Anda di halaman 1dari 50

ANALISIS STRUKTURAL TERHADAP NOVEL

“NAOMI” KARYA JUNICHIRO TANIZAKI

TANIZAKI JUNICHIRO NO SAKUHIN NO NAOMI TO IU

SHOUSETSU NO KOUZOU BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Bidang Ilmu Sastra Jepang

Disusun Oleh :

NUGRAHA ALIMURTY

NIM : 090708029

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa

menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS STRUKTURAL TERHADAP NOVEL

NAOMI KARYA JUNICHIRO TANIZAKI” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk

meraih gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan

baik moril, materi dan ide dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini,

penulis ingin mengucapkan terima kasih, penghargaan dan penghormatan kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, Ms.,Ph.D., selaku Ketua Program Sudi Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan

waktu dan pemikirannya dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan saran –

saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum., selaku Pembimbing II, yang selalu

memberikan waktu dan tenaga sedemikian besarnya untuk membimbing, memeriksa

serta memberikan saran – saran kepada penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi

ini hingga selesai.

5. Dosen Penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan

menguji skripsi ini. Tak lupa pula penulis sampaikan kepada seluruh dosen serta staf

pegawai di Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

ii

Universitas Sumatera Utara


Utara yang dengan penuh kesabaran telah memberikan ilmu yang berguna bagi

penulis serta dukungan dalam menyelesaian skripsi ini.

6. Bang Joko selaku mantan staf administrasi Program Studi Sastra Jepang yang selalu

mengingatkan penulis dan membantu menyelesaikan berbagai surat menyurat dan

berkas-berkas penulis.

7. Terima kasih yang tidak terhingga kepada ayahanda Alimin Hamid dan ibunda

Nurniati yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil dan selalu

mendoakan sampai penulis dapat menyelesaikan studinya dan dapat menyelesaikan

skripsi ini.

8. Seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan dalam segala hal

sampai berakhirnya studi ini.

9. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu, yang telah

memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Hanya Tuhan yang

dapat membalas kebaikan anda semua.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

dari isi maupun uraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan kritik dan saran

yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat

bagi penulis, pembaca khususnya mahasiswa/ mahasiswi Jurusan Sastra Jepang Universitas

Sumatera lainnya.

Medan, Februari 2017

Penulis,

Nugraha Alimurty

iii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 3

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan .................................................... 4

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ...................................... 5

1.5 Tujuan dan Manfaat .................................................................. 10

1.6 Metode Penelitian ..................................................................... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL NAOMI KARYA

JUNICHIRO TANIZAKI DAN PENDEKATAN STRUKTURAL

2.1 Definisi Novel…….................................................................... 13

2.2 Unsur-unsur Pembangun Novel................................................. 14

2.2.1 Unsur Intrinsik ..……………………………………… 14

2.2.2 Unsur Ekstrinsik …………………………………….... 16

2.3 Definisi Pendekatan Struktural dan Pendekatan Semiotik

Dalam Kajian Sastra .……..................................................... 17

iv

Universitas Sumatera Utara


2.4 Biografi Pengarang ................................................................... 21

BAB III ANALISIS STRUKTURAL NOVEL NAOMI KARYA JUNICHIRO

TANIZAKI

3.1 Sinopsis Cerita ......................................................................... 24

3.2 Analisis Struktural Novel Naomi Karya Junichiro

Tanizaki ..................................................................................... 26

3.2.1 Analisis Tema ………………………………………... 26

3.2.2 Analisis Alur …………………………………………. 27

3.2.3 Analisis Penokohan …………………………………... 28

3.2.4 Analisis Latar ……………………………………….. 35

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ............................................................................... 38

4.2 Saran ......................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah wujud dari buah pemikiran manusia yang secara sadar

maupun tidak sadar dapat terwujud dalam perbuatan maupun perwujudan

keseharian. Di samping itu, sastra memiliki banyak manfaat dan juga memiliki

banyak dampak yang mempengaruhi watak maupun sikap seseorang dalam

menjalani kehidupannya. Sastra berada di atas kehidupan manusia. Secara tidak

langsung penulis menyampaikan bahwa sastra baik secara lisan maupun tulisan

yang keluar dari mulut maupun gaya keseharian yang tersurat dalam tulisan.

Menurut Semi (1988:8), sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni

kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

bahasa sebagai mediumnya. Karya sastra mengandung berbagai unsur yang sangat

kompleks, dan mengandung unsur kebahasaan, struktur wacana, signifikan sastra,

keindahan, sosial budaya, nilai, dan latar kesejarahannya (Aminuddin, 1987: 51).

Dapat dikatakan bahwa sastra itu hal yang kompleks. Namun jika semua

bergabung dalam satu kesatuan terlihat kekhasan karya sastra tersebut.

Karya sastra dapat dikategorikan dalam dua jenis yaitu karya imajinatif dan

karya non imajinatif. Puisi, cerpen, novel, drama merupakan karya sastra. Salah

satu yang termasuk ke dalam sastra imajinatif adalah novel. Dalam penulisan

karya ilmiah ini akan dibahas mengenai novel.

Di antara para ahli teori sastra kita memang ada yang membedakan antara

novel dan roman. Menurut Sumarjo dalam Santosa dan Wahyuningtyas (2010 :

Universitas Sumatera Utara


47), novel adalah produk masyarakat. Novel berada di masyarakat karena novel

dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan desakan-desakan emosional atau

rasional dalam masyarakat. Sedangkan roman adalah karya sastra yang

mengambarkan peristiwa yang mungkin terjadi dengan kondisi yang tidak

memungkinkan atau hampir tidak memungkinkan sebagai sebuah kenyataan.

Roman adalah sebuah cerita subjektif, di dalamnya pengarang berusaha

menggambarkan dunia menurut pendapatnya sendiri.

Dari uraian di atas mengenai perbedaan antara novel dan roman sudah jelas

bahwa roman itu cakupannya lebih luas karena rentang cerita dari lahir hingga

tiada. Novel merupakan hasil pemikiran penulis mengenai salah satu atau lebih

cerita-cerita dalam kehidupan manusia yang dituangkan ke dalam tulisan,

dirangkaikan dan diolah sedemikian rupa sehingga memiliki jalan cerita dan lika-

liku kehidupan manusia.

Dewasa ini, novel cukup diminati terutama kalangan remaja. Banyaknya

karya-karya yang muncul dari novelis-novelis muda yang memunculkan cerita-

cerita apik dan dibubuhi bahasa yang sangat menarik. Novel-novel yang cukup

menarik dibaca juga berasal dari negara luar atau novel terjemahan. Karya-karya

novelis luar negeri patut kita acungkan jempol juga. Salah satu penulis berbakat

yaitu Junichiro Tanizaki. Ia menerima anugerah Orde Kebudayaan dari

pemerintah Jepang. Ia juga dipilih sebagai Anggota Kehormatan American

Academy and Institute of Arts and Letters. Tanizaki lah penulis Jepang pertama

yang dihargai sebesar itu.

Universitas Sumatera Utara


Salah satu karya Junichiro Tanizaki adalah Naomi. Novel yang berjudul asli

Chijin no Ai ini berkisah mengenai seorang pemuda dewasa pegawai tinggi

bermasa depan cerah dan penuh disiplin yang jatuh cinta pada seorang gadis

remaja yang sangat muda. Novel ini kaya dengan ketegangan psikologis,

pencarian identitas, benturan budaya dan kejutan yang serba tidak terduga.

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan objektif atau

struktural. Penulis menganalisis tokoh utama karena menganggap tokoh utama

dalam novel Naomi ini mendominasi seluruh sisi cerita. Ia mengawali penceritaan

dari awal hingga akhir. Ia memiliki watak yang unik. Seorang gadis polos, yang

kemudian terpengaruh oleh segala hal yang berbau kebarat-baratan, dan akhirnya

mengubah wataknya.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis tertarik

untuk membahas masalah ini dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan

judul “Analisis Struktural Terhadap Novel Naomi karya Junichiro Tanizaki”.

1.2 Perumusan Masalah

Kegiatan penelitian dilakukan untuk mencapai hasil dan mengetahui

kebenaran dan ketidakbenaran suatu objek. Pada dasarnya suatu permasalahan

merupakan rintangan yang membutuhkan pemecahan atau solusi. Novel, dalam

hal ini, memiliki banyak unsur intrinsik yang menarik untuk dikaji seperti tema,

alur, penokohan dan latar. Begitu juga dengan karya sastra berupa novel Naomi

karya Junichiro Tanizaki. Penulis mencoba untuk menganalisis novel tersebut

dengan metode struktural yang berkaitan dengan unsur-unsur novel. Untuk

Universitas Sumatera Utara


memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Seperti apa unsur-unsur intrinsik seperti tema, alur, penokohan dan

latar yang terdapat dalam novel Naomi karya Junichiro Tanizaki?

