat bermanifestasi sebagai konsep yang
terjadi. Akan tetapi, bukan berarti chaos sebagai oposisi harus mengendalikan
otoritas karena hubungan dialektika seperti itu dengan sendirinya meniru pola
pikir kolonial. Oposisi seperti itu sangat tidak tepat ketika, pada kenyataannya,
keinginan utama sistem kapitalis adalah untuk pengaturan dan kontrol teritorial
Oleh karena itu, menurut Mbembe, chaos dalam lingkup dunia poskolonial
erat kaitannya dengan konsep fluiditas yang lebih positif. Lebih dekat artinya
ketertiban (Upstone, 2009:12). Setiap representasi dari keadaan dunia yang tidak
stabil tidak dapat secara otomatis dimasukkan ke dalam chaos. Selain itu, chaos
22
ekspresi dari fluiditas. Upstone menegaskan, pemaknaan chaos seperti ini cukup
penolakan makna space (ruang) itu sendiri. Melainkan, berusaha mengekspos jika
ruang memiliki strukturnya sendiri untuk diungkap. Namun, tidak seperti ruang
nation menjadi panji penting, di mana kaum terjajah dapat merespon serta
space (ruang) absolut yaitu nation (bangsa) yang diperlukan untuk menjadi
oposisi dari totalitas yang jauh lebih besar dan lebih kuat yaitu wilayah kolonial
kemutlakan kolonial dan hadir sebagai ideologi yang stagnan, krusial, serta
kolonial dan telah mengaburkan realitas umum nation (bangsa) itu sendiri sebagai
bangsa kolonial dan telah mengaburkan realitas umum nation atau nasionalisme
itu sendiri sebagai konstruksi kolonial yang memegang kontrol kolonial atas ruang
pribumi. Dengan kata lain, nasionalisme yang pada awalnya bermuatan positif
pada akhirnya dikonstruksi sedemikian rupa menjadi sebuah konsep yang mampu
dan logis (Upstone, 2009:29). Oleh karena itu, nasionalisme dapat dimanfaatkan
nasionalisme.
berarti nasionalisme tidak bisa dianggap sebagai respon antikolonial yang sah
24
spasial lain yang menjadi fokusnya politik nasional telah dikaburkan untuk tujuan
nasionalis.
harus diatur dalam konteks sejarah antikolonial yang telah melihat ide-ide
zainichi berarti ‘tinggal di Jepang’. Walaupun semua orang keturunan asing yang
tinggal di Jepang bisa disebut zainichi, istilah ini lebih sering diasosiasikan
Dunia II, dan orang yang berpindah ke kepulauan utama Jepang selama periode
kolonial.
25
Korea, yaitu antara 1910 sampai 1945. Menurut Kim Yondal (dalam Lie,
2008:34), pasca Perang Dunia II, sebagian besar etnis Korea di Jepang (1-1,4 juta)
jumlah ini adalah perkiraan kasar), tetapi terlepas dari upaya Jepang dalam usaha
pemulangan etnis Korea dari Jepang, sekitar 600.000 zainichi masih memilih
pendatang di Korea dimulai dari distrik Ikaino di Osaka pada 1923 karena
banyaknya pabrik kecil dan juga menengah yang berkembang di sana sehingga
Korea berasal dari Pulau Jeju, yang hampir sebagian besar penduduknya
bermigrasi ke Jepang hingga tahun 1934. Para pendatang Korea ini disebut
diri dengan lingkungan yang ada (Trihtarani dkk., 2019:175). Hal ini dikarenakan
adanya suatu jarak antara masyarakat Jepang dan Korea yang disebabkan oleh
Jepang terhadap orang Korea terpupuk dari pemikiran imperialis Jepang (Osborn,
Jepang sebagai kaum yang berpotensi menciptakan chaos terutama mereka yang
kaca, pemintalan kain, dan karet. Mereka juga bekerja di tambang batubara dan
pendidikan yang dialami kelompok zainichi kala itu. Akan tetapi, berkat
Korea selama masa kolonial, aspek budaya tertentu dari Korea seperti bahasa
terjaga.
asimilasi oleh kekaisaran Jepang, semakin intensif setelah tahun 1930-an, dan
Korea, untuk mengubah Korea menjadi rakyat Kaisar (köminka) dan mencapai
materiil yang akan diterima seorang zainichi jika menganut ideologi kekaisaran
Jepang membuat banyak kelompok zainichi menerima ideologi ini. Penulis etnis
bertugas di militer kekaisaran setelah tahun 1938 (Lie, 2008:10). Menurut Yoon
dan Kawata (dalam Lie, 1993:10), Lebih dari 200.000 tentara zainichi berjuang
untuk kekaisaran Jepang. Beberapa meninggal sebagai pilot kamikaze, yang lain
menurut Tonomura (dalam Lie, 2008:7) pada pertengahan tahun 1930-an, hampir
sepertiga orang Korea yang lahir di Jepang, menggunakan bahasa Jepang sebagai
bahasa utama mereka yang mana juga merupakan bentuk aspirasi mereka agar
yang tumbuh dan besar di Jepang pada sebelum atau tidak lama setelah 1945.
status sosial rendah yang hak-haknya masih tidak setara dengan larangan dalam
Jepang (Lee, 2012:3). Sama seperti generasi pertama zainichi yang harus
menerima diskriminasi yang tidak hentinya dari masyarakat lokal disebabkan latar
belakang etnis dan status sosial mereka, generasi kedua zainichi pun harus
menerima perlakuan yang serupa meskipun mereka lahir dan besar di Jepang.
mengalami degradasi aspek budaya Korea yang selama ini dijaga oleh generasi
pertama. Selain itu, di masa zainichi generasi kedua, Bahasa Jepang sudah tidak
menjadi bahasa kedua mereka setelah bahasa Korea, melainkan menjadi referensi
demikian gagasan tentang tanah air telah menjadi kunci untuk membangun
mengumumkan,
kritis terhadap kritik media Jepang terhadap kegiatan pasar gelap Korea dan
Chouren juga berhubungan dekat dengan dan bersama Partai Komunis Jepang
Kelompok zainichi yang lahir di Jepang dan hidup seperti orang Jepang
hingga hampir tidak bisa dibedakan dengan orang Jepang yang secara sukarela
kewarganegaraan mereka sebagai orang Jepang yang sulit untuk didapat. Akan
hubungan kontradiktif antara situasi formal mereka di mata hukum sebagai warga
Pada generasi ini, tampak aspek budaya, seperti bahasa mulai terdegradasi.
Selain itu, perasaan untuk kembali ke tanah air dan semangat persaudaraan antara
wenangan hukum dan/atau sosial yang dilakukan oleh bangsa Jepang. Maka dari
itu, kelompok zainichi generasi ketiga dihadapkan pada pilihan yang cukup rumit:
dengan tetap merasa asing dengan budayanya sendiri, atau bersikap sebagai
Jepang pada 1923 selama hampir enam dekade, sejak masih di Osaka dan secara
paksa menikahi istrinya, Lee Young-hee yang merupakan janda dengan satu anak
perempuan bernama Harumi. Mantan suami Lee Young-hee menjual Lee Young-
bernama Masao (Hirofumi Arai) dan seorang putri bernama Hanako (Chieko
Tabata). Akan tetapi, keluarga yang dibangun Shun-Pei tidak hidup layaknya
keluarga pada umumnya. Saat Shun-Pei dalam keadaan mabuk, dia sering
Berbeda dengan beberapa laki-laki etnis Korea lain yang bersedia untuk
dikirim ke medan perang, Shun-Pei justru secara misterius pergi dari rumah dan
penderitaan. Dari kejadian ini, secara inplisit ditunjukkan bahwa Shun-Pei tidak
Shingi akan dinikahkan dengan Harumi, anak asuh Shun-Pei. Ketika resepsi
menggunakan bahasa Jepang dan seorang tentara yang memimpin acara tersebut
menggunakan istilah Banzai dan dengan spontan seluruh hadirin resepsi tersebut
ikut menyerukan Banzai. Akan tetapi, San-myung Jang, salah satu kerabat Shun-
31
Pei, yang sedari tadi tampak tidak nyaman dengan situasi “keJepangan” tersebut,
Utara memang begitu kuat. Salah satu contohnya adalah peristiwa penyerangan
serta pembakaran salah satu pos polisi Osaka di lingkungan zainichi oleh
sekelompok zainichi ini dipimpin oleh San-myung Jang. Akibat perbuatannya ini,
San-myung Jang diganjar hukuman penjara dan baru bebas 4 tahun kemudian.
