SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Linguistik
ABSTRAK
NIM : 2017110006
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi dan motif kekerasan
yang dilakukan oleh pelaku terhadap penyandang disabilitas di Kota Sagamihara,
Prefektur Kanagawa Jepang. Salah satu kasus kekerasan yang terjadi di Jepang pada
penyandang disabilitas yaitu kasus pembunuhan di kota Sagamihara, prefektur
Kanagawa. Kekerasan yang terjadi dilakukan oleh Satoshi Uematsu sebagai pelaku
dengan melakukan pembunuhan sebanyak 19 orang penyandang disabilitas di
Tsukui Yamayuri En. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan
teknik pengumpulan data melalui metode kepustakaan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Satoshi Uematsu memiliki motivasi yang dilatarbelakangi
oleh keadaan para staff Tsukui Yamayuri En yang kelelahan dan anggapan bahwa
penyandang disabilitas hanya membawa kesengsaraan. Motif pelaku melakukan
kekerasan tersebut berupa pembunuhan dengan menggunakan pisau. dan keluarga
korban menuntut untuk dihukum mati atas perbuatannya.
概要
学生番号 : 2017110006
学科 : 日本語 日本文化
題名 : 日本、神奈川県、相模原市で植松聡のやる気と暴力的に障害
者に於ける
この研究は日本、神奈川県、相模原市で犯人のやる気と暴力的に障害者に於
ける知るためである。神奈川県、相模原市に暗殺事件障害者のその一つの事件
である。障害者の暴力に於けるは津久井やまゆり園で約19人に植松聡に暗殺
した。使用した研究方法は、定性的な方法、産雇文献である。この研究の成果
は、植松聡のやる気を持つ、背景で疲れたスタッフの様子や障害者だけが惨め
をもたらすと思う。犯人の動機は、暴力のため暗殺知りナイフをつかう被害者の
家族彼られの行動のため死刑を宣告される要求である。
キーワード: 動機、暴力、障害者、相模原
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Motivasi dan Motif
Satoshi Uematsu Sebagai Pelaku Kekerasan Terhadap Penyandang Disabilitas di
Kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa Jepang” tepat waktu. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Linguistik Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang pada Fakultas Bahasa
dan Budaya Universitas Darma Persada. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai dengan
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Tia Martia M.Si. selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktu,
tenaga, pikiran, untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Hargo Saptaji, M.A. selaku Pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, pikiran, untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Bapak Ari Artadi, Ph.D selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Kebudayaan
Jepang Universitas Darma Persada dan Ketua Sidang Skripsi yang telah
meluangkan waktu serta tenaganya untuk menguji skripsi yang telah penulis
lakukan.
4. Ibu Indun Roosiani S.S selaku Penasehat Akademik yang telah
membimbing penulis dengan baik selama 4,5 tahun kuliah di Universitas
Darma Persada.
5. Bapak Dr. Ir. Eko Cahyono, M.Eng selaku Dekan Fakultas Bahasa dan
Budaya.
6. Seluruh Dosen Pengajar Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang Fakultas
Bahasa dan Budaya yang telah memberikan ilmu dan nasihat yang
bermaanfaat.
7. Ibu Ayu Titining Apti, S.Psi. selaku pengajar dan pembimbing yang
memberikan penjelasan dan pemahaman tentang teori-teori psikologi.
8. Ibu Nur Ainy Sadijah, S.Psi,. M.Si, selaku pengajar dan pembimbing yang
memberikan penjelasan dan pemahaman tentang teori-teori psikologi.
9. Kedua orangtua penulis yang dihormati dan dicintai oleh penulis
10. Seluruh teman-teman kelas 04 Angkatan 2017 dari Jurusan Bahasa dan
Kebudayaan Jepang, khususnya kepada Farhan Nismansyah, Dzikry
Junawan Alamsyah, Mochamad Fachrizal, Marcelia Herman, dan Aliansi
Pein Akatsuki.
11. Seluruh teman-teman UMADO Club dari divisi Manga, Kasei, dan Dance
Cover serta para staff yang ada didalam club yang sudah memberikan
banyak dukungan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Nanda Liza Novianti salah satu orang yang sempat membantu penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini hingga selesai dan salah satu junior terbaik yang
saya kenal hingga saat ini.
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Penelitian Relevan ............................................................................ 6
1.3 Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
1.4 Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
1.5 Perumusan Masalah.......................................................................... 8
1.6 Tujuan Penelitian.............................................................................. 8
1.7 Manfaat Penelitian............................................................................ 9
1.8 Landasan Teori ................................................................................. 9
1.8.1 Kekerasan ................................................................................ 9
1.8.2 Motif ...................................................................................... 10
1.8.3 Motivasi ................................................................................. 11
1.8.4 Disabilitas.............................................................................. 11
1.9 Metode Penelitian........................................................................... 12
1.10 Sistematika Penulisan ................................................................... 13
BAB II GAMBARAN UMUM DAN KEHIDUPAN PENYANDANG
DISABILITAS DI JEPANG ................................................................ 14
2.1 Pengertian Penyandang Disabilitas ................................................ 14
2.2 Jenis-jenis Penyandang Disabilitas ................................................ 16
2.3 Kehidupan penyandang disabilitas di Jepang ................................ 22
2.3.1 Undang-undang tenaga kerja penyandang disabilitas di Jepang
....................................................................................................... 24
2.3.2 Pekerja penyandang disabilitas di jepang.............................. 27
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.2 Yasuhiko Funago (sebelah kiri) dan Eiko Kimura (sebelah kanan)
....................................................................................................... 27
Gambar 2.2 Yasuhiko Funago yang mengidap Amyotrophic Lateral Sclerosis
(ALS) sehingga kehilangan mobilitas pada anggota tubuhnya ..... 27
Gambar 2.3 Eiko Kimura yang mengidap Cerebral pals sejak usia delapan tahun.