2. Bagaimana pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam novel

Naomi karya Junichiro Tanizaki?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Novel yang akan penulis bahas berjudul Naomi karya Junichiro Tanizaki.

Novel ini diterbitkan dalam edisi bahasa Indonesia pada tahun 2012 dan

diterjemahkan oleh Maulida Sri Handayani. Novel dengan judul asli Chijin No Ai

ini memiliki 256 halaman. Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka

penulis menganggap perlu adanya pembatasan ruang lingkup dalam

pembahasan.Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak menjadi terlalu

luas dan berkembang jauh, sehingga penulisan dapat lebih terarah dan terfokus.

Dalam analisis ini, penulis hanya akan membatasi ruang lingkup

pembahasan yang difokuskan pada unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam

novel Naomi karya Junichiro Tanizaki.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

Universitas Sumatera Utara


1. Tinjauan Pustaka

Sastra secara etimologi diambil dari bahasa-bahasa Barat (Eropa) seperti

literature (bahasa Inggris), littérature (bahasa Prancis), literatur (bahasa Jerman),

dan literatuur (bahasa Belanda). Semuanya berasal dari kata litteratura (bahasa

Latin) yang sebenarnya tercipta dari terjemahan kata grammatika (bahasa Yunani).

Litteratura dan grammatika masing-masing berdasarkan kata “littera” dan

“gramma” yang berarti huruf (tulisan atau letter). Dalam bahasa Prancis, dikenal

adanya istilah belles-lettres untuk menyebut sastra yang bernilai estetik. Istilah

belles-lettres tersebut juga digunakan dalam bahasa Inggris sebagai kata serapan,

sedangkan dalam bahasa Belanda terdapat istilah bellettrie untuk merujuk makna

belles-lettres. Dijelaskan juga, sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa

Sansekerta yang merupakan gabungan dari kata sas, berarti mengarahkan,

mengajarkan dan memberi petunjuk. Kata sastra tersebut mendapat akhiran tra

yang biasanya digunakan untuk menunjukkan alat atau sarana. Sehingga, sastra

berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk atau pengajaran. Sebuah kata lain yang

juga diambil dari bahasa Sansekerta adalah kata pustaka yang secara luas berarti

buku (Teeuw, 1984: 22-23).

Novel menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M. (1986: 29-30) sebagai

berikut : dalam arti luas novel adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang

luas. ukuran yang luas disini dapat berarti cerita denga plot (alur) yang kompleks,

karakter yang banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam dan

setting cerita yang beragam pula. Namun ukuran “luas” disini juga tidak mutlak

demikian, mungkin yang luas hanya satu unsur fiksinya saja, misalnya temanya,

sedang karakter, setting dan lain-lain hanya satu saja. Novel memiliki dua unsur,

Universitas Sumatera Utara


yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik novel sendiri meliputi

tema, alur, latar dan penokohan.

Strukturalisme adalah cara berpikir tentang dunia yang dikaitkan dengan

persepsi dan struktur. Pada hakikatnya dunia lebih tersusun dari setiap unsur atau

anasirnya tidak memiliki makna sendiri-sendiri kecuali dalam hubungan dengan

unsur lain sesuai dengan posisinya di dalam keseluruhan struktur. Dengan

demikian, struktur merupakan sebuah sistem, yang terdiri sejumlah unsur yang di

antaranya tidak satupun dapat mengalami perubahan tanpa menghasilkan

perubahan dalam semua unsur lain (Teeuw, 1984:35).

Pada dasarnya analisis struktural memaparkan secermat mungkin fungsi

dan keterkaitan antar berbagai unsur karya sastra yang secara bersama

menghasilkan sebuah karya sastra yang utuh. Analisis struktural tidak cukup

dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu dari sebuah karya fiksi, misalnya

peristiwa, plot, tokoh, latar, atau antar unsur itu, dan sumbangan apa yang

diberikan terhadap tujuan estetik dan makna keseluruhan yang ingin dicapai

(Nurgiyantoro, 2009: 37).

Satu konsep yang menjadi ciri khas teori struktural adalah adanya

anggapan bahwa di dalam diri karya sastra merupakan suatu struktur yang otonom,

yang dapat dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur

pembangunannya yang saling berjalinan (Pradopo dalam Jabrohim, 2001: 55).

Secara definitif, strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis

unsur-unsur karya sastra. Unsur-unsur karya sastra, terutama prosa di antaranya

adalah tema peristiwa atau kejadian, latar, penokohan atau perwatakan, alur, plot,

Universitas Sumatera Utara


dan sudut pandang (Ratna, 2007:93). Sedangkan Stanton (2007: 22-71)

menyebutkan unsur novel terdiri atas fakta-fakta cerita yang berupa alur, karakter,

latar, tema, dan sarana-sarana cerita yang berupa judul, sudut pandang, gaya dan

tone, simbolisme, dan ironi.

Strukturalisme genetik pada prinsipnya adalah teori sastra yang

berkeyakinan bahwa karya sastra tidak semata-mata merupakan suatu struktur

yang statis dan lahir dengan sendirinya, melainkan merupakan hasil strukturasi

struktur kategoris pikiran subjek penciptanya atau subjek kolektif tertentu yang

terbangun akibat interaksi antara subjek itu dengan situasi sosial dan ekonomi

tertentu. Oleh karena itu, pemahaman mengenai struktur karya sastra, bagi

Strukturalisme genetik, tidak mungkin dilakukan tanpa pertimbangan faktor-

faktor sosial yang melahirkannya, sebab faktor-faktor itulah yang memberikan

kepaduan pada struktur itu (Goldmann dalam Faruk 1999: 13).

2. Kerangka Teori

Dalam meneliti suatu karya sastra diperlukan suatu pendekatan yang

berfungsi sebagai titik tolak atau acuan penulis dalam menganalisis karya sastra

tersebut. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pendekatan objektif atau

struktural.

Strukturalisme adalah studi tentang bagaimana mengapresiasikan sastra

yang lebih menitik beratkan pada pendekatan objektif. Di mana sastra itu sendiri

bersifat otonom yang artinya sebuah karya sastra dapat memberikan makna pada

unsur – unsurnya sendiri ( Waluyo, 1990:109).

Universitas Sumatera Utara


Analisis struktural terhadap karya sastra merupakan suatu sistem kerja

analisis untuk membongkar dan memaparkan secara cermat teliti, detail, dan

sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra

yang bersama – sama menghasilkan makna menyeluruh.

Analisis struktural merupakan prioritas utama sebelum diterapkannya

analisis yang lain. Tanpa analisis struktural maka kebulatan makna intrinsik yang

dapat digali dari karya tersebut tidak dapat ditangkap. Makna unsur – unsur karya

sastra hanya dapat ditangkap dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat

dan fungsi unsur itu di dalam keseluruhan karya sastra (Teeuw, 1982:16).

Menurut Nurgiyantoro (2009:126) unsur-unsur struktural karya satra

adalah sebagai berikut:

a. Tema

Tema merupakan dasar cerita atau gagasan umum dari sebuah novel

(Nurgiyantoro, 2009: 70). Stanton (via Nurgiyantoro, 2009: 70) menjelaskan

bahwa tema dapat juga disebut ide utama atau tujuan utama. Berdasarkan dasar

cerita atau ide utama, pengarang akan mengembangkan cerita. Oleh karena itu,

dalam suatu novel akan terdapat satu tema pokok dan sub-sub tema. Pembaca

harus mampu menentukan tema pokok dari suatu novel. Tema pokok adalah tema

yang dapat memenuhi atau mencakup isi dari keseluruhan cerita. Tema pokok

yang merupakan makna keseluruhan cerita tidak tersembunyi, namun terhalangi

dengan cerita-cerita yang mendukung tema tersebut. Maka pembaca harus dapat

mengidentifikasi dari setiap cerita dan mampu memisahkan antara tema pokok

dan sub-sub tema atau tema tambahan.

Universitas Sumatera Utara


b. Alur

Alur adalah cerita yang berisi kejadian, tetapi kejadian itu hanya

dihubungkan secara sebab – akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan

terjadinya peristiwa lain. Alur adalah tulang punggung dari sebuah cerita karena

alur merupakan jalannya cerita (Staton, 2007:14).

c. Penokohan

Sebagian tokoh – tokoh karya fiksi adalah tokoh – tokoh rekaan yang

dimaksud tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami cerita kendati

berupa rekan atau hasil imajinasi pengarang, masalah penokohan tidak bisa

dipisahkan dari suatu karya sastra dan merupakan suatu bagian yang penting

dalam membangun sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2009:66).

d. Latar

Latar menurut Abrams dalam Nurgiantoro (2009: 216) adalah landasan

atau tumpuan yang memiliki pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan

sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Siswandarti (2009:

44) juga menegaskan bahwa latar adalah pelukisan tempat, waktu, dan situasi atau

suasana terjadinya suatu peristiwa. Berdasarkan pengertian tersebut latar dapat

disimpulkan sebagai pelukisan tempat, waktu, dan suasana pada suatu peristiwa

yang ada di cerita fiksi.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Universitas Sumatera Utara


1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam novel

Naomi karya Junichiro Tanizaki.

2. Mengetahui unsur-unsur intrinsik dalam Naomi karya Junichiro

Tanizaki.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dibidang sastra.

2. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan penelitian – penelitian

lain yang telah ada sebelumnya khusunya yang menganalisis tentang

unsur intrinsik dan penokohan dalam sebuah novel.

1.6 Metode Penelitian

Di dalam melakukan sebuah penelitian, tentu dibutuhkan sebuahmetode

sebagai bahan penunjang dalam penulisan untuk mencapai tujuan.Subagyo

(1997:1) mengatakan bahwa metode merupakan jalan yangberkaitan dengan cara

kerja dalam mencapai sasaran yangdiperlukan bagi penggunaannya, sehingga

dapat memahami objek sasaran yangdikehendaki dalam upaya mencapai sasaran

atau tujuan pemecahan permasalahan.

10

Universitas Sumatera Utara


Menurut Koentjaraningrat (1976:30), metode deskriptif adalah pencarian

fakta dengan intrepretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-

masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-

situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, dan

pandangan dalam masyarakat.

Penulis menggunakanstudi kepustakaan (library research), dengan

mengambil sumber acuan dari berbagai buku yang berhubungan dengan karya

sastra, kritik sastra, serta buku-buku lainnya sebagai literatur tambahan.

Selain itu penulis juga memanfaatkan berbagai fasilitas yangtersedia di

Perpustakaan Umum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Program Studi

Bahasa dan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara,

Perpustakaan Daerah di Medan, serta Perpustakaan Konsulat Jendral Jepang di

Medan, juga pemanfaatan berbagai website atau situs-situs yang membahas

strukturalisme karya sastra serta literatur penunjang lainnya juga dilakukan untuk

melengkapi data-data penelitian ini.

Adapun langkah- langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Pemilihan topik dan judul penelitian.

2. Merumuskan masalah yang ingin diteliti.

3.Menyusun kerangka teori.

4. Melakukan studi pustaka.

11

Universitas Sumatera Utara


5. Mengumpulkan data.

6. Menganalisis data.

7. Menggunakan referensi.

8. Menulis laporan penelitian.

BAB II

12

Universitas Sumatera Utara


TINJAUAN UMUM TERHADAP NOVEL NAOMI KARYA JUNICHIRO

TANIZAKI DAN PENDEKATAN STRUKTURAL

2.1 Defenisi Novel

Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novella yang secara harfiah berarti

“sebuah barang baru yang kecil” dan kemudian diartikan sebagai “cerita pendek

dalam bentuk prosa”. Dalam bahasa Jerman novel disebut novella dan dalam

bahasa Inggris disebut dengan novel, istilah inilah yang kemudian masuk ke

dalam bahasa Indonesia.

Novel merupakan jenis dan genre prosa dalam karya sastra. Prosa dalam

kesusastraan juga disebut sebagai fiksi. Karya fiksi menyarankan pada suatu karya

sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang

tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya

pada dunia nyata (Nugiyantoro, 1998:2). Tokoh peristiwa dan tempat yang

disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa dan tempat yang bersifat

imajiner.

Menurut Jacob Sumardjo (1999:11), novel adalah genre sastra yang

berupa cerita, mudah dibaca dan dicerna, juga kebanyakan mengandung unsur

suspensi dalam alur ceritanya yang mudah menimbulkan sikap penasaran bagi

pembacanya. Walau bersifat imajiner namun ada juga karya fiksi atau novel yang

berdasarkan dari pada fakta.

13

Universitas Sumatera Utara


2.2. Unsur-Unsur Pembangun Novel

Novel merupakan sebuah totalitas, suatu panduan bersifat artistik. Sebagai

sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian atau unsur yang berkaitan satu

dengan yang lain secara erat dan saling menguntungkan. Sehingga dengan unsur-

unsur tersebut keterpaduan sebuah novel akan terwujud.

Secara garis besar unsur-unsur pembangun sebuah novel antara lain:

2.2.1. Unsur intrinsik

Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang berada dalam karya sastra itu

sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya

sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai ketika orang-orang

membaca sebuah karya sastra.

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung

turut serta membangun cerita. Keterpaduan antar berbagai unsur inilah yang

membuat sebuah novel berwujud.

Unsur-unsur yang dimaksud adalah tema, alur atau plot, penokohan, latar,

sudut pandang, gaya bahasa, amanat dan lain-lain.

a. Tema

Istilah tema menurut Scarbach dalam Aminuddin (2000:91) berasal dari

bahasa latin yang berarti ‘tempat meletakkan suatu perangkat’. Disebut demikian

karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga

sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang

diciptakannya. Tema adalah kaitan hubungan antara makna dengan tujuan

14

Universitas Sumatera Utara


pemaparan prosa fiksi oleh pengarangnya, maka untuk memahami tema pembaca

harus terlebih dahulu memahamiunsuresignifikan yang membangun suatu cerita,

menyimpulkan makna, yang dikandungnya, serta mampu menghubungkannya

dengan tujuan penciptaan pengarangnya.

b. Alur atau Plot

Plot atau alur merupakan urutan kejadian dalam sebuah cerita, tiap

kejadian tersebut dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu

disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lainnya.

Alur terbagi dua bagian, yaitu alur maju yaitu apabila peristiwa bergerak

secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan alur

mundur yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.

c. Penokohan

Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku bisa diketahui

karakternya dari cara bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal. Penokohan

mencakup pada masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan atau karakter

tokoh, dan bagaimana penempatan atau pelukisannya dalam sebuah cerita

sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan

sekaligus mencakup pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam

sebuah cerita.

d. Latar

Latar merupakan lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam

cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang

15

Universitas Sumatera Utara


berlangsung. Latar dapat terwujud dekor (tempat), dan juga terwujud waktu-

waktu tertentu. Biasanya latar diketengahkan melalui baris-baris deskriptif.

e. Sudut Pandang

Menurut Aminuddin (2000 : 90) sudut pandang adalah cara pengarang

menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkanya. Cara atau pandangan

yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,

latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk sebuah cerita dalam sebuah karya

fiksi kepada pembaca.

Dengan demikian sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi,

Teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan

gagasan ceritanya.

f. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan tingkah laku pengarang dalam menggunakan

bahasa dalam membuat karyanya. Gaya bahasa yang digunakan pengarang

berbeda satu sama lain. hal ini dapat menjadi sebuah ciri khas seorang pengarang.

g. Amanat

Amanat merupakan pesan moral atau hikmah yang ingin disampaikan

pengarang pada pembacanya. Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan

pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai

kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan pada pembacanya.

2.2.2 Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu

sendiri, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem

16

Universitas Sumatera Utara


organisme karya sastra tersebut. Secara lebih khusus dapat dikatakan sebagai

unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra. Unsur

ekstrinsik karya sastra cukup berpengaruh terhadap totalitas keterpaduan cerita

yang dihasilkan.

Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur ekstrinsik juga memiliki

beberapa unsur di antaranya : subjektifitas individu pengarang yang memiliki

sikap, keyakinan dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya

yang ditulisnya. Unsur ekstrinsik merupakan segala faktor yang melatarbelakangi

penciptaan karya sastra, yang merupakan milik subjektif pengarang yang berupa

kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan mempengaruhi

kepengarangan seseorang.

Unsur-unsur ekstrinsik meliputi tradisi dan nilai-nilai, struktur kehidupan

sosial, keyakinan dan pandangan hidup, suasana politik, lingkungan hidup, agama

dan sebagainya.

2.3 Definisi Pendekatan Struktural dan Pendekatan Semiotik Dalam Kajian

Sastra

Secara definitif strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu

struktur itu sendiri, dengan mekanisme antar hubungannya, di satu pihak

antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, di pihak yang lain

hubungan antara unsur (unsur) dengan totalitasnya. Hubungan tersebut tidak

semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman,

tetapi juga negatif, seperti konflik dan pertentangan. Istilah struktur sering

17

Universitas Sumatera Utara


dikacaukan dengan sistem. Definisi dan ciri-ciri sruktur sering disamakan dengan

definisi dan ciri-ciri sistem. Secara etimologis struktur berasal dari kata structura

(Latin), berati bentuk, bangunan, sedangkan sistem berasal dari kata systema

(Latin), berarti cara. Struktur dengan demikian menunjuk pada kata benda,

sedangkan sistem menunjuk pada kata kerja. Pengertian-pengertian struktur yang

telah digunakan untuk menunjuk unsur-unsur yang membentuk totalitas pada

dasarnya telah mengimplikasikan keterlibatan sistem. Artinya, cara kerja

sebagaimana ditunjukan oleh mekanisme antar hubungan sehingga terbentuk

totalitas adalah sistem. Dengan kalimat lain, tanpa keterlibatan sistem maka

unsur-unsur hanyalah agregasi.

Sejak ditemukannya hukum-hukum formal yang berhubungan dengan

hakikat karya sekitar tahun 1940-an, bahkan sejak formalisme awal abad ke-20,

model analisis terhadap karya sastra telah membawa hasil yang gilang-gemilang.

Bahasa sebagai sistem model pertama telah dieksploitasi semaksimal mungkin

dalam rangka menemukan aspek-aspek estetikanya. Ciri-ciri kesastraan, cara-cara

pembacaan mikroskopi, analisis intristik, dan sebagainya, yang secara

keseluruhan mmberikan intensitas terhadap kedudukan karya sastra secara

mandiri, karya sastra sebagai ergon, selama hampir setengah abad merupakan

tujuan utama penelitian. Analisis ‘Les Chats’ karya Baudelaire oleh Roman

Jakobson dan Levi-Strauss, Sarrasine karya Balzac oleh Roland Barthes,

dongeng-dongeng Rusia oleh Propp, dianggap sebagai puncak keberhasilan

strukturalisme. Berbagai analisis yang dilakukan oleh mazhab Rawamangun,

khususnya penelitian yang dilakukan oleh A.Teeuw, Umar Junus, Rachmat Djoko

18

Universitas Sumatera Utara


Pradopo, dan Made Sukada, termasuk skripsi, tesis, disertasi yang belum terbit

yang masih tersimpan di perpustakaan, merupakan hasil strukturalisme.

Perkembangan ilmu pengetahuan, setelah mencapai klimaks akan

mengalami stagnasi sebab akan timbul konsep dan paradigma baru, sesuai dengan

perkembangan masyarakat yang mendukungnya. Klimaks strukturalisme

dianggap sebagai involusi, tidak memberikan arti yang memadai terhadap hakikat

kemanusiaan. Strukturalisme dinggap sebagai mementingkan objek, dengan

konsekuensi menolak,bahkan ‘mematikan’ sebjek pencipta. Oleh karena itulah,

strukturalisme dianggap sebagai antihumanis. Strukturalisme juga dianggap

melepaskan karya dari sejarah sastra dan sosial budaya yang justru merupakan

asal-usulnya.

Lahirnya strukturalisme dinamik didasarkan atas kelemahan-kelemahan

strukturalisme sebagaimana yang dianggap sebagai perkembangan kemudian

formalisme di atas. Strukturalisme dinamik dimaksudkansebagai penyempurnaan

strukturalisme yang semata-mata memberikan intensitas terhadap struktur

intrinsik, yang dengan senirinya melupakan aspek-aspek ekstrinsiknya.

Strukturalisme dinamis mula-mula dikemukakan oleh Mukarovsky dan Felik

Vodicka (Fokkema, 1977: 31). Menurutnya, karya sastra adalah proses

komunikasi, fakta semiotik, terdiri atas tanda, struktur, dan nilai-nilai. Karya seni

adalah petanda yang memperoleh makna dalam kedadaran pembaca. Oleh karena

itulah, karya seni harus dikembalikan pada kompetensi penulis, masyarakat yang

menghasilkannya, dan pembaca sebagai penerima.

19

Universitas Sumatera Utara


Secara definitif strukturalisme memberikan perhatian terhadap analisis

unsur-unsur karya. Setiap karya sastra, baik karya sastra dengan jenis yang sama

maupun berbeda, memiliki unsur-unsur yang berbeda. Di samping sebagai akibat

ciri-ciri inheren tersebut, perbedaan unsur juga terjadi sebagai akibat dari

perbedaan proses resepsi pembaca. Dalam hubungan inilah karya sastra dikatakan

sebagai memiliki ciri-ciri yang khas, otonom, tidak bisa digeneralisasikan. Setiap

penilaian akan memberikan hasil yang berbeda. Meskipun demikian perlu

dikemukakan unsur-unsur pokok yang terkandung dalam ketiga jenis karya, yaitu:

prosa, puisi, dan drama. Unsur-unsur prosa, diantaranya: tema, peristiwa atau

kejadian, latar atau seting, penokohan atau perwatakan, alut atau plot, sudut

pandang, dan gaya bahasa. Unsur-unsur puisi, diantaranya: teema, stilistika atau

gaya bahasa, imajinasi atau daya bayang, ritme atau irama, rima atau persajakan,

diksi atau pilihan kata, simbol, nada, dan enjambemen. Unsur-unsur drama, dalam

hubungan ini drama teks, di antaranya: tema, dialog, peristiwa

Secara persis sama sebagaimana dikemukakan oleh para penemunya.

Teori pun dapat ditafsirkan sesuai dengan kemampuan peneliti. Teori adalah alat,

kapasitasnya berfungsi untuk mengarahkan sekaligus membantu memahami objek

secara maksimal. Teori memiliki fungsi statis sekaligus dinamis. Aspek statisnya

adalah konsep-konsep dasar yang membangun sekaligus membedakan suatu teori

dengan teori yang lain. Dalam strukturalisme, misalnya, konsep-konsep dasarnya

adalah unur-unsur, anatrhubungan, dan totalitasnya. Aspek-aspek dinamisnya

adalah konsep-konsep dasar itu sendiri sesudah dikaitkan dengan hakikat

objeknya. Konsep inilah yang berbah secara terus-menerus, sehingga penelitian

yang satu berbeda dengan penelitian yang lain.

20

Universitas Sumatera Utara


Selama lebih kurang setengah abad perkembangan strukturalime telah

memberikan hasil yang memadai yang meliputi berbagai bidang ilmu

pengetahuan. Sebagai suatu cara pemahaman, baik sebagai teori maupun metode,

ciri-ciri yang cukup menonjol adalah lahirnya berbagai kerangka dan model

analisis, khususnya analisis fiksi. Dalam kerangka strukturalisme, di mana

diperlukan adanya suatu keteraturan, suatu pusat yang pada gilirannya akan

melahirkan saluran-saluran komunikasi, kerangka dan model-model analisis yang

dikemukakan oleh para kritikus sastra, sesuai dengan tujuannya masing-masing,

dapat diterima secara positif. Sebaliknya, dalam kerangka analisis sastra

kontemporer jelas model yang dimaksudkan tidak sesuai dan tidak diperlukan

sebab prinsip-prinsip postrukturalisme memprasyaratkan pemahaman yang tidak

harus dilakukan melalui suatu kerangka analisis yang sudah baku.

2.4 Biografi Pengarang

Junichiro Tanizaki - lahir di Tokyo, 24 Juli 1886 - adalah novelis dan

penulis cerpen Jepang yang aktif mulai dari akhir zaman Meiji hingga pasca-

Perang Dunia II. Sebagian karyanya menampilkan dunia seksualitas yang

mengejutkan dan obsesi erotis yang destruktif. Karya-karyanya kerap

menggambarkan kehidupan keluarga dalam konteks perubahan yang sangat cepat

yang dialami masyarakat Jepang abad ke-20; yakni pencarian identitas budaya

yang membandingkan budaya Jepang dan Barat. Hampir semua karyanya dihiasi

dengan ironi dan kalimat yang cerdas.

21

Universitas Sumatera Utara


Reputasinya yang cemerlang menjadikan namanya diabadikan dalam

Penghargaan Tanizaki yang diberikan setahun sekali untuk penulis fiksi atau

drama. Penghargaan ini mulai diberikan setelah Tanizaki meninggal dunia pada

tahun 1965. Selain itu, namanya diabadikan untuk Museum Sastra Tanizaki

Junichiro, Ashiya.

Tanizaki memulai karir menulis pada tahun 1909. Karya pertamanya

adalah drama satu babak yang diterbitkan oleh majalah sastra yang ia termasuk

salah seorang pendirinya. Selama beberapa tahun pertama berkarya sebagai

penulis, Tanizaki merendahkan budaya Jepang karena tergila-gila dengan budaya

Barat dan semua hal yang modern. Pada tahun 1992, ia dinilai bertindak

keterlaluan dengan pindah di bagian kota Yokohama yang memiliki permukiman

untuk orang asing. Ia sempat tinggal beberapa lama di rumah bergaya Barat dan

memulai gaya hidup bohemian. Ia juga diberitakan pernah berencana untuk pergi

ke Eropa dan menetap di sana. Keadaan hidupnya waktu itu tercermin dalam

beberapa karya awalnya.

Nama Tanizaki menjadi terkenal untuk pertama kalinya setelah

menerbitkan cerpen Shisei (The Tattooer) pada tahun 1910. Dalam cerpen itu, ia

mengisahkan seorang seniman rajah menggambar seekor laba-laba besar di atas

tubuh seorang wanita muda yang cantik. Setelah dirajah, kecantikan wanita itu

berubah menjadi kekuatan kejam dan agresif, bagaikna perpaduan erotitisme

dengan sado masokisme. Tema-tema femme fatale kembali diulanginya dalam

banyak karya awalnya, termasuk di antaranya : Kirin (1910), Shonen (1911),

Himitsu (1911) dan Akuma (1912).

22

Universitas Sumatera Utara


Tanizaki menikah pada tahun 1915, namun pernikahannya tersebut tidak

membawa kebahagiaan. Ia bahkan menyuruh istrinya, Chiyoko, untuk

menyeleweng dengan Sato Haruo yang merupakan rekan sesama penulis

sekaligus sahabat Tanizaki. Tekanan psikologis waktu itu tercermin dalam

beberapa karyanya, termasuk drama panggung Aisureba Koso (Because I love Her,

1912) dan novel Kami to Hito no Aida (Between Men and the Gods, 1924).

Walaupun inspirasi beberapa tulisannya kemungkinan berasal dari orang-orang di

sekitarnya dan kejadian yang dialaminya selama hidup, karya-karya Tanizaki jauh

dari karangan bersifat autobiografi seperti halnya sebagian besar karya penulis

seangkatan di Jepang.

Tanizaki juga dikenal sebagai penulis scenario film-film bisu. Ia termasuk

pendukung Gerakan Film Murni dan menjadi salah satu tokoh penting yang

membawa tema-tema modern ke dalam film Jepang. Diantara scenario yang

ditulisnya adalah Amateur Club (1922) dan A serpent’s Lust (1923). Hubungan

Tanizaki dengan dunia perfilman dianggap penting untuk memahami keseluruhan

karirnya sebagai seorang penulis. Sebagian karya-karyanya mengeksploitasi

sensualitas –beberapa di antaranya secara khusus membahas erotisisme.

Tanizaki meninggal dunia akibat serangan jantung di Yugawara,

Kanagawa, barat daya Tokyo, 30 Juli 1965, tidak lama setelah merayakan ulang

tahunnya yang ke-79.

23

Universitas Sumatera Utara


BAB III

ANALISIS STRUKTURAL NOVEL NAOMI KARYA JUNICHIRO

TANIZAKI

3.1 Sinopsis Cerita

Kawai Jouji adalah seorang sarjana listrik berusia 28 tahun. Pria

terpandang di mata rekan sejawatnya. Hijrah dari Utsonomiya wilayah Tochiki ke

Tokyo untuk bekerja. Sebagai seorang lajang yang tak berani menyentuh wanita,

ia merasa kesepian. Kesepian membawanya sering mengunjungi Kafe Diamond.

Di sanalah ia bertemu gadis berusia 15 tahun. Orang-orang di Kafe memanggilnya

Nao-Chan namun nama aslinya adalah Naomi, nama yang aneh bagi orang Jepang.

Nama yang juga membuat Joji tertarik untuk mengenalnya lebih dalam.

Setelah mendengar penuturan dari Naomi, Jouji mengambil kesimpulan

bahwa orangtua Naomi tak memperhatikan Naomi. Mungkin karena orangtua

Naomi membuka rumah bordil di daerah Asakusa, sehingga lebih suka mengurusi

bisnis daripada mendidik anak-anaknya. Jouji merasa iba dan menawarkan kepada

Naomi untuk dirawat olehnya. Naomi setuju dan tinggal bersama Jouji di rumah

sewanya. Sejak saat itu Naomi menjalani les Bahasa Inggris dan piano.

Tanpa dapat dicegah, Jouji mulai merasa mencintai Naomi. Ia pun selalu

mencatat setiap pertumbuhan dan memotret gadis itu dari waktu ke waktu di

bukunya. Joji tak perlu berlama-lama mendapat restu dari orangtua Naomi dan

24

Universitas Sumatera Utara


orangtuanya sendiri untuk menikahi Naomi dan jadilah mereka sekarang sepasang

suami-istri.

Kawai Jouji tak menyadari bahwa ada sesuatu hal yang dilakukan Naomi

di belakangnya. Diam-diam, disaat Jouji berada di kantor, Naomi menjalani

hubungan dengan banyak pria, mulai dari Hamada, Kumagai, Seki dan Nakamura.

Suatu saat Joji harus pulang dari kantor lebih sore dari biasanya. Saat itulah dia

heran ketika mendapati rumah dalam keadaan kosong. Dari pemilik rumah-lah ia

mendapat cerita bahwa Naomi sering pergi dengan berganti-ganti lelaki. Jouji

menginterogasi Hamada dan dari mulutnya meluncurlah kisah-kisah petualangan

Naomi dengan laki-laki.

Jouji marah dan mengusir Naomi dari rumah. Namun setelah Naomi pergi

ia malah menyesal sehingga berusaha mendapatkan Naomi kembali. Segera ia

menghubungi Hamada untuk meminta bantuannya. Namun kabar yang dibawa

Hamada tidak menggembirakan. Hamada menceritakan bahwa Naomi saat ini

telah berganti-ganti lelaki dengan lelaki barat. Dengan kekecewaannya, Joji

akhirnya berusaha merelakan kepergian Naomi dan tak berharap Naomi kembali

padanya.

Jouji salah dengan ketetapan hatinya untuk melupakan Naomi. Peristiwa-

peristiwa selanjutnya membuktikan kalau dia lemah menghadapi Naomi. Suatu

malam Naomi kembali ke Omori, rumah Joji. Alasan kedatangannya adalah

mengambil sisa-sisa barang-barangnya yang belum selesai ia kemas saat Joji

Kawai mengusirnya. Joji mempersilahkan Naomi untuk mengambilnya dan

menyarankan besok untuk membawan kendaraan truck besar untuk mengambil

25

Universitas Sumatera Utara


semua sisa barangnya. Naomi tak pernah menurutinya, justru ia malah tiap malam

datang ke rumah Joji dengan alasan mengambil sisa barang. Rupanya ini adalah

taktik Naomi untuk memikat Joji kembali dan berhasil. Sejak saat itu Jouji

menuruti setiap kemauan Naomi untuk menuruti gaya hidup mewahnya.

3.2 Analisis Struktural Novel Naomi Karya Junichiro Tanizaki

3.2.1 Analisis Tema

Cuplikan 1 (hal.5)

“Catatanku ini akan jadi kisah berharga mengenai sesuatu yang tak ingin

ku lupakan. Aku pun yakin bahwa pembacaku bakal menemukan pelajaran

darinya. Ketika Jepang makin kosmopolitan, pribumi dan orang asing bakal saling

berbaur, segala macam doktrin dan falsafah diperkenalkan, laki-laki dan

perempuan pun mengadopsi berbagai gaya Barat terbaru. Sekalipun begitu,

bahkan di masa itu hubungan perkawinan macam kami tak diragukan lagi belum

pernah terdengar. Bahkan sekarang pun tidak”

Analisis

Melalui paragraf di atas Junichiro Tanizaki ingin memberitahu kita bahwa

catatannya ini akan bercerita tentang kisah cinta yang tak lazim karena

menurutnya hubungan perkawinan seperti yang akan diceritakan dalam catatannya

ini belum pernah terdengar.

Cuplikan 2 (hal. 52)

26

Universitas Sumatera Utara


Hatiku adalah medan tempat bertempurnya emosi yang saling berlawanan

antara kekecewaan dan cinta. Aku membuat pilihan yang salah: Naomi tak

sepintar yang ku harapkan. Tak bisa lagi aku mengingkari kenyataan ini meskipun

aku ingin

.... Ia mengkhianati segala harapanku berkenaan dengan pikirannya, tapi

tubuhnya kini melebihi harapan idealku. Perempuan bodoh, pikirku. Tak ada

harapan. Sayangnya, semakin aku berpikir begitu, makin memikatlah tubuhnya.

Analisis

Kalimat di atas menggambarkan bahwa Jouji mengalami pergolakan batin

ketika mulai menyadari bahwa dia menaruh harapan terlalu tinggi pada Naomi.

Namun ia tetap tak bisa berhenti dari kekgumannya yang berlebihan terhadap

Naomi walaupun sebenarnya ia telah sadar bahwa Naomi tidak seperti yang dia

harapkan.

3.2.2 Analisis Alur

Cuplikan 1 (hal.5)

“Catatanku ini akan jadi kisah berharga mengenai sesuatu yang tak ingin

ku lupakan. Aku pun yakin bahwa pembacaku bakal menemukan pelajaran

darinya. Ketika Jepang makin kosmopolitan, pribumi dan orang asing bakal saling

berbaur, segala macam doktrin dan falsafah diperkenalkan, laki-laki dan

perempuan pun mengadopsi berbagai gaya Barat terbaru. Sekalipun begitu,

27

Universitas Sumatera Utara


bahkan di masa itu hubungan perkawinan macam kami tak diragukan lagi belum

pernah terdengar. Bahkan sekarang pun tidak”

Analisis

Dari cuplikan di atas dapat terlihat bahwa alur dari novel diawali dengan

sebuah kilas balik atau flashback. Hal ini diperkuat dengan kalimat “catatanku ini

akan jadi kisah berharga yang tak ingin aku lupakan”. Kalimat tersebut

menngindikasikan bahwa novel ini akan bercerita tentang pengalaman di masa

lalu yang tidak ingin dilupakan.

3.2.3 Analisis Penokohan

A. Naomi

Cuplikan 1 (hal.5)

“Umurnya baru lima belas tahun dan saat aku baru bertemu dengannya, ia

baru saja mulai bekerja. Ia adalah pemula –pramuria magang- boleh dibilang baru

mulai mekar dari kuncupnya dan belum jadi pegawai penuh”.

Analisis

Cuplikan di atas menunjukkan bahwa Naomi merupakan gadis belia

berusia 15 tahun yang baru mulai beranjak dewasa dan baru mulai bekerja.

Cuplikan 2 (hal.6)

“Sebenarnya Naomi mirip dengan bintang film Mary Pickford: jelas sekali

ada sesuatu yang Barat dalam penampilannya. Ini bukanlah pandanganku yang

bias karena ia sekarang istriku; orang lain pun bilang begitu. Tentunya ini benar.

28

Universitas Sumatera Utara


Bukan hanya wajahnya, bahkan tubuhnya pun jelas tampak Barat saat telanjang.

Tentu aku tak tahu soal ini sebelumnya” (1925:6)

Analisis

Cuplikan di atas menunjukkan bahwa Naomi memiliki paras yang

rupawan dan tubuh yang memiliki kesamaan dengan arketipe tubuh orang Barat.

Hal inilah yang kemudian membuat Jouji tertarik dengan Naomi.

Cuplikan 3 (hal.13)

Di kesempatan-kesempatan seperti ini dia mengenakan kimono sutra bekas

–mungkin warisan dari kakaknya- dengan ikat pinggang tipis warna-warni.

Rambutnya dibentuk dalam gaya tradisional yang cocok untuk umurnya dan

wajahnya dibedaki tipis-tipis. Di kakinya yang kecil ia kenakan kaos kaki putih

Jepang yang ketat, seadanya namun cerdas.

Analisis

Dari cuplikan di atas dapat kita lihat bahwa Naomi digambarkan sebagai

sosok yang fashionable. Naomi bisa tetap terlihat menawan di mata Jouji

walaupun hanya menggunakan kimono sutra bekas. Perpaduan dengan gaya

rambut tradisional dan kaos kaki putih Jepang bahkan dianggap Jouji sebagai

pilihan yang cedas.

Cuplikan 3 (hal.23)

“Terkadang ia bermain kucing-kucingan dan petak umpet denganku.

Berlomba di sekitar atelier, ia meloncati meja, merangkak di sofa dan mengetuki

29

Universitas Sumatera Utara


kursi-kursi. Dan jika itu semua tak cukup, ia berlari ke atas loteng dan berjalan

cepat bolak-balik seperti tikus dalam perangkap. Pernah aku bermain kuda-kudaan,

merangkak di sekitar ruangan dengan dia di atas punggungku”

(hal.43-44)

“Naomi, bermain adalah bermain, belajar adalah belajar,” demikian selalu

ucapku. “Jika kau bekerja keras menjadikan dirimu sesuatu, akan kubelikan

segalanya.”

Ia selalu menanggapinya dengan cara yang sama: “Iya, aku akan belajar

dan aku berjanji akan menjadi perempuan yang berkelas.”

Setiap hari, setelah makan malam, aku menghabiskan setengah jam

bersamanya untuk memerikisa kemampuan bahasa Inggrisnya dalam membaca

dan berbicara. Tapi apapun yang kukatakan, “bermain” dan “belajar” selalu

bercampur. Mengenakan gaun atau setelan beludrunya, ia bermalas-malasan di

kursi dan menjuntaikan sebelah sandal pada satu jarinya, seperti mainan.

Analisis

Cuplikan di atas menunjukkan bahwa Naomi, bagaimanapun, tetap

memiliki jiwa kekanak-kanakan. Naomi akan terus bermain tanpa henti layaknya

anak-anak ketika ia sedang bosan. Bahkan ketika belajar pun Naomi akan bersifat

kekanak-kanakan dan tetap bermain. Ia seperti memperolok Jouji ketika ia

mengatakan “aku akan belajar dan aku berjanji akan menjadi perempuan berkelas.”

30

Universitas Sumatera Utara


Cuplikan 4 (hal.50)

“Kau keras kepala, tapi sekali aku mengatakan sesuatu, aku tak akan

menariknya lagi. Jika kau merasa bersalah, minta maaflah. Jika kau tak mau,

pulanglah. Tetapkan pilihanmu: minta maaf atau pulang ke Asakusa?”

Ia menggelengkan kepalanya.

“Jadi kau tak mau pulang?”

Ia menggelengkan kepalanya lagi.

“Kau mau minta maaf?”

Ia mengangguk.

“Jika begitu, aku memaafkanmu. Ayo minta maaf dengan benar.”

Ia menekan tangannya ke meja dengan enggan, tapi ia masih mengejekku

ketika ia menunduk dengan sembrono, matanya melirik.

Entah memang sudah bakatnya atau gara-gara aku memanjakannya, sifat

kurang ajar dan bandelnya makin buruk seiring berlalunya waktu.

Analisis

Cuplikan di atas menggambarkan bahwa Jouji mulai kewalahan

menghadapi keegoisan Naomi. Bahkan ketika salah, Naomi akan tetap bertingkah

kurang ajar dengan gestur tubuh mengejek saat meminta maaf.

31

Universitas Sumatera Utara


B. Kawai Jouji

Cuplikan 1 (hal.7)

“Waktu itu, aku adalah insinyur di beberapa perusahaan listrik, dengan

penghasilan seratus lima puluh yen. Aku lahir di Utsonomiya, Wilayah Tochigi.

Setelah menyelesaikan sekolah menengah, aku ke Tokyo, di mana aku terdaftar di

sekolah tinggi teknik di Kuramae dan segera setelah lulus, aku menjadi insinyur”.