Tidak hanya itu, Masao dan San-myung Jang dengan bangga mengidentifikasikan
diri mereka sebagai bagian dari kaum komunis. Masao dan San-myung juga
bahwa Jepang harus segera direvolusi agar menjadi negeri yang lebih mendengar
penyanyian lagu perpisahan. Masao yang pada saat itu belum bisa pergi bersama
San-myung Jang ke Korea Utara berjanji jika suatu hari ia akan pergi ke Korea
Utara untuk menemui kerabat dekatnya. Namun sayang, pada akhirnya Masao
Pada tahun 1950, Shun-Pei hidup bersama Kiyoko, seorang wanita Jepang
yang ditinggal mati suaminya dalam perang. Akan tetapi, Kiyoko didiagnosis
menjadi seorang rentenir. Shun-Pei merawat Kiyoko yang lumpuh dengan penuh
Kiyoko. Akan tetapi, pada suatu hari Masao melihat Shun-Pei membunuh Kiyoko
tersebut tetapi Masao yang melihat pembunuhan yang dilakukan ayahnya secara
melampiaskan amarahnya dengan pergi dari rumah. Kim Shun-Pei berjanji kepada
Young-hee, seorang zainichi yang tidak ingin harta keluarganya jatuh ke Sadako
hanya karena ia merupakan orang Jepang, berusaha mencegah Masao pergi dari
rumah namun gagal. Dari kejadian ini secara inplisit ditunjukkan bahwa Lee
para pelayat menggunakan kostum atau pakaian formal berwarna gelap sedangkan
anggota kerabat dari orang yang meninggal mengenakan pakaian putih atau hitam.
Pakaian atau kostum yang dipakai oleh para pelayat adalah pakaian dari serat rami
dikenakan oleh keluarga dekat adalah atribut yang dikenakan pada upacara adat
Korea. Dari prosesi pemakaman ini dapat dilihat bagaimana keluarga besar Lee
Korea Utara. Ia memilih untuk mengakhiri usahanya dalam mencari kekayaan dan
2.1.7 Mise-en-scene
kepada segala hal yang muncul di depan kamera dan tatanannya—komposisi, set,
aktor, di dalamnya termasuk pergerakan, bahasa tubuh dan ekspresi di setiap data.
en scene merupakan segala yang ada dan terletak di depan kamera yang akan
diambil gambarnya pada saat produksi sebuah film. Mise en scene juga dapat
diartikan sebagai bahasa yang berfungsi untuk menyampaikan sebuah pesan serta
mise-en-scene :
1. Setting
properti yang terdapat di dalam sebuah film. Properti yang dimaksud dapat berupa
rumah, pintu, kursi, gitar, lampu dan sebagainya. Setting dapat berupa setting
ruang dan setting waktu. Setting ruang menggunakan tata artistik untuk
34
penggunaan tata artistik untuk menggambarkan kapan cerita itu ada,bisa masa
Semua perlengkapan yang digunakan oleh para aktor selama proses akting
atau produksi, serta semua aksesori yang mereka kenakan, dianggap sebagai
kostum dan make-up dalam sebuah film.. Kostum dan tata rias para pemain
Menurut Pratista (2008: 71) dalam sebuah film, kostum berfungsi sebagai
penunjuk waktu dan tempat, kelas sosial, dan kepribadian para aktornya,
3. Pencahayaan (Lighting)
pencahayaan. Tanpa cahaya, suatu film akan kurang menarik perhatian penonton
secara visual. Setiap gambar dalam setiap adegan film dipengaruhi oleh cahaya
dalam hal kualitas, arah, sumber, dan warnanya.. Oleh karena itu, pencahayaan
dalam sebuah film. Agar setiap alur cerita dapat menyampaikan pesannya secara
35
menyampaikan cerita atau ide (Sari & Abdullah, 2020:418). Teknik sinematografi
Ada beberapa prinsip penting dasar dari sinematografi diantaranya yaitu Camera
1. Camera Angle
mata orang;
2. Type Shot
audiens atau penonton, penekanan type shot yang berbeda menjadi aspek yang
karena itu, jenis-jenis shot dibagi menjadi beberapa bagian yang akan sangat
Ukuran gambar hanya sebatas dari ujung kepala hingga leher. Fungsinya
Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada. Fungsinya
Pengambilan gambar lebih luas dari pada full shot. Menunjukan objek
(9) Extreem Long Shot (ELS), yakni Pengambilan gambar melebihi long
shot.
3. Composition
yang harmonis. Saat menentukan apa yang masuk dan apa yang tidak masuk
dalam gambar yang dibatasi oleh bingkai dalam viewfinder camera itu dinamakan
framing.
menampilkan gambar yang menarik bagi audiens agar tidak mau berpaling dari
gambar yang kita tampilkan.. Komposisi dalam frame ditentukan oleh tiga faktor,
yaitu :
(a) Headroom, yakni adanya ruangan kosong di atas kepala, bagian atas
kepala dengan batas frame harus diatur tidak terlalu tinggi dan rendah;
38
(b) Noseroom, yakni adanya jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya,
baik ke kiri maupun ke kanan yang berarti seseorang sedang melakukan interaksi
(c) Walking room, yakni orang sedang berlari atau berjalan selalu menyisakan
ruang di depan atau arah seseorang yang sedang bergerak ke depan tersebut, dan
ruang kosong.
yang pernah dijajah. seperti Australia, Selandia Baru, Afrika, Amerika Selatan.
melalui karakter tokoh utama dan Kelompok zainichi di sekitarnya. Terkait dengan
Sara Upstone.
Upstone. Penelitian ini dilakukan oleh Dwi Rahariyoso, dosen Sastra Indonesia
39
puisi “Sakramen” secara paradoks menghadirkan dialektika antara tubuh dan jiwa
sedangkan roh (ide) Kristus sebagai Tuhan diidealkan dalam keutuhan. Pada
akhirnya kondisi tersebut mengarahkan bahwa konstruksi yang ideal adalah yang
ironi.
sumber data yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
sebelumnya tidak membahas tentang hal tersebut. Selain itu, sumber data yang
Pribumi dalam Novel Bunga Roos dari Tjikembang Karya Kwee Tek
Hoay
Pribumi dalam Novel Bunga Roos dari Tjikembang Karya Kwee Tek Hoay
perempuan pribumi, dan relasi antara tokoh perempuan pribumi dengan tokoh
golongan etnis Tionghoa dalam novel Bunga Roos dari Tjikembang karya Kwee
Tek Hoay.
penelitian ini adalah novel Bunga Roos dari Tjikembang karya Kwee Tek Hoay.
dan relasi antara tokoh perempuan pribumi dengan tokoh nonpribumi yang dikaji
untuk mengurai subalternitas yang dialami oleh tokoh perempuan pribumi. Data
sumber data yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh
kedudukan tokoh perempuan dalam novel. Selain itu, sumber data yang digunakan
41
oleh penulis juga berbeda dengan sumber data yang digunakan penulis
sebelumnya. Penulis menggunakan film Chi to Hone karya sutradara Yoichi Sai
2.2.3 Penelitian dengan Judul Ambivalensi dalam Cerpen Anak Ini Mau
Poskolonialisme.
Kajian yang ketiga yaitu berjudul Ambivalensi dalam Cerpen Anak Ini
Penelitian ini dilakukan oleh Akhmad Rizqi Turama dari Universitas Sriwijaya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ada tiga upaya perlawanan dari representasi
pihak terjajah. Pertama, mereka tak bersedia memakan makanan sisa yang
tontonan kaum penjajah. Ketiga, tokoh Ayah tidak mengizinkan anaknya kencing
di dekat emak, tapi boleh di mana saja di Jakarta (tempat para penjajah).
makanan sisa pemberian Barat, tapi mereka memakan makanan yang diproduksi
oleh kaum penjajah dengan perasaan senang. Perlawanan kedua menjadi ambigu
sebab pihak terjajah menolak menjadi tontonan, namun saat menonton para
kolonial sebagai usaha homogenisasi serta post-space atau chaos yang muncul ke
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan jenis penelitian, sumber data,
metode pengumpulan data dan juga teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini.
cukup banyak dipakai terutama dalam jurnal-jurnal ilmiah. Menurut Strauss dan
berupa teks. Karena untuk menangkap arti yang terdalam tidak mungkin diperoleh
hanya dalam bentuk angka, karena angka itu sendiri hanyalah simbol. Simbol
tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Analisa data yang baik haruslah sedekat
untuk digunakan dalam penelitian ini dikarenakan tujuan dari penelitiannya adalah
43
44
Hone. Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis menggunakan teori dasar
terdapat pada segala sesuatu apapun yang menjadi bidang dan sasaran penelitian.