....................................................................................................... 28
Gambar 2.4 Tactile Paving atau Tenji Burokku yang ada di stasiun Jepang..... 30
Gambar 2.5 Toilet serbaguna di stasiun shinkansen ......................................... 30
Gambar 2.6 Mobile toilet yang dikembangkan oleh Toyota Motor Corp. dan Lixil
Corp ............................................................................................... 31
Gambar 2.7 Paralimpiade pertama yang disenggelarakan di Stoke Mandeville,
Britania Raya, 1948 ....................................................................... 32
Gambar 2.8 Atlet Panahan Pria Jepang Ueyama Tomohiro .............................. 33
Gambar 2.9 Atlet cabang olahraga Badminton tunggal putra Kajiwara Daiki.. 34
Gambar 3.1 Peta Kota Sagamihara Prefektur Kanagawa jepang ...................... 35
Gambar 3.2 津久井やまゆり園 (Tsukui Yamayuri En) ..................................... 36
Gambar 3.3 Tsukui Yamayuri En setelah renovasi ........................................... 37
Gambar 3.4 つくいホーム/グループホーム Tsukui Home/Group Home....... 38
Gambar 3.5 Kegiatan para penyandang disabilitas di fasilitas Group Home .... 39
Gambar 3.6 Tempat konsultasi yang berada di distrik Suwarashi, kota
Sagamihara .................................................................................... 40
Gambar 3.7 Tempat fasilitas untuk kegiatan di siang hari penyandang disabilitas
di distrik Negoya, kota Sagamihara............................................... 41
Gambar 3.8 Tempat fasilitas untuk pengembangan kreatifitas di distrik
Suwarashi, kota Sagamihara .......................................................... 42
Gambar 3.9 Hasil kreasi dari penyandang disabilitas di Tsukui Yamayuri En
berupa handuk tangan .................................................................... 42
Gambar 3.10 Fasilitas sepulang sekolah “Mirai” di distrik Wakayanagi, kota
Sagamihara .................................................................................... 43
Gambar 3.11 Kegiatan bersama penyandang disabilitas anak-anak di dalam
fasilitas “Mirai” ............................................................................. 43
“Thirty years ago the Japanese goverment passed the Law for
Employment Promotion, etc. Of Person with Disabilities(sic) making
it mandatory for companies to ensure a certain percentage of
disabled people in their workforce. Such as quota system is common
in many advanced countries, besides the United States and Britain,
which instead ban job-related discrimintion against the disabled. In
Japan the law stipulated that 1,8 percent of positions at all private-
sector companies employing 56 or more people should be filled with
people with disabilities. For national and municipal goverments. As
well as goverment affiliated organization, the quota is 2.1 percent.”
Berdasarkan kutipan di atas, tiga puluh tahun yang lalu, pada tahun 1960,
pemerintah Jepang mengesahkan undang-undang mengenai promosi kerja bagi
penyandang disabilitas yang mengharuskan setiap perusahaan memiliki tenaga
kerja penyandang disabilitas. Undang-undang mensyaratkan kuota sebesar 1,8
untuk perusahaan swasta dengan jumlah karyawan 56 orang, dan 2,1 persen untuk
kantor pemerintahan.
Menurut data dari Ministry of Health Labour and Welfare Jepang, hingga
tahun 2015, perusahaan-perusahaan swasta secara umum belum memenuhi kuota
2% untuk para penyandang disabilitas. Namun ada beberapa perusahaan yang
mampu melebihi kuota ini, misalnya perusahaan retail pakaian UNIQLO. Hal ini
membuktikan bahwa masyarakat jepang semakin menyadari bahwa penyandang
disabilitas berhak mendapatkan pekerjaan seperti orang normal pada umumnya
(Pertiwi, 2017:4)
Disabilitas berasal dari kata serapan bahasa Inggris yaitu “disability atau
disabilities” yang menggambarkan adanya ketidakmampuan atau kekurangan yang
terdapat pada fisik maupun mental, sehingga menyebabkan terjadinya keterbatasan
pada penderita disabilitas untuk melakukan suatu aktivitasnya
(https://puspensos.kemensos.go.id/mengenal-berbagai-payung-hukum-terkait-
dengan-disabilitas-pada-peringatan-hari-disabilitas-internasional-2020).
Penyandang disabilitas tidak hanya memiliki keterbatasan fisik namun,
namun juga mempunyai kesulitan untuk berinteraksi, berpartisipasi secara penuh
dan maksimal di tengah masyarakat. Setiap negara di dunia, penduduknya ada
penyandang disabilitas, salah satunya adalah negara Jepang. Berdasarkan artikel
dari Asahi.com yang ditulis oleh Keisuke Sato dengan judul 障害ある人は936万
人 人口の7.4%厚労省推計 (Shougai aru hito wa 936 man nin jinkō no 7.4%
Kōrōshō suikei) dalam website
https://www.asahi.com/articles/ASL495Q7BL49UTFK01W.html yang dirilis pada
tanggal 9 April 2018 menyatakan bahwa
Berdasarkan kutipan di atas bahwa survei yang telah diumumkan oleh Kementrian
Kesehatan, Tenaga kerja dan Kesejahteraan Jepang pada tanggal 9 April 2018
menyatakan bahwa jumlah penyandang disabilitas fisik dan mental diperkirakan
sebanyak 9.366.000 jiwa. Jumlah ini meningkat sebanyak 1.49 juta jiwa dari
perkiraan pada tahun 2013 sebelumnya sebanyak 7.879 juta jiwa.
Hasil survei yang dilakukan Cabinet Office mengenai kelompok konsultasi dan
dukungan nasional mengatakan bahwa pada tahun 2017-2018, ada 127 kasus
kekerasan, diantaranya ada 70 kasus kekerasan seksual terjadi pada usia dibawah
30 tahun. Rincian kasusnya yaitu 16 kasus yang terjadi kepada penyandang
disabilitas gangguan perkembangan, 19 kasus kepada penyandang disabilitas
gangguan mental, 9 kasus kepada penyandang disabilitas gangguan intelektual
tingkat ringan, dan lain lain. Ketua Shiawase Namida (organisasi yang melindungi
korban dari kekerasan seksual), Hiromi Nakano, menjelaskan bahwa berdasarkan
data dari survei luar negeri, penyandang disabilitas mengalami kekerasan sekitar
tiga kali lebih banyak daripada mereka yang bukan penyandang disabilitas.