“Walau aku anak tertua, aku tidak punya kewajiban apapun untuk

mengirim uang kepada orang tua dan saudaraku. Keluargaku punya pertanian

berskala besar”.

Analisis

Cuplikan di atas secara gamblang menunjukkan bahwa Jouji merupakan

pria desa yang kemudian merantau dan meniti karir di kota. Ia berasal dari

keluarga yang cukup mapan karena memiliki pertanian berskala besar.

Cuplikan 2 (hal.7)

“Aku adalah karyawan teladan: cermat, tekun, menghindari kesalahan –

bahkan yang ringan sekalipun. Ku kerjakan pekerjaanku tiap hari tanpa sedikitpun

mendapat keluhan atau ketidakpuasan. Di kantor, Kawai Jouji dikenal sebagai pria

terhormat”.

32

Universitas Sumatera Utara


Analisis

Cuplikan di atas mendeskripsikan Jouji sebagai pegawai pekerja keras

yang perfeksionis. Ia akan berusaha sebisa mungkin untuk menghindari kesalah

saat bekerja, sehingga hasil pekerjaannya selalu memuaskan.

Cuplikan 3 (hal.7)

“Sebagai hiburan, di waktu sore aku pergi ke bioskop, jalan-jalan di Ginza,

atau sesekali memanjakan diri dengan tamasya di Teater Imperial. Itulah yang

paling banyak ku lakukan”.

Analisis

Cuplikan di atas menunjukkan bahwa Jouji adalah pria sederhana. Meski

pun memiliki karir cemerlang, dan gaji yang lumayan untuk seorang yang belum

menikah, Jouji memilih untuk mencari hiburan yang sederhana seperti sekedar

berjalan-jalan di Ginza.

Cuplikan 4 (hal.9-10)

Gagasan memilih teman hidup berdasarkan kesan sepintas – “Ya, aku bisa

menjalaninya,” atau “Dia tidak jelek”- sangatlah bodoh. Aku tak mampu

melakukannya. Cara terbaik adalah membawa gadis seperti Naomi ke rumahku

dan dengan sabar melihatnya tumbuh. Jika aku kemudian menyukainya, akan ku

jadikan ia istriku. Ini sudahlah cukup. Aku tak tertarik mengawini anak gadis

orang kaya atau perempuan berpendidikan tinggi.

33

Universitas Sumatera Utara


….Pendeknya, aku dan Naomi akan bermain rumah-rumahan seperti anak-

anak. Itu akan menjadi hidup yang lebih santai, sederhana, bukan kehidupan

melelahkan seperti lazimnya “memelihara rumah tangga.” Ini adalah keinginanku.

“Rumah tangga” dalam kehidupan Jepang modern mengharuskan setiap lemari,

kompor dan bantal ada pada tempatnya; pekerjaan suami, istri dan pembantu

dibedakan dengan bawel; tetangga-tetangga dan saudara-saudara yang sulit hati

harus selalu dihibur. Tak ada yang menyenangkan atau bermanfaat bagi anak

muda karyawan kantoran selama itu membutuhkan uang yang tak sedikit dan

mempersulit apa yang seharusnya mudah. Dalam soal ini, aku menganggap

rencanaku sebagai sejenis ilham.

Analisis

Cuplikan di atas menunjukkan bahwa Jouji bukanlah pemuda Jepang

kebanyakan. Ia memiliki gagasan, atau obsesi, tak lazim tentang kehidupan rumah

tangga yang menyenangkan. Alih-alih memiliki kehidupan rumah tangga

tradisional seperti orang Jepang pada umumnya, Jouji justru lebih tertarik pada

kehidupan rumah tangga ala Barat, tanpa upacara penikahan yang rumit, tanpa

kehidupan bertetangga yang menurutnya “membutuhkan banyak uang” dan tanpa

peraturan-peraturan rumah tangga yang begitu banyak. Dalam gagasan Jouji,

hidup bersama dan melihat seorang gadis tumbuh hari demi hari, akan

membuatnya lebih mengenali sifat gadis tersebut. Jika kemudian dia tertarik,

maka jelas dia akan menikahi sang gadis.

34

Universitas Sumatera Utara


3.2.4 Analisis Latar

A. Latar Tempat

Cuplikan 1 (hal. 7)

Aku lahir di Utsunomiya, Wilayah Tochigi. Setelah menyelesaikan

sekolah menengah, aku ke Tokyo, di mana aku terdaftar di sekolah tinggi teknik

di Kuramae dan segera setelah lulus, aku menjadi insinyur. Setiap hari, kecuali

minggu, aku pulang-pergi dari tempat tinggalku di Shibaguchi ke tempat kerja di

Oimachi.

Analisis

Dari kalimat di atas, dapat kita simpulkan bahwa Kawai Jouji tinggal di

kawasan Shibaguchi dan berkerja di daerah Oimachi. Secara garis besar, kedua

wilayah tersebut masih berada dalam wilayah kota Tokyo.

Cuplikan 2 (hal. 18)

Setelah mencari semampu yang kami bisa, rumah bagus ternyata tak

mudah ditemukan. Akhirnya kami menyewa rumah bobrok bergaya Barat dekat

jalur Kereta Listrik Nasional, dua belas atau tiga belas blok dari stasiun Oumori.

Analisis

Berdasarkan kalimat di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa Jouji dan

Naomi kemudian pindah ke sebuah rumah sewa di daerah Oumori untuk memulai

kehidupan ala Barat yang Jouji inginkan.

35

Universitas Sumatera Utara


Cuplikan 3 (hal. 252)

Kami pindah ke Yokohama dan menyewa rumah Barat yang Naomi telah

lihat di tebing; tapi kemudian, setelah semakin terbiasa dengan kemewahan, ia

bilang rumahnya penuh sesak, sehingga kami membeli rumah di Hommoku

beserta seluruh perabotnya, yang sebelumnya dimiliki satu keluarga dari Swiss.

Analisis

Dari kalimat di atas dapat kita lihat bahwa Jouji dan Naomi kemudian

pindah dari Tokyo ke Yokohama untuk memulai hidup baru.

B. Latar Waktu

Cuplikan 1 (hal. 34)

Ini adalah musim semi tahun berikutnya - 26 April sewaktu Naomi enam

belas tahun – saat hubungan kami memasuki tahap baru.

Analisis

Kalimat di atas menunjukkan bahwa hubungan antara Jouji dan Naomi

mulai memasuki tahap baru di musim semi sekitar satu tahun setelah pertemuan

pertama mereka.

Cuplikan 2 (hal. 255)

Catatan pernikahan kami berakhir di sini. Jika kau menganggap catatanku

ini bodoh, silahkan tertawa. Jika kau berpikir ada moral di dalamnya, maka,

silahkan menjadikannya pelajaran. Bagi diriku sendiri, tidak ada bedanya apa

36

Universitas Sumatera Utara


yang kau pikirkan tentang diriku: aku mencintai Naomi. Naomi dua puluh tiga

tahun ini; dan aku tiga puluh enam.

Analisis

Dari kalimat di atas dapat kita simpulkan bahwa novel ini berakhir pada

saat Naomi berusia dua puluh tiga tahun dan Jouji berusia tiga puluh enam tahun.

37

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pesan yang ingin disampaikan pengarang dalam novel ini adalah tidak
semua hal bisa berjalan sesuai keinginan dan harapan kita. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah benturan budaya.

2. Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Naomi karya junichiro

Tanizaki adalah sebagai berikut :

A. Tema

Dari uraian sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa novel

Naomi karya Junichiro Tanizaki ini bertemakan tentang kisah cinta

yang tidak biasa akibat adanya benturan budaya.

B. Alur

Novel Naomi karya Junichiro Tanizaki ini memiliki alur atau plot

yang maju-mundur.

C. Penokohan

Ada dua tokoh yang sangat menonjol dalam novel ini. Bisa

dikatakan bahwa kedua tokoh ini adalah tokoh utama dalam cerita.

Tokoh pertama adalah Kawai Jouji. Dalam novel ini Kawai Jouji

38

Universitas Sumatera Utara


digambarkan sebagai pegawai swasta paruh baya yang memiliki etos

kerja tinggi dan merupakan karyawan teladan di kantornya, namun

memiliki kesulitan untuk berhubungan dengan wanita sehingga ia

merasa kesepian. Adapun tokoh kedua adalah wanita muda yang

baru beranjak dewasa bernama Naomi. Sosok Naomi digambarkan

memiliki wajah seperti orang Barat. Naomi adalah wanita egois,

keras kepala dan kekanak-kanakan.

D. Latar

Latar tempat yang terdapat dalam novel ini sebagian besar

merupakan wilayah Tokyo. Sedangkan latar waktu utamanya adalah

saat Jepang mulai memasuki babak baru dengan masuknya budaya

Barat. Kisah dalam novel ini bercerita tentang Naomi sejak dia

berusia 15 tahun hingga berusia 23 tahun.

4.2 Saran

1. Untuk menganalisis sebuah karya sastra, sebaiknya dikumpulkan terlebih

dahulu referensi yang nantinya akan digunakan dalam menganalisis,

khususnya menganalisis struktur sebuah karya sastra yang pertama

membaca novelnya terlebih dahulu, dan memahami tentang teori-teori

strukturalisme yang bersangkutan dengan yang dianalisis.

2. Di dalam menganalisis novel Jepang, sebaiknya dipahami secara

mendalam dan memahami tentang teori-teorinya terlebih dahulu karena

39

Universitas Sumatera Utara


novel Jepang juga banyak menceritakan tentang sejarah Jepang. Penulis

berharap semoga tulisan ini bermanfaat terhadap pembaca

40

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiaasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Koentjaraningrat. 1976. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : UI Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University

Press.

Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa Raya.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Diterjemahkan oleh Sugihartuti dan Rossi

Abi Al Irsyad. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Subagyo, Joko. 1997. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusasteraan. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Junichiro, Tanizaki. 1925. Naomi (Terj. Maulida Sri Handayani). Depok : Komodo Books.

Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Saastra : Pengantar Teori Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya.

Waluyo, Hj. 1990. Kesusaaasteraan IV. Surakarta : Universitass Sebelasss Maret Surakarta

Press.

http://sastrawanpemula.blogspot.com/2013/05/pengertian-sastra-menurut-para-ahli.html?m=1

http://sobatbaru.blogspot.co.id/2010/06/pengertian-roman.html

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan serta

penggunaan kata-kata yang indah dan gaya bercerita yang menarik. Pada dasarnya karya

sastra memiliki karya yang bersifat fiksi dan non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi seperti

novel, cerpen, komik, dan essai. Sedangkan yang bersifat non fiksi berupa puisi, lagu, dan

drama. Setiap karya sastra fiksi (novel) terdiri dari unsur intrinsik (dalam sastra itu sendiri)

ataupun unsur unsur ekstrinsik (dari luar) yang secara tidak langsung mempengaruhi alur

sebuah karya sastra.

Novel merupakan jenis prosa dalam karya sastra. Prosa merupakan karya fiksi.

Karya fiksi adalah karya sastra yang menceritakan sesuatu yang bersifat khayalan, sesuatu

yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya.

Tokoh peristiwa dan tempat yang disebut-sebut dalam fiksi adalah tokoh, peristiwa dan

tempat yang bersifat imajiner.

Salah satu novel yang fenomenal adalah novel berjudul Naomi karya Junichiro

Tanizaki yang merupakan penulis kenamaan di Jepang. Novel ini bercerita tentang seorang

pegawai swasta bernama Kawai Jouji yang memiliki gagasan menarik tentang kehidupan

berumah tangga. Kawai Jouji bertemu dengan Naomi, seorang pramuria café yang masih

belia, dan kemudian tertarik untuk mengenalnya lebih jauh.

Dari sanalah kisah dalam novel Naomi ini bermula. Dengan latar Jepang pada masa

pertengahan abad ke-19, saat budaya Barat mulai masuk dalam kehidupan masyarakat Jepang,

Jouji kemudian ingin menjadikan Naomi sebagai istri. Alih-alih menjalani pernikahan dan

kehidupan tradisional di Jepang pada umumnya, Jouji ingin hidup bersama Naomi tanpa

ikatan pernikahan sembari melihat perkembangan Naomi dari gadis muda menjadi wanita

Universitas Sumatera Utara


[Type text]

dewasa. Singkatnya, Jouji ingin menjalani kehidupan berumah tangga ala Barat bersama

Naomi.

Obsesi Jouji terhadap kehidupan ala Barat jugalah yang membuatnya mendidik

Naomi untuk menjadi wanita anggun dan berpikir kebarat-baratan. Seiring dengan

berjalannya waktu, Jouji akhirnya menyadari bahwa gagasannya tersebut malah menjadi

masalah. Naomi tidak seperti yang Jouji harapkan. Naomi tumbuh menjadi wanita

pembangkang, liar dan boros. Naomi selalu ingin hidup mewah dan tidak mau mengalah.

Jouji ingin menyerah terhadap gagasan-gasgasan yang telah ia bangun. Namun,

kekagumannya terhadap Naomi masih lebih besar dibandingkan dengan keinginannya untuk

menyerah.

Secara umum, novel Naomi sangat menarik untuk dibaca karena memiliki cerita

dengan alur yang luar biasa. Kisah cinta dan benturan budaya yang ada dalam novel ini

menjadi warna tersendiri.

Universitas Sumatera Utara


[Type text]

要旨

ぶんがく ぶんげい きかく うつく ことば つか おもしろ かた ほうほう つく びじゅつ


文学は文芸の規格で、 美 しい言葉を使って、面白い語る方法で作った美術で

ぶんがく きほんてき きょこう ふきょこう さくひん もち きょこう さくひん しょうせつ


あある。 文学 は基本的 に、 虚構 と不虚構 の作品 を用 いる。 虚構 の作品 は 小 説 と

たんぺんしょうせつ まんが しょうひん ふきょこう ししょう うた しばい きょこう


短 篇 小 説 と漫画と 小 品 である。しかし、不虚構のは詞章 と歌と芝居 である。虚構

さくひん さくひん さよう ぶんがく なか ないてき


の作品には作品に作用することがある、その文学の中からの内的 ということと外的

ということである。

しょうせつ さくぶん さんぶん さんぶん きょこう さくひん きょこう


小 説 は作文で散文としてである。散文というのは虚構の作品である。虚構の

さくひん しんじつ しら かそう おこな きょこう


作品 は真実 を調 べなくてもよくて、仮想 なことで、 行 わないことである。虚構 の

さくひん ばしょ ひとびと すべ くうそうてき


作品にある場所と人々の全ては空想的である。

ひと げんしょうてき しょうせつ にほん ゆうめい さっか たにざきじゅんいちろう な お み


一つの現 象 的 な 小 説 は日本の有名な作家の谷崎純一郎 の「ナオミ」という

しょうせつ しょうせつ かぞく い かた かんが も しゃいん


小 説 で あ る 。こ の 小 説 は 家族 の 生 き 方 の 考 え る こと を 持 っ て い て 、 社員 の

かわいじょうじ はな かわいじょうじ わかもの か ふ ぇ しょうばいおんな な お み おんな


河合譲二と話している。河合譲二は若者であるカフェの 商 売 女 のナオミという 女


にであって、もっと知りたくなる。

しょうせつ はじ にほんしゃかい せいかつ せいようぶんか はい


このナオミという 小 説 はそこから始まる。日本社会の生活に西洋文化が入る

にほん じゅうきゅうせいき なか すじだ じょうじ な お み つま ふつう


ときの日本 の十 九 世 紀 の半 ばの筋立 てで譲二 はナオミ を妻 になりたがる。普通 な

にほん でんとう じんせい けっこん い じょうじ な お み い けっこん


日本の伝統な人生 と結婚を生きるこtではなく、譲二 はナオミと生きて、結婚 のこ

Universitas Sumatera Utara


[Type text]

わか おんな せいちょう み よう じょうじ


ともなくて、若 い 女 から 成 長 したまでのナオミを見 たがる。要 するに、譲二 は

な お み せいよう た い ぷ か ぞ く い
ナオミと西洋タイプの家族生きたがった。

じょうじ せいようせいかつ こだわ せいよう かんが かた しと な お み そだ


譲二 の西洋生活 の 拘 りは西洋 の 考 え方 をもって、淑 やか、ナオミ を育 て

とき じょうじ かんが かた もんだい きず


る。. 時がながれて、譲二はその 考 え方のせいで、問題になることを築いた。ナオ

じょうじ はんぞく あら らんぴ せいちょう


ミは譲二 のほしくなくなる。ナオミは反俗 で荒 くて、乱費 に 成 長 した。ナオミは

ぜいたく じんせい けんか ま


贅沢な人生がほしくなって、喧嘩に負けたくなくなる。

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai