Anda di halaman 1dari 80

MOTIVASI DAN MOTIF SATOSHI UEMATSU SEBAGAI

PELAKU KEKERASAN TERHADAP PENYANDANG


DISABILITAS DI KOTA SAGAMIHARA, PREFEKTUR
KANAGAWA JEPANG

SKRIPSI

NAUFAL ALIF ARIYOBIMO


2017110006

PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN JEPANG


FAKULTAS BAHASA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
2022
MOTIVASI DAN MOTIF SATOSHI UEMATSU SEBAGAI
PELAKU KEKERASAN TERHADAP PENYANDANG
DISABILITAS DI KOTA SAGAMIHARA, PREFEKTUR
KANAGAWA JEPANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Linguistik

NAUFAL ALIF ARIYOBIMO


2017110006

PROGRAM STUDI BAHASA DAN KEBUDAYAAN JEPANG


FAKULTAS BAHASA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
2022
iv

ABSTRAK

Nama : Naufal Alif Ariyobimo

NIM : 2017110006

Program Studi : Bahasa dan Kebudayaan Jepang

Judul Skripsi : Motivasi dan Motif Satoshi Uematsu Sebagai Pelaku


Kekerasan Terhadap Penyandang Disabilitas di Kota
Sagamihara, Prefektur Kanagawa Jepang

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi dan motif kekerasan
yang dilakukan oleh pelaku terhadap penyandang disabilitas di Kota Sagamihara,
Prefektur Kanagawa Jepang. Salah satu kasus kekerasan yang terjadi di Jepang pada
penyandang disabilitas yaitu kasus pembunuhan di kota Sagamihara, prefektur
Kanagawa. Kekerasan yang terjadi dilakukan oleh Satoshi Uematsu sebagai pelaku
dengan melakukan pembunuhan sebanyak 19 orang penyandang disabilitas di
Tsukui Yamayuri En. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan
teknik pengumpulan data melalui metode kepustakaan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Satoshi Uematsu memiliki motivasi yang dilatarbelakangi
oleh keadaan para staff Tsukui Yamayuri En yang kelelahan dan anggapan bahwa
penyandang disabilitas hanya membawa kesengsaraan. Motif pelaku melakukan
kekerasan tersebut berupa pembunuhan dengan menggunakan pisau. dan keluarga
korban menuntut untuk dihukum mati atas perbuatannya.

Kata Kunci: motivasi, kekerasan, disabilitas, Sagamihara,

Universitas Darma Persada


v

概要

名前 : ナウファル アリフ アリヨビモ

学生番号 : 2017110006

学科 : 日本語 日本文化

題名 : 日本、神奈川県、相模原市で植松聡のやる気と暴力的に障害
者に於ける

この研究は日本、神奈川県、相模原市で犯人のやる気と暴力的に障害者に於
ける知るためである。神奈川県、相模原市に暗殺事件障害者のその一つの事件
である。障害者の暴力に於けるは津久井やまゆり園で約19人に植松聡に暗殺
した。使用した研究方法は、定性的な方法、産雇文献である。この研究の成果
は、植松聡のやる気を持つ、背景で疲れたスタッフの様子や障害者だけが惨め
をもたらすと思う。犯人の動機は、暴力のため暗殺知りナイフをつかう被害者の
家族彼られの行動のため死刑を宣告される要求である。

キーワード: 動機、暴力、障害者、相模原

Universitas Darma Persada


vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Motivasi dan Motif
Satoshi Uematsu Sebagai Pelaku Kekerasan Terhadap Penyandang Disabilitas di
Kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa Jepang” tepat waktu. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Linguistik Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang pada Fakultas Bahasa
dan Budaya Universitas Darma Persada. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai dengan
penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Tia Martia M.Si. selaku Pembimbing I yang telah menyediakan waktu,
tenaga, pikiran, untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Hargo Saptaji, M.A. selaku Pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga, pikiran, untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
3. Bapak Ari Artadi, Ph.D selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Kebudayaan
Jepang Universitas Darma Persada dan Ketua Sidang Skripsi yang telah
meluangkan waktu serta tenaganya untuk menguji skripsi yang telah penulis
lakukan.
4. Ibu Indun Roosiani S.S selaku Penasehat Akademik yang telah
membimbing penulis dengan baik selama 4,5 tahun kuliah di Universitas
Darma Persada.
5. Bapak Dr. Ir. Eko Cahyono, M.Eng selaku Dekan Fakultas Bahasa dan
Budaya.
6. Seluruh Dosen Pengajar Prodi Bahasa dan Kebudayaan Jepang Fakultas
Bahasa dan Budaya yang telah memberikan ilmu dan nasihat yang
bermaanfaat.

Universitas Darma Persada


vii

7. Ibu Ayu Titining Apti, S.Psi. selaku pengajar dan pembimbing yang
memberikan penjelasan dan pemahaman tentang teori-teori psikologi.
8. Ibu Nur Ainy Sadijah, S.Psi,. M.Si, selaku pengajar dan pembimbing yang
memberikan penjelasan dan pemahaman tentang teori-teori psikologi.
9. Kedua orangtua penulis yang dihormati dan dicintai oleh penulis
10. Seluruh teman-teman kelas 04 Angkatan 2017 dari Jurusan Bahasa dan
Kebudayaan Jepang, khususnya kepada Farhan Nismansyah, Dzikry
Junawan Alamsyah, Mochamad Fachrizal, Marcelia Herman, dan Aliansi
Pein Akatsuki.
11. Seluruh teman-teman UMADO Club dari divisi Manga, Kasei, dan Dance
Cover serta para staff yang ada didalam club yang sudah memberikan
banyak dukungan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.
12. Nanda Liza Novianti salah satu orang yang sempat membantu penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini hingga selesai dan salah satu junior terbaik yang
saya kenal hingga saat ini.

Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan ilmu


pengetahuan maupun kesalahan dalam pengolahan kata dan kalimat. Oleh karena
itu, penulis menerima segala bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun dari
para pembaca maupun berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik
dan bermanfaat bagi segala pihak yang membutuhkannya. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 16 Februari 2022

Naufal Alif Ariyobimo

Universitas Darma Persada


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Penelitian Relevan ............................................................................ 6
1.3 Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
1.4 Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
1.5 Perumusan Masalah.......................................................................... 8
1.6 Tujuan Penelitian.............................................................................. 8
1.7 Manfaat Penelitian............................................................................ 9
1.8 Landasan Teori ................................................................................. 9
1.8.1 Kekerasan ................................................................................ 9
1.8.2 Motif ...................................................................................... 10
1.8.3 Motivasi ................................................................................. 11
1.8.4 Disabilitas.............................................................................. 11
1.9 Metode Penelitian........................................................................... 12
1.10 Sistematika Penulisan ................................................................... 13
BAB II GAMBARAN UMUM DAN KEHIDUPAN PENYANDANG
DISABILITAS DI JEPANG ................................................................ 14
2.1 Pengertian Penyandang Disabilitas ................................................ 14
2.2 Jenis-jenis Penyandang Disabilitas ................................................ 16
2.3 Kehidupan penyandang disabilitas di Jepang ................................ 22
2.3.1 Undang-undang tenaga kerja penyandang disabilitas di Jepang
....................................................................................................... 24
2.3.2 Pekerja penyandang disabilitas di jepang.............................. 27
ix

2.3.3 Fasilitas untuk penyandang disabilitas di Jepang .................. 29


2.3.4 Paralympic Tokyo 2020 ........................................................ 32
BAB III MOTIVASI DAN MOTIF SATOSHI UEMATSU SEBAGAI PELAKU
KEKERASAN TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS DI
KOTA SAGAMIHARA, PREFEKTUR KANAGAWA JEPANG ..... 35
3.1 Kota Sagamihara ............................................................................ 35
3.2 Fasilitas Tsukui Yamayuri En ........................................................ 36
3.2.1. Rumah Kelompok Tsukui/Group home................................ 38
3.2.2. Kantor Support Center Life .................................................. 39
3.2.3. Kegiatan di fasilitas Tsukui Yamayuri En ........................... 40
3.3 Terjadinya aksi kekerasan di fasilitas Tsukui Yamayuri En kota
Sagamihara, prefektur Kanagawa .................................................. 44
3.3.1 Latar belakang Satoshi Uematsu ........................................... 46
3.3.2 Kronologi peristiwa yang terjadi di Tsukui Yamayuri En ..... 52
3.4 Analisis motif dan motivasi pelaku kekerasan terhadap penyandang
disabilitas di kota Sagamihara, prefektur Kanagawa..................... 55
3.5 Kondisi pelaku setelah melakukan tindak kekerasan kepada
penyandang disabilitas di kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa 57
3.6 Kondisi keluarga korban setelah terjadinya kasus kekerasan pada
penyandang disabilitas di kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa. 58
BAB IV SIMPULAN ........................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63

Universitas Darma Persada


x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Yasuhiko Funago (sebelah kiri) dan Eiko Kimura (sebelah kanan)
....................................................................................................... 27
Gambar 2.2 Yasuhiko Funago yang mengidap Amyotrophic Lateral Sclerosis
(ALS) sehingga kehilangan mobilitas pada anggota tubuhnya ..... 27
Gambar 2.3 Eiko Kimura yang mengidap Cerebral pals sejak usia delapan tahun.
....................................................................................................... 28
Gambar 2.4 Tactile Paving atau Tenji Burokku yang ada di stasiun Jepang..... 30
Gambar 2.5 Toilet serbaguna di stasiun shinkansen ......................................... 30
Gambar 2.6 Mobile toilet yang dikembangkan oleh Toyota Motor Corp. dan Lixil
Corp ............................................................................................... 31
Gambar 2.7 Paralimpiade pertama yang disenggelarakan di Stoke Mandeville,
Britania Raya, 1948 ....................................................................... 32
Gambar 2.8 Atlet Panahan Pria Jepang Ueyama Tomohiro .............................. 33
Gambar 2.9 Atlet cabang olahraga Badminton tunggal putra Kajiwara Daiki.. 34
Gambar 3.1 Peta Kota Sagamihara Prefektur Kanagawa jepang ...................... 35
Gambar 3.2 津久井やまゆり園 (Tsukui Yamayuri En) ..................................... 36
Gambar 3.3 Tsukui Yamayuri En setelah renovasi ........................................... 37
Gambar 3.4 つくいホーム/グループホーム Tsukui Home/Group Home....... 38
Gambar 3.5 Kegiatan para penyandang disabilitas di fasilitas Group Home .... 39
Gambar 3.6 Tempat konsultasi yang berada di distrik Suwarashi, kota
Sagamihara .................................................................................... 40
Gambar 3.7 Tempat fasilitas untuk kegiatan di siang hari penyandang disabilitas
di distrik Negoya, kota Sagamihara............................................... 41
Gambar 3.8 Tempat fasilitas untuk pengembangan kreatifitas di distrik
Suwarashi, kota Sagamihara .......................................................... 42
Gambar 3.9 Hasil kreasi dari penyandang disabilitas di Tsukui Yamayuri En
berupa handuk tangan .................................................................... 42
Gambar 3.10 Fasilitas sepulang sekolah “Mirai” di distrik Wakayanagi, kota
Sagamihara .................................................................................... 43
Gambar 3.11 Kegiatan bersama penyandang disabilitas anak-anak di dalam
fasilitas “Mirai” ............................................................................. 43

Universitas Darma Persada


xi

Gambar 3.12 Sebuah ambulans di luar fasilitas untuk penyandang disabilitas di


mana setidaknya 19 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam
serangan pisau di Sagamihara ....................................................... 46
Gambar 3.13 Tattoo Uematsu yang bergambar Hannya dan Okame dibagian
belakang tubuhnya ......................................................................... 49
Gambar 3.14 Rumah Satoshi Uematsu setelah di tinggal orang tuanya ............. 51
Gambar 3.15 Tiga lembar surat yang dikirim oleh Satoshi Uematsu ................. 51
Gambar 3.16 Mobil yang digunakan Satoshi Uematsu Ketika melakukan
penyerangan di Tsukui Yamayuri En ............................................ 53
Gambar 3.17 Cable Ties yang berlumuran darah didalam mobil Satoshi Uematsu
....................................................................................................... 54
Gambar 3.18 Foto yang di posting oleh Uematsu di Twitter setelah melakukan
kekerasan ....................................................................................... 54
Gambar 3.19 Foto Miho ketika kelas satu sekolah menengah pertama .............. 59
Gambar 3.20 Foto Miho ketika berumur 19 tahun. Setelah masuk ke Tsukui
Yamayuri En pada bulan April 2016 ............................................. 59
Gambar 3.21 Foto Miho di paruh kedua hidupnya ............................................. 59
Gambar 3.22 Foto Miho berumur 8 tahun. Sedang memasukkan jari tengah dan
jari manis ke mulutnya .................................................................. 60

Universitas Darma Persada


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Disabilitas merupakan istilah yang diperuntukkan bagi orang-orang yang
memiliki kebutuhan khusus secara fisik maupun mental. Bagi penyandang
disabilitas dengan kondisi fisik dan mental yang dialaminya sekarang, membuat
tidak leluasa melakukan aktivitas selayaknya orang normal. Karena kegiatan yang
terbatas, maka para penyandang disabilitas ini memerlukan bantuan orang lain
dalam beraktivitas. Para penyandang disabilitas tidak hanya mempunyai
kekurangan, tetapi mempunyai kelebihan, serta kesempatan yang sama untuk
beraktivitas selayaknya orang normal.
Hal ini terbukti penyandang disabilitas juga dapat mengikuti Paralimpiade.
Paralimpiade pertama kali diadakan pada tanggal 29 Juli 1948 di London, Britania
Raya. Dr. Guttmann dikenal sebagai bapak gerakan Paralimpiade, dia adalah pionir
medis yang membuktikan bahwa olahraga penyandang disabilitas bisa sama
kompetitif dan menariknya dengan olahraga orang normal
(https://www.paralympicheritage.org.uk/professor-sir-ludwig-guttmann).
Dr.Guttmann menyelenggarakan kompetisi pertama untuk atlet kursi roda yang
diberi nama Stoke Mandeville Games, sebuah tonggak sejarah dalam sejarah
Paralimpiade. Dr. Guttmann melibatkan 16 prajurit perang dunia kedua (14 pria dan
2 wanita) yang mengalami cedera tulang belakang (Spinal Injury) yang ikut serta
dalam memanah (https://www.thehistorypress.co.uk/articles/dr-guttmann-and-the-
paralympic-movement/).
Selain dibidang olahraga para penyandang disabilitas pun khususnya di
Jepang diberi kesempatan bekerja di perusahaan. Hal itu diperkuat oleh undang-
undang telah disahkan semenjak 30 tahun yang lalu dikutip dalam website
http://www.japantimes.co.jp/life/2006/08/27/to-be-sorted/isdisability-still-a-dirty-
word-in-japan/#.VyDOB9SLTMx.
2

“Thirty years ago the Japanese goverment passed the Law for
Employment Promotion, etc. Of Person with Disabilities(sic) making
it mandatory for companies to ensure a certain percentage of
disabled people in their workforce. Such as quota system is common
in many advanced countries, besides the United States and Britain,
which instead ban job-related discrimintion against the disabled. In
Japan the law stipulated that 1,8 percent of positions at all private-
sector companies employing 56 or more people should be filled with
people with disabilities. For national and municipal goverments. As
well as goverment affiliated organization, the quota is 2.1 percent.”

Berdasarkan kutipan di atas, tiga puluh tahun yang lalu, pada tahun 1960,
pemerintah Jepang mengesahkan undang-undang mengenai promosi kerja bagi
penyandang disabilitas yang mengharuskan setiap perusahaan memiliki tenaga
kerja penyandang disabilitas. Undang-undang mensyaratkan kuota sebesar 1,8
untuk perusahaan swasta dengan jumlah karyawan 56 orang, dan 2,1 persen untuk
kantor pemerintahan.
Menurut data dari Ministry of Health Labour and Welfare Jepang, hingga
tahun 2015, perusahaan-perusahaan swasta secara umum belum memenuhi kuota
2% untuk para penyandang disabilitas. Namun ada beberapa perusahaan yang
mampu melebihi kuota ini, misalnya perusahaan retail pakaian UNIQLO. Hal ini
membuktikan bahwa masyarakat jepang semakin menyadari bahwa penyandang
disabilitas berhak mendapatkan pekerjaan seperti orang normal pada umumnya
(Pertiwi, 2017:4)
Disabilitas berasal dari kata serapan bahasa Inggris yaitu “disability atau
disabilities” yang menggambarkan adanya ketidakmampuan atau kekurangan yang
terdapat pada fisik maupun mental, sehingga menyebabkan terjadinya keterbatasan
pada penderita disabilitas untuk melakukan suatu aktivitasnya
(https://puspensos.kemensos.go.id/mengenal-berbagai-payung-hukum-terkait-
dengan-disabilitas-pada-peringatan-hari-disabilitas-internasional-2020).
Penyandang disabilitas tidak hanya memiliki keterbatasan fisik namun,
namun juga mempunyai kesulitan untuk berinteraksi, berpartisipasi secara penuh
dan maksimal di tengah masyarakat. Setiap negara di dunia, penduduknya ada
penyandang disabilitas, salah satunya adalah negara Jepang. Berdasarkan artikel

Universitas Darma Persada


3

dari Asahi.com yang ditulis oleh Keisuke Sato dengan judul 障害ある人は936万
人 人口の7.4%厚労省推計 (Shougai aru hito wa 936 man nin jinkō no 7.4%
Kōrōshō suikei) dalam website
https://www.asahi.com/articles/ASL495Q7BL49UTFK01W.html yang dirilis pada
tanggal 9 April 2018 menyatakan bahwa

こう せい ろうどうしょう ここのか からだ こころ しょうがい ひと かず


厚生労働省 は ;9日、 体 や 心 などに障害 がある人 の数
やく 9 3 6 ま ん 6 せ ん に ん すいけい こうひょう ぜんかい 2 0 1 3 ね ん すいけい やく
が約936万6千人 との推計 を公表 した。前回2013年 の推計 (約
787まん9せんにん やく 1 4 9 ま ん に ん ふ え た に ほ ん ぜんじんこう
787万9千人 ) よ り 、 ;約149万人増えた 。 日本 の 全人口 に
し め る わりあい やく やく ふ え た
占める割合も、約6・2%から約7・4%に増えた。

Terjemahan bebas dari kutipan di atas: Kementerian Kesehatan,


Tenaga Kerja dan Kesejahteraan mengumumkan pada tanggal 9
bahwa jumlah penyandang cacat fisik dan mental diperkirakan
sekitar 9.366.000. Ini meningkat sekitar 1.49 juta dari perkiraan 2013
sebelumnya (sekitar 7.879 juta). Persentase total penduduk Jepang
juga meningkat dari sekitar 6,2% menjadi sekitar 7,4%.

Berdasarkan kutipan di atas bahwa survei yang telah diumumkan oleh Kementrian
Kesehatan, Tenaga kerja dan Kesejahteraan Jepang pada tanggal 9 April 2018
menyatakan bahwa jumlah penyandang disabilitas fisik dan mental diperkirakan
sebanyak 9.366.000 jiwa. Jumlah ini meningkat sebanyak 1.49 juta jiwa dari
perkiraan pada tahun 2013 sebelumnya sebanyak 7.879 juta jiwa.

Untuk memudahkan para penyandang disabilitas dalam beraktifitas,


pemerintah Jepang membangun fasilitas khusus untuk penyandang disabilitas.
Berdasarkan artikel dari www.japan-experience.com yang dirilis pada tanggal
23 April 2018 yang ditulis oleh J.L.dengan judul artikel “Disabled Access In Japan”
dalam website https://www.japan-experience.com/to-know/visiting-
japan/disabled-access-in-japan menyatakan bahwa

In 2008, the Ministry of Land, Infrastructure and Tourism introduced


the new "Barrier-free" law to improve accessibility in everyday life.
It's introduced for the safety of the elderly, the number of whom is

Universitas Darma Persada


4

constantly growing in Japan, but also for a whole category of people


with disabilities, both temporary and permanent (blind, deaf,
physically disabled in a wheelchair, etc.).

Berdasarkan kutipan di atas bahwa pada tahun 2008, Kementerian Infrastruktur,


dan Pariwisata memperkenalkan undang-undang "Barrier-free" yang baru untuk
meningkatkan aksesibilitas dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang ini
diperkenalkan untuk keselamatan lansia yang jumlahnya terus bertambah di Jepang,
tetapi juga untuk seluruh kategori penyandang cacat, baik penyandang disabilitas
sementara maupun penyandang disabilitas permanen (tunanetra, tunarungu, cacat
fisik di kursi roda, dll).
Penyandang disabilitas dilain pihak mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan dari orang lain yaitu berupa kekerasan dan pelecehan. Hal tersebut
seperti yang tertulis dalam artikel Nishinippon.co.jp dengan judul
泣き寝入りも…障害者への性暴力の実態 「人間として扱われていない」 30 歳
未満の被害の半数超 (Nakineiri mo… shougaisha e no sei bouryoku no jittai
(ningen to shite atsukawareteinai) 30-sai-miman no higai no hanshu-chou) dalam
website https://www.nishinippon.co.jp/item/n/511765 menyatakan bahwa

ないかくふ 2017 - 1 8 ね ん ぜ んこく そ うだ ん し え ん だんたい たいしょう


内閣府 が ;2017-18 年 に全国 の相談 ・支援団体 を対象 に
おこなったち ょ う さ しょうがい う む かいとう 3 0 さい み ま ん
行った調査では、障害の有無について回答があった30歳未満の
せい ひ が い じ れ い 1 2 7 けん しょうがい じ れ い 7 0 けん
性被害事例127件のうち、障害があるとみられる事例は70件あり、
55 し め た うちわけ はったつしょうがい 1 6 けん せいしんしょうがい 1 9 けんさんかく
55%を占めた 。その内訳 は、発達障害16件 ▽精神障害19件 ▽
け い ど ち て き しょうがい 9 けんー り じ ち ょ う なかのひろみ
軽度知的障害9件‐ など。しあわせなみだ理事長 の中野宏美 さん
42 かいがい ちょうさ しょうがい ひと ひと や く 3 ばい
(42)は「 ;海外の調査で、障害のある人はない人の約3倍、
せい ぼうりょく けいけん せつめい
性暴力を経験しているというデータもある」と説明する。

Terjemahan bebas dari kutipan di atas: Dalam survei yang dilakukan


oleh Cabinet Office mengenai kelompok konsultasi dan dukungan
nasional pada tahun 2017-18, 70 dari 127 kasus kekerasan seksual di
bawah usia 30 tahun yang menjawab apakah mereka memiliki
disabilitas dianggap memiliki disabilitas atau tidak. Kasus, terhitung
55%. Rinciannya adalah 16 kasus Developmental Disorder, 19 kasus
gangguan mental, 9 kasus cacat intelektual ringan dan lain-lain.

Universitas Darma Persada


5

Hiromi Nakano (42), ketua Shiawase Namida, menjelaskan, "Ada


data dari survei luar negeri bahwa penyandang disabilitas mengalami
kekerasan seksual sekitar tiga kali lebih banyak dari mereka yang
bukan penyandang disabilitas."

Hasil survei yang dilakukan Cabinet Office mengenai kelompok konsultasi dan
dukungan nasional mengatakan bahwa pada tahun 2017-2018, ada 127 kasus
kekerasan, diantaranya ada 70 kasus kekerasan seksual terjadi pada usia dibawah
30 tahun. Rincian kasusnya yaitu 16 kasus yang terjadi kepada penyandang
disabilitas gangguan perkembangan, 19 kasus kepada penyandang disabilitas
gangguan mental, 9 kasus kepada penyandang disabilitas gangguan intelektual
tingkat ringan, dan lain lain. Ketua Shiawase Namida (organisasi yang melindungi
korban dari kekerasan seksual), Hiromi Nakano, menjelaskan bahwa berdasarkan
data dari survei luar negeri, penyandang disabilitas mengalami kekerasan sekitar
tiga kali lebih banyak daripada mereka yang bukan penyandang disabilitas.
Salah satu kasus kekerasan pada penyandang disabilitas terjadi di Jepang
yaitu kasus pembunuhan di kota Sagamihara, prefektur Kanagawa. Kekerasan yang
dilakukan oleh Satoshi Uematsu dengan melakukan pembunuhan terhadap 19
penyandang disabilitas di Tsukui Yamayuri en. Dalam Website The Guardian
https://www.theguardian.com/world/2016/jul/25/tokyo-knife-attack-stabbing-
sagamihara dengan judul artikel (Japan knife attack: stabbing at care centre leaves
19 dead)

A man who claimed he wanted to kill disabled people left at least 19 dead
and 26 others injured after a knife attack at a care facility in Japan.
Petrified staff at the Tsukui Yamayuri En (Tsukui Lily Garden) facility in
Sagamihara, south of Tokyo, called police at about 2.30am local time
after the suspect, named as Satoshi Uematsu, launched his attack. It was
the country’s worst mass killing in decades.

Berdasarkan kutipan di atas bahwa seorang pria mengaku ingin membunuh


penyandang disabilitas, yang mengakibatkan 19 orang tewas dan 26 orang lainnya
luka-luka setelah diserang menggunakan pisau di Tsukui Yamayuri En (Panti
Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas) di Jepang. Seorang staf yang
membantu ditempat tersebut, di Sagamihara, bagian selatan Tokyo, menghubungi

Universitas Darma Persada


6

polisi sekitar pukul 2.30 pagi waktu setempat setelah tersangka bernama Satoshi
Uematsu, melancarkan serangannya. Hal itu merupakan pembunuhan massal
terburuk di Jepang dalam beberapa dekade.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis ingin mengetahui motivasi dan
motif Satoshi Uematsu melakukan kekerasan terhadap penyandang disabilitas di
kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa.

1.2 Penelitian Relevan


Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini
adalah:
1.) Penelitian yang dilakukan oleh Cita Pertiwi dari Universitas Darma Persada
(2017) tentang “Penyerapan Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas Di
Jepang” yang hasil penelitiannya adalah bahwa Pemerintah Jepang cukup
memperhatikan kesejahteraan penyandang disabilitas, misalnya dengan
membuat undang-undang yang berkaitan dengan kesejahteraan penyandang
disabilitas. Salah satu hukum ini adalah Shougaisha Koyou No Shokushin
Nado Ni Kansuru Houritsu, salah satu poin dalam undang-undang ini
dipersyaratkan bahwa perusahaan swasta wajib memenuhi kuota
penyandang disabiltas sebesar 2,0%

2.) Penelitian yang dilakukan oleh Nadia Wafanda dari Universitas Brawijaya
(2018) tentang “Diskriminasi Pekerja Disabilitas Di Jepang Dalam film
Door To Door Karya Yoshida Ken” yang hasil penilitiannya adalah
Intentional, Explicit Discrimination yang merupakan jenis diskriminasi
dilakukan secara sengaja dan lebih mendalam, seperti penghinaan,
pemisahan, penghidaran ataupun serangan fisik. Subtle, Unconscious,
Automatic Discrimination adalah jenis diskriminasi yang dilakukan tanpa
sengaja, tanpa disadari. Pelaku tindakan diskriminasi bisa saja dianggap
membantu namun tak sengaja memberikan kerugian bagi target diskriminasi.

3.) Jurnal yang di tulis oleh Profesor Osamu Nagase dari Ritsumeikan
University melalui Ars Vivendi Journal No. 10 (Desember 2018): 2-7

Universitas Darma Persada


7

Tentang “Sagamihara Attack and Challenges of Community-Living” yang


hasil penilitiannya adalah Pada tanggal 26 Juli 2016, salah satu kejahatan
paling serius yang terjadi di kota Sagamihara., Prefektur Kanagawa, Jepang.
19 orang penyandang cacat intelektual tewas dan 24 orang dengan disabilitas
intelektual terluka oleh seorang pria yang menggunakan pisau. Itu terjadi di
prefektur institusi perumahan dan tersangka pembunuh adalah mantan
karyawan yang memiliki masalah narkoba dan dianut ide-ide ableis terhadap
penyandang disabilitas.
Berdasarkan dari ketiga penelitian di atas, memiliki kesamaan tema yaitu
penyandang disabilitas. Perbedaan dari ketiga penelitian tersebut dengan penelitian
yang penulis lakukan adalah meneliti tentang motivasi dan kecemburuan sosial
sebagai pemicu kekerasan terhadap penyandang disabilitas di kota Sagamihara,
Prefektur Kanagawa Jepang

1.3 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah pada penilitian ini
adalah:
1. Penyandang disabilitas dengan kondisi fisik dan mental yang dialaminya,
membuat tidak leluasa untuk melakukan aktivitas selayaknya orang normal.
2. Jumlah angka kekerasan terhadap penyandang disabilitas di Jepang yang
cukup tinggi.
3. Salah satu kasus terbesar yang memiliki keterkaitan dengan kekerasan
terhadap penyandang disabilitas di Jepang yaitu kasus pembunuhan yang
dilakukan oleh Satoshi Uematsu yang dilakukan di kota Sagamihara,
Prefektur Kanagawa.

1.4 Pembatasan Masalah


Agar penelitian ini tidak terlalu luas maka, penulis membatasi penelitian,
penulis menganalisa motivasi, dan motif serta mengambil kasus yang terjadi di kota
Sagamihara, Prefektur Kanagawa yang terjadi pada tangal 26 Juli 2016.

Universitas Darma Persada


8

1.5 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian ini adalah:
1. Motivasi dan motif apa yang menyebabkan pelaku melakukan kekerasan
terhadap penyandang disabilitas di kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa.
2. Bagaimana kondisi pelaku setelah melakukan tindak kekerasan kepada
penyandang disabilitas di kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa.
3. Bagaimana kondisi keluarga korban setelah terjadinya kasus kekerasan pada
penyandang disabilitas di kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa.

1.6 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan menganalisa motif pelaku melakukan tindakan kekerasan
kepada penyandang disabilitas di kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa,
Jepang.
2. Mengetahui dan memaparkan kondisi pelaku setelah melakukan tindak
kekerasan kepada penyandang disabilitas di kota Sagamihara, Prefektur
Kanagawa.
3. Mengetahui dan memaparkan kondisi keluarga korban setelah terjadinya
kasus kekerasan pada penyandang disabilitas di kota Sagamihara, Prefektur
Kanagawa.

Universitas Darma Persada


9

1.7 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian ini
diharapkan mempunyai manfaat bagi penulis, dan orang-orang yang membaca
penelitian ini. Berikut manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Refrensi untuk penelitian yang memiliki keterkaitan dengan
kekerasan terhadap penyandang disabilitas
b. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi sumber pembelajaran
pada materi Nihon Bunka Shakai.
2. Manfaat Praktis
a. Pembaca
Dapat memberikan informasi kepada setiap pembaca bahwa
manusia tidak ada yang sempurna. Para penyandang disabiltas juga
hidup layaknya orang normal. Kita sebagai manusia yang diberi
kesempurnaan hidup layaknya orang normal tetap bersyukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Seharusnya kita memberikan semangat
kepada para penyandang disabilitas ini untuk bergerak maju untuk
kehidupan yang lebih baik.
b. Penulis
Adanya penilitian ini dapat memberikan wawasan dan ilmu
pengetahuan untuk penulis tentang disabilitas, jenis-jenis disabilitas,
dan aktivitas keseharian seorang disabilitas.

1.8 Landasan Teori


1.8.1 Kekerasan
Menurut Robert Audi (dalam Anjari, 2014:2), kekerasan adalah
serangan atau penyalahgunaan kekuatan secara fisik terhadap seseorang
atau binatang; serangan atau penghancuran, perusakan yang sangat keras,
kasar, kejam, dan ganas atas milik atau sesuatu yang sangat potensial dapat
menjadi milik seseorang. Kekerasan menunjukkan adanya tekanan yang di

Universitas Darma Persada


10

luar batas kemampuan obyek yang terkena kekerasan dan dapat berakibat
pada kerusakan fisik maupun psikis atau kejiwaan.
Menurut Prof. Noach seorang ahli kriminologi mengatakan bahwa
kriminalitas terjadi karena pengaruh faktor keturunan atau faktor
lingkungan, ahli kriminologi tersebut menarik kesimpulan sebagai berikut:
“decriminaliteit van de normale mens is een gevolg van aanleg en milieu
beide, waarbij nu eens de ene, dan weer de andere factor overweegt en
waaarbij de beide factoran elkaar ook wederkerig kunnen beinvloeden”.
Jadi menurut beliau, kriminaliteit manusia normal adalah akibat baik dari
faktor keturunan maupun daripada faktor lingkungan, dimana kadang-
kadang faktor keturunan dan kadang kadang pula faktor lingkungan
memegang peranan utama dan dimana kedua faktor itu dapat juga saling
mempengaruhi (Ahmadi, 1985:105).

1.8.2 Motif
Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua
penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan ia berbuat sesuatu. Semua tingkah laku manusia pada
hakikatnya mempunyai motif. Juga tingkah laku yang disebut tingkah laku
secara refleks dan yang berlangsung otomatis, mempunyai maksud tertentu
walaupun maksud itu tidak senantiasa sadar bagi manusia. Motif-motif
manusia dapat bekerja secara sadar, dan juga tidak secara sadar bagi diri
manusia (Gerungan, 1991:140).
Menurut Rochman Natawijaya (dalam Muffidah, 2019:12), motif
adalah setiap kondisi atau keadaan seseorang atau suatu organisme yang
menyebabkan atau kesiapannya untuk memulai atau melanjutkan suatu
serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Berdasarkan kedua teori di atas maka penulis menarik kesimpulan
bahwa motif adalah penggerak dan pendorong dalam diri manusia untuk
melakukan serangkaian tingkah laku dan perbuatan.

Universitas Darma Persada


11

1.8.3 Motivasi
Motivasi adalah suatu pola pemikiran mengenai terjadinya perilaku
(Irwanto, 2002:193). Menurut Abraham Maslow (dalam Prihartanta,
2015:5), mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki
kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk
piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat
kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai
dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks;
yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan
pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum
kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting:

1. Physiological Needs (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)


2. Safety Needs (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
3. Social Needs (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
4. Esteem Needs (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan
dukungan serta pengakuan)
5. Self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri)
Berdasarkan kedua teori diatas bahwa motivasi adalah kerangka
penggerak dalam diri manusia untuk melakukan serangkaian tingkah laku
dan perbuatan.

1.8.4 Disabilitas
Menurut John Maxwell difabel adalah orang yang memiliki kelainan
fisik atau mental yang dapat mengganggu atau sebagai rintangan baginya
dalam melakukan aktivitas (Sugiono, 2014:21). Menurut Goffman
sebagaimana dikemukakan oleh Johnson, mengungkapkan bahwa masalah
sosial utama yang dihadapi penyandang cacat “disabilitas” adalah bahwa
mereka abnormal dalam tingkat yang sedemikian jelasnya sehingga orang
lain tidak merasa enak atau tidak mampu berinteraksi dengannya.
Lingkungan sekitar telah memberikan stigma kepada penyandang cacat,

Universitas Darma Persada


12

bahwa mereka dipandang tidak mampu dalam segala hal dan merupakan
penyebab dari berbagai masalah. Dalam keadaan yang serba terbatas dan
asumsi negatif dari orang lain, ada sebagian dari mereka yang terus berusaha
untuk tidak selalu bergantung pada orang lain (Istifarroh, Nugroho,
2019:22).
Berdasarkan kedua teori diatas bahwa disabilitas orang yang
memiliki kelainan fisik atau mental yang dapat mengganggu atau sebagai
rintangan baginya dalam melakukan aktivitas

1.9 Metode Penelitian


Metode penelitian kualitatif yaitu dengan teknik pengumpulan data melalui
metode kepustakaan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subyek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memamfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2011:6). Penelitian
kepustakaan yaitu jenis penelitian yang dilakukan dengan membaca buku-buku atau
majalah dan sumber data lainnya untuk menghimpun data dari berbagai literatur,
baik perpustakaan maupun di tempat-tempat lain (Mahmud, 2011:31).

1.10 Sistematika Penulisan


Bab I, pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, penelitian relevan,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
landasan teori, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, gambaran mengenai teori disabilitas dan kehidupan penyandang disabilitas
di Jepang
Bab III, membahas motivasi dan motif Satoshi Uematsu sebagai pelaku kekerasan
terhadap penyandang disabilitas di kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa Jepang.
Bab IV, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan dari
keseluruhan pembahasan yang telah dipaparkan di bab sebelumnya.

Universitas Darma Persada


BAB II
GAMBARAN UMUM DAN KEHIDUPAN PENYANDANG
DISABILITAS DI JEPANG

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum penyandang


disabilitas seperti pengertian penyandang disabilitas, jenis- jenis penyandang
disabilitas dan kehidupan penyandang disabilitas yang ada di Jepang berdasarkan
sumber yang terpercaya.

2.1 Pengertian Penyandang Disabilitas


Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang penyandang
disabilitas, penyandang disabilitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama
yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan
kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara
lainnya berdasarkan kesamaan hak (https://pug-pupr.pu.go.id/). Difabel merupakan
akronim dari Different Ability, atau Different Ability People, manusia dengan
kemampuan yang berbeda. Istilah ini digunakan untuk menyebut individu yang
mengalami kelainan fisik. Sedangkan istilah Disabilitas merupakan sebuah
pendekatan demi mendapatkan istilah yang netral dan tidak menyimpan potensi
diskriminasi dan stigmatisasi. Definisi yang diberikan oleh International
Classification of Functioning for Disability and Health, yang kemudian disepakati
oleh World Health Assembly dan digunakan oleh The World Health
Organization (WHO), yaitu “Disability serves as an umbrella term for
impairments, activity limitations or participation restrictions” (Disabilitas adalah
“payung” terminologi untuk gangguan, keterbatasan aktivitas atau pembatasan
partisipasi) (https://www.kemhan.go.id/).

Menurut Goffman sebagaimana dikemukakan oleh Johnson,


mengungkapkan bahwa masalah sosial utama yang dihadapi penyandang cacat
“disabilitas” adalah bahwa mereka abnormal dalam tingkat yang sedemikian
14

jelasnya sehingga orang lain tidak merasa enak atau tidak mampu berinteraksi
dengannya. Lingkungan sekitar telah memberikan stigma kepada penyandang cacat,
bahwa mereka dipandang tidak mampu dalam segala hal merupakan penyebab dari
berbagai masalah. Dalam keadaan yang serba terbatas dan asumsi negatif dari orang
lain, ada sebagian dari mereka yang terus berusaha untuk tidak selalu bergantung
pada orang lain (Istifarroh,Nugroho, 2019:2).

Istilah disabilitas dalam bahasa Jepang dikenal dengan shougai (障害) dan
penyandang disabilitas disebut shougaisha (障害者). Shougai (障害) memiliki arti
rintangan, halangan, kesulitan, gangguan, sha (者) memiliki arti seseorang. Apabila
shougai(障害) dan sha (者) menjadi satu secara bahasa istilah shougaisha (障害
者) adalah “orang memiliki kesulitan atau gangguan”.
Menurut Undang-Undang No.65 tentang Penghapusan Diskriminasi
Terhadap Penyandang Disabilitas tahun 2013 pasal kedua, dalam website
(http://www.japaneselawtranslation.go.jp/law/detail/?id=3052&vm=04&re=02)
definisi penyadang disabilitas adalah sebagai berikut:

しょうがいしゃ し んたい しょうがい ちてき しょうがい せいしんしょうがい はったつしょうがい


障害者 身体障害 、 ;知的障害 、 精神障害 ( 発達障害 を
ふく そ の た しんしん き の う しょうがい い か
;含 む 。 ) その他 の ;心身 の 機能 の 障害 ( 以下
しょうがい そうしょう もの しょうがい お よ び
「 ;障害」と総称する。)がある ;者であつて、障害及び
し ゃ かい てき しょうへき けいぞ くてき にちじょうせいかつ ま た し ゃ かい せいかつ そうとう
社会的障壁 に よ り 継続的 に 日常生活又 は 社会生活 に 相当 な
せいげん う け る じょうたい
制限を受ける状態にあるものをいう。
し ゃ かい てき しょうへき しょうがい もの にちじょうせいかつ ま た し ゃ かい せいかつ
社会的障壁 障害 がある ;者にとつて日常生活又 は社会生活
えい じょう しょうへき し ゃ かい じ ぶつ せいど
を営 む ;上で障壁 となるような 社会 における 事物 、制度 、
か ん こ う かんねん そ の た いっさい
慣行、 ;観念その他一切のものをいう。

Terjemahan bebas dari kutipan di atas: Penyandang Disabilitas:


Disabilitas fisik, disabilitas intelektual, disabilitas mental (termasuk
disabilitas pertumbuhan) adalah individu yang memiliki gangguan
pada fungsi organ atau jiwa, dikarenakan hambatan dan rintangan
sosial, secara terus menerus, dalam kehidupan sehari-hari maupun
kehidupan bermasyarakat mereka memiliki keterbatasan.

Universitas Darma Persada


15

"rintangan sosial" Hal-hal, sistem, kebiasaan, ide-ide dan hal-hal lain


dalam masyarakat yang menjadi halangan bagi penyandang
disabilitas dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan
bermasyarakat.

Berdasarkan undang-undang diatas bahwa Penyandang Disabilitas adalah individu


yang memiliki gangguan pada fungsi organ atau jiwa, dikarenakan hambatan dan
rintangan sosial, secara terus menerus, dalam kehidupan sehari-hari maupun
kehidupan bermasyarakat mereka memiliki keterbatasan. Seperti disabilitas fisik,
disabilitas intelektual, disabilitas mental (termasuk disabilitas pertumbuhan.) Social
barrier yang dimaksud dalam undang-undang diatas yaitu hal-hal, sistem,
kebiasaan, ide-ide dan hal-hal lain dalam masyarakat yang menjadi halangan bagi
penyandang disabilitas dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan
bermasyarakat.

2.2 Jenis-Jenis Penyandang Disabilitas


Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat,
Penyandang Disabilitas dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
A. Cacat Fisik
Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi
tubuh, antara lain gerak tubuh, penglihatan, pendengaran, dan kemampuan
berbicara. Cacat fisik antara lain: a) cacat kaki, b) cacat punggung, c) cacat
tangan, d) cacat jari, e) cacat leher, f) cacat netra, g) cacat rungu, h) cacat wicara,
i) cacat raba (rasa), j) cacat pembawaan. Cacat tubuh atau tuna daksa berasal
dari kata tuna yang berarati rugi atau kurang, sedangkan daksa berarti tubuh.
Jadi tuna daksa ditujukan bagi mereka yang memiliki anggota tubuh tidak
sempurna.
Cacat tubuh dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Menurut sebab cacat adalah cacat sejak lahir, disebabkan oleh
penyakit, disebabkan kecelakaan, dan disebabkan oleh perang.
2. Menurut jenis cacatnya adalah putus (amputasi) tungkai dan lengan;
cacat tulang, sendi, dan otot pada tungkai dan lengan; cacat tulang

Universitas Darma Persada


16

punggung; celebral palsy; cacat lain yang termasuk pada cacat tubuh
orthopedi; paraplegia.
B. Cacat Mental
Cacat mental adalah kelainan mental dan atau tingkah laku, baik cacat
bawaan maupun akibat dari penyakit, antara lain: a) retardasi mental, b)
gangguan psikiatrik fungsional, c) alkoholisme, d) gangguan mental organik
dan epilepsi.
C. Cacat Ganda atau Cacat Fisik dan Mental
Yaitu keadaan seseorang yang menyandang dua jenis kecacatan sekaligus.
Apabila yang cacat adalah keduanya maka akan sangat mengganggu
penyandang cacatnya (https://spa-pabk.kemenpppa.go.id/).

Menurut Reefani (2013:17), penyandang disabilitas dibagi menjadi beberapa


jenis, yaitu:
A. Disabilitas Mental
Disabilitas mental atau kelainan mental terdiri dari:
1. Mental Tinggi. Sering dikenal dengan orang berbakat intelektual, di
mana selain memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata dia
juga memiliki kreativitas dan tanggungjawab terhadap tugas.
2. Mental Rendah. Kemampuan mental rendah atau kapasitas
intelektual/IQ (Intelligence Quotient) di bawah rata-rata dapat
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learnes)
yaitu anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) antara 70-90.
Sedangkan anak yang memiliki IQ (Intelligence Quotient) di bawah
70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
3. Berkesulitan Belajar Spesifik. Berkesulitan belajar berkaitan dengan
prestasi belajar (achievment) yang diperoleh.

Universitas Darma Persada


17

B. Disabilitas Fisik
Disabilitas Fisik atau kelainan fisik terdiri dari:
1. Kelainan Tubuh (Tuna Daksa). Tuna daksa adalah individu yang
memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-
muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan (kehilangan organ tubuh), polio dan lumpuh.
2. Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra). Tunanetra adalah
individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra
dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu: buta total
(blind) dan low vision.
3. Kelainan Pendengaran (Tunarungu). Tunarungu adalah individu
yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen
maupun tidak permanen. Karena memiliki hambatan dalam
pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara.
4. Kelainan Bicara (Tunawicara). Tunawicara adalah seseorang yang
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa
verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain.
Kelainan bicara ini dapat dimengerti oleh orang lain. Kelainan
bicara ini dapat bersifat fungsional di mana kemungkinan
disebabkan karena ketunarunguan, dan organik yang memang
disebabkan adanya ketidaksempurnaan organ bicara maupun adanya
gangguan pada organ motorik yang berkaitan dengan bicara.
C. Tunaganda (disabilitas ganda)
Tunaganda atau penderita cacat lebih dari satu kecacatan (cacat fisik
dan mental) merupakan mereka yang menyandang lebih dari satu jenis
keluarbiasaan, misalnya penyandang tuna netra dengan tuna rungu
sekaligus, penyandang tuna daksa disertai dengan tuna grahita atau
bahkan sekaligus.

Universitas Darma Persada


18

Sedangkan klasifikasi penyandang disabilitas menurut ketentuan Organisasi


Kesehatan Dunia, The World Health Organization (WHO), ada tiga kategori
penyandang disabilitas yaitu :
1. Impairment, yaitu orang yang tidak berdaya secara fisik sebagai
konsekuensi dari ketidaknormalan psikologik, psikis, atau karena kelainan
pada struktur organ tubuhnya. Tingkat kelemahan itu menjadi penghambat
yang mengakibatkan tidak berfungsinya anggota tubuh lainnya seperti pada
fungsi mental. Contoh dari kategori impairment ini adalah kebutaan, tuli,
kelumpuhan, amputasi pada anggota tubuh, gangguan mental
(keterbelakangan mental) atau penglihatan yang tidak normal.
2. Disability, yaitu ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas pada tataran
aktifitas manusia normal, sebagai akibat dari kondisi impairment tadi.
Akibat dari kerusakan pada sebagian atau semua anggota tubuh tertentu,
menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya untuk melakukan aktifitas
manusia normal, seperti mandi, makan, minum, naik tangga atau ke toilet
sendirian tanpa harus dibantu orang lain.
3. Handicap, yaitu ketidakmampuan seseorang di dalam menjalankan peran
sosial-ekonominya sebagai akibat dari kerusakan fisiologis dan psikologis
baik karena sebab abnormalitas fungsi (impairment), atau karena
disabilitas (disability) sebagaimana di atas. Disabilitas dalam kategori ke
tiga lebih dipengaruhi faktor eksternal si individu penyandang disabilitas,
seperti terisolir oleh lingkungan sosialnya atau karena stigma budaya, dalam
arti penyandang disabilitas adalah orang yang harus dibelaskasihani, atau
bergantung bantuan orang lain yang normal (https://www.kemhan.go.id/).

Berdasarkan Undang-Undang no. 84 tahun 1970, di Jepang dikenal beberapa jenis


disabilitas yaitu:
1. Shintai Shougai (身体障害) Shintai shougai atau disabilitas fisik adalah
individu yang mengalami kekurangan atau hambatan pada bagian indera
atau bagian tubuh lainnya. Shintai shougai, secara umum, adalah individu

Universitas Darma Persada


19

yang tidak dapat memfungsikan dengan bebas salah satu bagian tubuhnya.
Shintai shougai dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis di antaranya:
a) Shikaku shougai ( 視 覚 障 害 ) adalah kondisi dimana seseorang
kesulitan melihat benda-benda /tunanetra. Meskipun menggunakan
bantuan alat optik seperti kacamata atau lensa kontak, penyandang
disablitas jenis ini masih tidak dapat melihat dengan baik. Kecacatan
ini bisa bersifat sementara ataupun permanen. Selain orang dengan
kondisi buta total, orang dengan daya penglihatan yang sangat lemah,
orang dengan lapang pandang yang sempit pun termasuk dalam
kategori ini (Medic Medica, 2012:5).
b) Choukaku shougai ( 聴覚障害) adalah individu yang mengalami
kesulitan dalam mendengar suara / tunarungu. Individu ini memiliki
hambatan dalam kemampuan meneruskan rangsang suara, sehingga
menjadi sulit mendengar. Bisa dibilang ‘tidak bisa mendengar’
(Nihonyanagi, 2016:246). Tunarungu, karena tidak bisa mendengar
suara, individu ini pun tidak dapat berbicara maka sering kali disebut
pula tunawicara. atau tunarungu
c) Shitai fujiyu ( 肢 体 不 自 由 ) adalah individu yang mengalami
hambatan yang terjadi karena penyakit ataupun luka sehingga salah
satu anggota tubuh menjadi cacat, misalnya keempat anggota gerak
tubuh, baik bagian atas (lengan), atau anggota gerak tubuh bagian
bawah (kaki), batang tubuh (otot perut, punggung, dada), dan
sebagainya. Karena kecacatan ini, dalam kegiatan sehari-hari,
individu ini pun mengalami hambatan (Nihonyanagi, 2016:223).
Penyandang tunadaksa biasanya mudah dikenali karena mereka
menggunakan alat bantu gerak seperti kursi roda, kaki/lengan
prostetik, dan sebagainya atau tunadaksa
d) Naibu shougai (内部障害) adalah cacat organ dalam yaitu, tidak
berfungsinya kemampuan salah satu organ dalam tubuh seperti
jantung, ginjal, usus dan sebagainya, sehingga berdampak pada

Universitas Darma Persada


20

kehidupan sehari-hari (Nihonyanagi, 2016:235). Menurut shintai


shougaisha fukushi hou, yang termasuk dalam kategori naibu
shougai yaitu kecacatan/kelainan pada jantung, ginjal, organ
pernafasan, kandung kemih, usus. Selain itu, penyakit yang
berhubungan dengan sistem imun seperti HIV/AIDS juga termasuk
dalam kategori ini (Nihonyanagi, 2016:218).
2. Chiteki Shougai (知的障害) atau Disabilitas Intelektual Chiteki Shougai
adalah individu yang memiliki tingkat intelenjensi yang rendah sehingga
mengalami kesulitan dalam berpikir dan mengambil keputusan dalam
kehidupan sehari-hari. Disabilitas intelektual disebut juga tunagrahita.
Tingkat intelejensi ini biasanya dinyatakan dengan IQ (Intelegent Quotient).
Individu dengan tunagrahita umumnya memiliki nilai IQ rendah atau
dibawah rata-rata orang pada umumnya. Nihonyanagi (2016:246)
mendeskripsikan chiteki shougai sebagai individu yang mengalami
hambatan kemampuan intelektual pada saat masa pertumbuhan (hingga
kira-kira usia 18 tahun), karena mengalami hambatan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga orang tersebut memerlukan bantuan khusus.
3. Seishin shougai(精神障害)atau Disabilitas Mental Seishin shougai adalah
individu yang mengalami kesulitan dalam pengendalian diri atau
pengendalian emosi. Nihonyanagi (2016:261) menyatakan bawa disabilitas
mental merupakan penyakit pada otak yang disebabkan oleh macam-macam
faktor, di antaranya stress dan lain sebagainya, serta efek-efek yang
ditimbulkannya. Disabilitas mental disebut pula tunalaras. Menurut Seishin
Hoken Oyobi Seishin Shougai Fukushi ni Kansuru Houritsu (undang-
undang mengenai kesejahteraan penyandang disabilitas mental), yang
termasuk dalam disabilitas mental antara lain skizofrenia, gangguan bipolar,
dan Higher Brain Dysfunction. Istilah seishin shougai pun dapat diterapkan
terhadap orang yang kecanduan zat psikoaktif atau narkotik. Menurut
Nihonyanagi (2016:262) terdapat beberapa hal yang memicu terjadinya
disabilitas mental:

Universitas Darma Persada


21

a) Pertama penyebab dari sisi psikologis (shin’insei). Pada mulanya


kemampuan otak individu tersebut normal, namun karena stress,
kinerja otak menjadi menurun, keadaan perasaan dan pikiran
menjadi bias. Dapat juga terbentuk karena penyakit yang
berhubungan dengan stres misalnya depresi.
b) Kedua penyebab dari sisi internal, yaitu individu tersebut memang
sudah memiliki kelainan fungsi otak bawaan sejak lahir. Hal ini
misalnya pada penderita skizofrenia dan gangguan bipolar.
c) Ketiga, faktor eksternal. Karena suatu kecelakaan atau penyakit
sehingga fungsi otak menjadi terganggu, atau karena penggunaan
obat-obatan psikotropika ataupun alkohol sehingga menjadi
kecanduan.
4. Hattatsu Shougai( 発 達 障 害 ) atau Developmental Disability. Menurut
Shougaisha Kihon Hou, jenis disabilitas ini termasuk dalam seishin shougai.
Contoh Developmental Disability antara lain autisme, Sindrom Aspergers,
learning disability (LD), Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD),
dan sebagainya (Martia, Suwandany, Rismayanti, 2018:7-9).

2.3 Kehidupan Penyandang Disabilitas di Jepang


Jepang merupakan negara yang ramah terhadap penyandang disabilitas
Keadaan aksesibilitas di Jepang telah meningkat secara dramatis dalam beberapa
dekade terakhir dengan dorongan menuju fasilitas "Barrier-free" yang dapat
dinavigasi oleh kursi roda, toilet serbaguna dan lift lebar dengan tombol yang
diturunkan. Sebelum pertengahan 1900-an, hampir tidak ada undang-undang
tentang hak-hak penyandang disabilitas di Jepang. Sepanjang sebagian besar
sejarah negara, orang-orang dengan cacat fisik dan penyakit mental dikucilkan dari
masyarakat dan, dalam kasus terburuk, disterilkan secara hukum. Saat ini, ada
undang-undang yang mendorong perusahaan dan organisasi pemerintah untuk
mempekerjakan persentase tertentu dari orang-orang dengan “kelainan fisik,
intelektual, atau mental.