Salah satu kasus kekerasan pada penyandang disabilitas terjadi di Jepang
yaitu kasus pembunuhan di kota Sagamihara, prefektur Kanagawa. Kekerasan yang
dilakukan oleh Satoshi Uematsu dengan melakukan pembunuhan terhadap 19
penyandang disabilitas di Tsukui Yamayuri en. Dalam Website The Guardian
https://www.theguardian.com/world/2016/jul/25/tokyo-knife-attack-stabbing-
sagamihara dengan judul artikel (Japan knife attack: stabbing at care centre leaves
19 dead)
A man who claimed he wanted to kill disabled people left at least 19 dead
and 26 others injured after a knife attack at a care facility in Japan.
Petrified staff at the Tsukui Yamayuri En (Tsukui Lily Garden) facility in
Sagamihara, south of Tokyo, called police at about 2.30am local time
after the suspect, named as Satoshi Uematsu, launched his attack. It was
the country’s worst mass killing in decades.
polisi sekitar pukul 2.30 pagi waktu setempat setelah tersangka bernama Satoshi
Uematsu, melancarkan serangannya. Hal itu merupakan pembunuhan massal
terburuk di Jepang dalam beberapa dekade.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis ingin mengetahui motivasi dan
motif Satoshi Uematsu melakukan kekerasan terhadap penyandang disabilitas di
kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa.
2.) Penelitian yang dilakukan oleh Nadia Wafanda dari Universitas Brawijaya
(2018) tentang “Diskriminasi Pekerja Disabilitas Di Jepang Dalam film
Door To Door Karya Yoshida Ken” yang hasil penilitiannya adalah
Intentional, Explicit Discrimination yang merupakan jenis diskriminasi
dilakukan secara sengaja dan lebih mendalam, seperti penghinaan,
pemisahan, penghidaran ataupun serangan fisik. Subtle, Unconscious,
Automatic Discrimination adalah jenis diskriminasi yang dilakukan tanpa
sengaja, tanpa disadari. Pelaku tindakan diskriminasi bisa saja dianggap
membantu namun tak sengaja memberikan kerugian bagi target diskriminasi.
3.) Jurnal yang di tulis oleh Profesor Osamu Nagase dari Ritsumeikan
University melalui Ars Vivendi Journal No. 10 (Desember 2018): 2-7
luar batas kemampuan obyek yang terkena kekerasan dan dapat berakibat
pada kerusakan fisik maupun psikis atau kejiwaan.
Menurut Prof. Noach seorang ahli kriminologi mengatakan bahwa
kriminalitas terjadi karena pengaruh faktor keturunan atau faktor
lingkungan, ahli kriminologi tersebut menarik kesimpulan sebagai berikut:
“decriminaliteit van de normale mens is een gevolg van aanleg en milieu
beide, waarbij nu eens de ene, dan weer de andere factor overweegt en
waaarbij de beide factoran elkaar ook wederkerig kunnen beinvloeden”.
Jadi menurut beliau, kriminaliteit manusia normal adalah akibat baik dari
faktor keturunan maupun daripada faktor lingkungan, dimana kadang-
kadang faktor keturunan dan kadang kadang pula faktor lingkungan
memegang peranan utama dan dimana kedua faktor itu dapat juga saling
mempengaruhi (Ahmadi, 1985:105).
1.8.2 Motif
Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua
penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada
hakikatnya mempunyai motif. Juga tingkah laku yang disebut tingkah laku
secara refleks dan yang berlangsung otomatis, mempunyai maksud tertentu
walaupun maksud itu tidak senantiasa sadar bagi manusia. Motif-motif
manusia dapat bekerja secara sadar, dan juga tidak secara sadar bagi diri
manusia (Gerungan, 1991:140).
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Muffidah, 2019:12), motif
adalah setiap kondisi atau keadaan seseorang atau suatu organisme yang
menyebabkan atau kesiapannya untuk memulai atau melanjutkan suatu
serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Berdasarkan kedua teori di atas maka penulis menarik kesimpulan
bahwa motif adalah penggerak dan pendorong dalam diri manusia untuk
melakukan serangkaian tingkah laku dan perbuatan.
1.8.3 Motivasi
Motivasi adalah suatu pola pemikiran mengenai terjadinya perilaku
(Irwanto, 2002:193). Menurut Abraham Maslow (dalam Prihartanta,
2015:5), mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki
kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk
piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat
kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai
dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks;
yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan
pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum
kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting:
1.8.4 Disabilitas
Menurut John Maxwell difabel adalah orang yang memiliki kelainan
fisik atau mental yang dapat mengganggu atau sebagai rintangan baginya
dalam melakukan aktivitas (Sugiono, 2014:21). Menurut Goffman
sebagaimana dikemukakan oleh Johnson, mengungkapkan bahwa masalah
sosial utama yang dihadapi penyandang cacat “disabilitas” adalah bahwa
mereka abnormal dalam tingkat yang sedemikian jelasnya sehingga orang
lain tidak merasa enak atau tidak mampu berinteraksi dengannya.
Lingkungan sekitar telah memberikan stigma kepada penyandang cacat,
bahwa mereka dipandang tidak mampu dalam segala hal dan merupakan
penyebab dari berbagai masalah. Dalam keadaan yang serba terbatas dan
asumsi negatif dari orang lain, ada sebagian dari mereka yang terus berusaha
untuk tidak selalu bergantung pada orang lain (Istifarroh, Nugroho,
2019:22).
Berdasarkan kedua teori diatas bahwa disabilitas orang yang
memiliki kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau sebagai
rintangan baginya dalam melakukan aktivitas
jelasnya sehingga orang lain tidak merasa enak atau tidak mampu berinteraksi
dengannya. Lingkungan sekitar telah memberikan stigma kepada penyandang cacat,
bahwa mereka dipandang tidak mampu dalam segala hal merupakan penyebab dari
berbagai masalah. Dalam keadaan yang serba terbatas dan asumsi negatif dari orang
lain, ada sebagian dari mereka yang terus berusaha untuk tidak selalu bergantung
pada orang lain (Istifarroh,Nugroho, 2019:2).
Istilah disabilitas dalam bahasa Jepang dikenal dengan shougai (障害) dan
penyandang disabilitas disebut shougaisha (障害者). Shougai (障害) memiliki arti
rintangan, halangan, kesulitan, gangguan, sha (者) memiliki arti seseorang. Apabila
shougai(障害) dan sha (者) menjadi satu secara bahasa istilah shougaisha (障害
者) adalah “orang memiliki kesulitan atau gangguan”.
Menurut Undang-Undang No.65 tentang Penghapusan Diskriminasi
Terhadap Penyandang Disabilitas tahun 2013 pasal kedua, dalam website
(http://www.japaneselawtranslation.go.jp/law/detail/?id=3052&vm=04&re=02)
definisi penyadang disabilitas adalah sebagai berikut:
punggung; celebral palsy; cacat lain yang termasuk pada cacat tubuh
orthopedi; paraplegia.
B. Cacat Mental
Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik cacat
bawaan maupun akibat dari penyakit, antara lain: a) retardasi mental, b)
gangguan psikiatrik fungsional, c) alkoholisme, d) gangguan mental organik
dan epilepsi.
C. Cacat Ganda atau Cacat Fisik dan Mental
Yaitu keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan sekaligus.
Apabila yang cacat adalah keduanya maka akan sangat mengganggu
penyandang cacatnya (https://spa-pabk.kemenpppa.go.id/).
B. Disabilitas Fisik
Disabilitas Fisik atau kelainan fisik terdiri dari:
1. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tuna daksa adalah individu yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-
muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh.
2. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah
individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra
dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu: buta total
(blind) dan low vision.
3. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu
yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
4. Kelainan Bicara (Tunawicara). Tunawicara adalah seseorang yang
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa
verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan
bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang
disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya
gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara.
C. Tunaganda (disabilitas ganda)
Tunaganda atau penderita cacat lebih dari satu kecacatan (cacat fisik
dan mental) merupakan mereka yang menyandang lebih dari satu jenis
keluarbiasaan, misalnya penyandang tuna netra dengan tuna rungu
sekaligus, penyandang tuna daksa disertai dengan tuna grahita atau
bahkan sekaligus.
yang tidak dapat memfungsikan dengan bebas salah satu bagian tubuhnya.
Shintai shougai dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis di antaranya:
a) Shikaku shougai ( 視 覚 障 害 ) adalah kondisi dimana seseorang
kesulitan melihat benda-benda /tunanetra. Meskipun menggunakan
bantuan alat optik seperti kacamata atau lensa kontak, penyandang
disablitas jenis ini masih tidak dapat melihat dengan baik. Kecacatan
ini bisa bersifat sementara ataupun permanen. Selain orang dengan
kondisi buta total, orang dengan daya penglihatan yang sangat lemah,
orang dengan lapang pandang yang sempit pun termasuk dalam
kategori ini (Medic Medica, 2012:5).
b) Choukaku shougai ( 聴覚障害) adalah individu yang mengalami
kesulitan dalam mendengar suara / tunarungu. Individu ini memiliki
hambatan dalam kemampuan meneruskan rangsang suara, sehingga
menjadi sulit mendengar. Bisa dibilang ‘tidak bisa mendengar’
(Nihonyanagi, 2016:246). Tunarungu, karena tidak bisa mendengar
suara, individu ini pun tidak dapat berbicara maka sering kali disebut
pula tunawicara. atau tunarungu
c) Shitai fujiyu ( 肢 体 不 自 由 ) adalah individu yang mengalami
hambatan yang terjadi karena penyakit ataupun luka sehingga salah
satu anggota tubuh menjadi cacat, misalnya keempat anggota gerak
tubuh, baik bagian atas (lengan), atau anggota gerak tubuh bagian
bawah (kaki), batang tubuh (otot perut, punggung, dada), dan
sebagainya. Karena kecacatan ini, dalam kegiatan sehari-hari,
individu ini pun mengalami hambatan (Nihonyanagi, 2016:223).
Penyandang tunadaksa biasanya mudah dikenali karena mereka
menggunakan alat bantu gerak seperti kursi roda, kaki/lengan
prostetik, dan sebagainya atau tunadaksa
d) Naibu shougai (内部障害) adalah cacat organ dalam yaitu, tidak
berfungsinya kemampuan salah satu organ dalam tubuh seperti
jantung, ginjal, usus dan sebagainya, sehingga berdampak pada
kecacatan, dengan demikian memastikan bahwa tidak ada warga negara yang
didiskriminasi apakah mereka memiliki kecacatan atau tidak, dan berkontribusi
pada realisasi masyarakat koeksistensi dengan saling menghormati kepribadian satu
sama lain. Individualitas dengan menyediakan hal-hal dasar yang berkaitan dengan
penghapusan diskriminasi atas dasar kecacatan dan untuk langkah-langkah
penghapusan diskriminasi atas dasar kecacatan oleh organ administratif,
perusahaan, dan lain-lain.
The Quota System and Levy and Grant System play the central role
in promoting employment for disabled persons.
This ratio does not include mentally ill persons. Employers are
obligated to report the number of disabled workers they employ to
the head of the Public Employment Security Office annually. This
office may announce to the public the names of enterprises who fail
to meet the quota and request them to draw up plan for employment
of disabled persons to meet the quota.
Levy and Grant System: This system works by collecting levy from
those enterprises that fail to achieve the quota of disabled workers.
The funds created by the levy system are used to encourage
employers who employ disabled persons above the quota and to
promote disabled workers' employment and improve working
conditions.
Gambar 2.1 Yasuhiko Funago (sebelah kanan) dan Eiko Kimura (Sebelah kiri)
Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449
Gambar 2.2 Yasuhiko Funago yang mengidap Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) sehingga
kehilangan mobilitas pada anggota tubuhnya
Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449
mungkin terlihat lemah, tapi saya lebih bernyali ketimbang lainnya, karena ini
adalah masalah hidup dan mati bagi saya."
Adapun Eiko Kimura mengidap cerebral palsy. Dia mengalami
kelumpuhan dari lehernya hingga ke bawah kecuali tangan kanannya. Dia
mengalami disabilitas sejak berusia delapan tahun, tetapi dia sudah lama
mengampanyekan agar kaum difabel mampu berintegrasi lebih baik ke dalam
masyarakat.
Gambar 2.3 Eiko Kimura yang mengidap Cerebral pals sejak usia delapan tahun.
Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449
bisa disesuaikan. Selain itu sejumlah aturan harus direvisi sehingga memungkinkan
pengasuh mereka dapat mendampingi selama rapat kerja atau acara lainnya
(https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449).
Gambar 2.4 Tactile Paving atau Tenji Burokku yang ada di stasiun Jepang
Sumber : https://www.nippon.com/en/features/jg00087/
Tidak hanya paving taktil ada juga fasilitas Toilet khusus sering di jumpai di rumah
sakit, shopping mall, supermarket dan di service area atau tempat istirahat di dalam
jalan tol.
Sumber : https://www.japan-guide.com/e/e2301.html
Toilet khusus ini biasanya ditemukan di antara toilet pria dan wanita dan biasanya
berukuran besar yang mudah dinavigasi oleh pengguna kursi roda dan terkadang
juga dilengkapi fasilitas ostomate. Fasilitas ini juga ditujukan untuk orang tua
dengan anak kecil dan karena itu juga sering menampilkan meja ganti
popok. Membuka dan menutup pintu dapat dilakukan dengan menekan tombol
besar di samping pintu baik di dalam maupun di luar toilet.
Toilet yang ukurannya lebih luas dari toilet biasa ini biasanya berisi banyak
pegangan pada pinggiran tembok, pinggiran wc dan pada tempat cuci tangannya.
Gambar 2.6 Mobile toilet yang dikembangkan oleh Toyota Motor Corp. dan Lixil Corp.
Sumber : https://www.inkl.com/glance/news/mobile-toilet-for-wheelchair-users-unveiled-in-
japan?section=combined
Kamar mandi pribadi yang luas, yang dapat ditarik dengan mobil, juga akan
berguna pada saat terjadi bencana. Toyota dan Lixil menggabungkan keahlian
mereka masing-masing dalam mobilitas dan toilet bebas penghalang untuk
membuat trailer setelah mendengar bahwa beberapa pengguna kursi roda menahan
diri untuk tidak keluar karena kurangnya toilet yang dapat mereka gunakan, kata
seorang pejabat Lixil. Kamar mandi bergerak diresmikan di sebuah acara di
Gambar 2.7 Paralimpiade pertama yang disenggelarakan di Stoke Mandeville, Britania Raya, 1948
Sumber : https://www.wheelpower.org.uk/events/evensong-st-pauls-cathedral-celebrate-70-years
2 wanita) yang mengalami cedera tulang belakang (Spinal Injury) yang ikut serta
dalam memanah (https://www.thehistorypress.co.uk/articles/dr-guttmann-and-the-
paralympic-movement/). Seiringnya berjalan waktu acara ini terus berkembang dan
berkembang hingga saat ini dan cabang olahraga yang bervariasi. Paralimpiade
terakhir diadakan di Tokyo, Jepang pada tahun 2020, namun acara ini diundur
dikarenakan pandemi Coronavirus-19, sehingga acara ini dilaksanakan pada
tanggal 24 Agustus 2021. Jepang sendiri memiliki beberapa atlet yang akan
mengikuti kompetisi olahraga ini seperti atlet panahan pria Ueyama Tomohiro dan
atlet badminton pria Kajiwara Daiki.
Sumber : https://www.parasapo.tokyo/featured-athletes/ueyama-tomohiro
Gambar 2.9 Atlet cabang olahraga badminton tunggal putra Kajiwara Daiki
Sumber : https://www.paralympic.org/news/kajiwara-upsets-top-seed-jung-jun-japan-add-two-
gold-final-day
Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang motivasi dan motif kekerasan
terhadap penyandang disabilitas di kota Sagamihara, prefektur Kanagawa Jepang.
Dalam bab ini juga penulis menjelaskan secara detail tentang terjadi tindak
kekerasan terhadap penyandang disabilitas di kota Sagamihara, pelaku tindak
kekerasan, tempat kejadian kekerasan, dan motif dan motivasi pelaku melakukan
tindakan tersebut.
Sumber : https://tokyowestside.com/about/sagamihara.html
dekatnya, di kota ini orang-orang dapat merasakan gaya hidup pedesaan Jepang,
menikmati semua pemandangan, hiburan, dan berpartisipasi dalam Festival
Obarajuku Honjin pada bulan November
(https://tokyowestside.com/about/sagamihara.html). Pada akhir tahun 1930-an,
kamp militer Jepang di daerah penghasil sutra sekitarnya menyatukan kota-kota
tetangga Sagamihara dan berkontribusi pada pertumbuhan Kota Sagamihara.
Industri yang berkembang setelah tahun 1955 termasuk pembuatan produk logam,
mesin, peralatan listrik dan makanan olahan. Sagamihara adalah area perumahan
yang terhubung ke area metropolitan dengan kereta api. Beras, gandum, tembakau,
sapi perah dan babi diproduksi di daerah
ini(https://www.britannica.com/place/Sagamihara).
Sumber :
https://www.japantimes.co.jp/news/2019/12/14/national/crime-legal/man-accused-2016-mass-
murder-sagamihara-care-home-plead-not-guilty/
Menurut prefektur, jumlah rawat inap untuk pasien jangka panjang sebanyak 150
orang dan 10 orang untuk jangka pendek, pada tanggal 1 Juli tahun 2016, 149 pasien
jangka panjang (92 laki-laki dan 57 perempuan) antara usia 19 tahun hingga 75
tahun telah telah dirawat. Mereka semua adalah penyandang disabilitas dengan nilai
"4 sampai 6". Ini sesuai dengan peringkat yang lebih tinggi dari 6 yang
menunjukkan perlunya dukungan
(http://mainichi.jp/articles/20160726/k00/00e/040/116000c).
Namun fasilitas ini telah dipindahkan sementara ke Serigaya Yamayuri En
di Daerah Konan, Kota Yokohama mulai tahun 2017. Pada tanggal 1 Agustus tahun
2021 seluruh penyandang disabilitas yang dipindahkan dari Serigaya Yamayuri En
ke Tsukui Yamayuri En yang sudah di renovasi. Setelah renovasi dilakukan, Tsukui
Yamayuri En memiliki kapasitas sebanyak 114 orang.
Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/tsukui-yamayurien/
Fasilitas ini juga memiliki staff yang membantu penyandang disabilitas yang ada di
dalam fasilitas ini untuk membantu mandi, buang air besar, dan memberi perawatan
seperti makan, memasak, mencuci, membersihkan dan pekerjaan rumah tangga
lainnya. Para staff pun memberikan dan nasihat tentang kehidupan sehari-hari dan
dukungan lain yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, memberikan
kesempatan untuk kegiatan kreatif dan produksi.
Dalam website resmi tsukui.kyoudoukai.jp tempat rehabilitasi penyandang
disabilitas ini juga memiliki banyak fasilitas yang dapat digunakan oleh
penyandang disabilitas, yaitu
Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/tsukui-home/
Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/tsukui-home/
Pada awal pembukaan fasilitas ini, para penyandang disabilitas sempat gugup
karena tidak banyak bicara, dan tidak banyak terlihat senyuman. Namun,
seiring berjalannya waktu, secara bertahap terbiasa dengan lingkungan baru,
dan sekarang semua orang tersenyum bahagia.
Gambar 3.6 Tempat konsultasi yang berada di distrik Suwarashi, kota Sagamihara
Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/life/
Gambar 3.7 Tempat fasilitas untuk kegiatan di siang hari penyandang disabilitas di
distrik Negoya, kota Sagamihara
Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/soyokaze/
Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/fun-fun/
Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/about-us/products/
Gambar 3.10 Fasilitas sepulang sekolah “Mirai” di distrik Wakayanagi, kota Sagamihara
Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/mirai/
Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/mirai/
https://www.theguardian.com/world/2016/jul/25/tokyo-knife-attack-stabbing-
sagamihara menyatakan bahwa.
ke kantor polisi terdekat dan menyerahkan diri setelah serangan itu. "Saya
melakukannya," dan “Lebih baik orang cacat menghilang,” kata mantan karyawan
fasilitas itu yang berusia 26 tahun. Satoshi Uematsu merupakan seorang penduduk
Sagamighara yang membawa tas penuh pisau dan peralatan tajam lainnya, beberapa
di antaranya berlumuran darah ketika dia menyerahkan diri.
Gambar 3.12 Sebuah ambulans di luar fasilitas untuk penyandang disabilitas di mana setidaknya
19 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan pisau di Sagamihara
Sumber : https://www.theguardian.com/world/2016/jul/25/tokyo-knife-attack-stabbing-sagamihara
Sumber : https://www.news-
postseven.com/archives/20160802_434711.html?IMAGE=1&PAGE=1-1
Berdasarkan kutipan diatas bahwa tato yang ada di tubuh Uematsu memiliki
pertanda dalam diri Uematsu adalah sosok yang dapat berubah-ubah,
kemungkinan akan menjadi sosok iblis yang menyeramkan, dan melakukan
hal-hal yang besar dimulai dari sekarang.
Uematsu sendiri memiliki keinginan yang didambakannya yaitu
ingin menjadi seorang guru. Keinginan ini tidak jauh dari sang ayah yang
bekerja sebagai guru menggambar di sekolah dasar, sehingga Uematsu ingin
mengikuti jejak sang ayah. Uematsu mengikuti sebuah pelatihan di sekolah
dasar kecil dekat dengan rumah Uematsu Bersama 80 murid. Uematsu yang
dikenal ramah dan ceria menjadi popular di sekolah itu. Namun yang
mengejutkannya Uematsu gagal mendapatkan lisensi untuk menjadi
seorang guru (https://www.news-
postseven.com/archives/20160728_433857.html?DETAIL).
Sumber : https://www.jiji.com/jc/d4?p=sss726-jpp021936032&d=d4_aaa
Surat tersebut terdapat tiga lembar yang ditulis tangan oleh Uematsu sendiri
dan isi surat tersebut menginformasikan Perdana Menteri tentang rencana
“membunuh sebagian besar penyandang disabilitas”. Nama Uematsu dan
alamat rumahnya juga tercantum didalam surat tersebut.
(https://www3.nhk.or.jp/news/html/20200104/k10012230291000.html).
Gambar 3.15 Tiga lembar surat yang dikirim oleh Satoshi Uematsu
Sumber : https://www3.nhk.or.jp/news/html/20200104/k10012230291000.html
malam. Ketika ada beberapa staff yang bekerja pada shift malam, Uematsu
mencegah para staf untuk bergerak atau melakukan kontak kepada orang
lain dengan mengikat mereka dengan cable tie. Uematsu akan menyerahkan
diri setelah menghabisi para penyandang disabilitas.
Pada 18 Februari, ketika Uematsu masih menjadi anggota staf di
Tsukui Yamayuri En, dia memberikan sebuah pernyataan bahwa “Orang
dengan disabilitas ganda tidak punya alasan untuk hidup, jadi mereka harus
di-eutanasia.”. Setelah pernyataan itu muncul para staff yang ada di fasilitas
tersebut menghubungi polisi. Hari selanjutnya Ketika polisi bertemu dengan
Uematsu di fasilitas Tsukui Yamayuri En, Uematsu dapat membahayakan
orang lain dan menghubungi pemerintah kota Sagamihara yang memiliki
wewenang untuk rawat inap darurat Uematsu, dan pada tanggal 22 Februari,
dua dokter yang ditunjuk mendiagnosa bahwa Uematsu memiliki
“Cannabis Psychosis” dan “Paranoid Disorder” meskipun di hari yang
sama, sampel urin Uematsu positif mengandung Mariyuana, dokter yang
ditunjuk menangani Uematsu, tidak memberi tahu polisi bahwa
penyembuhan gejala yang dimiliki Uematsu adalah prioritas utama. Pada
tanggal 2 Maret, dokter memutuskan bahwa Uematsu tidak lagi menjadi
ancaman bagi orang lain, dan Pemerintah Kota Sagamihara
mengizinkannya untuk dipulangkan dan tinggal di rumah orang tua.
(https://mainichi.jp/english/articles/20160727/p2a/00m/0na/012000c).
Sumber : https://www.jiji.com/jc/d4?p=sss726-jpp021934411&d=d4_aaa
Sumber : http://www.sankei.com/affairs/news/160726/afr1607260029-n1.html
Gambar 3.18 Foto yang di posting oleh Uematsu di Twitter setelah melakukan kekerasan
Sumber : https://news.careerconnection.jp/career/general/26243/
jam 02:50, Sebuah foto potret diri dengan dasi merah, kemeja putih, jas
hitam, mulut setengah terbuka, senyum sedikit kaku, dan foto menghadap
ke depan diposting "世界が平和になりますように。beautiful Japan!!!!!!.
Yang memiliki arti “Semoga dunia menjadi damai. Jepang yang indah!!!!!!"
(http://www.asahi.com/articles/ASJ7V3JMHJ7VUTIL01Q.html).
keturunan. Faktor lingkungan yang kurang baik seperti Uematsu pernah merokok,
mabuk, mencuri bersama teman-temannya, merusak barang-barang milik orangtua,
guru, memecahkan jendela. Faktor keturunan dari Satoshi Uematsu sudah cukup
baik yaitu keluarga dari Satoshi Uematsu memiliki orang tua yang bekerja sebagai
guru, sehingga Satoshi Uematsu mendapatkan didikan yang baik oleh orang tuanya.
Berdasarkan dari kedua faktor diatas faktor yang paling berpengaruh terhadap
Satoshi Uematsu sendiri yaitu faktor lingkungan. dengan pindahnya orang tua
Uematsu ke Tokyo menjadikan Uematsu tidak dapat dikontrol oleh orang tuanya.
ilegalitas, menyangkal delusi yang tidak wajar dari obat-obatan dan mengklaim
bahwa terdakwa bertanggung jawab penuh
(https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-272632.html). Setelah dijatuhi
hukuman mati pada 16 Maret oleh pengadilan distrik, pengacara pembela Uematsu
mengajukan banding pada 27 Maret. Uematsu menarik bandingnya pada tanggal 30,
dan keputusan itu telah diputuskan. Pada tanggal 2 April pengacara Uematsu
mengirimkan dokumen ke Pengadilan distrik Yokohama agar penarikan banding
tersebut dibatalkan (https://www.yomiuri.co.jp/national/20200513-OYT1T50268/).
mengingatnya, dan hakim bisa memahami sedikit tentang para korban yang belum
pernah terlihat sebelumnya. Miho masih hidup ketika banyak orang mengingatnya
dan mereka mengingat Miho (https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-
420772.html).
Gambar 3.19 Foto Miho ketika kelas satu sekolah menengah pertama
Sumber : https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-420772.html
Sumber : https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-420772.html
Sumber : https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-420772.html
Sumber : https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-420772.html
Secara garis besar dari kejadian ini bahwa Satoshi Uematsu melakukan
tindakan kekerasan atas motivasinya yaitu melihat para staf di Tsukui Yamayuri En
yang kelelahan, dan mata para staf yang kusam, sehingga Uematsu tidak dapat
menahan dirinya untuk memutuskan untuk mengambil tindakan yang menurut
Uematsu baik demi negara Jepang dan dunia serta ingin menghabisi 470
penyandang disabilitas. Motif kekerasan yang dilakukan oleh Satoshi Uematsu
yaitu dengan membunuh 19 penyandang disabilitas diantaranya sepuluh orang
wanita dan sembilan orang pria menggunakan sebuah pisau. Setelah kejadian ini
berlalu Pengadilan Negeri Yokohama pada tanggal 16 Maret 2020, Hakim Kiyoshi
Aonuma mengakui tanggung jawab penuh kepada Satoshi Uematsu dan
menjatuhkan hukuman mati. Berdasarkan jumlah korban sebanyak 48 orang yang
Satoshi Uematsu bunuh atau lukai, hanya satu yang akan menggunakan nama asli
mereka di pengadilan yaitu Miho. Ibu Miho tidak terima anaknya meninggal atas
kejadian ini sehingga menuntut untuk di hukum mati.
kecilnya adalah Miho. Miho sendiri merupakan korban dari aksi penyerangan yang
dilakukan oleh Satoshi Uematsu di Tsukui Yamayuri En pada 26 Juli 2016. Ibu miho
sendiri mengatakan bahwa hukuman yang paling ekstrim pun masih terlalu ringan
untuk Uematsu. Ibu Miho juga tidak akan memaafkan atas perbuatan yang
dilakukan oleh Uematsu, dan ibu Miho menuntut Uematsu agar di hukum mati.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku/Jurnal
Istifarroh, dan Nugroho, Widhi Cahyo. 2019. “Mimbar Keadilan Volume 12 Nomor
1” dalam Perlindungan Hak Disabilitas Mendapatkan Pekerjaan di
Perusahaan Swasta dan Perusahaan Milik Negara. Surabaya: Universitas 17
Agustus 1945.
Martia, Tia, Metty Suwandany, dan Dila Rismayanti. 2018. “Prosiding Seminar
Hasil Penelitian Semester Ganjil” dalam Peran Pemerintah Jepang Terhadap
Penyandang Disabilitas di Jepang. Jakarta: Universitas Darma Persada.
Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Nagase, Prof. Osamu. 2018. “Ars Vivendi Journal No.10” dalam Sagamihara
Attack and Challenges of Community-Living (2-7). Kyoto: Ritsumeikan
University.
Refrensi Internet
BBC News Indonesia. 2019. Dua penyandang disabilitas parah terpilih menjadi
anggota parlemen Jepang. Diakses pada 19 Desember 2021 14:44 WIB, dari
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449
BBC News Indonesia. 2020. Pria Jepang pembunuh 19 penyandang cacat dengan
menikam mereka di tempat tidur panti, dihukum gantung. Diakses pada 13
Januari 2022 03:03 WIB, dari https://www.bbc.com/indonesia/majalah-
51907348
Bhutia, Thinley Kalsang. 2017. Sagamihara. Diakses pada 9 Januari 2022 21:28
WIB, dari https://www.britannica.com/place/Sagamihara
Brasor, Philip. 2020. Trial of Sagamihara massacre suspect spurs debate on what
society may think about people with disabilities. Diakses pada 13 Januari
2022 03:39 WIB, dari
https://www.japantimes.co.jp/news/2020/02/08/national/media-
national/trial-sagamihara-murder-suspect-spurs-debate-society-may-think-
people-disabilities/
IPC. 2021. Kajiwara upsets top seed Jung Jun as Japan add two gold on final day!.
Diakses pada 19 Desember 2021 22:35 WIB, dari
https://www.paralympic.org/news/kajiwara-upsets-top-seed-jung-jun-japan-
add-two-gold-final-day
McCurry, Justin. 2016. Japan knife attack: stabbing at care centre leaves 19 dead.
Diakses pada 6 Oktober 2021 00:36 WIB, dari
https://www.theguardian.com/world/2016/jul/25/tokyo-knife-attack-
stabbing-sagamihara
Mail Online. 2016. Killer who butchered 19 in their sleep at Japanese disabled care
home SMILES in back of a police van... as it is revealed he wanted to
slaughter 470 and his body is covered in demonic tattoos. Diakses pada 12
Januari 2022 23:26 WIB, dari https://www.dailymail.co.uk/news/article-
3707721/Stabbing-horror-Japan-leaves-19-dead-45-injured-knifeman-
attacks-centre-disabled-people.html#ixzz4FWo7VWNe
McKirdy, Euan, Emanuella Grinberg. 2016. Japan knife attack: At least 19 dead.
Diakses pada 10 Januari 2022 22:22 WIB, dari
https://edition.cnn.com/2016/07/25/world/japan-knife-attack-
deaths/index.html
National Paralympic Heritage Trust. Professor Sir Ludwig Guttmann. Diakses pada
5 Oktober 2021 23:29 WIB, dari
https://www.paralympicheritage.org.uk/professor-sir-ludwig-guttmann
NHK Sports. Badminton Kajiwara Daiki. Diakses pada 19 Desember 2021 22:40
WIB, dari https://en.sports.nhk.or.jp/paralympic/athletes/kajiwara-daiki-
10855/
Otake, Tomoko. 2006. Is Disability Still a Dirty Word in Japan. Diakses pada 6
Oktober 2021 00:29 WIB, dari
http://www.japantimes.co.jp/life/2006/08/27/to-be-sorted/isdisability-still-a-
dirty-word-in-japan/#.VyDOB9SLTMx.
The History Press. Dr. Guttmann and the Paralympic movement. Diakses pada 7
Desember 2021 00:17, dari https://www.thehistorypress.co.uk/articles/dr-
guttmann-and-the-paralympic-movement
The Japan Times. 2020. Toyota and Lixil develop mobile washroom for wheelchair
users. Diakses pada 19 Desember 2021 14:55 WIB, dari
https://www.japantimes.co.jp/news/2020/12/27/business/corporate-
business/toyota-lixil-portable-washroom-wheelchair/
The Japan Times. 2019. Man accused of 2016 mass murder at Sagamihara care
home to plead not guilty at trial. Diakses pada 10 Januari 2022 22:10 WIB,
dari https://www.japantimes.co.jp/news/2019/12/14/national/crime-
legal/man-accused-2016-mass-murder-sagamihara-care-home-plead-not-
guilty/
The Mainichi. 2016. Massacre suspect detailed murder plan in letter to lower house
speaker. Diakses pada 12 Januari 2022 14:49 WIB, dari
https://mainichi.jp/english/articles/20160727/p2a/00m/0na/012000c
Yomiuri Shimbun Online. Diakses pada 12 Januari 2022 19:50 WIB, dari
http://www.yomiuri.co.jp/photograph/news/article.html?id=20170224-
OYT1I50009
まあらいく. 上山友裕の父親のこと出身大学や病気の経緯・嫁やプロフィールな
ど . Diakses pada 19 Desember 2021 22:27 WIB, dari
https://mfasting.net/tomohiro-ueyama-university/
町田・相模原業務核都市基本構想(素案)へのご意見と都の考え方. Diakses
pada 9 Januari 2022 21:25 WIB, dari
https://www.toshiseibi.metro.tokyo.lg.jp/seisaku/gyomu/gyomu.pdf