Data dalam penelitian ini berupa data lunak (soft data) yaitu dialog-dialog
terdapat dalam film Chi to Hone. Data yang diperoleh dikelompokkan menjadi
dua, yaitu:
Sumber data primer yaitu sumber data yang berlaku didapat dan diperoleh oleh
peneliti untuk keperluan penelitian (Surachmad, 1990: 163). Data primer dalam
penelitian ini berupa film Chi to Hone karya sutradara Yoichi Sai yang dirilis
penelitian yang telah dilakukan. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah
buku, artikel internet, jurnal penelitian tentang teori yang berkaitan dengan objek
penelitian.
metode penelitian, karena pada umumnya data digunakan untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan. Data yang dikumpulkan juga harus relevan dengan
catat. Teknik simak dan catat adalah suatu teknik yang menempatkan peneliti
dan teliti terhadap sumber data primer dan sekunder tersebut kemudian ditampung
dan dicatat untuk digunakan dalam penyusunan penelitian sesuai dengan maksud
bawah ini:
1. Menonton film dan menyimak dialog sumber data primer secara keseluruhan
2. Mencatat data-data yang terdapat di dalam sumber data primer yang berkaitan
masalah penelitian.
dan homogenisasi kultural dalam film Chi to Hone. Hasil analisa kemudian
Berdasarkan data penelitian yang telah terkumpul data dianalisis dengan langkah-
1. Mendeskripsikan unsur intrinsik hasil tangkapan layar dari data adegan yang
sudah dikumpulkan.
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang pembahasan atau hasil
analisis yang dilakukan. Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini,
perbedaan yang ada di dalamnya (Upstone, 2009:33). Akan tetapi, bangsa suatu
negara tidak selalu homogen. Oleh karena itu, bangsa suatu negara dengan
perbedaan budaya yang mereka miliki, didorong untuk melihat diri sebagai suatu
mampu menjadi oposisi dari kekuasaan kolonial yang absolut. Untuk mencapai
terjajah membuat nation menjadi panji penting dimana kaum terjajah dapat
48
49
pemerintah kolonial untuk mencapai suatu konsep ruang yang homogen lewat
Dunia II
(01) (02)
Gambar 4.1 Kekerasan dan pemaksaan yang dilakukan tentara kepada etnis
Dialog
軍人:おのれ、皇国の戦士に唾を吐くつもりか?
陛下の赤子として、この非常時に内鮮一帯で戦うんでどうないんするん
じゃあ!
もっぺんやれ、ドアホ!
Dalam scene atau adegan ini tampak San-myung Jang sedang duduk
pesta pernikahan Takayama Shingi dan Harumi. Pada adegan ini menggunakan
setting atau latar tempat di sebuah bangunan tua, dimana terlihat beberapa
lukisan, dan banyak jendela yang ditutupi oleh kain dengan bingkai kayu. Satu-
satunya sumber penerangan dari ruangan tersebut adalah cahaya yang menembus
masuk dari sela-sela kain yang menutupi jendela kayu. Penggunaan warna hitam
putih pada tata cahaya yang begitu minim dengan setting/latar yang digambarkan
pernikahan Shingi dan Harumi menggunakan istilah Banzai dan dengan spontan
seluruh hadirin resepsi tersebut ikut menyerukan Banzai. Akan tetapi, San-myung
Jang yang sedari tadi tampak tidak nyaman dengan situasi “keJepangan” tersebut,
Banzai secara harfiah berarti hidup sepuluh ribu tahun. Hal ini dilakukan
2018:118), sedangkan Mansei sendiri merupakan cara baca Korea dari istilah
Banzai.
Banyak dari mereka yang ikut dalam aksi tersebut meneriakkan kata Mansei,
yang dalam situasi ini berarti "Semoga Korea hidup selama sepuluh ribu tahun”.
Hal ini memicu amarah si tentara yang kemudian secara spontan memukul
San-myung Jang tepat di kepalanya hingga tersungkur. Tidak hanya itu, tentara
tersebut juga memaksa San-myung Jang untuk meneriakkan kata banzai seperti
yang hadirin lain lakukan. San-myung Jang dengan raut wajah yang begitu suram
sederhana dapat disebut sebagai usaha asimilasi oleh kekaisaran Jepang, semakin
(Lie, 2008:25). Pada adegan di atas dapat ditemukan propaganda naisen ittai dan
52
usaha untuk mengubah kelompok zainichi menjadi kominka sebagai bentuk usaha
homogenisasi kultural.
konteks data ini yaitu Amerika dan sekutunya yang merupakan musuh Jepang
dalam Perang Dunia II. Akan tetapi, pada kenyataannya dukungan ini tak lebih
hanyalah propaganda untuk melanjutkan sikap kolonial Jepang terhadap etnis dari
oleh kekaisaran Jepang tidak sesukses yang diharapkan oleh para birokrat Jepang,
usaha “Japanisasi” oleh pemerintah Jepang tidak bisa dianggap sebagai hal yang
sepele. Hal ini bisa terlihat dari respon yang si Tentara sebagai pihak yang
yang alami dan tidak perlu dipertanyakan lagi. Oleh karena itu, dalam data di atas,
tatanan kolonial yang ada. Salah satu cara yang dilakukan kaum kolonial untuk
memanipulasi ruang tubuh dalam film Chi to hone adalah dengan kekerasan.
hone
53
yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dalam film Chi to hone adalah dengan
menggunakan ideologi naisenittai dimana orang Jepang dan Korea harus saling
bekerja sama demi kekaisaran Jepang atau dengan kata lain propaganda Kooptasi
Jepang-Korea Untuk Memenangkan Perang Dunia II. Cara yang digunakan untuk
(01) (02)
Hiragana di sebuah ruangan sempit. Setting waktu yang digunakan pada adegan
ini adalah Osaka, Jepang pada 1950. Baju berwarna putih atau kostum yang
hatinya untuk mempelajari bahasa Jepang. Namun, di sisi lain juga menunjukkan
54
mengikuti pola pikir serta budaya Jepang, salah satunya adalah asimilasi paksa
bahasa Jepang.
kelompok, dimana satu kelompok sebagai komunitas pribumi yang biasa dominan
komunitas atau individu pendatang atau migran (Romli, 2015:2-3). Dalam kondisi
seperti ini biasanya kelompok minoritas secara bertahap akan kehilangan identitas
dirinya.
Salah satu proses asimilasi yang ditunjukkan dalam film Chi to hone
adalah relasi antara bahasa Korea yang digunakan oleh pendatang atau minoritas
(kelompok zainichi) dan bahasa Jepang. Kayama (dalam Lie, 2008:9) berpendapat
bahwa pada akhir tahun 1941 ideologi naisenittai dalam satu dekade akan sukses
bahasa Jepang, yang mana bahasa Jepang adalah sarana linguistik tunggal.