Universitas Darma Persada


22

Undang-undang tersebut adalah Undang-undang nomor 65 tanggal 26 Juni


2013, pasal 1 tentang Penghapusan Diskriminasi Terhadap Penyandang Disabilitas
yang berbunyi

ほうりつ しょうがいしゃ き ほ ん ほ う し ょ う わ よんじゅうごねんほう り つ


こ の ;法律 は 、 障害者基本法 ( 昭和四十五年法律
だいはちじゅうよんごう きほんてき り ね ん すべて
第八十四号 ) の ;基本的 な 理念 に の っ と り 、 全て の
しょうがいしゃ しょうがいしゃ もの ひと き ほ ん て き じ んけ ん きょうゆう こ じ ん
障害者が、障害者でない者と等しく、基本的人権を享有する個人
そんげん お も ん ぜ ら れ そんげん せいかつ ほしょう
としてその尊厳が重んぜられ、その尊厳にふさわしい生活を保障
け ん り ゆ う す る ふ ま え しょうがい り ゆ う さべつ かいしょう
される権利 を有する ことを踏まえ 、障害 を理由 とする差別 の解消
すいしん か ん す るきほんてき じ こ う ぎょうせい き か ん と う お よ び じ ぎょうしゃ
の推進に関する基本的な事項、行政機関等及び事業者における
しょうがい り ゆ う さべつ かいしょう そ ち とう さ だ め る
障害を理由とする差別を解消するための措置等を定めることによ
しょうがい り ゆ う さべつ かいしょう すいしん すべ こくみん
り、障害を理由とする差別の解消を推進し、もって全ての国民が、
しょうがい う む わ け へ だ て ら れ る そ う ご じ んかく こ せい
障害の有無によって分け隔てられることなく、相互に人格と個性を
そんちょう し あ い な が ら きょうせい し ゃ かい じつげん し す る もくてき
尊重し合いながら共生する社会の実現に資することを目的とする。

Terjemahan bebas dari kutipan di atas: Undang-undang ini, sesuai


dengan prinsip-prinsip dasar Undang-Undang Dasar Penyandang
Disabilitas (UU No. 84 Tahun 1970) dan dengan mempertimbangkan
bahwa semua penyandang disabilitas adalah sama dengan
penyandang disabilitas dan berhak atas martabat sebagai individu
untuk menikmati hak asasi manusia yang mendasar, dan untuk
memiliki hak untuk dijamin kehidupan yang sesuai dengan martabat,
bertujuan untuk mempromosikan penghapusan diskriminasi atas
dasar kecacatan, dengan demikian memastikan bahwa tidak ada
warga negara yang didiskriminasi menurut apakah mereka cacat atau
tidak, dan berkontribusi pada perwujudan masyarakat koeksistensi
dengan saling menghormati kepribadian dan individualitas satu sama
lain dengan menyediakan hal-hal dasar yang berkaitan dengan
penghapusan diskriminasi atas dasar kecacatan dan untuk langkah-
langkah penghapusan diskriminasi atas dasar kecacatan oleh organ
administratif , dll. dan perusahaan.

Undang-undang diatas menyebutkan bahwa penyandang disabilitas adalah sama


dengan orang yang bukan penyandang disabilitas. Memiliki hak untuk menikmati
hak asasi manusia, dan berhak atas jaminan kehidupan yang layak. Undang-undang
ini bertujuan untuk mempromosikan penghapusan diskriminasi atas dasar

Universitas Darma Persada


23

kecacatan, dengan demikian memastikan bahwa tidak ada warga negara yang
didiskriminasi apakah mereka memiliki kecacatan atau tidak, dan berkontribusi
pada realisasi masyarakat koeksistensi dengan saling menghormati kepribadian satu
sama lain. Individualitas dengan menyediakan hal-hal dasar yang berkaitan dengan
penghapusan diskriminasi atas dasar kecacatan dan untuk langkah-langkah
penghapusan diskriminasi atas dasar kecacatan oleh organ administratif,
perusahaan, dan lain-lain.

2.3.1 Undang-Undang Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas di Jepang


Tidak hanya undang-undang penghapusan diskriminasi terhadap
penyandang disabilitas, ada juga undang undang yang dapat menunjang kehidupan
penyandang disabilitas di Jepang lebih baik, yaitu undang-undang yang sudah di
sahkan sejak tahun 1960. Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pemerintah
Jepang mengesahkan undang-undang mengenai promosi kerja bagi penyandang
disabilitas yang mengharuskan setiap perusahaan memiliki tenaga kerja
penyandang disabilitas. Undang-undang mensyaratkan kuota sebesar 1,8 untuk
perusahaan swasta dengan jumlah karyawan 56 orang, dan 2,1 persen untuk kantor
pemerintahan (http://www.japantimes.co.jp/life/2006/08/27/to-be-
sorted/isdisability-still-a-dirty-word-in-japan/#.VyDOB9SLTMx).
Hal ini juga tercantum dalam undang-undang Jepang mengenai promosi
pekerjaan dan lain-lain Tahun 1960 no.123 mengenai sistem kuota di setiap
perusahaan di Jepang yang wajib diisi oleh penyandang disabilitas dalam website
https://www.dinf.ne.jp/doc/english/law/japan/30select.html.

The Quota System and Levy and Grant System play the central role
in promoting employment for disabled persons.

The Quota System: General employers including the government and


municipal offices are obligated to employ disabled workers in excess
of the quota.

The legal quota is:


Governmental bodies - 2. 0 % (Non-clerical - 1. 9%)
Private enterprises - 1. 6% (Specialized juridical person - 1. 9%)

Universitas Darma Persada


24

The quota will be changed in 1998 as follows:


Governmental bodies - 2. 1% (Non-clerical - 1. 9%)
Private enterprises - 1. 8 % (Specialized juridical person - 2. 1%)

This ratio does not include mentally ill persons. Employers are
obligated to report the number of disabled workers they employ to
the head of the Public Employment Security Office annually. This
office may announce to the public the names of enterprises who fail
to meet the quota and request them to draw up plan for employment
of disabled persons to meet the quota.

Berdasarkan undang- di atas bahwa Kantor-kantor pemerintahan di tiap wilayah di


Jepang dan juga badan-badan lain yang berhubungan dengan pemerintah memiliki
kuota untuk penyandang disabiltas sebesar 2,0 persen, khusus untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan adminstrasi sebesar 1,9 persen, dan untuk perusahaan swasta
sebesar 1,6 persen, untuk tenaga hukum sebesar 1,9 persen. Namun pada tahun
1998 sistem kuota ini diganti menjadi 2,1 persen untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan pemerintah, 1,8 persen untuk perusahaan swasta, dan 2,1
persen untuk tenaga hukum. Rasio kuota ini tidak termasuk penyandang disabilitas
dengan gangguan mental. Perusahaan wajib melaporkan jumlah pekerja
penyandang disabilitas yang mereka pekerjakan kepada kepala Public Employment
Security Office setiap tahun. Kantor ini dapat mengumumkan kepada publik nama-
nama perusahaan yang tidak memenuhi kuota dan meminta mereka untuk
menyusun rencana mempekerjakan penyandang disabilitas untuk memenuhi kuota.

Untuk perusahaan yang gagal memenuhi kuota untuk pekerja penyandang


disabilitas, akan dikenakan retribusi yang sesuai dalam undang-undang yang sama
yang berbunyi.

Levy and Grant System: This system works by collecting levy from
those enterprises that fail to achieve the quota of disabled workers.
The funds created by the levy system are used to encourage
employers who employ disabled persons above the quota and to
promote disabled workers' employment and improve working
conditions.

Universitas Darma Persada


25

Collection of Levies: ¥50,000 a month per person (with more than


300 full-time employees).

Payment of Adjustment Allowance: ¥25,000 per month per person


will be paid to the employers who employ disabled workers more
than the legal quota (with more than 300 full-time employees).

Payment of Rewards: ¥17,000 per month per person will be paid to


the employers who employ disabled workers in excess of the fixed
number (with less than 300 full-time employees).

Payment of Grants: For establishment of work facilities, special


employment management, vocational adjustment, ability
development, etc. to promote such employment.

Berdasarkan undang-undang di atas bahwa untuk perusahaan yang gagal memenuhi


kuota yang telah ditetapkan oleh undang-undang tersebut maka perusahaan harus
membayar retribusi yang sudah ditetapkan. Dana retribusi tersebut akan digunakan
sebagai pendorong kepada pengusaha yang memberikan pekerjaan kepada
penyandang disabilitas di atas kuota dan mempromosikan pekerjaan pekerja
penyandang disabilitas serta memperbaiki kondisi kerja. Untuk perusahaan yang
gagal memenuhi kuota dikenakan denda sebesar 50.000 yen (dengan jumlah lebih
dari 300 karyawan tetap). Untuk perusahaan yang berhasil memenuhi kuota pekerja
mendapatkan hadiah sebesar 17.000 yen per-orang yang akan diberikan kepada
pengusaha yang mempekerjakan penyandang disabilitas melebihi jumlah tetap
(dengan kurang dari 300 karyawan tetap). Dengan didukung oleh undang-undang
tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa para penyandang disabilitas di Jepang
dijamin kehidupannya untuk dapat hidup mandiri tanpa bergantung kepada orang
lain.

Universitas Darma Persada


26

2.3.2 Pekerja Penyandang Disabilitas di Jepang


Setelah di sahkannya undang-undang tenaga kerja penyandang disabilitas di
Jepang, beberapa penyandang disabilitas yang berhasil terpilih menjadi anggota
parlemen pertama di Jepang yang menyandang disabilitas parah yaitu Yasuhiko
Funago dan Eiko Kimura.

Gambar 2.1 Yasuhiko Funago (sebelah kanan) dan Eiko Kimura (Sebelah kiri)

Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449

Gambar 2.2 Yasuhiko Funago yang mengidap Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) sehingga
kehilangan mobilitas pada anggota tubuhnya

Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449

Yasuhiko Funago mengalami Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS), yang juga


dikenal sebagai penyakit Lou Gehrig. Dia berkomunikasi menggunakan sistem
komputer atau melalui pengasuhnya. Pria berusia 61 tahun itu didiagnosis
mengidap penyakit neurologis progresif pada tahun 2000 dan semenjak saat itu
kehilangan mobilitas anggota tubuhnya. "Saya sangat emosional saat terpilih
sebagai anggota parlemen," kata Funago, setelah pemilihannya pada Juli lalu. "Saya

Universitas Darma Persada


27

mungkin terlihat lemah, tapi saya lebih bernyali ketimbang lainnya, karena ini
adalah masalah hidup dan mati bagi saya."
Adapun Eiko Kimura mengidap cerebral palsy. Dia mengalami
kelumpuhan dari lehernya hingga ke bawah kecuali tangan kanannya. Dia
mengalami disabilitas sejak berusia delapan tahun, tetapi dia sudah lama
mengampanyekan agar kaum difabel mampu berintegrasi lebih baik ke dalam
masyarakat.

Gambar 2.3 Eiko Kimura yang mengidap Cerebral pals sejak usia delapan tahun.

Sumber : https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449

Keduanya terpilih sebagai anggota parlemen melalui partai oposisi


berhaluan kiri, Reiwa Shinsengumi, yang didirikan oleh bekas aktor yang menjadi
politisi, Taro Yamamoto. Mengadvokasi masyarakat yang terpinggirkan, partai ini
terutama berfokus pada orang-orang yang katanya diabaikan dalam masyarakat
tradisional Jepang. Selain para penyandang cacat, para kandidat yang
diperjuangkan oleh partai ini adalah para orang tua tunggal, pekerja paruh waktu
atau anggota minoritas seksual. Reiwa Shinsengumi hanya memenangkan dua kursi
dengan pemimpinnya, Taro Yamamoto, mendapatkan sebagian besar suara Tetapi
dengan adanya kebijakan perwakilan proporsional, partai tersebut berhak mendapat
dua kursi yang ditempati Funago dan Kimura. Setelah mereka terpilih, parlemen
Jepang atau majelis tinggi merenovasi sebagian sarananya untuk memudahkan bagi
dua anggota parlemen baru tersebut. Mereka bukanlah anggota parlemen pertama
yang menggunakan kursi roda, tapi mereka adalah yang pertama dengan disabilitas
parah. Salah-satu modifikasinya adalah melepas kursi, sehingga kursi roda mereka

Universitas Darma Persada


28

bisa disesuaikan. Selain itu sejumlah aturan harus direvisi sehingga memungkinkan
pengasuh mereka dapat mendampingi selama rapat kerja atau acara lainnya
(https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449).

2.3.3 Fasilitas Untuk Penyandang Disabilitas di Jepang


Para penyandang disabilitas pun dalam melakukan aktivitas sehari-harinya
pun ditunjang oleh fasilitas umum yang disediakan oleh pemerintah. Pemerintah
sendiri mengesahkan undang-undang “barrier-free”. Undang-undang ini pertama
kali disahkan pada 20 Desember 2006, undang-undang ini di promosikan untuk
memudahkan aksesibilitas dan mobilitas orang lanjut usia dan penyandang
disabilitas. Latar belakang undang-undang ini ada dikarenakan meningkatnya
populasi lanjut usia dan menurunnya angka kelahiran (Mizumura, Tanpa tahun :2-
3). Ini merupakan standar langkah-langkah untuk mengembangkan lingkungan
barrier-free di hub transportasi umum termasuk stasiun kereta api, bandara,
pelabuhan kapal penumpang, pusat perbelanjaan, tempat umum termasuk jalan,
taman, dan fasilitas parkir luar ruangan. Selain pembangunan infrastruktur fisik,
RUU ini juga mendorong kesadaran dan pemahaman yang lebih besar tentang
kebutuhan lansia dan penyandang disabilitas serta mendorong interaksi dan
dukungan yang lebih luas dari orang lain di masyarakat
(https://www.nippon.com/en/features/jg00087/).
Beberapa fasilitas yang sudah di bangun oleh pemerintah untuk penyandang
disabilitas di Jepang yaitu paving taktil. Dikenal sebagai tenji burokku, ini
digunakan secara luas di tempat umum untuk membantu tunanetra bernavigasi
dengan lebih aman. Ubin yang ditinggikan, dengan punggung lurus yang
menunjukkan jalan ke depan dan gundukan yang memperingatkan adanya
penghalang. Penemu ide tersebut adalah seorang Investor Jepang Miyake Seiichi,
yang menghabiskan uangnya sendiri untuk membuat paving tersebut untuk
membantu seorang teman yang buta. Pertama kali digunakan pada tahun 1967 di
Prefektur Okayama, paving taktil telah menyebar di luar Jepang.

Universitas Darma Persada


29

Gambar 2.4 Tactile Paving atau Tenji Burokku yang ada di stasiun Jepang

Sumber : https://www.nippon.com/en/features/jg00087/

Tidak hanya paving taktil ada juga fasilitas Toilet khusus sering di jumpai di rumah
sakit, shopping mall, supermarket dan di service area atau tempat istirahat di dalam
jalan tol.

Gambar 2.5 Toilet serbaguna di stasiun shinkansen

Sumber : https://www.japan-guide.com/e/e2301.html

Toilet khusus ini biasanya ditemukan di antara toilet pria dan wanita dan biasanya
berukuran besar yang mudah dinavigasi oleh pengguna kursi roda dan terkadang
juga dilengkapi fasilitas ostomate. Fasilitas ini juga ditujukan untuk orang tua
dengan anak kecil dan karena itu juga sering menampilkan meja ganti
popok. Membuka dan menutup pintu dapat dilakukan dengan menekan tombol
besar di samping pintu baik di dalam maupun di luar toilet.
Toilet yang ukurannya lebih luas dari toilet biasa ini biasanya berisi banyak
pegangan pada pinggiran tembok, pinggiran wc dan pada tempat cuci tangannya.

Universitas Darma Persada


30

Keadaan dalam toilet disesuaikan dengan keadaan orang-orang yang berkebutuhan


khusus (https://www.japan-guide.com/e/e2301.html). Tidak hanya toilet di rumah
sakit, shopping mall, supermarket dan di service area atau tempat istirahat di dalam
jalan tol, Toyota Motor Corp. dan Lixil Corp. telah bersama-sama mengembangkan
kamar kecil bergerak untuk pengguna kursi roda dengan harapan dapat membantu
meningkatkan peluang bagi penyandang disabilitas untuk menikmati acara di luar
ruangan di mana toilet dengan konsep barrier-free tidak selalu tersedia. Kamar
mandi pribadi yang luas, yang dapat ditarik dengan mobil, juga akan berguna pada
saat terjadi bencana. Toyota dan Lixil menggabungkan keahlian mereka masing-
masing dalam mobilitas dan toilet bebas penghalang untuk membuat trailer setelah
mendengar bahwa beberapa pengguna kursi roda menahan diri untuk tidak keluar
karena kurangnya toilet yang dapat mereka gunakan, kata seorang pejabat Lixil.

Gambar 2.6 Mobile toilet yang dikembangkan oleh Toyota Motor Corp. dan Lixil Corp.

Sumber : https://www.inkl.com/glance/news/mobile-toilet-for-wheelchair-users-unveiled-in-
japan?section=combined

Kamar mandi pribadi yang luas, yang dapat ditarik dengan mobil, juga akan
berguna pada saat terjadi bencana. Toyota dan Lixil menggabungkan keahlian
mereka masing-masing dalam mobilitas dan toilet bebas penghalang untuk
membuat trailer setelah mendengar bahwa beberapa pengguna kursi roda menahan
diri untuk tidak keluar karena kurangnya toilet yang dapat mereka gunakan, kata
seorang pejabat Lixil. Kamar mandi bergerak diresmikan di sebuah acara di

Universitas Darma Persada


31

Yokohama pada akhir November. Kedua perusahaan akan terus menyiapkannya di


berbagai acara outdoor dan mengumpulkan umpan balik dari pengguna kursi roda
untuk melakukan perbaikan (https://www.japantimes.co.jp/news/2020/12/27/busin
ess/corporate-business/toyota-lixil-portable-washroom-wheelchair/).

2.3.4 Paralympic Tokyo 2020


Kehidupan penyandang disabilitas tidak hanya mendapatkan dukungan dari
pemerintah dengan adanya undang-undang promosi kerja dan fasilitas umum yang
mempermudah kegiatan sehari-hari, penyandang disabilitas juga dapat melakukan
aktivitas olahraga layaknya orang normal dan berkompetisi antara satu dengan yang
lainnya. Aktivitas kompetisi olahraga yang cukup terkenal saat ini adalah
Paralimpiade. Paralimpiade merupakan acara kompetisi olahraga antar negara yang
diadakan empat tahun sekali dan dikhususkan kepada penyandang disabilitas.
Paralimpiade pertama kali diadakan pada tanggal 29 Juli 1948 di London, Britania
Raya. Dr. Guttmann dikenal sebagai bapak gerakan Paralimpiade, dia adalah pionir
medis yang membuktikan bahwa olahraga penyandang disabilitas bisa sama
kompetitif dan menariknya dengan olahraga orang normal
(https://www.paralympicheritage.org.uk/professor-sir-ludwig-guttmann)

Gambar 2.7 Paralimpiade pertama yang disenggelarakan di Stoke Mandeville, Britania Raya, 1948

Sumber : https://www.wheelpower.org.uk/events/evensong-st-pauls-cathedral-celebrate-70-years

Dr.Guttmann menyelenggarakan kompetisi pertama untuk atlet kursi roda yang


diberi nama Stoke Mandeville Games, sebuah tonggak sejarah dalam sejarah
Paralimpiade. Dr. Guttmann melibatkan 16 prajurit perang dunia kedua (14 pria dan

Universitas Darma Persada


32

2 wanita) yang mengalami cedera tulang belakang (Spinal Injury) yang ikut serta
dalam memanah (https://www.thehistorypress.co.uk/articles/dr-guttmann-and-the-
paralympic-movement/). Seiringnya berjalan waktu acara ini terus berkembang dan
berkembang hingga saat ini dan cabang olahraga yang bervariasi. Paralimpiade
terakhir diadakan di Tokyo, Jepang pada tahun 2020, namun acara ini diundur
dikarenakan pandemi Coronavirus-19, sehingga acara ini dilaksanakan pada
tanggal 24 Agustus 2021. Jepang sendiri memiliki beberapa atlet yang akan
mengikuti kompetisi olahraga ini seperti atlet panahan pria Ueyama Tomohiro dan
atlet badminton pria Kajiwara Daiki.

Gambar 2.8 Atlet Panahan Pria Jepang Ueyama Tomohiro

Sumber : https://www.parasapo.tokyo/featured-athletes/ueyama-tomohiro

Ueyama Tomohiro merupakan atlet panahan yang berkompetisi di sektor Recurve.


Ueyama Tomohiro lahirpada tanggal 28 Agustus 1987 di Higashiosaka, prefektur
Osaka, Jepang. Ueyama Tomohiro pertama kali melakukan olahraga memanah
Ketika dia berada di Universitas Doshisha dan aktif dalam liga kansai saat itu. Pada
musim dingin tahun 2010, Ueyama Tomohiro mengalami kesulitan berjalan dan
kakinya bertahap menjadi lumpuh dan tidak bisa bergerak. Prestasi yang
dihasilkannya yaitu juara pertama Para Archery World Event pada tahun 2015 dan
ranking ketujuh di paralympic Rio 2016 (https://mfasting.net/tomohiro-ueyama-
university/). Selain itu cabang olahraga badminton yaitu Kajiwara Daiki. Kajiwara
Daiki merupakan atlet badminton yang berkompetisi di sektor tunggal putra WH2
dan ganda putra bersama Hiroshi Murayama. Kajiwara Daiki lahir pada tanggal 13
November 2001 di Fukuoka, prefektur Fukuoka, Jepang.

Universitas Darma Persada


33

Gambar 2.9 Atlet cabang olahraga badminton tunggal putra Kajiwara Daiki

Sumber : https://www.paralympic.org/news/kajiwara-upsets-top-seed-jung-jun-japan-add-two-
gold-final-day

Daiki mengalami kecelakaan pada usia 13 tahun sehingga dia harus


kehilangan lututnya. Setelah itu, ia mengabdikan diri pada para-badminton dan
berkembang pesat saat berlaga di turnamen internasional 2019, dan menjadi juara
internasional Denmark pertama pada bulan Oktober. Prestasi yang didapatkan oleh
Kajiwara Daiki yaitu medali emas cabang olahraga badminton sector tunggal putra
WH2 Paralimpiade Tokyo 2020 dan medali perunggu cabang olahraga badminton
ganda putra bersama Hiroshi Murayama
(https://en.sports.nhk.or.jp/paralympic/athletes/kajiwara-daiki-10855/).
Secara garis besar penyandang disabilitas di Jepang memiliki kehidupan
yang lebih baik dengan adanya undang-undang dan fasilitas yang mendukung.
Undang-undang tentang penghapusan diskriminasi di Jepang, undang-undang
tenaga kerja di Jepang, dan fasilitas untuk penyandang disabilitas di Jepang. Berkat
dukungan undang-undang dan fasilitas tersebut, penyandang disabilitas dapat hidup
mandiri dan penyandang disabilitas mampu memperoleh prestasi seperti Kajiwara
Daiki, seorang atlet badminton memenangkan medali di Paralimpiade Tokyo 2020.

Universitas Darma Persada


BAB III
MOTIVASI DAN MOTIF SATOSHI UEMATSU SEBAGAI PELAKU
KEKERASAN TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS DI KOTA
SAGAMIHARA, PREFEKTUR KANAGAWA JEPANG

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang motivasi dan motif kekerasan
terhadap penyandang disabilitas di kota Sagamihara, prefektur Kanagawa Jepang.
Dalam bab ini juga penulis menjelaskan secara detail tentang terjadi tindak
kekerasan terhadap penyandang disabilitas di kota Sagamihara, pelaku tindak
kekerasan, tempat kejadian kekerasan, dan motif dan motivasi pelaku melakukan
tindakan tersebut.

3.1. Kota Sagamihara


Gambar 3.1 Peta kota Sagamihara Prefektur Kanagawa jepang

Sumber : https://tokyowestside.com/about/sagamihara.html

Sagamihara ( 相模原 市 Sagamihara-shi) adalah kota yang berbatasan


dengan Tokyo di bagian utara Prefektur Kanagawa. Kota Sagamihara adalah kota
terbesar ketiga di Prefektur Kanagawa setelah Yokohama dan Kawasaki, dan kota
terbesar kelima di zona penyangga wilayah metropolitan Tokyo. Di utara,
terhubung langsung dengan Kota Machida di Tokyo, yang pernah bergabung
dengan Kota Sagamihara menjadi kota setingkat prefektur.
(https://www.toshiseibi.metro.tokyo.lg.jp/seisaku/gyomu/gyomu.pdf).
Kota Sagamihara memiliki nama yang sama dengan Sungai Sagami yang mengalir
dari Gunung Fuji melalui daerah pegunungan, dan mengalir ke Danau Sagami di
35

dekatnya, di kota ini orang-orang dapat merasakan gaya hidup pedesaan Jepang,
menikmati semua pemandangan, hiburan, dan berpartisipasi dalam Festival
Obarajuku Honjin pada bulan November
(https://tokyowestside.com/about/sagamihara.html). Pada akhir tahun 1930-an,
kamp militer Jepang di daerah penghasil sutra sekitarnya menyatukan kota-kota
tetangga Sagamihara dan berkontribusi pada pertumbuhan Kota Sagamihara.
Industri yang berkembang setelah tahun 1955 termasuk pembuatan produk logam,
mesin, peralatan listrik dan makanan olahan. Sagamihara adalah area perumahan
yang terhubung ke area metropolitan dengan kereta api. Beras, gandum, tembakau,
sapi perah dan babi diproduksi di daerah
ini(https://www.britannica.com/place/Sagamihara).

3.2. Fasilitas Tsukui Yamayuri En


Fasilitas untuk penyandang disabilitas 津久井やまゆり園(Tsukui Yamayuri
En) didirikan oleh Prefektur Kanagawa, dijalankan oleh perusahaan kesejahteraan
sosial "Kanagawa Kyodokai" dan memiliki kapasitas 150 orang dan area situs
sekitar 30.890 meter persegi. Rumah dibagi menjadi timur dan barat, dan ada
bangunan kerja, bangunan dapur, peralatan luar ruangan, kolam renang luar
ruangan, gimnasium, dll (http://www.huffingtonpost.jp/2016/07/25/sagamihara_n_
11186432.html).

Gambar 3.2 津久井やまゆり園 (Tsukui Yamayuri En)

Sumber :
https://www.japantimes.co.jp/news/2019/12/14/national/crime-legal/man-accused-2016-mass-
murder-sagamihara-care-home-plead-not-guilty/

Universitas Darma Persada


36

Menurut prefektur, jumlah rawat inap untuk pasien jangka panjang sebanyak 150
orang dan 10 orang untuk jangka pendek, pada tanggal 1 Juli tahun 2016, 149 pasien
jangka panjang (92 laki-laki dan 57 perempuan) antara usia 19 tahun hingga 75
tahun telah telah dirawat. Mereka semua adalah penyandang disabilitas dengan nilai
"4 sampai 6". Ini sesuai dengan peringkat yang lebih tinggi dari 6 yang
menunjukkan perlunya dukungan
(http://mainichi.jp/articles/20160726/k00/00e/040/116000c).
Namun fasilitas ini telah dipindahkan sementara ke Serigaya Yamayuri En
di Daerah Konan, Kota Yokohama mulai tahun 2017. Pada tanggal 1 Agustus tahun
2021 seluruh penyandang disabilitas yang dipindahkan dari Serigaya Yamayuri En
ke Tsukui Yamayuri En yang sudah di renovasi. Setelah renovasi dilakukan, Tsukui
Yamayuri En memiliki kapasitas sebanyak 114 orang.

Gambar 3.3 Tsukui Yamayuri En setelah renovasi

Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/tsukui-yamayurien/

Fasilitas ini juga memiliki staff yang membantu penyandang disabilitas yang ada di
dalam fasilitas ini untuk membantu mandi, buang air besar, dan memberi perawatan
seperti makan, memasak, mencuci, membersihkan dan pekerjaan rumah tangga
lainnya. Para staff pun memberikan dan nasihat tentang kehidupan sehari-hari dan
dukungan lain yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, memberikan
kesempatan untuk kegiatan kreatif dan produksi.
Dalam website resmi tsukui.kyoudoukai.jp tempat rehabilitasi penyandang
disabilitas ini juga memiliki banyak fasilitas yang dapat digunakan oleh
penyandang disabilitas, yaitu

Universitas Darma Persada


37

3.2.1. Rumah Kelompok Tsukui/Group home


つくいホーム/グループホーム atau (Tsukui Home/Group Home)
merupakan fasilitas yang dibuat oleh perusahaan kesejahteraan sosial
“Kangawa Kyodokai” yang memiliki tujuan untuk tempat di mana penyandang
disabilitas dapat hidup dengan tenang di bawah pengaturan penjaga, shift
malam, dan sistem cadangan penuh Tsukui Yamayuri En sehingga penyandang
disabilitas berat dapat meninggalkan fasilitas dan tinggal di rumah kelompok
ini.

Gambar 3.4 つくいホーム/グループホーム Tsukui Home/Group Home

Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/tsukui-home/

Fasilitas rumah kelompok di Tsukui Yamayuri En pertama kali dimulai pada


bulan Agustus tahun 2009. Fasilitas ini memiliki lima rumah kelompok dengan
kapasitas yang berbeda. pertama yaitu rumah kelompok ほほえみ (Hohoemi)
memiliki kapasitas sebesar enam orang dan dioperasikan pada bulan Agustus
tahun 2009. kedua yaitu rumah kelompok えがお (Egao) memiliki kapasitas
sebesar tujuh orang dan dioperasikan pada bulan Agustus tahun 2009. ketiga
yaitu rumah kelompok ねごっち (Negocchi) memiliki kapasitas sebesar enam
orang dan di operasikan pada bulan April tahun 2012. keempaat yaitu rumah
kelompok ウイングハイツ (Wing Heights) memiliki kapasitas sebesar enam
orang dan dioperasikan pada bulan Oktober 2012. kelima yaitu rumah

Universitas Darma Persada


38

kelompok つくいこホーム (Tsukuiko Home) memiliki kapasitas sebesar tujuh


orang dan dioperasikan pada April 2020.

Gambar 3.5 Kegiatan para penyandang disabilitas di fasilitas Group Home

Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/tsukui-home/

Pada awal pembukaan fasilitas ini, para penyandang disabilitas sempat gugup
karena tidak banyak bicara, dan tidak banyak terlihat senyuman. Namun,
seiring berjalannya waktu, secara bertahap terbiasa dengan lingkungan baru,
dan sekarang semua orang tersenyum bahagia.

3.2.2. Kantor Support Center Life


寸沢嵐地区日中活動支援センター「ライフ」atau Suwarashi District
Daytime Activity Support Center “Life” merupakan fasilitas yang berada di
distrik Suwarashi, kota Sagamihara. “Life” yang berasal dari Bahasa Inggris
memiliki arti yaitu kehidupan, fasilitas konseling ini dibuat untuk konsultasi
bersama ketika penyandang disabilitas dan keluarganya yang dapat
memperkaya dan "kehidupan" penyandang disabilitas dan keluarganya.
Fasilitas ini digunakan sebagai kantor dukungan konsultasi khusus yang
menerima konsultasi tentang berbagai kekhawatiran dan masalah yang dimiliki
individu dengan disabilitas fisik, intelektual, dan mental serta keluarganya.

Universitas Darma Persada


39

Gambar 3.6 Tempat konsultasi yang berada di distrik Suwarashi, kota Sagamihara

Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/life/

"Life" dipercayakan oleh Kota Sagamihara untuk mengirimkan konselor Green


Disability Counseling Support Key Station yang dioperasikan Perusahaan
Kesejahteraan Sosial Kota Sagamihara.

3.2.3. Kegiatan di fasilitas Tsukui Yamayuri En


Fasilitas Tsukui Yamayuri En juga memiliki kegiatan yang dapat
dilakukan oleh penyandang disabilitas untuk mengembangkan kemampuan
para penyandang disabilitas dan juga menghibur. Kegiatan tersebut adalah.

3.2.2.1. Kegiatan Soyokaze


根 小 屋 地 区 日 中 活 動 支 援 セ ン タ ー 「 そ よ か ぜ 」 atau
Negoya District Daytime Activity Support Center “Soyokaze”
merupakan fasilitas yang berada di distrik Negoya, kota Sagamihara.
Fasilitas ini digunakan untuk penyandang disabilitas kegiatan di siang
hari, selain membantu bagian hidup dasar, di fasilitas ini juga
melakukan kegiatan yang lainnya seperti musik, rekreasi olahraga,
kegiatan kreatif, kegiatan kerja, jalan-jalan, dan acara musiman.
Fasilitas ini dapat menampung sebanyak 20 orang penyandang
disabilitas dan fasilitas ini ditujukan kepada penyandang disabilitas
dengan umur di atas 18 tahun yang sudah menerima keputusan
penggunaan fasilitas dalam jangka panjang dan memiliki tingkat
kecacatan dalam kategori 3 atau lebih. (orang yang berusia 50 tahun
atau lebih termasuk dalam kategori 2 atau lebih tinggi).

Universitas Darma Persada


40

Gambar 3.7 Tempat fasilitas untuk kegiatan di siang hari penyandang disabilitas di
distrik Negoya, kota Sagamihara

Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/soyokaze/

3.2.2.2. Kegiatan Fan-Fan


寸沢嵐地区日中活動支援センター「ファンファン」atau
Suwarashi District Daytime Activity Support Center “Fan-Fan”
merupakan fasilitas yang berada di distrik Suwarashi, kota Sagamihara.
(Fan Fan) berasal dari serapan Bahasa Inggris yang memiliki arti
senang (Fun Fun) dan di Fasilitas ini digunakan untuk penyandang
disabilitas terutama memberikan kesempatan untuk melakukan
kegiatan kreatif atau kegiatan produksi di siang hari bagi penyandang
disabilitas intelektual. Fan Fan adalah lembaga layanan kesejahteraan
penyandang disabilitas berdasarkan Undang-Undang Dukungan
Komprehensif untuk Penyandang Disabilitas. Fasilitas ini dapat
menampung sebanyak 20 orang penyandang disabilitas dan fasilitas ini
ditujukan kepada penyandang disabilitas dengan umur di atas 18 tahun
yang sudah menerima keputusan penggunaan fasilitas dalam jangka
panjang dan memiliki tingkat kecacatan dalam kategori 3 atau lebih.
(Orang yang berusia 50 tahun atau lebih termasuk dalam kategori 2 atau
lebih tinggi).

Universitas Darma Persada


41

Gambar 3.8 Tempat fasilitas untuk pengembangan kreatifitas di distrik


Suwarashi, kota Sagamihara

Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/fun-fun/

Gambar 3.9 Hasil kreasi dari penyandang disabilitas di Tsukui Yamayuri En


berupa handuk tangan.

Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/about-us/products/

Fasilitas ini para penyandang disabilitas tidak hanya


melakukan hal yang menyenangkan, namun juga membuat kreasi dan
dapat diperjualbeli secara online melalui website resmi
https://tsukui.kyoudoukai.jp/about-us/products/.

3.2.2.3. Kegiatan Mirai


若柳地区放課 後等デイ サ ービス 事 業所「みら い」 atau
Wakayanagi district After-school day service office "Mirai" merupakan
fasilitas yang berada di distrik Negoya, kota Sagamihara.

Universitas Darma Persada


42

Gambar 3.10 Fasilitas sepulang sekolah “Mirai” di distrik Wakayanagi, kota Sagamihara

Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/mirai/

Fasilitas ini digunakan untuk mengasuh penyandang


disabilitas anak-anak dari SD hingga SMA. Fasilitas ini juga
menyediakan program kegiatan bermain dan kelompok sesuai
perkembangan, dan juga sebagai tempat menghabiskan waktu sepulang
sekolah dan libur panjang.

Gambar 3.11 Kegiatan bersama penyandang disabilitas anak-anak di dalam


fasilitas “Mirai”

Sumber : https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/mirai/

Fasilitas “Mirai” ini anak-anak tidak hanya bersenang-


senang namun mereka juga mendapatkan banyak pengalaman yang
diperlukan untuk pertumbuhan. Fasilitas ini ditujukan kepada Anak-
anak penyandang disabilitas (mereka yang berusia di bawah 18 tahun
yang telah menerima keputusan untuk menyediakan layanan harian

Universitas Darma Persada


43

seperti sepulang sekolah). Fasilitas ini memiliki kapasitas sebesar 10


orang dan juga fasilitas ini memiliki layanan antar jemput disaat pulang
sekolah atau libur panjang tergantung area dan waktu.

3.3. Terjadinya Aksi Kekerasan di Fasilitas Tsukui Yamayuri En Kota


Sagamihara, Prefektur Kanagawa
Setelah membahas fasilitas yang dimiliki oleh Tsukui Yamayuri En, pada
tanggal 26 Juli 2016, Tsukui Yamayuri En mengalami kejadian yang tidak
diinginkan yaitu terjadinya kasus kekerasan yang mengakibatkan korban luka-luka
dan meninggal. Menurut artikel dari Cnn.com yang ditulis oleh Euan McKirdy dan
Emanuella Grinberg dengan judul “Japan knife attack: At least 19 dead” dalam
website https://edition.cnn.com/2016/07/25/world/japan-knife-attack-
deaths/index.html yang dirilis pada tanggal 26 Juli 2016 menyatakan bahwa.

At least 19 people were killed and 26 injured in a stabbing spree at


a facility for disabled people west of Tokyo, making it one of Japan's
deadliest mass killings since World War II. Nine men and 10 women,
ranging in age from 18 to 70, were killed in the attack.

Terjemahan bebas dari kutipan di atas: Sedikitnya 19 orang tewas


dan 26 lainnya luka-luka dalam aksi penusukan di fasilitas
penyandang disabilitas di sebelah barat Tokyo, menjadikannya salah
satu pembunuhan massal paling mematikan di Jepang sejak Perang
Dunia II. Sembilan pria dan 10 wanita, berusia antara 18 hingga 70
tahun, tewas dalam serangan itu.

Berdasarkan kutipan diatas bahwa terjadi aksi kekerasan berupa penusukan di


fasilitas penyandang disabilitas di sebelah barat Tokyo. Terdapat 19 orang tewas
yaitu sepuluh orang wanita, sembilan orang pria, dan 26 orang lainnya mengalami
luka luka. Kejadian ini merupakan pembunuhan massal yang paling mematikan di
Jepang sejak Perang Dunia II. Dalam artikel lain yaitu theguardian.com yang ditulis
oleh Justin McCurry dengan judul “Japan knife attack: stabbing at care centre
leaves 19 dead” yang dirilis pada tanggal 26 Juli 2016 dalam website

Universitas Darma Persada


44

https://www.theguardian.com/world/2016/jul/25/tokyo-knife-attack-stabbing-
sagamihara menyatakan bahwa.

Petrified staff at the Tsukui Yamayuri En (Tsukui Lily Garden)


facility in Sagamihara, south of Tokyo, called police at about 2.30am
local time after the suspect, named as Satoshi Uematsu, launched his
attack. It was the country’s worst mass killing in decades. Emergency
workers said at least 20 of the wounded had sustained serious
injuries, according to the Kyodo news agency.
Police in Kanagawa prefecture said Uematsu had driven to the
nearby Tsukui police station and turned himself in after the attack.
“I did it,” the 26-year-old former employee of the facility was quoted
as saying. “It is better that disabled people disappear,” he was said
to have added. Uematsu, a resident of Sagamighara, was carrying a
bag full of knives and other sharp-edged tools, some of which were
bloodstained, when he handed himself in.

Terjemahan bebas dari kutipan di atas: Staf yang ketakutan di


fasilitas Tsukui Yamayuri En (Tsukui Lily Garden) di Sagamihara,
selatan Tokyo, menelepon polisi sekitar pukul 2.30 pagi waktu
setempat setelah tersangka, bernama Satoshi Uematsu, melancarkan
serangannya. Itu adalah pembunuhan massal terburuk di negara itu
dalam beberapa dekade. Pekerja darurat mengatakan setidaknya 20
dari yang terluka menderita luka serius, menurut kantor berita Kyodo.
Polisi di Prefektur Kanagawa mengatakan Uematsu telah pergi ke
kantor polisi Tsukui terdekat dan menyerahkan diri setelah serangan
itu.
"Saya melakukannya," kata mantan karyawan fasilitas itu yang
berusia 26 tahun. “Lebih baik orang cacat menghilang,” katanya
menambahkan.
Uematsu, seorang penduduk Sagamighara, membawa tas penuh
pisau dan peralatan tajam lainnya, beberapa di antaranya berlumuran
darah, ketika dia menyerahkan diri.

Berdasarkan kutipan diatas bahwa staf yang bekerja di Tsukui Yamayuri En


menghubungi polisi sekitar pukul 2.30 pagi waktu setempat. Pelaku kekerasan yang
telah melakukan serangan di rumah fasilitas tersebut bernama Satoshi Uematsu, dan
peristiwa itu merupakan peristiwa pembunuhan massal terburuk dalam beberapa
dekade. Menurut info yang didapatkan dari kantor berita kyodo, para pekerja yang
menangani situasi darurat mengatakan setidaknya 20 dari yang terluka mengalami
luka serius. Polisi di Prefektur Kanagawa mengatakan bahwa Uematsu telah pergi

Universitas Darma Persada


45

ke kantor polisi terdekat dan menyerahkan diri setelah serangan itu. "Saya
melakukannya," dan “Lebih baik orang cacat menghilang,” kata mantan karyawan
fasilitas itu yang berusia 26 tahun. Satoshi Uematsu merupakan seorang penduduk
Sagamighara yang membawa tas penuh pisau dan peralatan tajam lainnya, beberapa
di antaranya berlumuran darah ketika dia menyerahkan diri.

Gambar 3.12 Sebuah ambulans di luar fasilitas untuk penyandang disabilitas di mana setidaknya
19 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan pisau di Sagamihara

Sumber : https://www.theguardian.com/world/2016/jul/25/tokyo-knife-attack-stabbing-sagamihara

3.3.1 Latar belakang Satoshi Uematsu


3.3.1.1 Masa Kecil Satoshi Uematsu
Satoshi Uematsu yang berumur 26 tahun pada tahun 2016,
seorang penduduk di kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa. Lahir pada
tanggal 20 Januari 1990 (http://www.sankei.com/affairs/photos/16
/afr1608260006-p1.html), membunuh 19 penduduk dan melukai 26 lainnya
di Tsukui Yamayuri En, sebuah fasilitas untuk penyandang disabilitas.
う え ま つ きよし よ う ぎ し ゃ
Menurut artikel dari news-postseven.com dengan judul “植松 聖 容疑者

すがお かくだい もうそう た い ま


マイルドヤンキーな ;素顔 と 拡大 し た 妄想 & 大麻 ” (uematsu

kiyoshiyougisha mairudo yankiina sugao to kakudaishita mousou to taima)


dalam website https://www.news-

Universitas Darma Persada


46

postseven.com/archives/20160728_433857.html?DETAIL yang rilis pada


tanggal 28 Juli 2016 menyatakan bahwa.

うえまつ よ う ぎ し ゃ ひとりっこ と うきょう


植松容疑者 は ;一人っ子 と し て 、 東京 ・
ひ の し た ま だいら だ ん ち う ま れ た た ま だいら だ ん ち
日野市 の 多摩 平 団地 で 生まれた 。 多摩 平 団地 が
しゅんこう ねん し ょ う わ 3 3 にほん
竣工 したのは 1958年 (昭和33 年)、 ;日本が
こ う ど けいざいせいちょう ころ だ んち 3 にん
高度経済成長 を ス タ ー ト さ せ た 頃 。 団地 で 3人 が
く ら す て ぜま りょうしん ねんがん い っ こ
暮らすのは手狭になったのか、両親は念願の一戸て
こうにゅう うえまつ よ う ぎ し ゃ う ま れ て
を購入 。植松容疑者 は生まれて まもなく、「津久井や
やく げんざい
まゆり園」から約500m のところにある ;現在の
じ た く ひ っ こ し て
自宅に引っ越してきた。

Terjemahan bebas dari kutipan di atas: Uematsu lahir


sebagai anak tunggal di komplek perumahan Tamadaira
di Kota Hino, Tokyo. Kompleks perumahan Tamadaira
selesai dibangun pada tahun 1958 (Showa 33) ketika
Jepang mulai mencapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Mungkin terlalu kecil untuk tiga orang tinggal di
kompleks perumahan, dan orang tua mereka membeli
rumah terpisah yang sudah lama dicari. Tak lama setelah
kelahirannya, Uematsu pindah ke rumahnya saat ini,
sekitar 500 meter dari Tsukui Yamayuri En.

Berdasarkan kutipan diatas bahwa Satoshi Uematsu lahir sebagai anak


tunggal. Uematsu lahir di komplek perumahan Tamadaira di kota Hino,
Tokyo. Komplek perumahan tersebut telah selesai dibangun pada tahun
1958 ketika Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Karena
rumah di komplek Tamadaira yang terlalu kecil untuk tiga orang, orang
tuanya membeli rumah keluarga yang sudah lama dicari. Tak lama setelah
Uematsu lahir, Uematsu pindah ke rumahnya saat ini yang berjarak sekitar
500 meter dari Tsukui Yamayuri En.
Uematsu dipanggil "Sato-kun" ketika dia masih di sekolah dasar.
Uematsu memiliki kepribadian yang ceria dan suka bersenang-senang
dengan semua orang". Ketika di sekolah menengah pertama, Uematsu
bergabung dalam klub basket. Uemastu telah melakukan hal yang senonoh

Universitas Darma Persada


47

seperti merokok, mabuk, mencuri bersama teman-temannya, merusak


barang-barang milik orangtua dan guru, dan memecahkan jendela. Ketika
Uematsu di sekolah menengah umum Uematsu sering tertidur di kelas, dan
mendapatkan nilai yang kurang bagus. Pada musim panas tahun kedua,
Uematsu memukul anggota klub basket sehingga Uematsu mendapatkan
hukuman skors selama 1 bulan (www.tokyo-
np.co.jp/article/national/list202003/CK2020030320 00121.html).

3.3.1.2 Masa kuliah Satoshi Uematsu


Pada musim semi 2008, Satoshi Uematsu masuk ke Departemen
Pendidikan (sekarang Fakultas Pendidikan) Fakultas Sastra Universitas
Teikyo untuk menjadi guru sama seperti ayahnya. Pada awalnya, Uematsu
mengambil kredit kuliah tanpa membolos, dan berpikir bahwa suatu saat dia
akan menjadi seorang guru, dan Uematsu juga bekerja paruh waktu di
penitipan sepulang sekolah (https://www.tokyo-
np.co.jp/article/national/national/list/202003/CK2 020030402000141.html).
Kepribadian diri Uematsu berubah total saat dia menjadi mahasiswa di
Universitas Teikyo. Menurut kenalannya, dia lebih menonjol dan bertato
sejak saat itu. Ketika ditahun ketiga atau ke empat kuliah seniman tato pria
yang mengukir tato pertama Uematsu diberitahu untuk tidak mencolok
karena Uematsu akan mendapatkan pekerjaan
(https://www.sankei.com/article/20160728-
DWUVFI4ENZNL5EZWELV5V6KRYE/). Salah satu tato yang terlihat
pada tubuh Uematsu adalah tato di bagian belakang tubuhnya yang
bergambar dua karakter yaitu Hannya dan Okame. Menurut Prof. Usui
Mafumi dari Niigata Seiryo University yang ahli dalam psikologi kriminal,
1 9 にん し さ つ じ け ん どうきゅうせい て
ditulis oleh jprime.jp yang berjudul 19人刺殺事件 同級生 も ;手 が
ふ る え た ざんぎゃくせい
震えた残虐性 「私たちが知ってるサトくんじゃない」(19nin shikitsujiken

doukyuusei mo te ga furueta zangyakusei “watashitachi ga shitteiru sato-

Universitas Darma Persada


48

kun jyanai”) dalam website https://www.jprime.jp/articles/-/7858?page=2


dirilis pada 2 Agustus 2016 menyebutkan bahwa
めん わ れ て
「たまたまかもしれませんが、おかめの ;面が割れて
はんにゃ かお の ぞ か せ て じぶん かり すがた
般若が顔を覗かせている。ひょうきんな自分は仮の 姿
おに おおきな
で、鬼 となってこれから大きな ことをしてやるぞという
あらわれ
表れかもしれません」

Terjemahan dari kutipan diatas: "Itu mungkin terjadi,


tapi wajah okame retak dan Hannya sedang menatap
wajahnya. Mungkin itu pertanda bahwa dia adalah sosok
tentatif dan akan menjadi iblis dan melakukan hal-hal
besar mulai sekarang."

Gambar 3.13 Tattoo Uematsu yang bergambar Hannya dan Okame


dibagian belakang tubuhnya

Sumber : https://www.news-
postseven.com/archives/20160802_434711.html?IMAGE=1&PAGE=1-1

Berdasarkan kutipan diatas bahwa tato yang ada di tubuh Uematsu memiliki
pertanda dalam diri Uematsu adalah sosok yang dapat berubah-ubah,
kemungkinan akan menjadi sosok iblis yang menyeramkan, dan melakukan
hal-hal yang besar dimulai dari sekarang.
Uematsu sendiri memiliki keinginan yang didambakannya yaitu
ingin menjadi seorang guru. Keinginan ini tidak jauh dari sang ayah yang
bekerja sebagai guru menggambar di sekolah dasar, sehingga Uematsu ingin
mengikuti jejak sang ayah. Uematsu mengikuti sebuah pelatihan di sekolah

Universitas Darma Persada


49

dasar kecil dekat dengan rumah Uematsu Bersama 80 murid. Uematsu yang
dikenal ramah dan ceria menjadi popular di sekolah itu. Namun yang
mengejutkannya Uematsu gagal mendapatkan lisensi untuk menjadi
seorang guru (https://www.news-
postseven.com/archives/20160728_433857.html?DETAIL).

3.3.1.3 Kehidupan Satoshi Uematsu setelah kuliah


Setelah lulus dari universitas Teikyo pada tahun 2012, Uematsu,
yang kehilangan mimpinya, mulai bekerja di perusahaan pengiriman yang
berhubungan dengan produsen minuman besar. Dia mengendarai mobil
pengiriman dan mengisi mesin penjual otomatis dengan kaleng dan botol
PET, tetapi dia berhenti setelah enam bulan mengatakan bahwa gajinya
rendah (https://www.news-postseven.com/archives/20160728_433857.htm
l?DETAIL). Pada saat itu, hanya orang tua Uematsu yang pindah ke
kondominium di Tokyo. Alasan mereka pindah dikarenakan Ibu Uematsu
memberi makan kucing liar, mengganggu tetangga, dan orang tua Uematsu
marah dikarenakan Uematsu memiliki tato ditubuhnya (https://dot.asahi.co
m/wa/2016080200176.html?page=2). Uematsu mengikuti ujian yang
diselenggarakan oleh perusahaan kesejahteraan sosial "Kanagawa
Kyodokai" yang mengoperasikan "Tsukui Yamayuri En" dan dipekerjakan
sebagai karyawan paruh waktu. Menjadi karyawan tetap pada April 2013
(http://www.data-max.co.jp/280822_oh_01/). Uematsu mengundurkan diri
dari Tsukui Yamayuri En pada tanggal 19 Februari 2016 dengan alasan
“kenyamanan diri”(https://www.j-cast.com/2016/07/26273526.html?p=all).
Sebelum Uematsu mengundurkan diri dari Tsukui Yamayuri En, Uematsu
mengirimkan surat ke kantor Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Jepang yang
berada di distrik Chiyoda, kota Tokyo, namun para staff yang berada disana
menolaknya. Uematsu mencoba mengirimkan suratnya dikemudian hari dan
surat itu diterima. Departemen Kepolisian Metropolitan kemudian memberi
tahu Polisi Prefektur Kanagawa tentang surat itu dan isinya
(https://mainichi.jp/english/articles/20160727/p2a/00m/0na/012000c).

Universitas Darma Persada


50

Gambar 3.14 Rumah Satoshi Uematsu setelah di tinggal orang tuanya

Sumber : https://www.jiji.com/jc/d4?p=sss726-jpp021936032&d=d4_aaa

Surat tersebut terdapat tiga lembar yang ditulis tangan oleh Uematsu sendiri
dan isi surat tersebut menginformasikan Perdana Menteri tentang rencana
“membunuh sebagian besar penyandang disabilitas”. Nama Uematsu dan
alamat rumahnya juga tercantum didalam surat tersebut.
(https://www3.nhk.or.jp/news/html/20200104/k10012230291000.html).

Gambar 3.15 Tiga lembar surat yang dikirim oleh Satoshi Uematsu

Sumber : https://www3.nhk.or.jp/news/html/20200104/k10012230291000.html

Uematsu membuat pernyataan didalam surat bahwa dia dapat


menghabisi sebanyak 470 penyandang disabilitas, dan menjadikan dua
fasilitas penyandang disabilitas sebagai sasarannya salah satunya adalah
Tsukui Yamayuri En. Tidak hanya menghabisi penyandang disabilitas,
Uematsu juga memasukkan pernyataan lainnya dialam surat itu bahwa misi
untuk menghabisi penyandang disabilitas tersebut akan dilakukan pada shift

Universitas Darma Persada


51

malam. Ketika ada beberapa staff yang bekerja pada shift malam, Uematsu
mencegah para staf untuk bergerak atau melakukan kontak kepada orang
lain dengan mengikat mereka dengan cable tie. Uematsu akan menyerahkan
diri setelah menghabisi para penyandang disabilitas.
Pada 18 Februari, ketika Uematsu masih menjadi anggota staf di
Tsukui Yamayuri En, dia memberikan sebuah pernyataan bahwa “Orang
dengan disabilitas ganda tidak punya alasan untuk hidup, jadi mereka harus
di-eutanasia.”. Setelah pernyataan itu muncul para staff yang ada di fasilitas
tersebut menghubungi polisi. Hari selanjutnya Ketika polisi bertemu dengan
Uematsu di fasilitas Tsukui Yamayuri En, Uematsu dapat membahayakan
orang lain dan menghubungi pemerintah kota Sagamihara yang memiliki
wewenang untuk rawat inap darurat Uematsu, dan pada tanggal 22 Februari,
dua dokter yang ditunjuk mendiagnosa bahwa Uematsu memiliki
“Cannabis Psychosis” dan “Paranoid Disorder” meskipun di hari yang
sama, sampel urin Uematsu positif mengandung Mariyuana, dokter yang
ditunjuk menangani Uematsu, tidak memberi tahu polisi bahwa
penyembuhan gejala yang dimiliki Uematsu adalah prioritas utama. Pada
tanggal 2 Maret, dokter memutuskan bahwa Uematsu tidak lagi menjadi
ancaman bagi orang lain, dan Pemerintah Kota Sagamihara
mengizinkannya untuk dipulangkan dan tinggal di rumah orang tua.
(https://mainichi.jp/english/articles/20160727/p2a/00m/0na/012000c).

3.3.2 Kronologi Peristiwa yang Terjadi di Tsukui Yamayuri En


Uematsu adalah penggemar permainan kartu bernama "Illuminati"
dan menyatakan bahwa "1001" adalah angka suci dan mencoba
menjalankannya pada tanggal 1 Oktober. Menurut petugas penyidik, sehari
sebelum insiden pada tanggal 25 juli, Uematsu diberitahu oleh kenalannya
bahwa Uematsu sedang dikejar oleh anggota gangster, dan dihari yang sama
Uematsu dipanggil oleh polisi di tsukui melalui keluarganya bahwa
mobilnya terparkir di sebuah restoran cepat saji di Sagamihara. Uematsu
telah menyatakan bahwa dia cukup tertekan karena situasi ini, dan juga dia

Universitas Darma Persada


52

takut tidak dapat melakukan tindakan penyerangan tersebut. Setelah


menerima kunci mobil di kantor polisi, dia membeli cable ties di home
center terdekat dan mengambil pisau dapur dari rumahnya
(http://www.nikkei.com/article/DGXLASDG22H1D_S7A220C1CC0000/).

Gambar 3.16 Mobil yang digunakan Satoshi Uematsu


Ketika melakukan penyerangan di Tsukui Yamayuri En

Sumber : https://www.jiji.com/jc/d4?p=sss726-jpp021934411&d=d4_aaa

Setelah itu di sore hari Uematsu pergi kembali ke Tokyo menggunakan


mobil tersebut lalu mengambil kamar hotel di Shinjuku dan Uematsu
mengecat rambutnya dengan warna emas. Pada jam 9 malam Uematsu
makan bersama kenalan wanitanya dan membicarakan tentang rencana
untuk menyerang penyandang disabilitas di Tsukui Yamayuri En. Tengah
malam hari Uematsu dan kenalan Wanita tersebut berpisah dan kembali ke
hotel untuk beristirahat. Pada tanggal 26 juli jam 1 malam Uematsu
meninggalkan hotel dan pergi ke fasilitas penyandang disabilitas Tsukui
Yamayuri En (http://www.yomiuri.co.jp/photograph/news/article.
html?id=20170224-OYT1I50009).

Universitas Darma Persada


53

Gambar 3.17 Cable Ties yang berlumuran darah


didalam mobil Satoshi Uematsu

Sumber : http://www.sankei.com/affairs/news/160726/afr1607260029-n1.html

Sekitar pukul 02:00 pada tanggal 26 Juli, Uematsu menyelinap ke jendela


fasilitas penyandang disabilitas Tsukui Yamayuri En, dan mengikat staf
menggunakan cable ties dan beberapa bilah pisau yang dapat digunakan
sebagai senjata. Tindak kejahatan dilakukan sekitar 50 menit. Tanpa
pandang bulu menyerang penyandang disabilitas yang tidur di tempat tidur,
menewaskan 19 orang dan melukai 26 orang (https://www.jprime.jp/articl
es/-/7858). Uematsu melakukan postingan terakhir pada tanggal 26 Juli

Gambar 3.18 Foto yang di posting oleh Uematsu di Twitter setelah melakukan kekerasan

Sumber : https://news.careerconnection.jp/career/general/26243/

jam 02:50, Sebuah foto potret diri dengan dasi merah, kemeja putih, jas
hitam, mulut setengah terbuka, senyum sedikit kaku, dan foto menghadap
ke depan diposting "世界が平和になりますように。beautiful Japan!!!!!!.

Universitas Darma Persada


54

Yang memiliki arti “Semoga dunia menjadi damai. Jepang yang indah!!!!!!"
(http://www.asahi.com/articles/ASJ7V3JMHJ7VUTIL01Q.html).

3.4. Analisa Motivasi Dan Motif Satoshi Uematsu Sebagai Pelaku


Kekerasan Terhadap Penyandang Disabilitas Di Kota Sagamihara,
Prefektur Kanagawa
Satoshi Uematsu memiliki motivasi dalam melakukan tindak kekerasan
yang terjadi di Tsukui Yamayuri En. Motivasi tersebut tertulis didalam surat yang
dikirim oleh Uematsu ke Dewan Perwakilan Rakyat Jepang. Menurut artikel
dailymail.co.uk yang ditulis oleh Alexander Ward dan Glen Keogh dengan judul
“Killer who butchered 19 in their sleep at Japanese disabled care home SMILES
in back of a police van... as it is revealed he wanted to slaughter 470 and his body
is covered in demonic tattoos” yang dirilis pada tanggal 27 Juli 2016 dalam website
https://www.dailymail.co.uk/news/article-3707721/Stabbing-horror-Japan-leaves-
19-dead-45-injured-knifeman-attacks-centre-disabled-
people.html#ixzz4FWo7VWNe bahwa didalam surat tersebut tertulis

I can wipe out a total of 470 disabled individuals. I am fully aware


that my remark is eccentric. However, thinking about the tired faces
of guardians, the dull eyes of caregivers working at the facility, I am
not able to contain myself, and so I decided to take action today for
the sake of Japan and the world.

Terjemahan bebas dari kutipan diatas: Saya dapat menghapus total


470 orang cacat.Saya sepenuhnya menyadari bahwa komentar saya
eksentrik. Namun, memikirkan wajah lelah para penjaga, mata
kusam para perawat yang bekerja di fasilitas, saya tidak dapat
menahan diri, jadi saya memutuskan untuk mengambil tindakan hari
ini demi Jepang dan dunia.

Berdasarkan kutipan diatas bahwa motivasi Uematsu melakukan tindakan


kekerasan di Tsukui Yamayuri En dikarenakan para staf di Tsukui Yamayuri En
yang kelelahan, dan mata para staf yang kusam, sehingga Uematsu tidak dapat
menahan dirinya untuk memutuskan mengambil tindakan yang menurut Uematsu
baik demi negara Jepang dan dunia. Motivasi adalah suatu pola pemikiran

Universitas Darma Persada


55

mengenai terjadinya perilaku (Irwanto, 2002:193). Perilaku Uematsu yang ingin


menghabisi 470 penyandang disabilitas dikarenakan adanya kumpulan pemikiran
uematsu terhadap penyandang disabilitas. pemikiran tersebut yaitu para staf yang
kelelahan dalam mengurusi penyandang disabilitas dan mata para staf yang kusam.
Beberapa hal yang membuat Uematsu termotivasi untuk menghabisi 470
penyandang disabilitas tertulis juga dalam surat tersebut yang berbunyi bahwa
Penyandang disabilitas hanya bisa membuat kesengsaraan
(https://www.dailymail.co.uk/news/article-3707721/Stabbing-horror-Japan-leaves
-19-dead-45-injured-knifeman-attacks-centre-disabled-people.html#ixzz4FWo7V
WNe). Tidak hanya di dalam surat dan juga pernyataan yang dibuat oleh Uematsu
pada tanggal 18 Februari ketika Uematsu masih bekerja di Tsukui Yamayuri En.
Pernyataannya yaitu “Orang dengan disabilitas ganda tidak punya alasan untuk
hidup, jadi mereka harus di-eutanasia,". Teori motivasi menurut Abraham Maslow
(dalam Prihartanta, 2015:5) menunjukkan bahwa manusia selalu merasa kurang
puas atas apa yang dia miliki. Karena setiap individu mempunyai kebutuhan rasa
aman, rasa memiliki kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan dan aktualisasi diri.
Berdasarkan kejadian yang dilakukan, Uematsu ingin menunjukkan bahwa dia
mampu menjadi orang terhebat (aktualisasi diri) di jepang dengan melakukan
kekerasan terhadap penyandang disabilitas.
Motif kekerasan yang dilakukan oleh Satoshi Uematsu yaitu dengan
membunuh 19 penyandang disabilitas diantaranya sepuluh orang wanita dan
sembilan orang pria menggunakan sebuah pisau. Motif merupakan suatu pengertian
yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam
diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu (Gerungan, 1991:140). Teori
diatas menunjukkan bahwa Uematsu memiliki sebuah penggerak untuk melakukan
tindakan kekerasan tersebut. Penggerak tersebut adalah motivasi yang sudah
disebutkan diatas. Kekerasan menurut Robert Audi (dalam Anjari, 2014:4) bahwa
kekerasan yang dilakukan Uematsu menunjukkan adanya tekanan yang di luar batas
kemampuan obyek yang terkena kekerasan dan dapat berakibat pada kerusakan
fisik. Kekerasan menurut Prof. Noach (dalam Ahmadi, 1985:105) tindakan
kekerasan tersebut juga dipengaruhi adanya faktor lingkungan dan juga faktor

Universitas Darma Persada


56

keturunan. Faktor lingkungan yang kurang baik seperti Uematsu pernah merokok,
mabuk, mencuri bersama teman-temannya, merusak barang-barang milik orangtua,
guru, memecahkan jendela. Faktor keturunan dari Satoshi Uematsu sudah cukup
baik yaitu keluarga dari Satoshi Uematsu memiliki orang tua yang bekerja sebagai
guru, sehingga Satoshi Uematsu mendapatkan didikan yang baik oleh orang tuanya.
Berdasarkan dari kedua faktor diatas faktor yang paling berpengaruh terhadap
Satoshi Uematsu sendiri yaitu faktor lingkungan. dengan pindahnya orang tua
Uematsu ke Tokyo menjadikan Uematsu tidak dapat dikontrol oleh orang tuanya.

3.5. Kondisi Pelaku Setelah Melakukan Tindak Kekerasan Kepada


Penyandang Disabilitas di Kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa
Satoshi Uematsu Bertemu dengan reporter di Kantor Polisi Tsukui di
Prefektur Kanagawa, tempat dia ditahan. Uematsu berkata "Saya sangat meminta
maaf karena telah menyakiti keluarga yang ditinggalkan dengan kesedihan dan
kemarahan." Penjelasan yang dikatakan oleh Uematsu tidak ada kata untuk para
korban, dan tampaknya Uematsu tidak mengubah pemikirannya tentang
diskriminasi terhadap penyandang cacat (http://www.chunichi.co.jp/article/front/li
st/CK2017030102000061.html). Pengadilan Negeri Yokohama pada tanggal 16
Maret 2020, Hakim Kiyoshi Aonuma mengakui tanggung jawab penuh kepada
Satoshi Uematsu dan menjatuhkan hukuman mati. Hakim Kiyoshi Aonuma
mengatakan bahwa kejahatan itu disengaja dan sangat membunuh. Tidak ada ruang
untuk pertimbangan, dan kritik keras tidak dapat dihindari. Persidangan itu tidak
terbantahkan, dan masalahnya dipersempit ke tanggung jawab pidana terdakwa.
Pembela menduga bahwa Uematsu menderita "psikosis ganja" pada saat kejadian
karena penyalahgunaan ganja dalam jangka Panjang
(https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-300893.html).
Penuntut menunjukkan bahwa Uematsu memiliki rencana untuk melakukan
kejahatan, seperti mempersiapkan senjata dan pengekangan terlebih dahulu, dan
melanjutkan serangan berdasarkan niat yang konsisten untuk "membunuh orang
cacat yang tidak dapat berkomunikasi". Dia juga mengatakan bahwa dia sendiri
muncul di kantor polisi setelah kejadian, menunjukkan bahwa dia mengetahui

Universitas Darma Persada


57

ilegalitas, menyangkal delusi yang tidak wajar dari obat-obatan dan mengklaim
bahwa terdakwa bertanggung jawab penuh
(https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-272632.html). Setelah dijatuhi
hukuman mati pada 16 Maret oleh pengadilan distrik, pengacara pembela Uematsu
mengajukan banding pada 27 Maret. Uematsu menarik bandingnya pada tanggal 30,
dan keputusan itu telah diputuskan. Pada tanggal 2 April pengacara Uematsu
mengirimkan dokumen ke Pengadilan distrik Yokohama agar penarikan banding
tersebut dibatalkan (https://www.yomiuri.co.jp/national/20200513-OYT1T50268/).

3.6. Kondisi Keluarga Korban Setelah Terjadinya Kasus Kekerasan Pada


Penyandang Disabilitas di Kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa.
Berdasarkan jumlah korban sebanyak 48 orang yang Satoshi Uematsu
bunuh atau lukai, hanya satu yang akan menggunakan nama asli mereka di
pengadilan (https://www.japantimes.co.jp/news/2020/02/08/national/media-
national/trial-sagamihara-murder-suspect-spurs-debate-society-may-think-people-
disabilities/). ibu anak perempuan berumur 19 tahun yang meninggal karena
serangan tersebut mengungkapkan nama kecilnya adalah Miho. Miho sendiri
merupakan korban dari aksi penyerangan yang dilakukan oleh Satoshi Uematsu di
Tsukui Yamayuri En pada 26 Juli 2016. "Bahkan hukuman yang paling ekstrem
adalah terlalu ringan untuk Anda," kata ibu itu seperti dilaporkan media pemerintah
NHK. "Saya tidak akan pernah memaafkan Anda." "Kembalikan anak perempuan
tersayang saya...Anda masih hidup. Ini tidak adil. Ini suatu kesalahan. Saya
menuntut Anda dihukum mati," tambahnya
(https://www.bbc.com/indonesia/majalah-51907348). Bagi orang tua Miho, Miho
adalah seorang guru yang mengajari orang tuanya tentang autism dan epilepsi.
Semenjak peristiwa yang terjadi di bulan Juli, orangtua Miho merasakan tubuh dan
pikirannya menjadi berat ketika bulan Juli tiba. Setahun setelah kejadian tersebut,
orang tua Miho tidak bisa melihat kalender bulan Juli, orang tua Miho merobek dan
membuangnya. Sejak tahun itu orang tua Miho membenci bulan juli. Di
persidangan, nama Miho awalnya hanya sebatas "nama lengkap atau anonim",
namun ibunya terus memberikan kesaksian hidup kepada Miho dan mengeluarkan
empat foto di persidangan. Orang tua miho berpikir bahwa banyak orang yang akan

Universitas Darma Persada


58

mengingatnya, dan hakim bisa memahami sedikit tentang para korban yang belum
pernah terlihat sebelumnya. Miho masih hidup ketika banyak orang mengingatnya
dan mereka mengingat Miho (https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-
420772.html).

Gambar 3.19 Foto Miho ketika kelas satu sekolah menengah pertama

Sumber : https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-420772.html

Gambar 3.20 Foto Miho ketika berumur 19 tahun.


Setelah masuk ke Tsukui Yamayuri En pada bulan April 2016

Sumber : https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-420772.html

Gambar 3.21 Foto Miho di paruh kedua hidupnya

Sumber : https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-420772.html

Universitas Darma Persada


59

Gambar 3.22 Foto Miho berumur 8 tahun.


Sedang memasukkan jari tengah dan jari manis ke mulutnya

Sumber : https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-420772.html

Secara garis besar dari kejadian ini bahwa Satoshi Uematsu melakukan
tindakan kekerasan atas motivasinya yaitu melihat para staf di Tsukui Yamayuri En
yang kelelahan, dan mata para staf yang kusam, sehingga Uematsu tidak dapat
menahan dirinya untuk memutuskan untuk mengambil tindakan yang menurut
Uematsu baik demi negara Jepang dan dunia serta ingin menghabisi 470
penyandang disabilitas. Motif kekerasan yang dilakukan oleh Satoshi Uematsu
yaitu dengan membunuh 19 penyandang disabilitas diantaranya sepuluh orang
wanita dan sembilan orang pria menggunakan sebuah pisau. Setelah kejadian ini
berlalu Pengadilan Negeri Yokohama pada tanggal 16 Maret 2020, Hakim Kiyoshi
Aonuma mengakui tanggung jawab penuh kepada Satoshi Uematsu dan
menjatuhkan hukuman mati. Berdasarkan jumlah korban sebanyak 48 orang yang
Satoshi Uematsu bunuh atau lukai, hanya satu yang akan menggunakan nama asli
mereka di pengadilan yaitu Miho. Ibu Miho tidak terima anaknya meninggal atas
kejadian ini sehingga menuntut untuk di hukum mati.

Universitas Darma Persada


BAB IV
SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa motivasi dan motif kekerasan


terhadap penyandang disabilitas di Kota Sagamihara, Prefektur Kanagawa, Jepang,
dapat disimpulkan bahwa :
Satoshi Uematsu telah melakukan tindakan kekerasan Kepada penyandang
disabilitas di fasilitas penyandang disabilitas Tsukui Yamayuri En di Kota
Sagamihara, Prefektur Kanagawa, Jepang. Motivasi yang dimiliki Satoshi Uematsu
untuk melakukan tindakan kekerasan tersebut dikarenakan Satoshi Uematsu
melihat para staf yang kelelahan, dan mata para staf yang kusam, sehingga Uematsu
tidak dapat menahan dirinya untuk memutuskan untuk mengambil tindakan yang
menurut Uematsu baik demi negara Jepang dan dunia.
Motif kekerasan yang dilakukan oleh Satoshi Uematsu untuk melakukan
tindak kekerasan tersebut dengan membunuh penyandang disabilitas yang sedang
beristirahat menggunakan pisau. Motif kekerasan ini merupakan hasil dari motivasi
yang dimiliki oleh Satoshi Uematsu. Kekerasan yang dilakukan oleh Satoshi
Uematsu juga dipengaruh oleh faktor lingkugan dan faktor keluarga. Faktor
lingkungan yang kurang baik seperti merokok, mabuk, mencuri bersama teman-
temannya, merusak barang-barang milik orangtua, guru, memecahkan jendela, dan
diperparah dengan pindahnya orang tua Uematsu ke Tokyo menjadikan Uematsu
tidak dapat dikontrol oleh orang tuanya.
Satoshi Uematsu mendapatkan hukuman mati di Pengadilan Negeri
Yokohama pada tanggal 16 Maret 2020. pengacara pembela Uematsu mengajukan
banding pada 27 Maret, namun Uematsu menarik bandingnya pada tanggal 30
maret, dan keputusan itu telah diputuskan. Pada tanggal 2 April pengacara Uematsu
mengirimkan dokumen ke Pengadilan distrik Yokohama agar penarikan banding
tersebut dibatalkan.
Berdasarkan 48 orang yang Satoshi Uematsu bunuh atau lukai, hanya satu
yang akan menggunakan nama asli mereka di pengadilan. Ibu anak perempuan
berumur 19 tahun yang meninggal karena serangan tersebut mengungkapkan nama
61

kecilnya adalah Miho. Miho sendiri merupakan korban dari aksi penyerangan yang
dilakukan oleh Satoshi Uematsu di Tsukui Yamayuri En pada 26 Juli 2016. Ibu miho
sendiri mengatakan bahwa hukuman yang paling ekstrim pun masih terlalu ringan
untuk Uematsu. Ibu Miho juga tidak akan memaafkan atas perbuatan yang
dilakukan oleh Uematsu, dan ibu Miho menuntut Uematsu agar di hukum mati.

Universitas Darma Persada


62

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku/Jurnal

Ahmadi, Drs. H. Abu. 1985. Psikologi Sosial. Surabaya: PT Bina Ilmu

Anjari, Warih. 2014. “E-Journal WIDYA Yustisia Volume 1 Nomor 1” dalam


Fenomena Kekerasan Sebagai Bentuk Kejahatan (Violence). Jakarta:
Universitas 17 Agustus 1945.

Istifarroh, dan Nugroho, Widhi Cahyo. 2019. “Mimbar Keadilan Volume 12 Nomor
1” dalam Perlindungan Hak Disabilitas Mendapatkan Pekerjaan di
Perusahaan Swasta dan Perusahaan Milik Negara. Surabaya: Universitas 17
Agustus 1945.

Irwanto. 2002. Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT


Prenhallindo.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia

Martia, Tia, Metty Suwandany, dan Dila Rismayanti. 2018. “Prosiding Seminar
Hasil Penelitian Semester Ganjil” dalam Peran Pemerintah Jepang Terhadap
Penyandang Disabilitas di Jepang. Jakarta: Universitas Darma Persada.

Muffidah, Nida. 2019. Layanan bimbingan kelompok untuk membangun akhlak


remaja: penelitian pada remaja aktivis masjid Pusdai Jawa Barat. Thesis
(Diploma). Program Studi Bimbingan Konseling Islam. Fakultas Dakwah dan
Komunikasi: Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati.

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Nagase, Prof. Osamu. 2018. “Ars Vivendi Journal No.10” dalam Sagamihara
Attack and Challenges of Community-Living (2-7). Kyoto: Ritsumeikan
University.

Pertiwi, Cita. 2017. Penyerapan Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas Di Jepang.


Skripsi. Sastra Jepang, Fakultas Sastra: Universitas Darma Persada.

Prihartanta, Widayat. 2015. “Jurnal Adabiya, Vol.1 No.83” dalam Teori-Teori


Motivasi. Banda Aceh: Universitas Islam Ar-raniry.

Sugiono, dkk. 2014 “Indonesia Journal of Disability Studies” dalam Klasterisasi


Mahasiswa Difabel Indonesia Berdasarkan Background Histories dan
Studying Performance. Malang: Universitas Brawijaya.

Universitas Darma Persada


63

Wafanda, Nadia. 2018. Diskriminasi Pekerja Disabilitas Di Jepang Dalam film


Door To Door Karya Yoshida Ken. Skripsi. Bahasa dan Sastra Jepang,
Fakultas Ilmu Budaya: Universitas Brawijaya.

Refrensi Internet

AERAdot. 2016. 明るいキャラで人気があった少年時代…相模原殺人・容疑者の


過 去 . Diakses pada 11 Januari 2022 00:30 WIB, dari
https://dot.asahi.com/wa/2016080200176.html?page=2

Asahi Shimbun. 2016. 植松容疑者、通報直後にツイートか 「世界が平和に…」.


Diakses pada 12 Januari 2022 23:23 WIB, dari
http://www.asahi.com/articles/ASJ7V3JMHJ7VUTIL01Q.html

BBC News Indonesia. 2019. Dua penyandang disabilitas parah terpilih menjadi
anggota parlemen Jepang. Diakses pada 19 Desember 2021 14:44 WIB, dari
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49189449

BBC News Indonesia. 2020. Pria Jepang pembunuh 19 penyandang cacat dengan
menikam mereka di tempat tidur panti, dihukum gantung. Diakses pada 13
Januari 2022 03:03 WIB, dari https://www.bbc.com/indonesia/majalah-
51907348

Bhutia, Thinley Kalsang. 2017. Sagamihara. Diakses pada 9 Januari 2022 21:28
WIB, dari https://www.britannica.com/place/Sagamihara

Brasor, Philip. 2020. Trial of Sagamihara massacre suspect spurs debate on what
society may think about people with disabilities. Diakses pada 13 Januari
2022 03:39 WIB, dari
https://www.japantimes.co.jp/news/2020/02/08/national/media-
national/trial-sagamihara-murder-suspect-spurs-debate-society-may-think-
people-disabilities/

Career Connection News. 2016. 【相模原 19 人刺殺】植松容疑者の人物像は?


近所「今時珍しい良い青年」、ネットからは「めちゃくちゃリア充」の声 .
Diakses pada 12 Januari 2022 23:13 WIB, dari
https://news.careerconnection.jp/career/general/26243/

Chunichi Shimbun. 2017. 植松被告「遺族傷つけおわび」 相模原殺傷、本紙記


者 接 見 . Diakses pada 13 Januari 2022 01:52 WIB, dari
http://www.chunichi.co.jp/article/front/list/CK2017030102000061.html
Inkl. 2020. Mobile toilet for wheelchair users unveiled in Japan. Diakses pada 19
Desember 2021 14:52 WIB, dari https://www.inkl.com/glance/news/mobile-
toilet-for-wheelchair-users-unveiled-in-japan?section=combined

Universitas Darma Persada


64

IPC. 2021. Kajiwara upsets top seed Jung Jun as Japan add two gold on final day!.
Diakses pada 19 Desember 2021 22:35 WIB, dari
https://www.paralympic.org/news/kajiwara-upsets-top-seed-jung-jun-japan-
add-two-gold-final-day

Japanese Law Translation. 2017. 障害を理由とする差別の解消の推進に関する


法 律 . Diakses pada 19 Desember 2021 14:38 WIB, dari
http://www.japaneselawtranslation.go.jp/law/detail/?id=3052&vm=04&re=
02

Japanese Law Translation. 2013. 障害を理由とする差別の解消の推進に関する


法 律 .
http://www.japaneselawtranslation.go.jp/law/detail/?ft=1&re=2&dn=1&x=9
&y=13&co=01&ia=03&ja=04&ky=1960+law+for+employment+promotion
&page=13

Japan-Guide.com. Basic Guide to Accessible Travel. Diakses pada 19 Desember


2021 14:50 WIB, dari https://www.japan-guide.com/e/e2301.html

J-CAST News. 2016. 相模原の大量殺傷事件 19 人死亡 容疑者、犯行直後に


「世界が平和になりますように」. Diakses pada 12 Januari 2022 14:40 WIB,
dari https://www.j-cast.com/2016/07/26273526.html?p=all

JIJI.COM. 相模原・障害者施設殺傷事件 写真特集. Diakses pada 11 Januari


2022 00:25 WIB, dari https://www.jiji.com/jc/d4?p=sss726-
jpp021936032&d=d4_aaa

JIJI.COM. 相模原・障害者施設殺傷事件 写真特集 . Diakses pada 12 Januari


2022 13:59 WIB, dari https://www.jiji.com/jc/d4?p=sss726-
jpp021934411&d=d4_aaa

J.L. 2018. Disabled access in Japan 日本におけるバリアフリー. Diakses pada 6


Oktober 2021 00:32 WIB, dari https://www.japan-experience.com/to-
know/visiting-japan/disabled-access-in-japan

Kanagawa Kyoudoukai. 津久井やまゆり園. Diakses pada 10 Januari 2022 22:17


WIB, dari https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/tsukui-yamayurien/

Kanagawa Kyoudoukai. つくいホーム(グループホーム). Diakses pada 10 Januari


2022 22:17 WIB, dari https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/tsukui-home/

Kanagawa Kyoudoukai. 根小屋地区日中活動支援センター「そよかぜ」 . Diakses


pada 10 Januari 2022 22:17 WIB, dari
https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/soyokaze/

Universitas Darma Persada


65

Kanagawa Kyoudoukai. 寸沢嵐地区日中活動支援セン ター 「フ ァンファン」.


Diakses pada 10 Januari 2022 22:17 WIB, dari
https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/fun-fun/

Kanagawa Kyoudoukai. 寸沢嵐地区日中活動支援センター「ライフ」. Diakses


pada 10 Januari 2022 22:18 WIB, dari
https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/life/

Kanagawa Kyoudoukai. 若 柳地区 放課 後等デイ サー ビス 事業 所「 みら い」 .


Diakses pada 10 Januari 2022 22:18 WIB, dari
https://tsukui.kyoudoukai.jp/facilities/mirai/

Kanagawa Shimbun. 2020. 「会いたくて仕方ない」…かなわぬ願い 美帆さん母


が 手 記 . Diakses pada 13 Januari 2022 03:38 WIB, dari
https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-420772.html

Kanagawa Shimbun. 2020. 植松被告に死刑判決 横浜地裁「結果は比較できぬ


ほ ど 重 大 」 . Diakses pada 13 Januari 2022 02:28 WIB, dari
https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-300893.html

Kanagawa Shimbun. 2020. 植松被告に死刑求刑 「冷酷かつ残虐で、卑劣な犯


行 」 . Diakses pada 13 Januari 2022 02:28 WIB, dari
https://www.kanaloco.jp/news/social/entry-272632.html

Kuze, Kazuhito. 2016. 相模原の障害者施設「津久井やまゆり園」、入所者刺され


19 人死亡 26 歳男逮捕. Diakses pada 10 Januari 2022 21:05 WIB, dari
http://www.huffingtonpost.jp/2016/07/25/sagamihara_n_11186432.html

McCurry, Justin. 2016. Japan knife attack: stabbing at care centre leaves 19 dead.
Diakses pada 6 Oktober 2021 00:36 WIB, dari
https://www.theguardian.com/world/2016/jul/25/tokyo-knife-attack-
stabbing-sagamihara

Mainichi Shinbun. 2016. 障害者施設で19人刺され死亡 26歳男逮捕. Diakses


pada 10 Januari 2022 22:15 WIB, dari
http://mainichi.jp/articles/20160726/k00/00e/040/116000c

Mail Online. 2016. Killer who butchered 19 in their sleep at Japanese disabled care
home SMILES in back of a police van... as it is revealed he wanted to
slaughter 470 and his body is covered in demonic tattoos. Diakses pada 12
Januari 2022 23:26 WIB, dari https://www.dailymail.co.uk/news/article-
3707721/Stabbing-horror-Japan-leaves-19-dead-45-injured-knifeman-
attacks-centre-disabled-people.html#ixzz4FWo7VWNe

Universitas Darma Persada


66

McKirdy, Euan, Emanuella Grinberg. 2016. Japan knife attack: At least 19 dead.
Diakses pada 10 Januari 2022 22:22 WIB, dari
https://edition.cnn.com/2016/07/25/world/japan-knife-attack-
deaths/index.html

National Paralympic Heritage Trust. Professor Sir Ludwig Guttmann. Diakses pada
5 Oktober 2021 23:29 WIB, dari
https://www.paralympicheritage.org.uk/professor-sir-ludwig-guttmann

News Post-seven. 2016. 植松聖容疑者 マイルドヤンキーな素顔と拡大した妄想


&大麻. Diakses pada 10 Januari 2022 22:25 WIB, dari https://www.news-
postseven.com/archives/20160728_433857.html?DETAIL

NHK Sports. Badminton Kajiwara Daiki. Diakses pada 19 Desember 2021 22:40
WIB, dari https://en.sports.nhk.or.jp/paralympic/athletes/kajiwara-daiki-
10855/

NHK. 奪われた 19 のいのち 障害者施設殺傷事件 初公判を前に. Diakses pada


12 Januari 2022 15:46 WIB, dari
https://www3.nhk.or.jp/news/html/20200104/k10012230291000.html

Nihon Keizai Shimbun. 2017. 「組員に追われている」知人発言で襲撃前倒し 相


模 原 殺 傷 . Diakses pada 12 Januari 2022 21:21 WIB, dari
http://www.nikkei.com/article/DGXLASDG22H1D_S7A220C1CC0000/

Nippon.com. 2016. Barrier-Free Design in Japan. Diakses pada 19 Desember 2021


14:47 WIB, dari https://www.nippon.com/en/features/jg00087/
Nishinippon. 2019. 泣き寝入りも…障害者への性暴力の実態 「人間として扱わ
れていない」 30 歳未満の被害の半数超. Diakses pada 6 Oktober 2021
00:35 WIB, dari https://www.nishinippon.co.jp/item/n/511765/.

Otake, Tomoko. 2006. Is Disability Still a Dirty Word in Japan. Diakses pada 6
Oktober 2021 00:29 WIB, dari
http://www.japantimes.co.jp/life/2006/08/27/to-be-sorted/isdisability-still-a-
dirty-word-in-japan/#.VyDOB9SLTMx.

Parasapo. プラス思考でど真ん中を射抜く!. Diakses pada 19 Desember 2021 22:25


WIB, dari https://www.parasapo.tokyo/featured-athletes/ueyama-tomohiro

The History Press. Dr. Guttmann and the Paralympic movement. Diakses pada 7
Desember 2021 00:17, dari https://www.thehistorypress.co.uk/articles/dr-
guttmann-and-the-paralympic-movement

Universitas Darma Persada


67

Sato, Keisuke. 2018. 障害ある人は936万人 人口の7.4% 厚労省推計.


Diakses pada 5 Oktober 2021 00:31 WIB, dari
https://www.asahi.com/articles/ASL495Q7BL49UTFK01W.html

Sankei Shimbun. 2016. 麻酔切れ「痛い、痛い」 言葉話せぬ女性も負傷、姉は


「怖かっただろうに…」. Diakses pada 12 Januari 2022 23:03 WIB, dari
http://www.sankei.com/affairs/news/160726/afr1607260029-n1.html

Shuukan Josei Prime. 2016. 19 人刺殺事件 同級生も手が震えた残虐性「私たち


が知ってるサトくんじゃない」. Diakses pada 10 Januari 2022 22:35 WIB, dari
https://www.jprime.jp/articles/-/7858?page=2

Sundarwati SKM,MM, Erlin. 2016. Artikel Kebijakan Penyandang Disabilitas.


Diakses pada 6 Oktober 2021 00:38 WIB, dari
https://www.kemhan.go.id/pusrehab/2016/11/24/artikel-kebijakan-
penyandang-disabilitas.html

The Japan Times. 2020. Toyota and Lixil develop mobile washroom for wheelchair
users. Diakses pada 19 Desember 2021 14:55 WIB, dari
https://www.japantimes.co.jp/news/2020/12/27/business/corporate-
business/toyota-lixil-portable-washroom-wheelchair/

The Japan Times. 2019. Man accused of 2016 mass murder at Sagamihara care
home to plead not guilty at trial. Diakses pada 10 Januari 2022 22:10 WIB,
dari https://www.japantimes.co.jp/news/2019/12/14/national/crime-
legal/man-accused-2016-mass-murder-sagamihara-care-home-plead-not-
guilty/

The Mainichi. 2016. Massacre suspect detailed murder plan in letter to lower house
speaker. Diakses pada 12 Januari 2022 14:49 WIB, dari
https://mainichi.jp/english/articles/20160727/p2a/00m/0na/012000c

The Sankei News. 2016. 犯行前日に女性とともに食べた高級焼き肉は「最後の晩


餐」だったか? 植松容疑者「革命計画書」を執筆、準備. Diakses pada 10
Januari 2022 22:24 WIB, dari
http://www.sankei.com/affairs/photos/16/afr1608260006-p1.html

The Sankei News. 2016. 彫り師に弟子入り、薬物の影…「サト君がバグった」 何


が転落へと導いたのか. Diakses pada 10 Januari 2022 22:33 WIB, dari
https://www.sankei.com/article/20160728-
DWUVFI4ENZNL5EZWELV5V6KRYE/

The Tokyo Shimbun. 2020. <証言 相模原殺傷事件> (2)自ら外れた教師へ


の道. Diakses pada 10 Januari 2022 22:30 WIB, dari https://www.tokyo-
np.co.jp/article/national/national/list/202003/CK2020030402000141.html

Universitas Darma Persada


68

TOKYO WESTSIDE Official Travel Guide. Sagamihara 相 模 原 市 . Diakses


pada 9 Januari 2022 21:15 WIB, dari
https://tokyowestside.com/about/sagamihara.html

Wheel Power. Evensong at St. Paul's Cathedral to Celebrate 70 years of the


Paralympic Movement. Diakses pada 19 Desember 2021 14:59 WIB, dari
https://www.wheelpower.org.uk/events/evensong-st-pauls-cathedral-
celebrate-70-years

Yomiuri Shimbun Online. Diakses pada 12 Januari 2022 19:50 WIB, dari
http://www.yomiuri.co.jp/photograph/news/article.html?id=20170224-
OYT1I50009

Yoimuri Shimbun Online. 2020. 植松聖死刑囚の控訴取り下げ、弁護人が無効


求める書面…相模原殺傷. Diakses pada 13 Januari 2022 02:40 WIB, dari
https://www.yomiuri.co.jp/national/20200513-OYT1T50268/

データマックス. 2016. 障害者施設殺傷事件は、シニアにとって対岸の火です


か?(1). Diakses pada 12 Januari 2022 14:35 WIB, dari http://www.data-
max.co.jp/280822_oh_01/

まあらいく. 上山友裕の父親のこと出身大学や病気の経緯・嫁やプロフィールな
ど . Diakses pada 19 Desember 2021 22:27 WIB, dari
https://mfasting.net/tomohiro-ueyama-university/

町田・相模原業務核都市基本構想(素案)へのご意見と都の考え方. Diakses
pada 9 Januari 2022 21:25 WIB, dari
https://www.toshiseibi.metro.tokyo.lg.jp/seisaku/gyomu/gyomu.pdf

Universitas Darma Persada

Anda mungkin juga menyukai