Anda di halaman 1dari 67

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH TANAKA MAKOTO DALAM NOVEL

“HOLY MOTHER” KARYA AKIYOSHI RIKAKO

AKIYOSHI RIKAKO NO SAKUHIN NO “SEIBO” TO IU SHOUSETSU NI


OKERU TANAKA MAKOTO NO SHUJINKOU NO SHINRITEKI NO
BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana
dalam bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

Nindia Kartika Syahfitri

130708005

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. karena dengan rahmat

dan hidayah-Nya penulis diberikan kesehatan selama mengikuti perkuliahan hingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Usaha yang diiringi dengan doa merupakan

dua hal yang membuat penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Psikologis Tokoh Tanaka Makoto

Dalam Novel “Holy Mother” Karya Akiyoshi Rikako” ini penulis susun sebagai

salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pada Departemen Sastra Jepang Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis tidak terlepas dari bimbingan, dukungan,

dorongan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D., selaku ketua dan dosen

pembimbing pada program studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yang telah ikhlas memberikan dorongan dan

meluangkan banyak waktu, pikiran, serta tenaga dalam membimbing penulis

sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

3. Dosen Penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktu untuk membaca

dan menguji skripsi ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4. Para dosen pengajar beserta staf pegawai di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya

pada program studi Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu dan pendidikan

kepada penulis selama perkuliahan sampai penulisan skripsi ini.

5. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada orang tua yang sangat penulis cintai. Bapak Jemikan dan Ibunda Siti

Khadizah, atas kasih sayang, kesabaran, dan tidak pernah lelah mendidik dan

memberikan cinta yang tulus ikhlas kepada penulis sejak kecil sampai

sekarang. Tanpa kedua orang tua penulis, penulis tidak akan mampu menjadi

seperti sekarang ini. Semoga Allah SWT. Membalassemua kebaikan mereka.

Dan juga terima kasih kepada saudaraku M. Indra Syahputra, S.Pd dan M. Firli

Rinaldi, terima kasih atas segala dukungan dan doanya.

6. Terima kasih kepada sahabat saya Sartika, Sonya, Aisyah, dan Siti Sindy,

terima kasih atas dukungan dan doanya, terima kasih atas canda tawanya, dan

selalu mendengar setiap keluhan penulis.

7. Untuk teman-teman penulis di Sastra Jepang Stambuk 2013, Lastri, Riri,

Helan, Novia, Akrimi, Leni, Popi, Ayu, Wulan, Shinta, Popi, Rizka, Hilda,

Nisa, Adelisa, M. Irsan, dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih untuk kebersamaan dan perjuangan selama empat tahun

ini, setiap harinya akan menjadi kenangan yang tak terlupakan.

8. Untuk kelompok KKN Desa Kebayaken, sangat beruntung dikelompokkan

dengan kalian. Semoga persaudaraan ini dapat terjalin sampai yang akan

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


datang. Terima kasih atas canda tawa dan semua kekonyolan yang memberikan

semangat.

9. Dan, kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

agar dapat memperbaiki kesalahan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis

sendiri dan bagi para mahasiswa Sastra Jepang.

Medan, Agustus 2017

Penulis,

Nindia Kartika Syahfitri

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................................................i

DAFTAR ISI ................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ........................................................................ 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ......................................................... 7

1.4.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7

1.4.2 Kerangka Teori ........................................................................... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................... 12

1.5.1 Tujuan Penelitian....................................................................... 12

1.5.2 ManfaatPenelitian...................................................................... 13

1.6 Metode Penelitian ....................................................................................... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL “HOLY MOTHER” TOKOH

TANAKA MAKOTO DAN PSIKOANALISA FREUD

2.1 Defenisi Novel ............................................................................................ 15

2.2 Resensi Dalam Novel Holy Mother ............................................................ 17

2.2.1 Tema ......................................................................................... 18

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.2.2 Alur ........................................................................................... 19

2.2.3 Tokoh ........................................................................................ 20

2.2.4 Setting........................................................................................ 22

2.3 Biografi Pengarang .................................................................................... 24

2.4 Psikoanalisa Sigmund Freud.....................................................................25

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian......................................26

2.4.2 Struktur Kepribadian....................................................................27

2.4.3 Dinamika Kepribadian..................................................................30

BAB III ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH TANAKA MAKOTO

3.1 Sinopsis Cerita...........................................................................................34

3.2 Analisis Kondisi Psikologis Dan Struktur Kepribadian............................39

3.2.1 Id...................................................................................................39

3.2.2 Ego................................................................................................45

3.2.3 Super Ego......................................................................................50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan............................................................................................52

4.2 Saran......................................................................................................54

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

pemikiran, perasaan, ide, semangat keyakinan dalam suatu bentuk gambaran

konkrit yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa (Sumardjo dan Saini

1988:3). Sastra merupakan hasil karya manusia baik lisan atau non lisan tulisan

yang menjadikan bahasa sebagai medianya. Hasil dari sastra adalah karya sastra.

Melalui karya sastra, seorang pengarang menyampaikan pandangannya tentang

kehidupan yang ada di sekitarnya.

Karya sastra adalah kisah atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku

tertentu dengan pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang

bertolak dari hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Pada

dasarnya karya sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya

sastra yang bersifat fiksi seperti novel, cerpen, essei dan komik. Sedangkan yang

bersifat non fiksi berupa puisi dan drama (Aminuddin, 2000:66). Salah satu jenis

karya sastra yang paling populer dan digemari pada kalangan usia remaja bahkan

dewasa adalah novel.

Novel merupakan karya sastra fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek

kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus dengan

menceritakan suatu kejadian, baik yang terjadi maupun hanya berupa khayalan

pengarang (Nurgiyantoro,1995:9). Novel menyajikan cerita tentang kehidupan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya yang di

dalamnya terdapat nilai-nilai budaya, sosial, moral, dan pendidikan.

Dalam sebuah novel terdapat unsur intrinsik dan ekstrinsik yang

membangun novel itu sendiri. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun

novel itu sendiri, unsur intrinsik terdiri dari tema, tokoh/penokohan, alur, setting,

gaya bahasa, dan amanat. Sedangkan yang dimaksud unsur ekstrinsik adalah

unsur-unsur yang berada di luar karya sastra namun secara tidak langsung

mempengaruhi karya sastra tersebut, seperti kebudayaan, sosial, politik, agama,

psikologis, dan lain-lain yang dapat mempengaruhi penulisan karya sastra tersebut

(Nurgiyantoro,1995:23). Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu

menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra juga

menggambarkan kejiwaan manusia, walaupun pengarang hanya menampilkan

tokoh itu secara fiksi.

Dalam penulisan karya sastra fiksi berupa novel, telah banyak sastrawan

Indonesia maupun Jepang yang mengungkap masalah kejiwaan tokoh atau

psikologis tokoh karena dianggap dapat menarik minat pembaca. Psikologis tokoh

yang terdapat dalam karya sastra fiksi merupakan hak seorang pengarang untuk

menampilkan bagaimana psikologis tokohnya, sehingga terdapat keserasian dan

kesesuaian antara tokoh dan jalan cerita yang dibuat oleh pengarang tersebut.

Akiyoshi Rikako sebagai seorang sastrawan ternama di Jepang telah banyak

menciptakan novel yang mengungkap masalah psikologis tokoh cerita namun

dikemas dengan cerita yang berbeda-beda pada tiap novelnya. Seperti dalam salah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


satu novelnya berjudul “Holy Mother” yang dalam cerita tersebut diartikan

sebagai “Ibu Pelindung”.

Novel yang berjudul “Holy Mother” ini menceritakan tentang kisah

seorang ibu yang rela melakukan apa saja untuk melindungi putrinya. Tanaka

Makoto selaku tokoh utama adalah seorang ibu dan juga pelajar tingkat SMA

yang memiliki masa lalu kelam. Di masa SMP nya, ia pernah mengalami tindakan

pelecehan seksual oleh teman laki-lakinya, Tateshina Hideki. Dampak dari

perbuatan Tateshina membuat kondisi kejiwaan Makoto terganggu. Sempat

terfikir dia ingin melakukan bunuh diri karena ia merasa masa depannya sudah

hancur, namun Honami selaku ibu Makoto membangkitkan kembali semangat

Makoto untuk tetap hidup. Dampak lain dari perbuatan Tateshina membuat

Makoto memiliki seorang putri bernama Kaoru di usia muda dan tentu saja hal itu

berdampak juga pada kondisi kejiwaannya. Makoto selalu kelihatan cemas akan

nasib Kaoru karena dia harus hidup tanpa ada seorang ayah. Di dalam pandangan

masyarakat Jepang, seorang anak yang lahir tanpa identitas dari ayahnya akan

mengalami kesulitan dalam hidupnya. Antara lain dalam mengurus administrasi

Negara seperti mengurus akta kelahiran, KTP, asuransi kesehatan, visa, dan lain

sebagainya serta menjadi korban bully oleh teman-teman di sekolahnya.

Prasangka terhadap kehamilan yang belum menikah juga dapat menyebabkan

masalah mengenai pekerjaan, seperti dipecat setelah kembali dari cuti hamil dan

mengalami kesulitan untuk menemukan pekerjaan baru (http://www.ritsumei-

arsvi.org). Karena kecemasan dalam hati dan pikirannya itulah Makoto

membunuh anak laki-laki yang dianggap berbahaya untuk hidup Kaoru. Dia tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ingin Kaoru merasakan penderitaan yang sama seperti yang sudah dialaminya.

Dorongan-dorongan bawah sadar terhadap pemuasan Id ditambah dengan

rendahnya kontrol Ego sehingga membuat Id lebih dominan dan akhirnya Makoto

melakukan segala cara untuk memuaskan Id nya seperti membunuh bagi siapa

saja yang menjadi ancaman nyata untuk kehidupan putrinya termasuk anak-anak

sekalipun. Sebagai seorang ibu pelindung, Makoto berusaha agar putrinya dapat

merasakan kebahagiaan sebagai seorang wanita seutuhnya tanpa harus mengalami

tindakan buruk seperti yang pernah dialaminya dahulu.

Menurut penulis alasan untuk membahas novel ini dikarenakan novel

mengandung unsur psikologis terkait tindak kejahatan baik yang pernah dialami

maupun tindakan yang dilakukan Tanaka Makoto sendiri, yang dikemas secara

rapi dan menarik di setiap babnya. Pengarang juga menghadirkan wanita sebagai

tokoh utama. Selain itu, pengarang juga ingin menjelaskan bahwa kejadian yang

digambarkan di dalam novel merupakan kejadian yang pernah terjadi pada

masyarakat zaman sekarang. Kecenderungan mengalami gangguan psikis sangat

ada bahkan tanpa disadari sering terjadi walau dalam konteks yang ringan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui psikologis

tokoh Tanaka Makoto dalam novel yang berjudul “Holy Mother” karya Akiyoshi

Rikako. Untuk itu penulis membahasnya di dalam skripsi yang berjudul “Analisis

Psikologis Tokoh Tanaka Makoto Dalam Novel Holy Mother Karya Akiyoshi

Rikako”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.2 Rumusan Masalah

Dalam novel “Holy Mother” karya Akiyoshi Rikako, penulis melihat ada

yang beda dalam novel perlindungan seorang ibu ini berbeda dengan novel lain

yang menggambarkan nuansa romantis atau drama, novel ini menonjolkan

masalah yang berbeda yaitu tentang pembunuhan dan kondisi kejiwaan tokoh

utama. Dalam novel ini pengarang menggambarkan Tanaka Makoto selaku

tokoh utama memiliki perilaku yang berbeda dari remaja normal seusianya.