Dalam scene atau adegan di atas ditunjukkan bagaimana dalam satu aspek,
space (ruang) dari kelompok zainichi. Asimilasi bahasa yang gencar dilakukan
Jang, salah seorang zainichi yang menunjukkan rasa nasionalisme yang begitu
kuat terhadap Korea Utara juga terpaksa menerima asimilasi bahasa Korea-
Jepang.
dipaksakan oleh kaum kolonial berusaha dipatri kepada subjek kolonial. Oleh
karena itu, secara sengaja maupun tidak, terbentuklah batas-batas budaya yang
dipaksakan ke subjek kolonial dan digunakan sebagai salah satu metode untuk
lingkungan masyarakat menjadi homogen. Jika pada data 1 masih terlihat usaha
negosiasi akan homogenisasi yang dilakukan, dalam data 2 ini objek kolonial mau
tidak mau harus menaati homogenisasi tersebut demi bisa memperoleh kehidupan
yang layak.
pernikahannya.
untuk Korea, membuat dekrit yang disebut "Sumpah sebagai Subyek Bangsa
Kekaisaran" (kōkuoku shinmin no seishi). Dekrit ini memiliki dua versi: yang
56
ditujukan untuk orang dewasa dan untuk anak-anak. Anak-anak sekolah setiap
Suzuki, 2003:17):
2. Kami akan melayani Kaisar dengan baik dengan menyatukan semangat kami;
3. Kita akan menjadi bangsa yang besar dan kuat melalui kesabaran dan disiplin.
dekrit ini, tujuan akhir dari imperialisasi adalah untuk mengubah bangsa terjajah
menjadi kominka. Gerakan imperialisasi terdiri dari empat program besar, yaitu
Februari 1940. Program pengubah nama ini tadinya sangat mendesak dan
memaksa orang Korea untuk mengubah nama aslinya menjadi bahasa Jepang
yang dalam waktu enam bulan. Tujuan utamanya adalah untuk mengubah
mengubah nama mereka atau gagal untuk mendaftar tepat waktu mengalami
Dalam film Chi to Hone, pemaksaan penggunaan nama Jepang ini dapat
ditemukan pada tokoh Takayama Shingi. Shingi adalah seorang zainichi tetapi ia
terhadap etnis Korea di Jepang. Tokoh-tokoh lain seperti Lee Young-hee dan San-
dipaksakan oleh kaum kolonial berusaha dipatri kepada subjek kolonial. Oleh
karena itu, secara sengaja maupun tidak, terbentuklah batas-batas budaya yang
dipaksakan ke subjek kolonial dan digunakan sebagai salah satu metode untuk
lingkungan masyarakat menjadi homogen. Jika pada data 1 masih terlihat usaha
negosiasi akan homogenisasi yang dilakukan, dalam data 3 ini objek kolonial mau
tidak mau harus menaati homogenisasi tersebut demi bisa memperoleh kehidupan
yang layak.
menyanyikan lagu Nippon Danji atau Shussei no Heishi wo Okuru Uta lagu masa
58
perang kekaisaran Jepang. Type-shot yang diterapkan adalah Medium Shot (MS)
yaitu pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggang yang bertujuan untuk
memperlihatkan objek secara jelas dan menunjukkan bahasa tubuh serta ekspresi.
Pemilihan type-shot dan penggunaan warna hitam putih pada tata cahaya yang
begitu minim dan terkesan suasana suram menunjukkan kontradiksi. Bahasa tubuh
korban imperialisme Jepang, bahkan banyak yang mendukung pihak Jepang. Jika
ditarik ke realita memang banyak orang Korea yang dengan senang hati bertugas
di militer kekaisaran setelah tahun 1938 (Lie, 2008:10). Lebih dari 200.000
tentara zainichi berjuang untuk kekaisaran Jepang dan gugur sebagai pahlawan
Jepang. Akan tetapi, ada juga kelompok zainichi yang rela dikirim ke medan
perang demi kehidupan yang lebih baik dan layak untuk keluarganya.
kepada subjek kolonial (2009:6). Oleh karena itu, secara sengaja maupun tidak,
budaya ini digunakan sebagai salah satu metode untuk mengontrol masyarakat
menjadi homogen seperti yang ditemukan dalam gambar 4.4. Dalam gambar 4.4
dilakukan oleh kekaisaran Jepang, memang memiliki tempat dan diterima oleh
beberapa kelompok zainichi yang ada di sana. Namun, di sisi lain, ada juga
59
meninggalkan nasionalismenya terhadap tanah air, yaitu Korea Utara demi bisa
hone
masyarakat terjajah. Oleh karena itu, secara sengaja maupun tidak, terbentuklah
sebagai salah satu metode untuk mengontrol masyarakat baik secara acak maupun
menjadi 2 hal, yaitu sebagai proyek turunan homogenisasi bangsa kolonial juga
sebagai chaos (kekacauan) yang berusaha ditutupi bangsa kolonial atau malah
kaum zainichi sebagai chaos yang ditampilkan dalam film Chi to hone karya
pernah dengan lantang menyatakan, "Jepang adalah negara dengan satu etnis, satu
bangsa, dan satu bahasa". Menurut Lie (2008:33), usaha homogenisasi atau
bahasa Jepang wajib digunakan pada media massa dan pendidikan. Selain itu,
etnis Korea juga tidak diperkenankan berbicara bahasa Korea atau menggunakan
nama etnis, sehingga kedudukan bahasa Korea terancam. Kondisi fisik etnis
Korea dan Jepang yang sulit dibedakan pada akhirnya memungkinkan terjadinya
passing, yaitu suatu fenomena dimana seseorang dianggap sebagai anggota dari
suatu kelompok atau identitas seperti ras, etnis, kelas sosial, orientasi seksual,
yang seringkali berbeda dengan identitas aslinya (Rohy dalam Kalei, 1999:28).
(kekacauan) yang berusaha ditutupi bangsa kolonial atau malah muncul seiringan
dengan homogenisasi yang gencar dilakukan oleh pemerintah Jepang dalam film
Chi to hone.
Pada scene atau adegan ini para wanita zainichi yang sedang melakukan
pengambilan gambar yang dipilih adalah Long Shot. Tempat, orang, dan objek-
objek dalam adegan diperlihatkan semua dalam sebuah long shot untuk
atau natural light. Efek terang atau bersinar yang dimunculkan oleh penggunaan
Korea ditampilkan dalam film Chi to hone pada pembuka cerita, dimana pada
kelompok zainichi di Jepang. Pada adegan di menit 00:09:25 dengan latar waktu
sedang mencuci piring dan menyiapkan hidangan untuk para tamu di pesta
Kelompok zainichi pada generasi ini saling berbicara menggunakan bahasa Korea.
Menurut Lie (2008:31), hal ini dikarenakan kecintaan terhadap tanah air mereka
62
yang masih begitu kuat dan otentik. Oleh karena itu, kehadiran 2 anak pada
gambar di atas (Masao dan Hanako) yang merupakan kelompok zainichi generasi
kedua.
pengakuan atas kekacauan yang melekat baik dalam ruang secara konsep maupun
maka bahasa yang harus digunakan secara umum adalah bahasa Jepang. Oleh
karena itu, penggunaan bahasa Korea dalam nation atau negara Jepang dapat
kelompok zainichi yang lahir di Jepang pada sejak masa kolonial menunjukkan
bagaimana rasa nasionalisme kelompok zainichi terhadap tanah air mereka, yaitu
Korea. Oleh karena itu, gambar 4.5 merupakan representasi nasionalisme yang
Dialog
우리 엄마 말에 막 태어난 날 안아보니
등에서 눈 부시게 빛이 났다고 하네
그런 나를 남편 김준평이가
노예처럼 부린지가 18 년이나 되었어
Scene atau adegan di atas berlatang belakang pasca Perang Dunia II, Lee
Young-Hi yang seorang zainichi generasi pertama dan memeluk agama berdoa
sedang berdoa. Ia juga meminta pertolongan kepada Buddha agar bisa diberi
ketabahan dan kekuatan untuk menghadapi Kim Shun Pei yang begitu semena-
64
mena kepadanya dan memperlakukannya seperti budak. Key light dan fill light
dengan tone suram yang bersumber dari sumber-sumber cahaya alami turut
mendukung pembangunan realisme adegan pada film adegan ini hingga semakin
terjadi dalam kehidupan beragama dan melalui gaya hidup meskipun secara
sosiologis hal tersebut merupakan aspek yang umum. Passing adalah fenomena
dimana seseorang dianggap sebagai anggota dari suatu kelompok atau identitas
seperti ras, etnis, kelas sosial, orientasi seksual, yang seringkali berbeda dengan
bahasa yang digunakan seseorang ketika berdoa, melalui bahasa apa yang
digunakan dapat disimpulkan apakah fenomena passing sedang atau telah terjadi
atau tidak.
Menurut Harajiri (dalam Lie, 2008), etnis Korea di Jepang sebelum perang
generasi pertama memeluk agama Buddha dan beribadah sesuai apa yang
diajarkan di kuil Buddha, tetapi jumlah etnis Korea di Jepang berkurang drastis
pengakuan atas kekacauan yang melekat baik dalam ruang secara konsep maupun
maka bahasa yang harus digunakan secara umum adalah bahasa Jepang. Oleh
65
karena itu, penggunaan bahasa Korea dalam nation atau negara Jepang dapat
sedang terjadi dalam jiwa Lee Young-hee. Oleh karena itu, gambar 4.6 merupakan
Dialog
Scene atau adegan Lee Young-Hi sedang berdoa kembali ditemukan dalam
adegan di atas. Setting waktu atau tempat kejadian ini adalah pada 1950. Tipe
atau natural light dengan tone cerah berbeda dengan gambar 4.6 yang gelap,
66
dibandingkan pada era-era pasca perang, meski homogenisasi kultural kian gencar
zainichi yang tiap harinya berusaha dicekoki ideologi serta nasionalisme Jepang,
masih memegang nasionalismenya sebagai etnis Korea. Oleh karena itu, data 6
data-data berikut:
67
Korea
Dialog
Data di atas menunjukkan Masao dan Harumi yang baru saja pulang ke
rumah begitu mendengar kabar bahwa ayahnya mereka, Kim Shun-Pei telah
pulang ke rumah setelah ia kabur dari rumah karena tidak mau dikirim sebagai
tentara Jepang ke medan perang. Sumber cahaya pada scene atau adegan ini
berasal dari cahaya lampu dari arah atas yang dipasang tepat di atas masing-
Dialog
Shingi : Selamat datang, kakak sekaligus ayah mertuaku. Mari kita minum-minum
di rumahku.
badannya kepada Kim Shun-Pei. Sumber cahaya pada scene atau adegan ini
berasal dari cahaya lampu dari arah atas yang dipasang tepat di atas masing-
Lee Young-hee
memanggil bibinya menggunakan istilah Korea. Pada gambar 4.10 yang terlihat
Dialog
San-myung Jang : Penebusan dosa yang Buddha lakukan tidak akan membuatmu
bahagia, bibi.
nasionalisme terhadap suatu bangsa yang kokoh. Penggunaan bahasa resmi suatu
70
negara oleh suatu bangsa merupakan salah satu bentuk nasionalisme bangsa
pengakuan atas kekacauan yang melekat baik dalam ruang secara konsep maupun
maka bahasa yang harus digunakan secara umum adalah bahasa Jepang. Oleh
karena itu, penggunaan bahasa Korea dalam nation Jepang dapat digolongkan
menggunakan bahasa Korea oleh kelompok zainichi dalam film Chi to hone dapat
Dialog
軍人 :高山シンギ君、万歳!
Gunjin:Takayama Shingi Kun, Banzai!
Tentara : Selamat / Panjang umur (Banzai), Takayama Shingi!
客 :(万歳、万歳、万歳!)
71
張賛明 :万歳(マンセー)!
San-myung Jang : Mansei!
San-myung Jang : Mansei!
Dalam scene atau adegan ini tampak San-myung Jang berteriak di antara
banyak orang yang ada di pernikahan Takayama Shingi dan Harumi. Pada adegan
ini menggunakan setting atau latar tempat di sebuah bangunan tua, dimana terlihat
tirai, sebuah lukisan, dan banyak jendela yang ditutupi oleh kain dengan bingkai
kayu. Satu-satunya sumber penerangan dari ruangan tersebut adalah cahaya yang
menembus masuk dari sela-sela kain yang menutupi jendela kayu. Penggunaan
warna hitam putih pada tata cahaya yang begitu minim dengan setting latar yang
Dengan setting atau latar belakang waktu pada era Perang Dunia II,
myung Jang pada menit 00:11:41, ketika resepsi pernikahan Harumi dan Shingi
dan seorang tentara yang memimpin acara tersebut juga menyambut para tamu
seluruh hadirin resepsi tersebut ikut berseru, “Banzai!” sebanyak 3 kali. Akan
tetapi, San-myung Jang yang sedari tadi tampak tidak nyaman dengan situasi
Banzai secara harfiah berarti hidup sepuluh ribu tahun. Hal ini dilakukan
2018:118), sedangkan Mansei sendiri merupakan cara baca Korea dari istilah
Banzai.
Banyak dari mereka yang ikut dalam aksi tersebut meneriakkan kata Mansei,
yang dalam situasi ini berarti "semoga Korea hidup selama sepuluh ribu tahun.
Suatu realitas baru yang berlapis di atas realitas lama, akan terus ada
sebagai jejak dan memperlihatkan betapa tidak nyata serta betapa tidak mungkin
dalam proyek keruangan (Upstone, 2009:6). Dalam kasus ini, pengucapan istilah
Mansei merupakan jejak yang terus ada saat istilah Banzai dipaksakan sebagai
zainichi.
memegang teguh semangat kebangsaan sebagai etnis Korea, bahkan dalam aspek
linguistiknya. Perbedaan temuan dalam data di gambar 4.11 dan data di gambar
4.5 adalah jika pada data di subbab 4.4 hanya menunjukkan penggunaan bahasa
73
Korea.
Gambar 4.12. Siswa etnis Korea yang tengah ricuh di SMP Jepang Iikuno
Osaka
74
Dialog
中学生 :また朝鮮やっているでえ…!
Chuugakusei : Mata Chousen Yatteiru de~
Siswa SMP : Si Korea melakukannya lagi!
教師 :戻って、(戻って)、教室に戻りなさい、(席に戻りなさい)!
Kyoushi : Modotte, modotte, Kyoushitsu ni modorinasi, Seki ni
modorinasai!
Guru : Kembali, kembali ke kelas kalian!
在日の中学生 :偏在じゃあ、偏在じゃあ!
Zainichi no Chuugakusei :Henzai Jyaa, Henzai Jyaa!
Siswa SMP keturunan Zainichi : Sangat tidak adil, ini sangatlah tidak adil!
dengan propaganda yang membuat banyak tentara zainichi harus meregang nyawa
scene atau adegan ini adalah extreme-long shot dengan sudut yang sangat lebar
pada jarak jauh untuk menunjukkan pemandangan atau panorama yang luas.
Teknik pengambilan gambar ini menunjukkan latar belakang sebuah objek berada
Korea di Jepang pada tahun 1948, Institusi pendidikan di Jepang menjadi institusi
homogenisasi terhadap kelompok zainichi. Etnis Korea dilucuti hak pilihnya pada
tahun 1945 karena mereka bukan orang Jepang, tetapi upaya mereka untuk
mendirikan sekolah etnis ditolak pada tahun 1948 karena mereka adalah warga
negara Jepang.
75
Perluasan pola pikir ini adalah upaya pemerintah untuk menekan pendidikan etnis
Mansei juga terjadi pada adegan saat terjadi kerusuhan di Sekolah Menengah
Pertama Ikuno Osaka yang juga menjadi institusi dimana siswa-siswi keturunan
gerakan nasionalis, yaitu: otonomi warga negara, kesatuan wilayah, dan identitas
yang ingin dicapai dan beberapa warga negara berpotensi menjadi pengkhianat'
bangsanya. Pada saat negara dilanda suatu krisis, kesetiaan ini dapat berubah
beraturan dalam suatu nation, salah satu penanda munculnya chaos adalah kondisi
aturan-aturan yang harus ditaati. Akan tetapi, para murid etnis Korea pada sekolah
dalam gambar 4.12 justru melanggar aturan-aturan yang ada tersebut, seperti
dengan propaganda naisen ittai yang membuat banyak tentara zainichi harus
76
zainichi yang secara suka rela pergi ke medan perang sebagai tentara Jepang dapat
hone.
(1) (2)
Gambar 4.13. Masao dan San-myung Jang mengidentifikasi diri mereka sebagai
seorang komunis.
Dialog
(1)
張賛明 : 他力本願で幸福は貸してるはへんで
San-myung Jang : Tarikihongan de koufuku ha kashiteru ha hen de.
San-myung Jang : Penebusan dosa yang Buddha lakukan tidak akan membuatmu
bahagia
李英姫:共産党は黙っとき!
Lee Young-Hi : Kyousan-Tou ha damattoki!
Lee Young-Hi: Komunis diam!
(2)
77
花子:知ってるんで、スケベな所行くんやろう。
Hanako : Shitterunde, sukebe na toko ikun ya ro-?
Hanako : Pasti kau mau pergi ke tempat yang mesum, ‘kan?
金正雄:何言うてんや、わしら共産主義者や!
Kim-Masao : Nani ittenya, washira kyousanshugisha ya!
Hanako : Memang kenapa? Kami ini komunis!
Pada gambar 4.13 (1) ditunjukkan San-myung Jang yang sedang duduk
Hiragana di sebuah ruangan sempit. Setting waktu yang digunakan pada adegan
ini adalah Osaka, Jepang pada 1950. Teknik Pengambilan gambar yang dipilih
adalah teknik Full Shot atau penuh dari kepala hingga kaki. Memperlihatkan
seorang komunis.
Pada gambar 4.13 (2), ditampilkan San-myung Jang dan Masao remaja
yang hendak pergi ke rumah bordil. Teknik pengambilan gambar yang dipilih
adalah Long Shot. Tempat, orang, dan objek-objek dalam adegan diperlihatkan
semua dalam sebuah long shot untuk memperkenalkan kepada penonton secara
sebuah sepeda, langsung curiga dan berkata bahwa mereka pasti akan pergi ke
78
tempat yang mesum. Akan tetapi, bukannya malu mendengar apa yang
dikatakan oleh Hanako, Masao justru berkata bahwa dirinya sebagai seorang
Dalam data 4.13 (2) di atas terdapat bahwa Masao dan San-myung Jang
geopolitik, yaitu blok utara (Korea Utara) yang komunis dan selatan (Korea
mendukung Korea Utara yang komunis. Selain dalam data yang disajikan
sebelumnya, dukungan terhadap Korea Utara juga tercermin dalam data berikut:
79
(1)
Dialog
在日朝鮮人1:毛泽东の唯心主義に習うんや。お前のはら一つじゃない、主体や。
zainichi yang terpelajar, termasuk San-myung Jang yang sedang berdiskusi serius
tentang suatu hal. Teknik pengambilan gambar yang dipilih adalah teknik long
shot. Tujuan penggunaan teknik long shot pada scene atau adegan pada gambar
4.14 adalah untuk menunjukkan interaksi objek yaitu golongan zainichi terpelajar
yang akan dihidangkan untuk sajian pesta besar yang diadakan oleh Shun-Pei.
80
Golongan zainichi terpelajar melalui teknik Long Shot yang dipilih, digambarkan
zainichi lain. Adegan ini memberi kesan bahwa kelompok zainichi secara umum,
sebenarnya merupakan suatu kelompok yang awam dalam hal terkait politik, yang
menjadi bapak pendiri Republik Rakyat China. Mao menjabat sebagai Ketua
Partai Komunis China mulai 1935 hingga kematiannya pada 1976, dan Ketua
masyarakat Korea Utara. Untuk mengikat ketiga elemen politik di Korea Utara
memodifikasi ideologi komunis ala USSR dan RRC (Mao Zedong) sesuai dengan
karakteristik sosial, budaya dan sejarah Korea Utara yang kemudian diganti
Mao Zedong lewat dialog-dialog di atas. Dapat diambil kesimpulan jika data
“Zainihon cousenjin douhou yo, nihon kakumei ni kekki se yo!” yang artinya
“wahai saudara-saudariku zainichi Korea, mari kita mulai revolusi Jepang”. Pada
salah satu gerakan yang merupakan cabang dari marxisme dan dikembangkan
oleh Leon Trotsky. Para komunis di Jepang mengajak kelompok zainichi untuk
poskolonial erat kaitannya dengan konsep fluiditas yang lebih positif. Lebih
dekat artinya dengan “fluktuasi dan ketidakpastian” dan tidak selalu berarti
oleh kaum komunis yang mendapat dukungan dari golongan zainichi yang
terpelajar memiliki landasan tujuan yang luhur, yaitu kesetaraan. Oleh karena itu,
zainichi yang ingin membangun negara yang bebas, unik, serta kohesif.
kelompok zainichi yang ditunjukkan masih awam terhadap hal-hal terkait politik.
83
(1) (2)
(3)
polisi. Gambar 4.16 (1) menggunakan teknik pengambilan gambar Long Shot
menggambarkan dengan detail objek yang berusaha menyerang pos polisi tersebut
lingkungan zainichi oleh sekelompok zainichi ini dipimpin oleh San-myung Jang.
Akibat perbuatannya, San-myung Jang diganjar hukuman penjara dan baru bebas
4 tahun kemudian. Peristiwa ini diperkirakan berlatar belakang antara tahun 1950-
1953, sesuai data 17 yang berlatar belakang pada pesta untuk merayakan bebasnya
Dialog
金正雄 :張賛明が四年ぶりに刑務所から帰ってきた
Kim Masao :San-myung Jang ga yonenburi ni keimusho kara kaettekita
Kim Masao :Kak San-myung Jang bebas setelah menjalani hukuman 4 tahun di
penjara.
張賛明 :浦島太郎の心境ですわっー
San-myung Jang : Urashimataro no shinkyou desu a…
San-myung Jang : Aku merasa seperti Urashimataro
張賛明 :花ちゃんは結婚しとる、祖国解放戦争は終わとる、信
じて疑わんかったもんもコロッと変わっとる。
85
Urashimataro adalah nama seorang nelayan dalam salah satu legenda Jepang yang
terkenal. Suatu hari, Urashima Taro membeli kura-kura yang sedang dipermainkan
sebagai istana naga. Setelah beberapa hari tinggal di sana, Urashima memutuskan
untuk pulang tetapi Otohime, sang putri memberikan kotak misterius bernama
yang dia tahu sebelum masuk penjara sudah benar-benar berubah total. Oleh
karena itu, meskipun dalam film Chi to Hone (data 16), tidak ada penjelasan sama
sekali terkait apa yang melatarbelakangi peristiwa pembakaran pos polisi yang
dilakukan San-myung Jang dan kroninya, dari latar belakang waktu kejadian
tersebut (data 17), dapat disimpulkan bahwa San-myung Jang melakukan aksi
kriminalnya ketika Perang Korea masih berlangsung (1950-1953) dan bebas dari
penjara ketika perang tersebut telah usai. Perang Korea adalah konflik antara
Korea Utara dan Korea Selatan yang berlangsung mulai tanggal 25 Juni 1950
warga negara demi negara yang dicintai dan cenderung diartikan sebagai
kecintaan mutlak terhadap tanah air. Oleh karena itu, dapat disimpulkan jika aksi
terhadap bangsa Korea yang tengah berperang demi lepas dari kekuasaan Jepang.
menjadi chaos, yang selalu bisa ditemukan dalam usaha homogenisasi oleh
bangsa kolonial.
(1) (2)
(3)
Gambar 4.18. Keberangkatan kelompok zainichi menuju Korea Utara.
Dialog
87
張賛明 :僕も今日から、北の詩人や。。。
正雄、僕ら一人一人が一辺の詩何や。今、この週間が詩何
や。詩懸け、詩。
僕も向こう着いたら、すぐ手紙送る。
金正雄 :待っといてくれ、僕もすぐ行く。母国で?会おう!
張賛明 :うんっ!待っておる!
San-myung Jang : Aku mulai sekarang, adalah seorang penyair dari utara.
Masao, kita semua adalah bagian dari larik puisi.
Sekarang, detik ini, apa yang terjadi saat ini adalah puisi. Ayo
sekarang tulislah puisi, tulis
Kim Masao : Tunggulah aku, aku akan segera menyusul. Mari kita bertemu
di tanah air!
San-myung Jang : Sampai kapanpun akan kutunggu kedatanganmu!
Jepang. Teknik pengambilan gambar yang dipakai pada gambar 4.18 adalah Long
Shot yang berfungsi untuk menunjukkan korelasi antara objek yang menjadi fokus
dan latar belakangnya. Objek yang menjadi fokus pada scene atau adegan tersebut
adalah San-myung Jang yang ada di dalam kereta dan para kerabatnya yang
suasana suka-cita.
kewarganegaraan dalam 'tanah air' teritorial yang diakui. Hal ini direpresentasikan
kelompok zainichi.
pengakuan atas kekacauan yang melekat baik dalam ruang secara konsep maupun
naluriah tetap anti Jepang melanggar aturan kolonial dimana kelompok zainichi
yang condong ke Korea lewat bagaimana kuatnya keinginan Masao untuk pergi
dari Jepang menuju Korea Utara dan betapa meriahnya suasana sekitar stasiun
oleh kelompok zainichi yang dengan suka cita mengantar kepergian keluarganya
ke Korea Utara. Masao bahkan menyebut Korea Utara sebagai tanah airnya
kelompok etnis ini memang sudah tidak dapat dipisahkan dan sering menjadi
topik utama dalam pembahasan terkait kelompok zainichi di Jepang. Tahun 1950-
an dan 1960-an adalah masa-masa paling suram dan tidak aman bagi etnis Korea
di Jepang.
sudah menjadi bagian dari masa kanak-kanak kelompok zainichi. Versi lebih
halus dari orasi ini seperti, “mengapa kamu bisa berbicara bahasa Jepang dengan
sangat padahal orang Korea?” atau “mengapa begitu banyak orang Korea yang
juga menggarisbawahi pola pikir nasionalis yang berprinsip satu bangsa untuk
satu negara yang terpatri baik pada masyarakat Jepang maupun Korea.