Pemikiran yang sulit ditebak dan wajahnya yang lugu membuat semua orang

yakin bahwa Tanaka Makoto seperti remaja biasa. Pengarang juga

menggambarkan Tanaka makoto memiliki kondisi kejiwaan abnormal karena

rasa cemas akan tingkah nakal 2 anak laki-laki terhadap putrinya dan anak

perempuan lainnya, dia membunuh 2 anak laki-laki tersebut dengan kejam dan

tanpa belas kasih. Menurut Tanaka jika kedua anak laki-laki itu masih ada di

dunia ini, di kehidupan mendatang bisa saja menjadi ancaman untuk kehidupan

putrinya. Kondisi psikologis seperti kecemasan yang dimiliki Tanaka

mempengaruhi perkembangan Id yang ada pada dirinya.

Dilihat dari tingkah laku dan perbuatan Tanaka Makoto dalam melindungi

masa depan putrinya, hal yang telah ia lakukan merupakan kondisi kejiwaan

yang berbahaya karena sangat berpengaruh dalam pembentukan karakter tokoh

Tanaka Makoto. Kecemasan yang ada pada dirinya menguatkan Id dan kemauan

melakukan perbuatan menyimpang sebagai pemuasan jiwanya. Untuk mengatasi

gangguan pada kejiwaannya inilah Super Ego harus berperan aktif dalam

mencegah pemuasan Id dan Ego yang ada pada dirinya. Oleh karena itu novel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang berjudul Holy Mother yang mengangkat masalah psikologi dapat diamati

dari penjelasan yang akan digambarkan oleh pengarang dalam novel tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi psikologis tokoh Tanaka Makoto dalam novel Holy

Mother?

2. Bagaimana struktur kepribadian seperti Id, Ego, dan Super Ego yang

saling mengisi atau menekan dalam tokoh cerita yang diungkapkan oleh

tokoh Tanaka Makoto pada novel yang berjudul “Holy Mother” karya

Akiyoshi Rikako?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan yang ada, maka penulis menganggap perlu adanya

pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar

masalah penelitian tidak menjadi terlalu luas dan berkembang jauh sehingga

penulis dapat lebih terarah dan terfokus. Di dalam penelitian ini, penulis hanya

terfokus membahas tentang kondisi psikologis yang dialami Tanaka Makoto dan

struktur kepribadian tokoh seperti Id, Ego, dan Super Ego.

Penulis menganalisis novel dengan mengambil beberapa cuplikan cerita

dari novel “Holy Mother” kemudian penulis akan mengomentari cuplikan

tersebut terutama yang terdapat indeks kondisi psikologis tokoh utama yang

diekspresikan oleh Akiyoshi Rikako dalam novel “Holy Mother” ini. Dalam

analisis psikologis tersebut akan dilihat keterkaitannya dengan konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


psikoanalisa Sigmund Freud yang menitik beratkan pada struktur kepribadian

yaitu Id, Ego, dan Super Ego serta dinamika kepribadian yang terdapat dalam

novel tersebut.

Supaya penjelasan di dalam pembahasan masalah skripsi ini menjadi jelas

dan memiliki akurasi data yang tepat dan objektif, maka penulis menjelaskan

juga mengenai definisi novel, resensi dalam novel Holy Mother seperti tema,

alur, tokoh, dan setting serta biografi pengarang yang ada di dalam novel.

Penulis menganalisis penelitian ini dengan menggunakan teori psikologi analisa

Sigmund Freud sebagai acuan penelitian.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk

menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, karya

sastra digunakan untuk menghubungkan pikiran-pikiran pengarang yang ingin

disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan

pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya

(Sugihastuti, 2007:81).

Di dalam karya sastra khususnya karya sastra fiksi seperti novel, terdapat

dua unsur yang sangat mempengaruhi sebuah cerita. Unsur itu terdiri dari unsur

intrinsik dan juga unsur ekstrinsik. Salah satu unsur intrinsik yang akan ditelaah

dalam sebuah novel adalah tokoh. Tokoh adalah para pelaku yang mengemban

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwaitu mampu menjalin suatu cerita

(Aminuddin, 2000:79).

Watak setiap tokoh di dalam karya fiksi selalu berbeda-beda seperti halnya

dalam kehidupan nyata. Watak seorang tokoh dapat menggambarkan psikologi

tokoh tersebut. Walaupun psikologi termasuk unsur ekstrinsik, namun

keberadaannya sangat mempengaruhi jalan sebuah cerita dari karya fiksi tersebut.

Psikologi sastra adalah studi tipe atau pribadi dan hukum-hukum psikologi

yang diterapkan pada karya sastra (Wellek dan Warren dalam Budianto,

1989:90). Psikologi sastra dipengaruhi oleh beberapa hal, pertama karya sastra

merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berbeda

pada situasi setengah sadar (subconscious), setelah jelas baru dituangkan ke

dalam bentuk secara sadar (conscious). Kedua, kajian psikologi sastra disamping

meneliti perwatakan tokoh secara psikologis, juga meneliti aspek-aspek

pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya tersebut. Seberapa

jauh pengarang mampu menggambarkan perwatakan tokoh sehingga pembaca

merasa terbuai oleh problema psikologis kisahan yang kadang kala membuat

dirinya merasa terlibat dalam cerita (Endraswara dalam Albertine, 2010:55).

Sejauh pengamatan penulis, sudah banyak penelitian yang mengungkap

masalah tentang kejiwaan (psikis) dalam berbagai karya sastra dengan

menggunakan pendekatan psikologis terutama yang menggunakan teori

psikoanalisis Sigmund Freud, namun belum ada penelitian yang menganalisis

karya sastra Akiyoshi Rikako yang berjudul “Holy Mother” dengan

menggunakan teori tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa skripsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ini adalah yang pertama menganalisis novel “Holy Mother” dengan mengkaji

kondisi psikologis tokoh yang menggunakan teori psikologi analisis Sigmund

Freud.

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka teori dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan batasan

mengenai teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian. Untuk

menganalisis suatu karya sastra diperlukan suatu teori pendekatan yang

berfungsi sebagai acuan penulis dalam menganalisis suatu karya sastra tersebut.

Dalam penulisan ini penulis menggunakan pendekatan psikologis khususnya

psikoanalisis Sigmund Freud dan pendekatan semiotik.

Menurut Harjana (dalam Nurgiyantoro, 1995:60), Pendekatan psikologi

sastra dapat diartikan sebagai suatu cara analisis berdasarkan sudut pandang

psikologi dan bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas

tentang peristiwa kehidupan manusia yang merupakan pancaran dalam

menghayati dan menyikapi kehidupan.

Untuk mengetahui kondisi psikologis tokoh Tanaka Makoto dalam novel

Holy Mother, penulis menggunakan teori psikoanalisis Sigmund Freud. Dalam

teori tersebut terdapat struktur kepribadian atau kejiwaan dan dinamika

kepribadian (Sigmund Freud dalam Koeswara, 1991:32). Struktur kejiwaan ada

3 yaitu Id, Ego, dan Super ego. Id adalah sistem kepribadian manusia yang

paling dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dilandasi dengan maksud menghindari keadaan tidak menyenangkan dan

mencapai keadaan yang menyenangkan.

Dalam perkembangan Id tumbuhlah Ego yang perilakunya didasarkan atas

prinsip kenyataan. Ego bekerja dengan berlandaskan pada prinsip realita yang

dikerjakan melalui proses sekunder, yaitu berpikir realistis menyusun rencana

dan menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud. (alwisol

dalam Calvin Hall 1995:15-16).

Super Ego adalah kekuatan moral dari kepribadian yang beroperasi

memakai prinsip idealistik. Prinsip ini mempunyai dua prinsip yaitu prinsip

menghukum tingkah laku yang salah dan menghadiahi tingkah laku yang benar

dengan tujuan untuk membedakan antara yang benar dan salah (alwisol dalam

Calvin Hall 1995:16). Super Ego berperan sebagai hati nurani yang mengontrol

dan mengkritik perbuatan diri sendiri.

Dalam teori psikoanalisa Freud, khususnya dalam mengkaji psikologi

tokoh utama dalam novel ini terdapat dinamika kepribadian yang berkaitan,

yaitu insting dan kecemasan. Insting adalah representasi psikologi bawaan dari

eksitasi pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh

misalnya makan, minum, dan seks. Freud beranggapan bahwa insting terdiri

dari dua macam, yaitu insting hidup dan insting mati. Insting hidup mengatakan

bahwa insting kehidupan berorientasi pada pertumbuhan dan perkembangan.

Bentuk energi psikis yang dipakai dalam insting kehidupan adalah libido, yaitu

mengarahkan seseorang pada pemikiran dan perilaku dengan prinsip kesenangan.

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sedangkan insting mati adalah suatu kebutuhan atau keinginan dalam tubuh

untuk menghancurkan, berkuasa, dan membunuh. (http://rizki-wijayanti-

fib13.web.unair.ac.id).

Kecemasan adalah dampak dari konflik yang menjadi bagian kehidupan

yang tak terhindarkan, dipandang sebagai komponen dinamika kepribadian yang

utama. Kecemasan adalah fungsi Ego untuk memperingatkan individu tentang

kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan suatu reaksi

adaptif yang sesuai ( Alwisol 2009:22).

Menurut Sigmund Freud (dalam Suryabrata, 2010:139), ada tiga aspek

kecemasan diantaranya :

a. Kecemasan tentang kenyataan, yaitu suatu pengalaman perasaan

sebagai akibat pengamatan suatu bahaya dalam dunia luar.

b. Kecemasan neurotis (saraf), yaitu suatu rasa ketakutan tentang apa yang

mungkin terjadi. Kecemasan neurotis selalu berdasarkan kecemasan

tentang kenyataan, dalam arti kata bahwa seseorang harus

menghubungkan suatu tuntutan naluriah dengan bahaya dari luar

sebelum ia belajar merasa takut terhadap naluri-nalurinya.

c. Kecemasan moral, yaitu rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri.

Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa

bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma

moral.

11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Untuk menganalisis psikologis tokoh tanaka Makoto penulis menggunakan

teori semiotika. Menurut Pradopo dkk (2001:71), semiotika adalah ilmu tentang

tanda-tanda. Sebagai ilmu tanda, semiotik secara sistematik mempelajari tanda-

tanda dan lambang. Dalam pandangan semiotik yang berasal dari teori Saussure,

bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda, bahasa bersifat

mewakili sesuatu yang lain disebut makna (Nurgiyantoro, 1995:39). Dengan

teori ini maka penulis akan menganalisis tanda-tanda atau indeksikal perilaku

tokoh utama yang memiliki kondisi kejiwaan abnormal sehingga dengan

pendekatan semiotik ini penulis akan mengetahui dan menunjukkan masalah

psikologis yang dialami oleh tokoh Tanaka Makoto dalam novel “Holy Mother

karya Akiyoshi Rikako” berdasarkan teori psikoanalisa Sigmund Freud.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis

menyimpulkan tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan kondisi psikologis yang dialami oleh tokoh

Tanaka Makoto berdasarkan teori kepribadian Sigmund Freud.

2. Untuk mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh Tanaka Makoto

seperti Id, Ego, dan Super Ego yang saling mengisi atau menekan

dalam tokoh cerita yang diungkapkan oleh Akiyoshi Rikako dalam

novel Holy Mother.

12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.5.2 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat teoritis, yaitu untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya

dalam pengkajian karya sastra.

2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang psikologis sastra dalam

karya sastra fiksi yang terangkum dalam novel Holy Mother karya

Akiyoshi Rikako.

3. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang

untuk Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara, guna

memperkaya bahan penelitian dan sumber bacaan.

1.6 Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat diperlukan metode penelitian sebagai cara

yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Joko Subagyo (1997:1)

menyatakan bahwa metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja

dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya sehingga dapat

memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau

tujuan pemecahan permasalahan. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian

ini adalah metode deskriptif.

Penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran yang secermat

mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu

(Koentjaraningrat, 1976:30). Penulis menguraikan dan menjelaskan secara cermat

13

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengenai masalah-maalah yang terdapat dalam novel ini dengan menggunakan

beberapa teori yang ada. Teori-teori tersebut adalah teori psikologis khususnya

teori psikoanalisa Sigmund Freud dan teori semiotika.

Sementara itu, teknik penulisan yang penulis gunakan untuk mengumpulkan

data adalah metode kepustakaan (library research) untuk mengumpulkan data-

data pendukung. Menurut Nawawi (1991:133) studi kepustakaan adalah suatu

metode penulisan penelitian yang mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis, diantaranya adalah buku-buku, hasil penelitian baik yang ilmiah seperti

skripsi, tesis ataupun non ilmiah yang berhubungan dengan masalah pencarian dan

pengumpulan data yang diperlukan dalam proses penulisan penelitian tersebut.

Penulis juga melakukan penelusuran data melalui situs-situs internet seperti blog

yang membahas mengenai masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Sumber

utama yang digunakan untuk penelitian ini adalah novel “Holy Mother” karya

Akiyoshi Rikako. Setelah penulis mengumpulkan data-data tersebut, maka

kemudian penulis membaca dan menganalisis berbagai masalah yang ada dengan

teori-teori yang berhubungan dengan penulisan ini.

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL HOLY MOTHER, TOKOH

TANAKA MAKOTO DAN PSIKOANALISA FREUD

2.1 Defenisi Novel

Istilah novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella, yang mengandung

makna harfiah sebuah barang baru yang kecil, yang kemudian diartikan sebagai

cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009 : 9). Lebih

jauh, Nurgiyantoro (2009 :10) menambahkan dewasa ini novel dideskripsikan

sebagai sebuah karya prosa fiksi yang cukup panjang namun tidak terlalu

panjang dan terlalu pendek.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000 : 969) novel adalah karangan

prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan

orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Novel termasuk cerita fiksi yang kajiannya bukan cerita pentas, yang artinya

lebih tepat dipahami dan dinikmati melalui kegiatan apresiatif. Sebagaimana

karya sastra yang lain, novel menawarkan berbagai macam permasalahan yang

dialami dalam kehidupan manusia. Novel atau yang sering disebut sebagai karya

fiksi merupakan bentuk penceritaan kehidupan manusia dan kemanusiaan yang

bersifat fragmentaris, teknik pengungkapannya padat, dan pembentuk

strukturnya bersifat padu. Koherensi dan kepaduan unsur cerita membentuk

15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


suatu totalitas merupakan faktor penentu keindahan dan keberhasilan novel

sebagai karya sastra fiksi (Nurgiyantoro 1995 : 4).

Unsur karya fiksi novel dapat diklasifikasikan menjadi unsur bentuk dan

unsur isi. Unsur bentuk adalah semua elemen linguistik yang digunakan untuk

menuangkan isi ke dalam unsur fakta cerita, sarana cerita, tema cerita,

sedangkan unsur isi adalah ide dan emosi yang dituangkan ke dalam karya sastra

(Wellek dan Warren,1993 :140).

Di dalam karya fiksi, novel biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Memiliki alur/plot yang kompleks, berbagai peristiwa dalam novel

ditampilkan saling berkaitan sehingga novel dapat bercerita panjang lebar,

membahas persoalan secara luas, dan lebih mendalam.

b. Tema dalam novel tidak hanya satu, tetapi muncul tema-tema sampingan.

Oleh karena itu, pengarang novel dapat membahas hampir semua segi

persoalan.

c. Tokoh/karakter tokoh dalam novel bisa banyak. Dalam novel, pengarang

sering menghidupkan banyak tokoh cerita yang masing-masing digambarkan

lengkap dan utuh.

d. Novel bersifat realistis yang artinya merupakan tanggapan pengarang

terhadap situasi lingkungannya.

Nurgiyantoro (1995: 18-19) membagi novel dalam dua kategori, yaitu

novel populer dan novel serius. Novel populer adalah novel yang populer pada

masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja.

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Novel populer tidak menampilkan permasalah kehidupan secara lebih intens,

tidak berusaha meresapi hakikat kehidupan. Bersifat sementara dan cepat

ketinggalan zaman dengan munculnya novel-novel baru yang lebih populer pada

masa sesudahnya. Novel serius adalah novel yang dapat memberikan serba

kemungkinan. Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan

dalam novel jenis ini diungkapkan sampai ke inti hakikat kehidupan yang

universal. Disamping memberikan hiburan, novel serius juga terimplisit tujuan

untuk memberikan pengalaman yang berharga kepada pembaca dan

mengajaknya untuk meresapi dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh

tentang permasalahan yang dikemukakan. Novel “Holy Mother” ini termasuk ke

dalam salah satu novel serius. Bahwa pengarang mengangkat nilai yang

mungkin dihadapi oleh masyarakat atau pembaca sehingga pembaca mengetahui

isi-isi pesan yang terdapat dalam novel ini.

Dalam setiap karya sastra fiksi terutama novel mempunyai dua unsur yang

mendukung, baik dari dalam sastra itu sendiri (unsur intrinsik) maupun dari luar

novel tersebut (unsur ekstrinsik). Kedua unsur ini secara tidak langsung

mempengaruhi jalan dan cerita sebuah karya sastra.

2.2 Resensi Dalam Novel Holy Mother

Resensi umumnya dipahami sebagai ulasan dan penilaian terhadap sebuah

karya. Karya tersebut dapat bermacam-macam, mungkin film, buku, karya seni,

atau mungkin pula sebuah produk teknologi. Penilaian tersebut harus berkaitan

17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dengan kualitas dari karya yang sedang dicermati atau diresensi tersebut. Dalam

meresensi sebuah karya sastra seperti novel, ada beberapa unsur yang terkait.

Unsur-unsur tersebut seperti tema, alur/plot, setting, dan lainnya.

2.2.1 Tema

Tema sebuah cerita atau karya sastra pada umumnya adalah ide sentral

atau ide yang mendominasi karya itu. Dengan kata lain, tema sebuah cerita

adalah sebuah pengertian generalisasi tentang kehidupan yang ada dalam diri

pengarang berdasarkan pengalamannya. Kennedy (1966 :91) mengatakan bahwa

tema adalah arti. Tema adalah arti yang disampaikan oleh sebuah cerita. Tema

bisa saja arti yang ditemukan penulis. Dengan dasar apa yang dikatakan oleh

Kennedy itulah cerita-cerita dari data yang ada dapat disimpulkan temanya.

Tema dapat lebih dari satu buah dalam sebuah cerita, tetapi yang akan diambil

adalah yang memiliki signifikasi dan relevansi jelas dalam kehidupan.

Menurut Wiyatmi dalam Pradopo (2003 : 43) tema memiliki fungsi untuk

menyatukan unsur-unsur lainnya. Disamping itu juga berfungsi untuk melayani

visiatau responsi pengarang terhadap pengalaman dan hubungan dengan

kehidupannya.

Tema yang diungkapkan Akiyoshi Rikako dalam novel “Holy Mother”

adalah tentang kasih sayang dan perlindungan seorang ibu terhadap masa depan

anaknya, dimana perlindungan itu sangat mendominasi pada setiap kejadian

yang digambarkan dengan berbagai konflik yang ada.

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Di dalam novel ini diceritakan tentang tragedi pembunuhan yang

dilakukan oleh Makoto dengan bantuan dari Ibunya. Makoto melakukan tindak

kejahatan itu dengan dilatar belakangi oleh masa lalunya yang kelam, dimana ia

pernah menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh teman masa

kecilnya. Karena tragedi itulah setiap Makoto melihat anak laki-laki yang jahat

terhadap anak perempuan, ia memiliki keinginan untuk membunuh anak laki-

laki itu dengan tangannya. Baginya, keselamatan hidup putrinya adalah yang

utama.

2.2.2 Alur/plot

Alur atau plot dapat didefinisikan dalam dua arti. Arti pertama adalah

ringkasan cerita, arti kedua adalah penataan insiden atau kejadian-kejadian

dalam sebuah cerita untuk memperoleh efek tertentu. Alur atau plot adalah

struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai inter relasi

fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dari keseluruhan fiksi

(Semi, 1988 :43).

Luxemburg (dalam Fananie,2000:93) menyebut alur/plot adalah konstruksi

yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan

kronologis saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh para pelaku. Plot

berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab

akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.

19

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Di dalam karya sastra terdapat tiga alur, yaitu:

1. Alur maju (progresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari pengenalan

masalah, terjadinya konflik, klimaks, dan penyelesaian masalah.

2. Alur mundur (regresif), adalah rangkaian cerita yang dimulai dari

menampilkan konflik, kemudian pengenalan tokoh dan penyelesaian

masalah.

3. Alur campuran, merupakan perpaduan antara alur maju dan alur mundur.

Dalam novel ini, alur cerita diawali dengan perjuangan Honami selaku ibu

Tanaka Makoto untuk memiliki anak dan kesabarannya dalam menantikan buah

hati. Dari awal penceritaan tersebut, pengarang kemudian menghubungkan dan

mengaitkan antar tokoh dalam suatu cerita yang efektif dan kompleks. Alur yang

digunakan dalam novel ini adalah alur campuran, dimana terdapat percakapan

yang menceritakan masa lalu sebagai penguat dan penjelas cerita.

2.2.3 Tokoh

Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilakukan dalam tindakan. Tokoh tidak saja berfungsi untuk memainkan cerita,

tetapi juga berperan menyampaikan ide, motif, plot, dan tema (Fananie, 2000 :

86). Tokoh dalam cerita memiliki karakter dan sifat-sifat yang sesuai dengan

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang dimainkan. Tokoh juga mempunyai posisi dalam sebuah cerita tergantung

dimana ia ditempatkan. Hal inilah yang disebut dengan penokohan.

Menurut Nurgiyantoro (1995 :166), penokohan merupakan perwujudan

dan pengembangan pada sebuah cerita. Tanpa adanya tokoh, suatu cerita tidak

dapat tersampaikan dengan baik. Penokohan lebih luas istilahnya daripada tokoh

dan perwatakan, karena penokohan mencakup siapa saja tokoh cerita, bagaimana

perwatakan dan bagaimana penempatan dalam sebuah cerita sehingga mampu

memberikan gambaran yang jelas kepada para pembaca. Penokohan dan

karakterisasi perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu

dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita.

Didalam sebuah cerita biasanya terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh

utama dan tokoh tambahan atau tokoh pembantu. Dalam menentukan siapa

tokoh utama dan tokoh pembantu dalam novel, pembaca dapat menentukannya

dengan jalan melihat keseringan permunculannya dalam sebuah cerita. Selain

lewat memahami peranan dan keseringan permunculannya, dalam menentukan

tokoh utama serta tokoh pembantu dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang

diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang

sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya., sedangkan tokoh

tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya (Aminuddin, 2000 :79-80).

Tokoh utama dalam novel ini adalah Honami dan Tanaka Makoto, mereka

sama-sama merupakan sosok seorang ibu yang melindungi kehidupan putrinya.

Makoto yang merupakan ibu dari Kaoru rela membunuh anak laki-laki yang

21

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


telah menyakiti putrinya itu, dan Honami selaku ibu Makoto rela membantu

tanpa sepengetahuannya.

2.2.4 Setting

Secara umum setting adalah gambaran tempat, waktu , dan suasana yang

digunakan dalam suatu cerita yang akan mempengaruhi inti cerita dan

pengambilan nilai-nilai yang ingin diungkapkan pengarang, melingkupi keadaan

pelaku dalam sebuah cerita. Kennedy ( dalam Rahardi, 1966:38), mengatakan

bahwa setting adalah sebuah kejadian yang pasti terjadi di sebuah tempat dan

pada suatu waktu tertentu. Latar erat hubungannya dengan tokoh atau pelaku

dalam sebuah cerita. Oleh sebab itu, latar juga sangat mempengaruhi suasana

peristiwa, pokok persoalan dalam cerita, dan tema cerita.

Nurgiyantoro (1995:227), mengatakan latar atau setting dapat dibedakan

ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial. Ketiga unsur itu

masing-masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan

secara sendiri, pada kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi

satu sama lain.

1. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa

tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, lokasi tertentu tanpa nama

yang jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah

mencerminkan ataupun tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis sangat

penting untuk memberikan kesan kepada pembaca bahwa seolah-olah hal yang

diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi di tempat seperti yang terdapat

di dalam cerita.

Latar tempat yang dibahas dalam novel “Holy Mother” ini adalah di

Negara Jepang dengan mengambil beberapa tempat, yaitu kota Aiide yang

terletak di Tokyo bagian barat, dan Kansai.

2. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah kapan tersebut

biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau

dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu juga harus dikaitkan

dengan latar tempat dan latar sosial karena pada umumnya memang saling

berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Latar waktu yang digambarkan oleh Akiyoshi Rikako dalam novel “Holy

Mother” adalah pada saat musim dingin, musim gugur, dan pada zaman Jepang

modern. Dengan semakin majunya zaman seperti sekarang ini, banyak terjadi

tindakan kriminalitas baik itu di kalangan remaja maupun anak-anak. Novel

“Holy Mother” menggambarkan latar waktu dimana telah terjadi tindak

kejahatan seperti pembunuhan dan pemerkosaan di kota Aiide yang awalnya

dikenal sebagai kota yang aman dan tentram, kini sudah tidak aman lagi.

23

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Latar Sosial

Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi.

Tata cara kehidupan sosial masyarakat dapat berupa kebiasaan hidup, adat

istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan cara bersikap. Di

samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang

bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas.

Latar sosial yang terdapat dalam novel “Holy Mother” ini adalah cara

bersikap, yaitu sikap yang tertutup terhadap siapa pun. Pada novel ini, tokoh

Tanaka Makoto dikenal sangat cuek oleh teman-temannya dan dia tidak pernah

bergaul dengan bebas. Dalam kesehariannya, ia selalu menyibukkan dirinya

untuk bekerja seperti menjadi pelatih klub kendo dan karyawan di sebuah

supermarket.

2.3 Biografi Pengarang

Akiyoshi Rikako berimigrasi ke Amerika Serikat pada usia 15 tahun. Pada

saat yang sama, ia lulus dari sekolah tingkat SMA kemudian ia kembali ke

Jepang setelah lulus S1 dari Universitas Waseda Fakultas Sastra. Ia meraih gelas

master dalam bidang layar lebar dan televisi dari Universitas Loyola Marymount,

Los Angeles dan lulus S3 di Universitas Kanazawa Fakultas Psikologi. Pada

tahun 2008, cerpennya yang berjudul “Yuki No Hana” mendapatkan

penghargaan SastraYahoo! JAPAN yang ketiga. Bersamaan dengan naskahnya

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang mendapatkan penghargaan pada tahun 2009 dia melakukan debut dengan

kumpulan cerpen yang berjudul :Yuki No Hana”. Beberapa novelnya yang sudah

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Girls in the Dark, The Dead

Returns, dan Holy Mother. Akiyoshi juga bekerja pada film animasi anak-anak

saat berada di Amerika Serikat. Akiyoshi memang sangat menyukai novel,

karena sejak kecil ia diajarkan oleh ibunya untuk membaca novel hingga ia

memulai kariernya melalui novel dan cerpen. Walaupun uang saku yang

dimilikinya tidak mencukupi, namun ia terus berusaha bahwa bukan hal yang

tidak mungkin baginya untuk mendapatkan peluang dari mengarang novel.

2.4 Psikoanalisa Sigmund Freud

Menurut Sigmund Freud dalam Sumardi (1993:40) kehidupan jiwa

memiliki tiga tingkat kesadaran. Yakni sadar, prasadar, dan tak sadar. Freud

mengemukakan gagasannya bahwa kesadaran merupakan sebagian kecil dari

kehidupan mental sedangkan bagian besarnya adalah ketidaksadaran. Berbagai

kelainan tingkah laku dapat disebabkan karena faktor-faktor yang terdapat dalam

alam ketidaksadaran ini. Bagian ini mencakup segala sesuatu yang tak kita

sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Karena

itu untuk mempelajari jiwa seseorang kita harus menganalisa jiwa orang itu

sampai kita dapat melihat keadaan alam ketidaksadarannya yang terletak jauh di

dalam jiwa orang tersebut, tertutup oleh alam kesadaran.

25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sehubungan dengan eksperimen-eksperimen yang dilakukan Freud dan

teori yang dikemukakannya, maka psikoanalisa dikenal dengan tiga aspek yaitu

psikoanalisa sebagai teori kepribadian, sebagai teknik evaluasi kepribadian, dan

sebagai teknik terapi. Sesuai dengan masalah yang akan dianalisis maka dari

ketiga aspek tersebut yang akan dibicarakan adalah teori kepribadian.

2.4.1 Psikoanalisa Sebagai Teori Kepribadian

Teori kepribadian psikoanalisa merupakan salah satu aliran utama dalam

sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian,

filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Menurut Freud (dalam

Fudyartanta, 2005:89) lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya

tidak dapat menerangkan masalah tingkah laku seluruhnya. Freud juga

berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat di dalam ketidaksadaran, yang

berupa insting-insting atau dorongan-dorongan.

Dalam usahanya menjelaskan struktur kejiwaan manusia, Freud

membandingkan jiwa manusia dengan gunung es dimana bagian lebih kecil yang

muncul di permukaan air menggambarkan daerah ketidaksadaran

(Koeswara,1991:60). Di dalam daerah ketidaksadaran itu ditemukan dorongan-

dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide, dan perasaan-perasaaan yang ditekan. Sigmund

Freud (dalam Supratiknya, 1993:32) mendeskripsikan kepribadian ada tiga

pokok pembahasan, yaitu sistem kepribadian, dinamika kepribadian, dan

perkembangan kepribadian. Dalam hal ini penulis hanya membahas tentang

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sistem kepribadian dan dinamika kepribadian. Dalam teori psikoanalisa,

kepribadian dipandang sebagai struktur kejiwaan yang terdiri dari Id, Ego, dan

Superego. Ketiga sistem kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta

membentuk totalitas dan tingkah laku manusia. Dalam dinamika kepribadian,

Freud membahas naluri (insting) dan kecemasan sebagai komponen penting bagi

manusia untuk beraktifitas.

2.4.2 Struktur Kepribadian

1. Id

Id merupakan bagian dari komponen kepribadian yang asli atau natural

yang dibawa sejak lahirnya seorang individu. Id juga merupakan komponen dari

psikologi yang mempunyai sifat primitif dan naluriah. Id adalah sumber segala

energi psikis sehingga komponen utama kepribadian Id akan didorong oleh

prinsip kesenangan, yang berusaha untuk mendapatkan kepuasan segera dari

semua keinginan dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka

hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan. Id hanya mampu membayangkan

sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-

benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu menilai atau membedakan benar

salah, tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan

itu secara nyata, yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru

khususnya masalah moral. Alasan inilah yang kemudian membuat Id

memunculkan Ego.

27

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Ego

Prinsip kepribadian jenis Ego ini adalah seputar mengenai hal yang

berhubungan dengan realitas serta kenyataan yang ada. Ego juga dimulai dan

dibawa sejak lahir, tetapi berkembang bersamaan dengan hubungan individu

dengan lingkungan sekitarnya. Untuk bisa bertahan dalam suatu kehidupan,

maka individu tersebut tidak bisa hanya semata-mata bertindak mengikuti

impuls-impuls atau dorongan-dorongan, individu harus bisa menghadapi realitas

yang ada dan ini lebih kompleks dari sekedar Id saja. Contoh mudahnya adalah

bila seorang anak merasakan lapar maka ia akan berusaha untuk mendapatkan

makanan untuk mengatasi laparnya. Hanya saja sekarang ia akan berusaha

melihat kenyataan bagaimana cara mendapatkan makanan dengan baik tanpa ada

yang merasa disalahkan ataupun ia salah dalam melakukan tindakan untuk

mendapatkan makanan tersebut karena didorong oleh rasa laparnya itu.

Menurut Freud (dalam Suryabrata, S. 2000), Ego adalah struktur

kepribadian yang berurusan dengan tuntutan realita, yang berisi penalaran dan

pemahaman yang tepat. Ego berusaha menahan tindakan sampai dia memiliki

kesempatan untuk memahami realitas secara akurat, memahami apa yang sudah

terjadi di dalam situasi yang berupa masa lalu, dan membuat rencana yang

realistik di masa depan. Fungsi Ego ini juga berguna untuk menyaring dorongan-

dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan yang ada.

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3. Super Ego

Super Ego ataupun aspek sosiologis merupakan sistem kepribadian yang

berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut hal

yang berhubungan dengan baik-buruk). Super Ego lebih merupakan

kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu SuperEgo dapat dianggap

sebagai aspek moral daripada kepribadian itu sendiri. Dan juga merupakan aspek

kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita

yang kita peroleh dari kedua orang tua serta masyarakat. Super Ego memberikan

pedoman untuk membuat sebuah penilaian. Fungsi dari Super Ego adalah :

1. Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id

agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang

dapat diterima oleh masyarakat.

2. Mengarahkan Ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral dari

pada dengan kenyataan.

3. Mendorong individu kepada kesempurnaan.

Bersamaan dengan Ego, Super Ego mengatur dan mengarahkan tingkah

laku manusia yang bermaksud untuk memuaskan dorongan-dorongan dari Id,

yaitu melalui aturan-aturan dalam masyarakat, agama, atau keyakinan-keyakinan

tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Freud berpendapat manusia

sebagai suatu sistem yang kompleks memakai energi untuk berbagai tujuan

seperti halnya bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Superego bekerja

berdasarkan dua prinsip yang dijadikan pedoman, prinsip tersebut antara lain :

29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Conscience, yaitu prinsip yang bertugas untuk menghukum diri dengan

perasaan bersalah atau berdosa ketika seseorang memenuhi

kebutuhannya dengan cara yang bertentangan dengan moral dan aturan.

Sebagai contoh, seseorang mendapatkan makanan dari hasil curian,

pada saat itu prinsip conscience ini akan menghukum Ego atau diri

orang tersebut dengan perasaan bersalah.

2. Ich Ideal atau diri ideal, yaitu tugas Super Ego untuk mengarahkan diri

kita agar dapat berinteraksi dengan orang lain secara baik, apa yang

harusnya dilakukan ketika berada di tempat umum, dan lain sebagainya.

Ketiga struktur kepribadian di atas terus berinteraksi, dengan Ego yang

berfungsi sebagai pengambil keputusan. Ego bertugas untuk menjembatani dan

menyeimbangkan antara kebutuhan Id untuk mencapai kenikmatan dan

kebutuhan Super Ego untuk mencapai kesempurnaan.

2.4.3 Dinamika Kepribadian

1. Naluri (insting)

Naluri (insting) merupakan representasi psikologi bawaan dari eksitasi

pada tubuh yang diakibatkan oleh munculnya suatu kebutuhan tubuh, misalnya

makan, minum, dan seks. Freud beranggapan bahwa naluri manusia ada dua

macam, yaitu:

1. Insting Hidup (life instincts), mengatakan bahwa tujuan hidup ini

adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Insting kehidupan

berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan.

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Insting Mati (death instincts), sesuai pembelajaran biologi, Freud

mengemukakan fakta yang jelas bahwa semua yang hidup dapat

rusak dan mati. Salah satu komponen dari death instincts adalah

dorongan agresi, paksaan untuk menghancurkan, keinginan untuk

berkuasa, dan membunuh. Insting mati terdiri dari 2 aspek, yaitu

insting internal (bunuh diri) dan insting eksternal (membunuh).

2. Kecemasan

Kecemasan merupakan bagian yang tidak kalah penting dari teori Freud,

artinya kecemasan ini merupakan variabel penting dari hampir semua teori

kepribadian. Pada umumnya kecemasan dapat didefenisikan suatu keadaan

perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan.

Fungsi kecemasan adalah memperingatkan sang pribadi akan bahaya, ia

merupakan isyarat bagi Ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan-tindakan

tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan, (Suryabrata,

2010:139). Apabila kecemasan timbul, maka akan mendorong orang untuk

melakukan sesuatu atau tindakan supaya tegangan dapat dihilangkan. Untuk

menghadapi kecemasan yang berlebihan, sistem Ego terpaksa mengambil

tindakan ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan tekanan itu disebut

mekanisme pertahanan, sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan Ego

terhadap kecemasan. Freud mengemukakan tiga jenis kecemasan, yaitu :

31

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Kecemasan Realitas

Menurut E Koeswara (1991:45), kecemasan realitas adalah

kecemasan individu terhadap bahaya-bahaya yang akan datang dari luar

dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman

nyata. Kecemasan realitas ini merupakan kecemasan individu yang

diakibatkan dari rasa ketakutan dalam menghadapi kenyataan

disekitarnya atau ketakutan terhadap dunia luar. Bahaya itu berasal dari

keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk

mencelakakannya.

2. Kecemasan Neurotis

Kecemasan neurotis adalah kecemasan karena khawatir tidak

mampu mengatasi atau menekan keinginan-keinginan primitifnya,

ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan

seseorang melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman.

Menurut Freud (dalam Suryabrata, 2002:139), kecemasan neurotis adalah

kecemasan kalau insting-insting tidak dapat dikendalikan dan

menyebabkan orang berbuat sesuatu yang dapat dihukum.

3. Kecemasan Moral

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Menurut Suryabrata, (2010:139), kecemasan moral adalah

kecemasan kata hati. Kecemasan moral adalah hasil dari konflik antara id

dan Superego, yang secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati

individu sendiri. Ketika individu termotivasi untuk mengekspresikan

impuls instingtual yang berlawanan dengan nilai moral yang termasuk

dalam Superego individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah.

Kecemasan moral menjelaskan bagaimana berkembangnya Superego.

Biasanya individu dengan kata hati yang kuat akan mengalami konflik

yang lebih hebat daripada individu yang mempunyai kondisi toleransi

moral yang lebih longgar.

33

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH TANAKA MAKOTO

3.1 Sinopsis Cerita

Holy Mother dikenal sebagai novel serius yang tergolong misteri, yakni

menonjolkan cerita tentang tragedi pembunuhan mengerikan terhadap seorang

anak laki-laki yang korbannya diperkosa setelah dibunuh. Cerita ini diselingi

dengan kisah dimana ada seorang anak perempuan yang mendapat perlakuan

pelecehan seksual oleh temannya sendiri.

Honami adalah seorang wanita setengah baya yang hidup dengan

diselimuti rasa kekhawatiran terhadap putri satu-satunya yang ia miliki. Dalam

mendapatkan seorang anak, sangat sulit bagi Honami karena ia harus mengalami

keguguran beberapa kali dan harus melakukan program bayi tabung. Masalah ini

bukan berasal dari suaminya, Yasuhiko melainkan dari Honami sendiri karena ia

divonis menderita sindrom ovarium polikistik yaitu sindrom yang ditandai

dengan kelebihan hormon androgen pada wanita, menyebabkan ovulasi tidak

teratur sehingga berpeluang mengalami kesulitan untuk hamil. Dalam perjalanan

hidupnya, Honami selalu berusaha keras agar bisa memiliki anak hingga

akhirnya ia bisa memiliki seorang anak perempuan. Karena sulit baginya untuk

memiliki anak, setelah kelahiran sang putri yaitu Tanaka Makoto ia bertekad

untuk menjaga dan melindungi hidup putrinya sampai kapanpun.

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cerita ini dimulai dari Tanaka Makoto yang mulai beranjak remaja.

Dimana pada saat dia berumur tiga belas tahun, ia menjadi korban pemerkosaan

oleh temannya sendiri yaitu Tateshina Hideki. Kalau dipikir-pikir lagi sudah ada

tanda-tandanya. Sejak kecil, Makoto sering menerima pukulan jahat dari Hideki.

Anak laki-laki itu kadang mencubitnya di tempat yang tidak terlihat, atau

menendangnya. Di tahun Makoto duduk di bangku SMP, waktu itu musim dingin.

Saat dia menyeberangi sebuah taman, dia bertemu Hideki. Taman itu sudah gelap,

dan tidak ada tanda-tanda adanya orang. Hideki membawa Makoto semakin ke

arah dalam kemudian menunjukkan sebuah semak belukar. Saat Makoto mencoba

melongok, dia didorong dan diperkosa. Makoto yang belum tahu apa itu

hubungan badan, hanya bisa ketakutan dan tidak bisa berteriak. Dia hanya bisa

menerima pukulan dan perlakuan kasar Hideki. “Jangan bilang siapa-siapa.”

Hideki memperingatkan setelah semuanya selesai, sambil membetulkan lagi

pakaiannya. “Aku sudah memasang kamaera video. Kalau sampai kau main-main,

akan ku sebar videonya ke internet. Mendengar perkataan Hideki, Makoto merasa

sangat takut dan tidak tahu mau berbuat apalagi.

Setelah hari itu, selama beberapa hari Makoto berbohong bahwa dia masuk

angin. Gadis itu menghabiskan waktunya di dalam kamar, tidak mau bertemu

muka dengan siapapun. Karena terus mengingat kejadian itudan tidak bisa

menahannya lagi, Makoto memotong pergelangan tangannya. Ia berusaha untuk

mengakhiri hidupnya. Saat dia sadar, sekelilingnya putih. Bisa mati, pikirnya

saat itu. Namun ternyata dia berada di rumah sakit. Di sebelah Makoto yang

sedang diinfus, kedua orang tuanya sedang menangis. Didesak, akhirnya Makoto

35

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mengakui pemerkosaan Hideki. Khawatir dengan keadaannya, ibunya yaitu

Honami membawanya ke rumah sakit bersalin untuk melakukan tes dan

perawatan. Dan ya, Makoto hamil. “Ini salahku.”Ibu Makoto menangis.

“Makoto, maafkan ibu ya. Seandainya ibu lebih berhati-hati.....” Ibunya berkali-

kali meminta maaf sambil memeluk Makoto. “Sudah, ayo kita ke polisi

sekarang.” Ibunya menggandeng lengan Makoto dan berkata dengan lembut.

“Kau tidak bersalah. Kalau kita laporkan semuanya, polisi pasti mengerti”.

Setelah polisi mendengar pengaduan dari Makoto, Hideki pun tertangkap dan

masuk ke penjara anak-anak terkait kasus pemerkosaan.

Kehamilan Makoto membuat hati Honami penuh rasa duka. Selain

mengunci dirinya di kamar, ia juga tidak ingin pergi ke sekolah. Dia tidak ingin

bertemu dengan siapa pun dan tidak ingin ada orang melihat dirinya yang kotor.

Honami terus berusaha untuk membangkitkan semangat Makoto dan

meyakinkan Makoto untuk melahirkan anak yang ada di dalam kandungannya

itu. Honami berkata pada Makoto agar tidak perlu khawatir, karena untuk

sementara waktu mereka akan pindah rumah dari yang tadinya di kota Aiide,

sekarang berpindah ke Kansai dimana tidak ada pohon hijau dan tidak ada

keceriaan. Honami juga berkata pada Makoto agar semua urusan bayinya akan

ditangani oleh Honami.

Saat tiba waktunya mereka kembali ke Tokyo, segala urusan terkait pindah

rumah dan administrasi SMP juga sudah selesai. Setelah merasa tenang dalam

menghadapi kesehariannya, akhirnya Makoto pun siap menghadapi putrinya

yaitu Kaoru. Makoto sangat menyayangi Kaoru dan dia bersumpah ingin

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melindungi Kaoru dengan tangannya. Sampai suatu hari, hari itu Makoto

mengajak Kaoru untuk menghadiri pertandingan klub kendo anak-anak. Dia

membiarkan Kaoru bermain di tempat penitipan anak dan hari itu ada banyak

anak kecil yang hadir. Saat pertandingan selesai, Makoto menjemput Kaoru

yang sedang menangis. Ketika Makoto bertanya, Kaoru mengatakan kalau

pahanya digigit anak laki-laki. Anak laki-laki itu bernama Yukio. Sejak hari itu,

Makoto tersiksa oleh ingatannya lagi. Setiap kali diamelihat bekas gigitan itu,

sentuhan tangan yang menjijikkan seperti meniupkan napasnya di sekujur

tubuhnya. Sosoknyayang dipermainkan oleh Hideki sejak kecil serasa sama

dengan sosok Kaoru. Kemudian, sosok Hideki sebagai bocah laki-laki. Makoto

merasa cemas hingga akhirnya ia bertekad untuk membunuh Yukio.

Setelah mengirim Yukio ke liang lahad, seharusnya hari-hari yang damai

itu kembali. Namun kenyataannya tidak begitu. Berikutnya ada anak laki-laki

lain yaitu Satoshi yang membuatnya gelisah. Ketika Makoto melihat ada seorang

anak laki-laki yang jahat terhadap adik perempuan dan teman perempuannya,

Makoto terbayang kalau suatu saat Kaoru bertemu dengan anak laki-laki itu,

mungkin sesuatu yang buruk akan terjadi. Maka, Makoto kembali bertekad

untuk membunuh lagi. “Karena itu, Satoshi juga...” ujarnya dalam hati.

Cerita ini berakhir dengan laporan palsu Honami yang melaporkan bahwa

pelaku pembunuhan itu adalah Tateshina Hideki. Flashback ke belakang,

Honami memantau gerak-gerik Makoto saat sedang membunuh Yukio dan

Satoshi, Honami juga melihat Makoto menyimpan sejumlah barang bukti

pembunuhan itu di lacinya. Saat Makoto membuang jasad anak-anak tersebut,

37

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Honami sengaja membuat identitas baru pada kedua anak laki-laki tersebut yaitu

Yukio yang tewas dalam keadaan tidak punya kemaluan, dan Satoshiyang tewas

dengan tidak memiliki 10 jari. Dengan kata lain, Honami juga membantu

Makoto dalam pembunuhan tersebut namun Makoto tidak mengetahui itu.

Seiring gencaran polisi yang mencari tahu pelaku pembunuhan sebenarnya,

Honami beberapa kali melihat Hideki lewat di depan apartemennya. Honami

merasa khawatir hingga akhirnya ia menemukan cara agar Hideki tidak muncul

dalam kehidupan Makoto lagi. Honami mencari tahu dimana Hideki tinggal dan

setelah mengetahui semua itu, Honami bertekad untuk menyalahkan Hideki atas

semua kasus yang telah terjadi termasuk kasus pembunuhan yang dilakukan

Makoto. Honami membunuh Hideki di apartemen milik Hideki. Honami

membunuh dengan cara menggantungkan Hideki, jadi seolah-olah Hideki lah

yang membunuh dirinya sendiri. Semua barang bukti yang ada di laci Makoto

dipindahkan Honami ke apartemen milik Hideki. Disitulah Honami juga melihat

ada rekaman video saat Makoto diperkosa. Kasus pembunuhan berantai pun

akhirnya ditutup. Polisi mengira bahwa pelaku pembunuhan itu adalah Hideki

dan semua itu atas kesaksian dari Honami yang beberapa kali melihat Hideki

tengah malam lewat dari depan apartemen Honami.

Dalam hati Makoto berkata bahwa disini juga ada seorang ibu yang rela

menjadi iblis untuk melindungi putrinya. “Dengan ini semua sudah selesai,

sudah tidak ada yang perlu kau risaukan lagi.” Ibunya tersenyum damai seolah

sedang memeluk Makoto. Makoto akhirnya bisa melihat sosok ibunya yang

matanya selalu bersinar, selalu mengarahkan antenanya kepada Makoto sehari

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24 jam, seminggu tujuh hari, agar Makoto tidak mencoba untuk bunuh diri lagi

bahkan berusaha agar Makoto tidak menyadarinya. “Pelakunya sudah mati, jadi

kota kita aman. Karena itu, ibu percaya mulai sekarang tidak akan ada lagi anak

tidak bersalah yang akan mati. Pembunuhan yang menyedihkan ini sudah

berakhir. Ya kan?” Ibunya mengelus pipi Makoto dengan penuh kasih. Makoto

yang sudah dibebaskan dari semua beban, berjalan ke pintu depan sambil

menggendong Kaoru dengan perasaan jernih.

3.2 Kondisi Psikologis Dan Struktur Kepribadian Tokoh Tanaka Makoto

3.2.1 Id

Cuplikan 1 (hal 259)

Gadis itu menghabiskan waktunya di dalam kamar, tidak mau bertemu

muka dengan siapapun. Dia memeluk lututnya di atas ranjang, terus gemetaran.

Wajah Hideki yang penuh dengan nafsu tidak bisa lepas dari ingatannya.

Sentuhan tubuhnya juga masih tersisa dan terasa nyata. Semakin bertambah hari,

bukannya semakin lupa, tapi dia semakin ingat dan ingat, dan seperti merasakan

semua lagi.

Suatu malam, Makoto sudah tidak bisa menahan nya lagi, jadi dia

memotong pergelangan tangannya. Saat dia sadar, sekelilingnya putih.”Bisa

mati,” pikirnya saat itu. Namun ternyata dia berada di rumah sakit dan

disebelahnya ada kedua orang tuanya yang sedang menangis.

39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Analisis:

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Makoto begitu menderita. Hari demi

hari bayangan Hideki selalu menghantui pikirannya dan itu membuat Id yang

merupakan keinginan bawah sadar manusia muncul. Karena kebingungan atas

apa yang telah terjadi padanya, Makoto berusaha untuk menghabisi dirinya

sendiri. Yang terlintas dipikirannya hanyalah memenuhi keinginan Id dan insting

internalnya, yaitu bunuh diri. Jika dirinya mati, mungkin masalah yang

menimpanya sudah selesai, namun dia tidak memikirkan bagaimana perasaan

kedua orang tuanya jika nyawanya tidak tertolong. Dalam hal ini Ego melakukan

tindakan yang diinginkan oleh Id. Disini berarti Ego mengalami kegagalan

dalam hal mengontrol keseimbangan Id dan Superego. Hal ini sesuai dengan

teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Id selalu menginginkan atau mendorong

hal-hal yang dikehendaki agar perasaan puas bisa segera diwujudkan.

Kondisi psikologis yang dialami Makoto adalah kecemasan tentang

kenyataan yang harus diterima bahwa dia sudah diperkosa oleh Hideki yang

merupakan teman di masa kecilnya dahulu. Karena sudah ternodai,

kehidupannya mendatang mungkin akan semakin rumit. Insting mati internal

yang ada dalam pikirannya sejalan dengan Id nya sehingga membuat Ego sulit

untuk mengontrol keduanya.

40

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cuplikan 2 (hal 263)

“Aku...tidak ingin melahirkan.” Makoto menuntut kepada ibunya saat dia

berbaring dan langit-langit kamarnya serasa berputar-putar karena mualnya.

Cairan tubuh pria yang menjijikkan itu menjadi janin. Kemudian saat Makoto

memikirkan anak itu akan berjalan dan berkata-kata, kepala Makoto serasa akan

pecah saja membayangkannya.

Analisis:

Nampak dalam kalimat “Aku...tidak ingin melahirkan.” Makoto menuntut

kepada ibunya saat dia berbaring dan langit-langit kamarnya serasa berputar-

putar karena mualnya.

Bahwa terdapat indeksikal dorongan keinginan Id yang besar. Keinginan untuk

tidak menerima kenyataan, keinginan untuk tidak membiarkan anak penjahat itu

lahir dari rahimnya, dan keinginan untuk melupakan tindakan pelecehan seksual

yang dialaminya.

Kondisi psikologis Makoto yaitu ia merasa akan selalu ada bayang-bayang

masa lalunya dengan Hideki, dan Makoto akan sulit untuk melupakan semua

kejadian mengerikan itu jika ia melihat anak yang akan dilahirkannya. Insting

internal yang ada dalam pikirannya ditambah dengan kecemasan yang ada dalam

hatinya, menimbulkan Id sebagai pemenuhan alam bawah sadarnya.

41

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Cuplikan 3 (hal 84)

Setiap kali dia melihat Yukio, sesuatu yang kelam di dalam hati Makoto

semakin tumbuh besar. Dia jadi semakin merasa sesak.

“Tidak ada jalan lain selain membunuhnya.” Begitulah pikir Makoto

Hari ini, mungkin dia bisa melakukannya. Makoto menelan ludahnya sendiri.

Analisis :

Nampak bahwa insting mati eksternal yang ada di dalam dirinya

mendorong keinginan Id dan insting mati eksternalnya yang besar, yaitu

membunuh. Selain itu, kecemasan atas kenyataan yang telah terjadi pada diri

Makoto, yaitu pengalaman buruk di masa lalu juga terus mempengaruhi alam

bawah sadarnya sehingga menutup kemungkinan Ego dan Super ego dapat

mengontol keinginan dari Id dan instingnya itu.

Cuplikan 4 (hal 269)

Saat pertandingan kendo berakhir dan Makoto menjemput Kaoru, anak itu

sedang menangis. “Kenapa?” Makoto bertanya. “Kaki ku digigit,” jawab Kaoru.

“Apa-apaan ini?” Makoto menyentuh bekas gigitan itu dengan tangan yang

gemetaran.

42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Sejak hari itu, Makoto tersiksa oleh ingatannya lagi. Setiap kali dia

melihat bekas gigitan itu, sentuhan tangan yang menjijikkan seperti meniupkan

napas di sekujur tubuhnya.

Anak gadisnya, suatu saat jangan-jangan akan mengalami kejadian yang sama...

Makoto merasa ngeri.

Saat membayangkan kemungkinan bahwa anak laki-laki itu suatu saat

akan menyentuh anaknya lagi, dadanya serasa diaduk-aduk. Ketakutan bersarang

dalam hatinya dan mengguncang Makoto terus menerus. Dia bertekad tidak akan

membuat putrinya merasakan hal yang sama.

“Anak itu...tidak boleh ada,” ujar Makoto dalam hatinya.

Kemudian hari itu digerakkan oleh kengerian tersebut, Makoto mencekik leher

kecil Yukio.

“Dengan ini sudah cukup, sudah tidak ada lagi orang yang bisa mengganggu

putrinya.” Dia berpikir seperti itu.

Analisis:

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa kecemasan dan insting mati eksternal

yang ada dalam hati Makoto terus menghantui pikirannya. Kenyataan bahwa

anaknya sudah mendapat tindakan nakal dari seorang anak laki-laki, dan

meninggalkan bekas luka di bagian paha, semua hal itu membuat Makoto tidak

bisa tenang. Id yang merupakan dorongan bawah sadar muncul dan mendorong

43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ego untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan dari Id tersebut. Karena takut jika

suatu saat anaknya mengalami nasib sama dengan yang dialaminya, Makoto

membunuh anak laki-laki itu. Ego yang seharusnya dapat menahan impuls dari Id,

tidak dapat mengontrol keinginan dari Id tersebut.

Cuplikan 5 (hal 270)

Yang berikutnya, ada anak laki-laki lain yang membuatnya gusar. Anak

yang dia temui di komplek perumahan kakak beradik anggota klub kendo anak-

anak. Tindakan kasar dan kata-kata kasar yang dilontarkan anak laki-laki itu

terhadap adik perempuan dan teman perempuannya, sama seperti Hideki.

Rasa takut berbisik-bisik kepada Makoto tanpa kenal lelah.

“Apa kau bisa memaafkan dirimu sendiri kalau terjadi sesuatu kepada anakmu?

Karena itu, Satoshi juga....”

Analisis:

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa rasa takut terus saja menghantui

pikiran Makoto. Saat dia melihat kenyataan bahwa ada anak laki-laki yang jahat

terhadap anak perempuan, Makoto terus berpikir bagaimana kalau anak

perempuannya suatu saat bisa bertemu dengan anak laki-laki itu, dan sesuatu yang

buruk juga bisa terjadi pada anaknya. Id yang ada di dalam alam bawah sadarnya

terus saja bergejolak karena rasa cemas atas apa yang dilihat lansung di depan

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


matanya itu. Peranan Ego ataupun Super ego belum terlihat jelas karena apa yang

dibicarakan dalam hati kecilnya itu masih terputus disitu.

3.2.2 Ego

Cuplikan 1 (hal 263)

“Aku...tidak ingin melahirkan.” Makoto menuntut kepada ibunya

Namun, ibunya memandang Makoto dengan tatapan serius. “Tidak...kau akan

melahirkannya.” “Hah?” Makoto tidak mempercayai telinganya. Melahirkan? Apa

yang ibunya katakan?

Adalah sebuah mukjizat yang nyaris tidak mungkin, jika ada kehidupan di dalam

dirimu. Kemudian saat ini pun mukjizat itu terus terjadi. Apalagi anak ini pun

berhasil lolos dari kontrasepsi. Ini sudah melebihi kehendak manusia.

Makoto memikirkannya setiap hari berulang-ulang hingga Makoto tidak bisa

membuat keputusan untuk membunuh satu nyawa ini.

Analisis :

Dalam cuplikan “Tidak...kau akan melahirkannya.” Adalah sebuah mukjizat yang

nyaris tidak mungkin, jika ada kehidupan di dalam dirimu. Ibunya mengatakan

bahwa Makoto harus tetap melahirkan janin yang ada di dalam rahimnya itu.

Tidak semua manusia memiliki keberuntungan seperti Makoto yang dipercaya

oleh Tuhan untuk melahirkan seorang anak tanpa harus merasakan sulitnya

45

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


program untuk melakukan bayi tabung. Disini berarti Ego mengalami

keberhasilan karena Ego dapat mengontrol keseimbangan antara Id dan Superego.

Cuplikan 2 (hal 83)

“Sekarang, cepat kembali ke ibumu. Nanti dia khawatir.”

Yukio yang sudah puas langsung berlari kembali tanpa mengucapkan terima kasih.

Makoto berpikir jika memang dia harus membunuhnya, paling lambat

membutuhkan waktu satu bulan.

Tidak ada kamera keamanan di luar supermarket, maupun di halaman belakang.

Tapi tentu saja di dalam toko ada kamera, dan datanya tersimpan selama satu

bulan. Saat itu Makoto bertekad untuk melakukan rencananya setelah video di

lorong camilan itu terhapus, dan dia memang melakukannya.

Analisis :

Cuplikan di atas menggambarkan bahwa Id yang ada dalam diri Makoto

dapat dikontrol oleh Ego. Hal ini terlihat dalam kalimat “Makoto berpikir jika

memang dia harus membunuhnya, paling lambat membutuhkan waktu satu bulan.”

Tidak ada kamera keamanan di luar supermarket, maupun di halaman belakang.

Tapi tentu saja di dalam toko ada kamera, dan datanya tersimpan selama satu

bulan.

46

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Ego yang bekerja sebagai prinsip realita berusaha mengontrol Id dan insting mati

eksternal untuk berhati-hati dalam melihat kenyataan. Kenyataan bahwa ada

kamera yang mungkin dapat memantau gerak-geriknya ataupun yang bisa

dijadikan barang bukti atas tindakan yang dilakukannya. Namun, dalam kalimat

“Saat itu Makoto bertekad untuk melakukan rencananya setelah video di lorong

camilan itu terhapus, dan dia memang melakukannya” terlihat bahwa Id yang ada

dalam diri Makoto lepas kontrol dari Ego hingga pada akhirnya Id dapat

menguasai Ego.

Cuplikan 3 (hal 127)

Setelah semua pelajaran selesai, masih ada ekstrakurikuler. Sebenarnya

Makoto hari ini ingin melihat keadaan Sanbongi Satoshi, tapi mau bagaimana lagi.

Dia tidak boleh melakukan tindakan mencurigakan, seeperti membolos saat

mendekati pertandingan.

Kemarin, menggunakan kesempatan saat menolong anak perempuan yang

dinakali oleh Sanbongi Satoshi, Makoto bisa menyapa anak itu. “Tidak terburu-

buru, lebih baik mendekatkan jarak dengan perlahan.” Ujar Makoto

Analisis :

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Ego dan kecemasan neurotis yang

merupakan suatu kecemasan atas apa yang mungkin terjadi, yang dalam hal ini

adalah kecemasan atas kemungkinan diketahuinya gerak-gerik Makoto dalam

47

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


melakukan proses pembunuhan, dapat mengontrol dorongan Id nya itu. Keinginan

Id untuk segera dipuaskan dapat terhenti oleh Ego dan juga kecemasan neurotis.

Ketika Id Makoto ingin segera melihat situasi Satoshi, Ego di dalam dirinya

memutuskan untuk jangan gegabah dan terburu-buru dalam bertindak. Dalam hal

ini Id mengikuti keinginan dari Ego.

Cuplikan 4 (hal 214)

“Apa ada detektif yang datang?” tanya Makoto kepada ibunya.

“Ah, tidak ada yang datang. Mungkin karena tempat ini agak terpencil juga.” Kata

ibu.

Percakapan berhenti disitu, tapi Makoto sudah bisa sedikit lega. Saat ini tidak apa-

apa. Hanya itu yang menjadi penolongnya.

“Pasti tidak ada apa-apa yang ditemukan dari jemari anak itu. Yang penting, lebih

baik setelah ini tidak membunuh lagi.” Bisik Makoto dalam hati.

Sambil memaksa dirinya percaya seperti itu, Hari senin dia ke sekolah

seperti biasanya. Namun, kekhawatirannya bila penyelidikan tiba-tiba berbalik

arah tidak bisa dia hilangkan. Mungkin bagi dia, sudah tidak ada karier maupun

masa depan. Dengan perasaan yang berat, dia mengikuti pelajaran.

48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Analisis :

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Makoto merasa cemas atas tindakan

yang sudah dia lakukan. Ego yang terus saja berbisik di dalam hatinya

meyakinkan dirinya untuk tidak memenuhi keinginan Id, yaitu membunuh.

Dengan kata lain, Ego dapat mengontrol keinginan atau kebutuhan dari Id. Dan

lagi, kecemasan moral mendorong Ego dan Super ego dalam mengalahkan Id.

Ketika Makoto sadar atas perbuatannya, dia merasa ketakutan. Takut untuk

menerima hukuman dari tindakannya yang tidak sesuai dengan aturan moral.

Cuplikan 5 (hal 224)

“Kenapa aku jadi seperti ini? Padahal Yukio, juga Satoshi sudah mati.

Padahal aku sudah memastikan hal itu dengan foto polaroid dan potongan kelamin

mereka. Lebih baik aku tidak menimbulkan bahaya.” Pikir Makoto.

Lebih dari ini akan berbahaya. Lebih baik dia menghentikannya. Tentu saja

Makoto mengerti hal itu dari kepalanya, tapi perasaannya yang kuat semakin

berubah menjadi ombak yang liar dan seperti hendak menyobek dada Makoto.

Analisis :

Dari cuplikan kalimat Lebih baik aku tidak menimbulkan bahaya.” Tentu

saja Makoto mengerti hal itu dari kepalanya, tapi perasaannya yang kuat semakin

berubah menjadi ombak yang liar dan seperti hendak menyobek dada Makoto.

Terlihat bahwa Ego Makoto berusaha untuk mengontrol Idnya. Id yang

49

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


merupakan keinginan bawah sadar, yang tidak bisa membedakan mana yang benar

dan salah, terus berselisih dengan Ego yang merupakan setengah sadar (pra sadar).

Ego dan Super ego terus berusaha agar keinginan Id yang melanggar aturan itu

dapat dikalahkan, namun Id masih terus berusaha agar kebutuhannya dapat

terpenuhi. Di dalam cuplikan ini terlihat bahwa Id, Ego, dan Super ego saling

bergejolak.

3.2.3 Super Ego

Cuplikan 1 (Hal 275)

Saat itulah Makoto bisa mengerti semuanya. Siapa yang memerkosa

mayat....bukan, memperlihatkan seolah mayat baru saja diperkosa. Siapa yang

memotong jemari Satoshi dan merapikan mayatnya. Siapa yang pergi membawa

barang bukti dan membersihkan laci mejanya.

Di sini juga ada.....

Seorang ibu yang rela menjadi iblis untuk melindungi putrinya.

Makoto berkata “Dengan ini, semua sudah selesai.”

Analisis :

Cuplikan di atas menjelaskan bahwa Superego Makoto hadir setelah dia

mengetahui siapa yang membantunya dalam memuaskan Id nya itu. Siapa yang

membantu menghilangkan jejak pembunuhan, dan siapa yang berusaha

50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menghilangkan bukti bahwa Makoto pembunuhnya. Ternyata ada seorang ibu

yang rela mengorbankan hidupnya untuk Makoto. Super ego yang ada di dalam

dirinya meyakinkan dia untuk berkelakuan sesuai aturan-aturan ataupun norma-

norma yang berlaku, agar kelak ibunya tidak menjadi seorang yang amat jahat di

dalam kehidupannya.

Cuplikan 2 (Hal 277)

Makoto akhirnya bisa melihatnya. Yang menjadi kawannya bukanlah

surga, tapi ibunya. Dia bersyukur menjadi putri ibunya. Begitulah yang dirasakan

Makoto. “Iya, dengan ini semua sudah selesai. Mulai sekarang tidak akan ada lagi

anak tidak bersalah yang akan mati.” Makoto mengangguk sambil memandang

mata ibunya.

Bel pintu apartemennya berbunyi. Makoto yang sudah dibebaskan dari semua

beban, berjalan ke pintu depan sambil menggendong Kaoru dengan perasaan

jernih.

Analisis :

Dari cuplikan di atas terlihat bahwa Makoto menyadari besarnya kasih

sayang seorang ibu. Kata syukur yang diucapkan Makoto, dan juga kebebasan atas

beban yang dideritanya menandakan bahwa Super ego berhasil mengontrol Id dan

Ego nya sehingga ketiga struktur kepribadian atau kejiwaannya berjalan selaras.

51

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari analisis yang telah dilakukan terhadap tokoh Tanaka Makoto dalam

novel Holy Mother karya Akiyoshi Rikako, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Dilihat dari segi kepribadian, Id dari tokoh Tanaka Makoto banyak

mendominasi dan sering dibantu ego dalam mencapai kepuasan. Namun

ada juga peran Ego dan Superego yang menjadi penghalang ketika

keinginan Id sudah diluar norma, aturan dan tidak sesuai dengan hati

nurani. Jadi bisa dikatakan bahwa Ego dan Superego terkadang berhasil

menekan Id.

2. Id dari Makoto yaitu berkeinginan untuk membunuh dirinya sendiri dan

membunuh anak laki-laki yang dianggapnya berbahaya untuk hidup

putrinya, Kaoru. Id tersebut juga didominasi oleh insting seperti insting

internal dan eksternal.

3. Ego dari sikap Makoto menuruti keinginan dari Id, yaitu membunuh

Yukio dan Satoshi yang dianggapnya sebagai ancaman untuk hidup Kaoru.

Meski belum tentu ketika besar nanti Kaoru akan bertemu lagi dengan

anak laki-laki itu, Makoto tidak peduli. Makoto melakukan pembunuhan

dengan amat hati-hati agar jejaknya tidak dapat diselidiki oleh polisi dan

52

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dia tidak harus masuk penjara. Makoto juga tidak peduli akan kesedihan

yang dirasakan oleh para orang tua anak laki-laki itu. Yang ada dipikiran

Makoto hanyalah keselamatan hidup putrinya, Kaoru. Kecemasan yang

berlebihan membuat Makoto lupa akan nilai-nilai moral yang berlaku

dalam kehidupan ini, sehingga Ego tidak dapat mengontrol keinginan dari

Id.

4. Super Ego Makoto pada akhirnya hadir dan mengharuskan Makoto untuk

melupakan segala peristiwa mengerikan di dalam hidupnya. Hati Makoto

tersadar ketika ia mengetahui bahwa ibunya selalu ada untuknya selama

dua puluh empat jam bahkan dalam melakukan tindak kejahatan sekali pun.

Makoto menyadari kekhawatiran yang dirasakan ibunya atas semua

perbuatannya dan jika ia terus saja menjadi seorang pembunuh, maka

ibunya juga seperti itu.

5. Dari rangkaian peristiwa, beban psikologis Makoto mulai terlihat ketika

Makoto masih kecil ia sering menerima pukulan jahat dari temannya yaitu

Tateshina Hideki. Peristiwa-peristiwa yang terjadi berikutnya adalah

peristiwa yang selalu menyakitkan dan menempatkan Makoto pada posisi

yang lemah sehingga memicu munculnya beban psikologisnya secara

terus-menerus. Beban-beban yang dialami oleh Makoto yaitu perasaan

malu pada pandangan masyarakat mengenai dirinya dan Kaoru, perasaan

cemas atau takut akan masa depan Kaoru, dan perasaan bersalah jika

terjadi sesuatu pada Kaoru.