Akan tetapi, dalam film Chi to hone, justru ditampilkan sebaliknya. Rasa
Nasionalisme terhadap bangsa Korea yang begitu kuat dan mengakar, justru
90
(1) (2)
Dialog
李英姫 :正雄、お前は長男何やで、お前が家を継がんならんのや!
金正雄 :金何かいるかあ
李英姫 :あの金はうちらの金や。日本人の女に渡すわけにいかん!
正雄、喋ったりせえへんな。黙ってるんやで、わかってるんな、正
雄!
Lee Young-Hi : Masao, omae ha chounan nan ya de, omae ga ie wo tsugan naran
no ya!
Kim Masao : Kane nanka iru ka!
Lee Young-Hi : Ano kane ha uchira no kane ya. Nihonjin no onna ni watasu wake
ni ikan! Masao, shabettarisseehen na. Damatterun ya de,
wakatterun na, Masao!
Lee Young-Hi : Masao, kau adalah anak laki-laki tertua, kau harus mewarisi
harta keluarga ini!
Kim Masao : Memang siapa yang butuh!
Lee Young-Hi : Uang yang dimiliki ayahmu adalah uang keluarga ini.
Jangan sampai uang itu jatuh ke tangan wanita Jepang!
Masao, jangan beritahukan hal ini kepada siapapun, ya. Tutup
mulutmu, kau pasti paham, ‘kan? Masao!
91
berselisih. Setting atau latar tempat dan waktu dalam scene atau adegan
tersebut adalah di depan rumah Lee Young-hee pada malam hari. Teknik
objek. Bahasa tubuh seperti air muka Masao dan Lee Young-hee yang
tampak marah dan tangan Lee Young-hee yang mengarah ke kepala Masao.
(Istri Kim Shun-Pei) dan anaknya, Masao setelah Masao melihat secara
langsung ayahnya membunuh Kiyoko yang sudah lumpuh karena kanker dan
didiagnosis tidak akan hidup lama. Seluruh keluarga Shun-Pei sepakat untuk
tutup mulut tentang kejadian tersebut tetapi Masao yang melihat pembunuhan
yang dilakukan ayahnya secara langsung merasa tidak bisa menerima keputusan
menikahinya setelah Kiyoko meninggal. Lee Young-hee yang tidak ingin harta
Onna ni watasu wake ni ikan yang berarti “siapa saja boleh mendapatkan
warisan tersebut asalkan jangan orang Jepang”. Dari data ini dapat disimpulkan
terjadi pada semua skala dalam suatu konsep keruangan menjadi sumber untuk
Oleh karena itu, ketika etnis Korea di Jepang atau kelompok zainichi yang
post-space atau chaos. Oleh karena itu, gambar 4.19 merupakan representasi
nasionalisme yang ditunjukkan kelompok zainichi dalam film Chi to hone yang
(1) (2)
(3)
Lee Young-Hi yang meninggal karena menderita kanker serviks stadium akhir.
Teknik pengambilan gambar yang dipilih adalah Long Shot. Tempat, orang, dan
objek-objek dalam adegan diperlihatkan semua dalam sebuah long shot untuk
anggota kerabat dari orang yang meninggal mengenakan pakaian putih atau hitam.
Pakaian atau kostum yang dipakai oleh para pelayat adalah sangbok dan hanbok.
94
Sangbok adalah pakaian dari serat rami dikenakan oleh keluarga dekat sedangkan
hanbok adalah pakaian berduka dengan pita rambut berwarna putih yang
dikenakan oleh keluarga perempuan pada upacara pemakaman adat di Korea (Lee
sudah menjadi tradisi yang berkaitan dengan sosial, budaya dan spiritual. Oleh
karena itu, upacara pemakaman dirayakan dan dilakukan dengan beragam cara,
pengakuan atas kekacauan yang melekat baik dalam ruang secara konsep maupun
menggunakan adat Jepang. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Korea dalam
(1) (2)
(3)
Gambar 4.21. Kim Shun-pei pergi dari Jepang dan meninggal di Korea Utara.
Dialog
金正雄: その後、親父はサダ子に産ませた息子、リュイチを連れて、北朝鮮に渡っ
たと審議兄さんから聞きました。
ドイツ製二色刷り自動製版機五台、自家用車五台、二トントラック五台、
せいこの腕時計百個、衣類、靴下、日本円七千万円、あれほど執着した財
産全て北の共和国に寄付して、親父は海を渡っていたんです、
ton, 100 unit Jam tangan Seiko, pakaian, sepatu, dan uang sejumlah
70.000.000 yen ke pemerintah Korea Utara.
金正雄 :どっちにしたがって、親父は最後の最後まで自分勝手な生き様を全う
したちゅうわけです。
Kim-Masao: Entah pilihan apapun yang ayah buat, pada akhirnya ia hanya hidup
untuk berbuat sesuka hatinya.
di luar nalar yang dilakukan Kim Shun-Pei yaitu memberikan semua harta hasil
kerja kerasnya di Jepang selama lebih dari 50 tahun ke pemerintah Korea Utara.
Representasi nasionalisme yang dimiliki Kim Shun-Pei. Pada gambar 4.21 (1)
ditampilkan Kim Shun-Pei yang sedang berjalan mendekati 2 anak yang sedang
bermain. Setting atau latar tempatnya adalah jalan setapak dengan ilalang yang
tumbuh menjulang tinggi di sekitarnya. Kostum atau pakaian yang dikenakan Kim
Shun-pei adalah sebuah kemeja berwarna putih. Pemilihan kostum berwarna putih
sudah dekat dan penyerahan diri yang menyertainya. Teknik pemilihan gambar
nafas terakhirnya di Korea Utara. Setting atau latar waktu pada scene atau adegan
di atas adalah 1984 atau Showa 59 dalam kalender Jepang. Pencahayaan dalam
scene atau adegan ini berasal dari lampu namun sangat minim sehingga
memunculkan kesan suram. Warna coklat yang dominan dalam adegan ini
menggambarkan bagaimana Kim Shun Pei yang begitu liar dan keras kepala
tega melakukan hal yang begitu keji dan tidak berperikemanusiaan demi
dan penderitaan bagi orang lain disekitarnya. Hal ini memunculkan pertanyaan,
apakah orang sejahat Kim Shun-Pei memiliki rasa nasionalisme? Jika punya,
Setelah Masao menolak tawaran yang diberikan oleh Shun Pei untuk
membantunya mengelola bisnis rentenir, Shun Pei pergi dengan kecewa dan
dengan Sadako ke Korea Utara. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa, setelah
merasa tidak ada yang bisa Shun Pei lakukan lagi untuk menambah kekayaan
Korea Utara.
mendapatkan uang ia lakukan demi tanah airnya, Korea. Setelah merasa ajalnya
kultural yang terjadi di tanah tempatnya dan di sisi lain tidak terlalu menunjukkan
5.1 Kesimpulan
dalam film Chi to hone, ditemukan proses homogenisasi kultural yang berupa
naisen ittai, homogenisasi kultural juga diwartakan lewat asimilasi paksa bahasa
dengan teori Sara Upstone, didapatkan hasil bahwa sejatinya kelompok zainichi
Nasionalisme terhadap Korea Utara ini dapat dilihat dari kemunculan post-space
atau chaos yang menentang nasionalisme Jepang pada ruang yang mencoba
kehidupan yang lebih layak, ideologi kelompok zainichi tetap anti Jepang.
99
100
terhadap komunisme dan ideologi Korea Utara, serta diskriminasi yang dilakukan
mereka terhadap negara Korea Utara yang ditemukan dalam film Chi to hone.
5.2 Saran
masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap pada masa yang akan datang ada
penelitian lain baik menggunakan kajian yang sama yaitu kajian poskolonialisme
Sebagai contoh masalah lain dalam film Chi to Hone yang dapat dikaji
oleh peneliti berikutnya adalah penggambaran sosok laki-laki yang begitu liar,
mengontrol dan mempertahankan dirinya. Hal ini sejalan dengan teori dominasi
maskulin yang dikemukakan oleh Pierre Bourdieu. Oleh karena itu, penelitian ini
bisa dikembangkan lagi dengan pendekatan sastra lain, dan semoga penelitian ini
Abidin, N. F. (2020). Dinamika politik, heriofikasi kim il sung, dan ideologi juche
di korea utara (1948-2011). Diakronika, 20(1), 61-75.
Anandhini, F. N. (2021). Peran united nations human rights council (unhrc) dalam
menangani diskriminasi terhadap zainichi koreans di Jepang. Padjadjaran
journal of international relations, S(3), 61-65. doi:
10.24198/padjir.v3i1.30694.
Anggraini, A. E. (2019). Posmodernisme dan poskolonialisme dalam karya
sastra. Pujangga: jurnal bahasa dan sastra, 4(1), 59-70.
Betts, Richard K. (ed.), Conflict afterthe cold war: arguments on causes of war
and peace, New York: Macmillan, 1994
Boréus, K. (2013). Nationalism and discursive discrimination against immigrants
in Austria, Denmark and Sweden. Right-Wing populism in europe. politics
and discourse, 293-307.
Chatani, S. (2021). Revisiting korean slums in postwar japan: tongne and hakkyo
in the zainichi memoryscape. The journal of asian studies, 80(3), 587-610.
Conversi, D. (2010). Cultural homogenization, ethnic cleansing, and genocide.
In Oxford Research Encyclopedia of International Studies.
Dewi, I. M. (2008). Nasionalisme dan kebangkitan dalam teropong. Mozaik, 3(3),
2-3.
Dewi, I. M. (2012). Konflik dan disintegrasi di indonesia. mozaik: jurnal ilmu-
ilmu sosial dan humaniora, 6(1).
Diannita, A. (2021). Analisa teori post kolonialisme dalam perspektif alternatif
studi hubungan internasional. Jurnal studi islam dan sosial, 4(1), 79-90.
Hartono, M. (2021). Nasionalisme asia timur: suatu perbandingan Jepang, cina,
dan korea. Journal of universitas yogyakarta.
Hendrastomo, G. (2007). Nasionalisme vs globalisasi ‘hilangnya’semangat
kebangsaan dalam peradaban modern. Dimensia: Jurnal kajian
sosiologi, 1(1).
Iqbal, C. I. (2018). Budaya komunikasi dalam masyarakat Jepang. Walasuji, 9(1),
129-140.
Kalei Kanuha, V. (1999). The social process of passing to manage stigma: Acts of
internalized oppression of acts of resistance. J. Soc. & Soc. Welfare, 26,
27. Available at: https://scholarworks.wmich.edu/jssw/vol26/iss4/3
Khairunisa, P. M., & Liliani, E. (2019). Kedudukan subaltern tokoh perempuan
pribumi dalam novel bunga roos dari tjikembang karya kwee tek hoay
(kajian poskolonialisme). Jurnal bahasa dan sastra indonesia, 8(5), 39-44.
Kitkowski, R. W. (2015). " Today is the Day to Shout Mansei": The Culture of
Resistance in Korea During the Japanese Imperial Period, 1905-1945.
Kohn, H. (1965). Nationalism: its meaning and history. Rev. ed. D. Van Nostrand.
101
102
Suzuki, K. (2003). The State and Racialization: The Case of Koreans in Japan.
University of California-San Diego, 17-21.
Taruna, A. R. (2017). Ambivalensi dalam cerpen anak ini mau mengencingi
jakarta? karya ahmad tohari: kajian poskolonialisme. EUFONI, 1(1).
Trihtarani, F. E., al Fasya, M. M. R., Yusticia, N., & Setyaningsih, N. Antara
zainichi dan pachinko: representasi zainichi koreans novel pachinko karya
min jin lee. Poetika: Jurnal ilmu sastra, 7(2), 171-187.
Upstone, Sara. 2009. Spatial Politics in the Postcolonial Novel. Ashgate
Publishing Company.
Woelandari, D. R., & Alunaza, H. (2019). Peran PBB dan NATO dalam konflik
perpecahan di yugoslavia pasca turunnya pemerintahan josip broz
tito. Proyeksi: Jurnal ilmu-ilmu sosial dan humaniora, 24(1).
Yamada, A., & Yusa, T. (2014). Ethnic microaggressions: the experiences of
zainichi korean students in japan. InterActions: UCLA Journal of
education and information studies, 10(2).
Yuliati, D. (2009). Menyibak fajar nasionalisme indonesia. makalah
dipresentasikan dalam sarasehan sejarah regional daerah, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, di Hotel Pondok
Tingal Magelang, 23.
金祉硯. (2011). 映画 『血と骨』 における 「怪物的」 な男とその女. 文
学研究論集, (29), 47-65.
104
LAMPIRAN
Data Pribadi
1. Nama Lengkap : Juve Henson
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tulungagung, 11 Februari
2000
3. Alamat : Jl. Ig. Ngurah Rai II / 9D RT 02
RW 01 Kelurahan Bago, Kecamatan Tulungagung, Kabupaten
Tulungagung
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. No. Telepon : 082114665593
6. Email : nezuminaito@gmail.com
hyakujuuve@student.ub.ac.id
Pendidikan Formal
1. 2006-2013 : SD Negeri 1 Kampungdalem
2. 2013-2016 : SMP Negeri 3 Tulungagung
3. 2016-2019 : SMK Negeri 3 Boyolangu
4. 2019-sekarang : Universitas Brawijaya
Pengalaman Kegiatan
-
Pengalaman Kerja
-
105
KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jalan Veteran, Malang65145, Indonesia
Telp. +62341-551611, 575777, Fax. 565420
http://www.ub.ac.id E-mail : rektorat@ub.ac.id
BERITA ACARA
SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI
Telah dilaksanakan Seminar Proposal Skripsi Program S-1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Brawijaya pada :
Hari, tanggal : 16 November 2022
Untuk mahasiswa :
Nama : Juve Henson
NIM : 195110200111004
Prodi : Sastra Jepang
Dengan Judul : Nasionalisme Zainichi Dalam Film Chi To Hone Karya
Sutradara Yoichi Sai
Yang telah dihadiri oleh :
Pembimbing
Peserta umum sejumlah 10 Orang
Malang, 23 November 2022
Pembimbing
KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
109
BERITA ACARA
SEMINAR HASIL SKRIPSI
Telah dilaksanakan Seminar Proposal Skripsi Program S-1 Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Brawijaya pada :
Hari, tanggal : 13 Desember 2022
Untuk mahasiswa :
Nama : Juve Henson
NIM : 195110200111004
Prodi : Sastra Jepang
Dengan Judul : Nasionalisme Zainichi Dalam Film Chi To Hone Karya
Sutradara Yoichi Sai
Yang telah dihadiri oleh :
Pembimbing
Peserta umum sejumlah 9 Orang
Malang, 13 Desember 2022
Pembimbing
KEMENTERIAN PENDIDIKAN,
KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jalan Veteran, Malang65145, Indonesia
Telp. +62341-551611, 575777, Fax. 565420
110
BERITA ACARA
BIMBINGAN SKRIPSI
NIM : 1951102001111004
Emma Rahmawati
2 2 September 2022 Konsultasi Bab I Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
3 26 September 2022 Revisi Bab 1 Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
4 14 Oktober 2022 Konsultasi Bab II dan III Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
5 24 Oktober 2022 Revisi Bab II dan III Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
6 16 November 2022 Acc Seminar Proposal Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
7 23 November 2022 Pelaksanaan Seminar Propoosal Fatimah, M.A.
Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
9 1 Desember Konsultasi Bab IV Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
10 6 Desember 2022 Revisi Bab IV Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
11 8 Desember 2022 Acc Seminar Hasil Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
13 13 Desember 2022 Pelaksanaan Seminar Hasil Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
14 16 Desember 2022 Revisi Seminar Hasil Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
15 19 Desember 2022 Acc Ujian Skripsi Fatimah, M.A.
Emma Rahmawati
16 22 Desember 2022 Pelaksanaan Ujian Skripsi Fatimah, M.A.