53

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2 Saran

Saran penulis terhadap pembaca setelah membaca dan memahami isi

skripsi ini diharapkan pembaca dapatmengontrol kepribadian Id, yaitu

keinginan-keinginan yang muncul dari dalam diri yang bertentangan dengan Ego

dan Superego. Meski Id itu dirasa benar dan mungkin sulit untuk dilawan,

sebagai makhluk sosial yang memiliki akal dan budi pekerti, kita harus berusaha

untuk berpikir rasional dan jangan terlalu mudah dalam mengambil keputusan

sesuai perasaan kita. Ada aturan serta norma yang harus dipatuhi dan dijalankan,

apalagi di dalam kehidupan masyarakat. Sebaiknya kita tidak selalu melakukan

sesuatu dengan keinginan kita sendiri, sebelum melakukan sesuatu kita harus

memikirkan terlebih dahulu apa dampak yang akan terjadi setelahnya. Supaya

kita tidak menyesali tindakan yang telah kita lakukan, ataupun supaya tindakan

yang kita lakukan tidak merugikan orang lain. Karena ada masanya dimana kita

memenuhi keinginan tersebut dan ada pula masa dimana kita tidak boleh

memenuhinya. Kita boleh melakukan apapun yang kita inginkan selama itu tidak

menyimpang dari norma-norma yang berlaku di dalam kehidupan.

54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Albertine. 2010. Psikologi Sastra: Karya Sastra, Metode, Teori, dan Contoh

Kasus. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Alwisol. 2009. Psikologis Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: Muhammadiyah


Malang Press

Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : PT. Sinar Baru
Aglesindo

Fananie, 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press

Fudyartanta. 2005. Psikologi Kepribadian Freudianisme. Yogyakarta : Zenith


Publisher

Hall, Calvin S. 1995. Freud. Jakarta: Delapratasa

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Jakarta : Pusat Bahasa Departemen


Pendidikan Nasional

Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : UI Press.

Koeswara, E.1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT. Eresco

Nawawi, Hidari.1991 : Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gadjah Mada


University Press

-----------------------------2009. Teori Pengkajian Fiksi (Edisi revisi). Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press

Pradopo, Rahmat Djoko.2001. Metode Penelitian Sastra.Yogyakarta: Himindita

-------------------------------2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan


Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Rahardi, K. 1966. Bahasa Indonesia untuk Perguruan tinggi. Jakarta : Penerbit
Erlangga

Rikako, Akiyoshi.2015. Holy Mother. Jakarta Selatan : Penerbit Haru

Semi, M. Atar. 1988. Metode Penelitian Sastra. Padang : Angkasa

Soemardjo. 1988. Masyarakat Dan Sastra Indonesia. Yogyakarta : Nur Cahaya

Subagyo, Joko.1997. Metode Penelitian. Jakarta:Rineka Cipta

Sugihastuti. 2007. Teori Dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Supratiknya, A. 1993. Psikologi Kepribadian Dan Teori-Teori Psikodinamik.


Yogyakarta : Kanisus

Suryabrata, Sumardi.2002. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada

-------------------------2010. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Jakarta : Raja


Grafindo Persada

Wellek & Werren.1989. Teori Kesusastraan, Terj. Melani Budianto. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama

----------------------1993. Teori Kesusastraan (Edisi Revisi), Terj. Melani Budianto.


Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Sumber internet :

http://ja.m.wikipedia.org/wiki/%E7%A7%8B%E5%90%89%E7%90%86%E9%A
6%99%E5%AD%90 (diakses pada tanggal 3 Maret 2017)

http://rizki-wijayanti-fib13.web.unair.ac.id/artikel_detail-98434-
Etika%20Kepribadian-
teori%20Kepribadian%20menurut%20Sigmund%20Freud.html
(diakses pada tanggal 20 Juli 2017)

http://ritsumei-arsvi.org/en/publications/read/id/35

(diakses pada tanggal 3 Agustus 2017)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Abstrak

Novel merupakan hasil karya sastra imajinatif pengarang yang menyajikan cerita

tentang suatu kehidupan yang di dalamnya terdapat niali-nilai budaya, sosial, moral, dan

pendidikan. Seperti dalam novel “Holy Mother” karya Akiyoshi Rikako. Pengarang

menyajikan novel ini dengan gambaran kondisi kejiwaan tokoh utama karena dianggap

menarik dan memberikan manfaat bagi pembaca .

Novel “Holy Mother” menceritakan tentang kisah seorang ibu yang rela

melakukan apa saja untuk melindungi kehidupan putrinya. Tanaka Makoto selaku tokoh

utama adalah seorang ibu dan juga pelajar tingkat SMA yang memiliki masa lalu kelam.

Dimasa SMP nya, ia pernah mengalami tindakan pelecehan seksual oleh teman laki-

lakinya yaitu Tateshina Hideki. Dampak dari perbuatan Tateshina membuat kondisi

kejiwaan Makoto terganggu. Dia pernah melakukan bunuh diri karena merasa kalau

masa depannya sudah hancur namun, ibu Makoto membangkitkan kembali semangatnya

untuk tetap hidup. Dampak lain dari perbuatan Tateshina membuat Makoto memiliki

seorang putri bernama Kaoru diusianya yang ke-14 tahun. Tentu saja hal itu menjadi

beban batin untuknya. Makoto selalu kelihatan cemas dengan nasib Kaoru karena dia

harus hidup tanpa ada seorang ayah. Di dalam pandangan masyarakat Jepang, seorang

anak yang lahir tanpa identitas dari ayahnya akan mengalami kesulitan dalam hidupnya.

Seperti mengurus administrasi negara dan menjadi korban bully teman-teman di

sekolahnya. Prasangka terhadap kehamilan yang belum menikah juga dapat

menyebabkan masalah mengenai pekerjaan seperti dipecat setelah kembali dari cuti

hamil dan mengalami kesulitan untuk menemukan pekerjaan baru. Karena kecemasan

dalam hati dan pikirannya itulah Makoto membunuh anak laki-laki yang dianggap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


berbahaya untuk hidup Kaoru. Dia tidak ingin Kaoru merasakan penderitaan yang sama

seperti yang sudah dialaminya.

Pendekatan yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan semiotika dan

psikologi analisis Sigmund Freud, dengan tujuan agar dapat dilihat keterkaitannya

antara struktur kepribadian dan juga dinamika kepribadian seperti Id, Ego, dan Super

Ego serta naluri (insting) dan kecemasan.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa kecemasan dan insting yang ada

dalam pikiran Makoto mendorong pemuasan Id yang merupakan dorongan bawah sadar

manusia. Hingga akhirnya Id dapat mengalahkan Ego dan Superego. Ego yang bekerja

atas prinsip realita dan Superego sebagai moral dari kepribadian tidak dapat

menghentikan keinginan dari Id. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kehidupan

tanpa mengontrol Id yang bertentangan dengan Ego dan Superego akan berdampak

negatif di dalam kehidupan masyarakat. Karena di dalam lingkungan masyarakat ada

aturan-aturan yang harus dipatuhi baik secara tertulis ataupun tidak. Melindungi seorang

anak adalah kewajiban orang tua. Namun sebagai orang tua, Ego dan Superego yang

ada di dalam diri harus dapat mengontrol Id agar tidak ada yang dapat dirugikan atas

perbuatan yang sudah dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ようし
要旨

しょうせつ ぶんか しゃかいてき どうとく きょういく か ち ふく ちょしゃ


小 説 とは文化、社会的、道徳、 教 育 という価値を含む著者による

じんせい かた そうぞうてき ぶんがくさくひん しょうせつ


人生を語る創造的 な文学作品である。 小 説 のひとつはアキヨシ・リカコ

ちょしゃ どくしゃ かんしん えいきょう


の小説「Holy Mother」のようである。著者は読者に関心があり、 影 響 が

あた しゅじんこう しんりてき じょうきょう ものがたり つた


与えられることから、主人公の心理的な 状 況 で 物 語 を伝える。

しょうせつ むすめ いのち まも なん はは


小 説 「Holy Mother」は自分の 娘 の 命 を守るために何でもやる母

はなし かた たなかまこと しゅじんこう こうこうせい わる か こ


という 話 について語 る。田中真という主人公 は高校生であり、悪 い過去

しょゆう はは ちゅうがくせい かのじょ たてしなひでき だんせい


を 所有 し た 母 で あ る 。 中 学 生 の こ ろ 、 彼女 は 蓼科秀樹 と い う 男性 の

ともだちどうし たてしな えいきょう かのじょ


友達同士 にセクハラをやられた。蓼科 のやったことの 影 響 で、彼女 の

しんり じょうたい みだ じぶん しょうらい


心理の 状 態 が乱された。自分の 将 来 がもうなくなるとおもうことから、

じさつ き はは じんせい おく つづ はげ たてしな


自殺する気もあったが、母は人生を送り続けるように励ました。また蓼科

えいきょう かのじょ さい かおる むすめ う


の 影 響 で、彼女は14歳であるのに、 薫 という 娘 を生 んだ。それはも

じぶん じんせい みだ まこと かおる うんめい ちち じんせい お


ちろん、自分の人生を乱した。 真 は 薫 の運命、父がいない人生を置くこ

よ ぎ しんぱい にほんしゃかい ちち
とを余儀 なくされたことから、心配 している。日本社会 には父 がいない

こども せいかつ むずか ちょくめん え


子供 が 生活 で 難 し い こ と を 直 面 せ ざ る を 得 な く な る 。 た と え ば 、

こくみんとうろく ようせいどき ともだち けっこん にんしん


国民登録を要請時や友達にいじめられることなどである。結婚せずに妊娠

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


たい へんけん こんなん お げんいん しごと
することに対する偏見は困難なことを起こす原因になり、たとえば、仕事

けん しゅっさんきゅうか もど かいしゃ くび あたら しごと み


の件では出 産 休 暇 から戻るとき会社に首されることや 新 しい仕事を見つ

しんぱい まこと かおる


けることができないことなどである。その心配があることから、 真 は 薫

きけん だんし ころ かのじょ かおる どう おそ


に危険であるその男子を殺すことにした。彼女 は 薫 が同じ恐 ろしいこと

けいけん
を経験しないようにそうすることにした。

ほんけんきゅう しよう し きごうろん


本 研 究 で使用されたアプローチは Sigmund Freud氏による記号論・

しんりがくてきぶんせき もくてき じんかく


心理学的分析 アプローチであり、目的 は人格 と Id、エゴ、スパーエゴお

ほんのう しんぱい かんれん み


よび本能と心配というダイナミクスの関連を見つけるためである。

ぶんせき けっか しん かんが ほんのう しんぱい にんげん せんざいいしき


分析の結果、真に 考 えた本能と心配が人間の潜在意識という Id を

み あっ さいご
満たすように圧するとまとめられる。最後に、Id は Ego と Super Ego が負

じつげんてき かつよう じんかく どうとく


かせた。実現的に活用している Ego と人格の道徳という Super Ego は Id の

き はんたい
やる気をやめることができない。そうすると、エゴとスパーEgo を反対す

ばあい しゃかい せいかつ わる えいきょう あた


る Id をコントロールすることがない場合は社会の生活に悪い 影 響 を与え

しゃかい せいかつ か
るとわかることができる。 社会の生活 には書 いてあるまたはかかれてな

ひっすきそく こども まも おや ぎ む
い必須規則があるからである。子供を守ることが親の義務である。しかし、

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


おや だれ そん う じぶん しょゆう
親として、やったことに誰でも損を受けないように自分が所有するエゴと

スパーエゴは Id をコントロールしないといけない。

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai