SKRIPSI
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
AULIA RIFQIANA ADZIKRI
NPM : 180610180007
SKRIPSI
Telah disetujui oleh tim pembimbing pada tanggal seperti tertera dibawah ini
Bandung, ………………………
Pembimbing Utama , Pembimbing Pendamping,
Dr. Puspa Mirani Kadir, M.A. Dr. Agus Suherman Suryadimulya, M.A
NIP. 196108211988030002 NIP. 196008171989021002
Materai 10000
iii
PRAKATA
Segala puji milik Allah SWT, Tuhan yang telah menyempurnakan segala
kepada seluruh hamba-Nya. Shalawat serta salam kerinduan tak lupa kita
hadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Rasulullah yang diutus Allah
untuk memberi peringatan kepada manusia yang selalu ingkar dan petunjuk bagi
orang-orang yang beriman, yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam. Begitu
pula kepada keluarga, para sahabat, dan pengikutnya serta semoga sampai kepada
ini tidak akan terlaksana tanpa adanya saran, dorongan, bantuan, serta bimbingan
dari berbagai pihak yang bersangkutan. Maka dari itu, pada kesempatan ini
2. Ibu Amaliatun Saleha, M.Si. Ph.D., selaku Ketua Program Studi Sastra
iv
v
3. Ibu Dr. Puspa Mirani Kadir, M.A., selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberi arahan dan masukan kepada penulis dalam menulis
skripsi ini.
6. Ibu Risma Rismelati, M.A., selaku dosen yang juga telah membimbing
atas semua ilmu dan pelayanan yang telah diberikan selama masa
perkuliahan.
di atas sana. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan kepada
perkuliahan.
Bandung,......
vi
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
PERNYATAAN.....................................................................................................iii
PRAKATA..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4 Kerangka Pemikiran..................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
KAJIAN LITERATUR............................................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................5
2.2 Teori Terjemahan......................................................................................6
2.3 Terjemahan Bebas...................................................................................13
2.4 Teori Pergeseran......................................................................................13
BAB III..................................................................................................................21
OBJEK DAN METODE PENELITIAN................................................................21
3.1 Objek Penelitian......................................................................................21
3.2 Metode Penelitian....................................................................................21
BAB IV..................................................................................................................23
PEMBAHASAN....................................................................................................23
BAB V....................................................................................................................24
SIMPULAN...........................................................................................................24
REFERENSI..........................................................................................................25
LAMPIRAN...........................................................................................................26
RIWAYAT HIDUP................................................................................................27
vii
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai kajian penerjemahan bebas pada novel Your
Name (Kimi no Nawa) karya Makoto Shinkai. Tujuan penulisan kajian ini adalah
untuk mengetahui alasan-alasan pergeseran yang terjadi pada bahasa sumber
kepada bahasa target, dan konteks apa yang melatarbelakangi perubahan dan
pergeseran tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penerjemahan bebas dan metode
deskriptif. Data yang berhasil dianalisis adalah sejumlah __ data. *masih ditulis
Kata kunci: Penerjemahan bebas, Pergeseran, Kimi no Nawa
viii
ABSTRACT
ix
10
BAB I
PENDAHULUAN
榛原:いたわ!
Haibara: Itawa!
Diterjemahkan menjadi: “Wah, dia ada disini”
Jika kita lihat secara sekilas saja, hasil terjemahan tersebut lebih panjang
dari Bahasa sumbernya. Kalimat sederhana seperti ini saja bisa terdapat
permasalahan yang sekiranya menjadikan perbedaan pemahaman yang
diterima oleh pembaca. Pada kalimat Bahasa sumber tidak ditunjukan adanya
kata penunjuk arah/keberadaan, sedangkan dalam Bahasa sasaran ada, yaitu
kata ‘disini’. Kemudian terdapat juga subjek kalimat ‘dia’ padahal pada
kalimat Bahasa sumber tidak disebutkan.
Oleh karena itu Penerjemahan lahir sebagai solusi dari masalah tersebut
dengan menerjemahkan maksud dari Bahasa Sumber ke Bahasa Sasaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Penerjemahan adalah
menyalin atau memindahkan suatu bahasa ke bahasa lain. Menginterpretasikan
suatu gagasan atau pikiran dari Bahasa Sumber ke Bahasa Sasaran dengan
tujuan agar sasaran paham dengan apa yang dimaksud oleh sumber. Menurut
11
KAJIAN LITERATUR
Penelitian dengan tema terjemahan bebas telah dilakukan oleh beberapa penulis
antara lain:
16
17
namun Isnanda Elok Hapsari menggunakan versi anime dengan cerita yang sama.
Kemudian persamaan juga adalah Isnanda menganalisis konteks situasi yang ada
pada objek penelitian diambil dari visual animasi dan dialognya, perbedaannya
adalah pada penelitian ini konteks situasi yang dianalisis berdasarkan kalimat-
kalimat yang mendukung konteks situasi objek penelitian yang tidak memiliki
visual.
Terjemahan merupakan ilmu yang baru, sehingga belum terlalu banyak ahli yang
mendefinisikan hal ini. Dalam menerjemahkan, penerjemah harus melihat
berbagai sisi sudut pandang dari kedua bahasa, sehingga memerlukan penelitian
yang mendalam untuk melakukannya Menerjemahkan dengan semena-mena dapat
menjadikan hasil terjemahan yang tidak relevan antar BSu dan BSa.
“Apa itu terjemahan? Sering kali, walaupun tidak selalu, penerjemah adalah
menyampaikan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang
diinginkan pengarang.”
sasaran,yaitu dimulai dari bentuk bahasa pertama menuju bentuk bahasa kedua
yang menggunakan struktur semantik. Sehingga dalam penerjemahan makna atau
pesan dari sumber harus dipertahankan, sedangkan bentuk tataran kebahasaannya
boleh berubah. Larson juga menyatakan bahwa terjemahan adalah kegiatan yang
berkenaan dengan studi leksikon, struktur tata bahasa, situasi komunikasi, dan
konteks budaya teks bahasa sumber yang dianalisis dengan maksud untuk
menentukan makna. Makna yang ditemukan kemudian diungkapkan dan
dikonstruksi kembali dengan menggunakan leksikon dan struktur tata bahasa dan
konteks budaya bahasa sasaran,
1. Analisis
Tahap dimana hubungan gramatikal dan makna dari masing-masing kata
dan kombinasi kata-kata dianalisa dan ditelaah serta ditelusuri. Diharuskan
untuk meneliti makna tersirat apa yang dilahirkan dari tatanan bahasa
tersebut secara grammatikal dan makna.
2. Pengalihan
Setelah dianalisa pada tahap pertama, kemudian berdasarkan analisis
tersebut penerjemah mulai mengalih bahasakan dari BSu ke BSa.
3. Rekonstruksi Ulang,
Mengulang tahap 1 dan 2 sehingga hasil terjemahannya memiliki
keterbacaan, gaya dan kaidah yang wajar dan dapat disetujui unsur-unsur
19
b. Literal
Metode penerjemahan ini mengkonstruksi tataran bahasa bahasa sumber
kepada tataran bahasa terdekat pada bahasa sasaran. Kemudian kata leksikal
tetap diterjemahkan kata perkata. Sehingga secara gramatikal, penerjemahan
ini dapat lebih dipahami karena struktur kebahasaannya tidak terasa aneh.
Contoh:
c. Faithful
Metode penerjemahan Faithful berusaha merestruktur makna setara atau
yang paling dekat dengan makna yang ingin disampaikan bahasa sumber
namun tetap mempertahankan struktur gramatikalnya. Meskipun begitu,
20
d. Semantik
Metode penerjemahan ini mempertahankan nilai estetika dari kebahasaan
antara kedua bahasa. Kemudian pada saat menerjemahkan kata budaya, kata
tersebut diterjemahkan dengan kata fungsional yang bisa menyampaikan
maksud bahasa sasaran.
Contoh:
b. Free
Metode ini mereproduksi konten tanpa terlalu memerhatikan tata bahasanya,
sehingga bentuk aslinya tidak diperhatikan. Biasanya terjadi juga
perpanjang-pendekan kalimat, atau terjadi paraprase.
21
Contoh:
c. Idiomatic
Metode ini mereproduksi pesan bahasa sumber dan cenderung mendistorsi
nuansa dan makna pada tulisannya. Kemudian memberikan penekanan
kepada bahasa sehari-hari bahasa sasaran yang tidak ada pada bahasa
sumber. Biasanya dijadikan/diterapkan pada idiom.
Contoh:
d. Communicative
Metode ini menyampaikan makna bahasa sumber secara kontekstual kepada
bahasa sasaran. Metode ini menjadikan konten dan secara kebahasaan lebih
mudah dimengerti oleh target pembaca.
Contoh:
informasi teks BSu ke dalam BSa dengan mematuhi norma-norma BSa. Proses
teknik ini adalah dengan menerjemahkan kata perkata BSu ke BSa.
b. Subtitusi (Subtitution)
Proses terjemahan yang realisasinya dilakukan melalui jalan dari bentuk bahasa
sumber (BSu) ke bentuk bahasa sasaran (BSa) dengan melewati makna. Dalam
praktiknya substitusi sebagai jenis terjemahan harfiah jarang sekali digunakan.
Proses substitusi dilaksanakan atau berlangsung dalam terjemahan otomatis
(otomat-mesin) atau dalam bahasa Inggris disebut “Automatic/Machine
Translation”.
c. Terjemahan bebas (Free Translation)
Terjemahan yang dilakukan di tingkat satuan-satuan bahasa, seperti kalimat atau
teks secara keseluruhan. Terjemahan bebas pada umumnya lebih layak diterima
dibanding terjemahan harfiah, karena dalam terjemahan bebas biasanya tidak
terjadi baik penyimpangan makna maupun pelanggaran norma-norma bahasa
sumber.
d. Parafrasa (Paraphrase)
Padanan situasi bisa juga diperoleh dari teknik terjemahan parafrasa, karena
informasi yang ada dalam teks bahasa sumber (BSu) dipertahankan oleh teknik
tersebut dalam bentuk gambaran situasi dan bukannya makna teks bahasa sasaran
(BSa). Dalam menggunakan teknik ini penerjemah perlu mengetahui kondisi
nyata dalam teks Bsu, karena itu merupakan kunci yang secara absolut penting
untuk mengungkapkan kata-kata dan ungkapanungkapan yang satu dengan yang
lain dari sudut pandang gambaran situasi.
e. Penggantian (Replacements)
Satuan-satuan gramatikal (kelas kata, bagian kalimat), satuan-satuan leksikal
(kata-kata tertentu) dan kontruksikontruksi kalimat.
f. Terjemahan Antonim (Antonimic Translation)
Mencakup ruang gejala-gejala cukup luas. Terutama sekali penggantian kata
dalam satu bahasa dengan antonimnya dalam bahasa lain yang diikuti dengan
transformasi kalimat berita ke kalimat ingkar. Terjemahan antonim sering
diilustrasikan dengan contoh-contoh yang pada umumnya tidak mengandung
pertentangan antonim. Yang terjadi hanya penggantian konstruksi kalimat dalam
satu bahasa dengan konstruksi kalimat padanannya dalam bahasa lain, yakni
penggantian kalimat berita dengan kalimat ingkar dan sebaliknya.
g. Kompensasi
Aturan proses terjemahan yang sangat menarik karena adanya ketidakmungkinan
menyampaikan informasi yang terkandung dalam satuan yang satu atau yang lain,
penerjemah lantas melakukan kompensasi seiring dengan munculnya dalam teks
bahasa sumber (Bsu) satuan bahasa yang tidak bisa disampaikan ke dalam bahasa
sasaran (BSa). Dalam hal ini, penerjemah menyampaikannya ke dalam teks
bahasa sasaran (BSa) dengan sarana bahasa yang lain.
h. Penambahan (Additions)
23
Penambahan leksikal dalam teks bahasa sumber (BSu) biasanya diperlukan kalau
maksud isi teks bahasa sasaran (BSa) diungkapkan dengan sarana lain, termasuk
dengan sarana gramatikal. Penambahan kata-kata tertentu ialah tanpa menambah
maksud yang ada dalam teks bahasa sasaran (BSa), karena ke dalam teks bahasa
sumber (BSu) sudah tersampaikan informasi yang sama, seperti yang ada dalam
teks bahasa sumber (BSu) hanya saja diungkapkan dalam teks bahasa sasaran
(BSa) dengan cara-cara lain. Berikut contoh terjemahan yang menggunakan
Teknik penambahan:
i. Penghilangan (Omissions/Dropping)
Membuang kata yang berlimpah, karena seperti yang dicatat oleh ilmuwan bahasa
dari Prancis, J. Lyons (21:320), merupakan kelimpahan semantik (semantic
redundancy) yakni tanpa bantuan kata yang berlimpah itu, isi informasi dalam
teks bahasa sumber (BSu) disampaikan ke dalam bahasa sasaran (BSa) secara
utuh. Teknik penghilangan adalah gejala yang langsung bertentangan dengan
teknik penambahan. Kata-kata yang berlimpah biasa ditemukan dalam kalimat-
kalimat yang mengandung pasangan-pasangan sinonim. Berikut merupakan
contoh terjemahan yang menggunakan teknik penghilangan:
j. Kompresi (Compression)
Teknik kompresi yakni ke pengungkapan singkat, ringkas dan padat.
k. Derivasi Sintaksis (Syntactic Derivation)
Proses pembentukan berbagai konstruksi sintaktis dengan cara/lewat transformasi
konstruksi inti. Dalam proses terjemahan derivasi sintaktis mengubah posisi
bagian kalimat yang satu atau yang lain. Karena itu, teknik derivasi sintaksis
menyangkut operasi “aktif-pasif” yang pernah disinggung diatas. Kecuali itu, ke
derivasi sintaksis termasuk juga teknik “terjemahan antonim” dan teknik
“konversi”.
l. Terjemahan Deskriptif (Descriptive Translation) Amplifikasi
(Amplification)
Penyampaian makna teks bahasa sumber (BSu) ke dalam teks bahasa sasaran
(BSa) dengan menggunakan kombinasi kata-kata bebas yakni menjelaskan satuan-
satuan leksikal yang mencerminkan realitas spesifik negeri yang satu atau yang
lain, karena satuan-satuan seperti itu tidak mempunyai ekuivalensi. Terjemahan
deskriptif sama dengan teknik terjemahan amplifikasi yaitu teks yang diperluas
dalam proses terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain.
m. Eksplikasi/Implikasi (Explication/Implication)
Teknik eksplikasi dalam proses terjemahan ialah merealisasi pengungkapan
eksplisit dalam teks bahasa sasaran (BSa) karena dalam teks bahasa sumber
(BSu) ada informasi yang pengungkapannya tidak jelas yaitu ada implikasi dalam
informasi tersebut (pengungkapan implisit).
“Free translation reproduces the matter without the manner, or the content without
the form of the original. Usually it is a paraphrase much longer than the original, a
so-called 'intralingual translation*, often prolix and pretentious, and not
translation at all.” Newmark (1988:45) Terjemahan bebas atau Free Translation
adalah metode penerjemahan yang membebaskan dari tatanan grammatikal dan
condong kepada penyampaian makna BSu sedekat mungkin dengan BSa.
Penerjemahan sebuah kalimat BSu yang sulit diterjemahkan secara kata per kata
ataupun secara harfiah, dapat dihasilkan padanan terjemah dalam BSa yang
terdiri atas beberapa kalimat yang dapat membentuk sebuah paragraf terjemahan,
Penerjemahan ini sangat bergantung kepada apa yang diketahui oleh penerjemah
dari segi gramatikal, budaya, sosial, situasi dan aspek lain dari kedua bahasa yang
dapat memengaruhi hasil penerjemahan. Dalam terjemahan bebas dapat terjadi
berbagai teknik yang digunakan untuk menyampaikan makna sebaik mungkin.
Terdapat dua bagian besar yang menjadi topik bahasan teori pergeseran, yakni
pertama, perihal pergeseran makna (meaning-based) dan yang kedua perihal
pergeseran bentuk (form based).
Newmark memberi batasan pergeseran dalam hal tata bahasa saja, yang
selanjutnya menguraikannya dalam tiga tipe, yakni:
BSu BSa
tidak dikenal/ tidak
Unknown
>< diketahui
Impossible tidak mungkin
Recycle daur ulang
BSu BSa
Girl >< Anak Perempuan
Parents Orang Tua
3) Pergeseran pada tataran frasa ke klausa
Contoh:
BSu BSa
Leg ><
Kaki
Foot
Dalam bahasa Indonesia, konsep leg dan foot diungkapkan dengan satu kata yang
bermakna lebih generik atau general atau umum, yaitu kaki. Pergeseran ini dapat
terjadi pada kelas verba, adjektiva dan yang lainnya.
pembaca dapat memahami situasi apa yang sedang dibayangkan oleh penulis
ketika menulis adegan tersebut. Akibatnya, pembaca dapat memvisualisasikan
berbagai tulisan sesuai apa yang pembaca tangkap sendiri.
Saat menganalisa situasi suatu karya sastra, terdapat setidaknya tiga
pertanyaan yang dapat diajukan, yaitu: siapa yang berbicara, kepada siapa kita
berbicara, dan mengenai apa/siapa kita berbicara. Pentingnya kita memahami
konteks situasi adalah membantu pembaca memahami makna yang akan
disampaikan oleh penulis, sehingga tulisan tersebut bisa divisualisasikan dan
diresapi maknanya tanpa memerlukan gambar atau nada bunyi suara.
Dalam menerjemahkan karya sastra menggunakan Metode Penerjemahan
bebas, konteks situasi perlu diperhatikan. Sebab, situasi yang dituliskan dalam
novel dapat berpengaruh terhadap apa yang menjadi pemahaman sang
penerjemah. Konteks situasi yang digambarkan oleh penulis harus bisa
memberikan suasana, permasalahan, latar, pelibat dan pesan yang ingin
disampaikan agar tidak ada kesalah pahaman antara penulis, penerjemah, dan
pembaca.
Konteks situasi yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan (1989) terdiri
dari tiga unsur, yaitu field (bidang, pokok masalah), tenor (pelibat), dan mode
(cara). Dalam unsur pokok masalah (field) juga terkandung “tujuan penulisan”.
Jika field pada sebuah tulisan sama, namun tenor dan mode nya berbeda, maka
akan menghasilkan tulisan yang berbeda pula. Berikut adalah penjelasannya:
1. Field membantu memahami makna dasar, dan merujuk pada apa yang
terjadi, pada siapa, kenapa ini terjadi, dll. Field berisi pengertian tentang
topik atau isi teks. Field juga meruakan sistem pilihan yang potensial, yaitu
pilihan tentang apa yang diharapkan akan terjadi di dalam konteks sosial itu.
Pilihan-pilihan tersebut dapat jelas dimengerti dari kosakata dan tata bahasa
teks. Field menuntut penerjemah untuk mengambil keputusan tentang
istilah apa yang digunakan, siapa target pembaca yang dituju, dan struktur
tata bahasa apa yang akan digunakan (aktif/pasif).
2. Tenor berkaitan dengan sifat hubungan antara pemakai bahasa di dalam
konteks sosial tertentu serta membantu memahami makna interpersonal.
Tenor mencakup tiga hal yaitu peran pelibat (sasaran), status, jarak sosial
yang mencakup pada jenis hubungan (formal atau dekat). Faktor ini
mengizinkan penerjemah untuk menemukan padanan atau pilihan yang tepat
untuk hasil terjemahannya, apakah formal/informal, modern/kuno, dan
teknis/non-teknis, dll.
3. Mode membantu memahami makna teks. Mode merujuk pada perantara
komunikasi (pembicara, penulis, gambar, aksi, dll.), saluran (face to face,
melalui perantara teknologi, lisan, tulisan, isyarat), tipe interaksi (monologis
atau dialogis), peran bahasa dalam proses sosial (pendukung atau wajib),
27
Sumber penelitian yang akan digunakan penulis adalah novel yang berjudul
Kimi no Nawa (君の名は) karya Makoto Shinkai (新海誠) Sumber yang
digunakan pada penelitian ini adalah Novel karya Makoto Shinkai (新海誠) yang
terbit pada 2016 oleh penerbit Kadokawa, diterjemahkan dengan judul Your Name
ke dalam bahasa Indonesia oleh Andry Setiawan di Penerbit Haru, cetakan 2020.
32
33
lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian”.
Terdapat tiga tahap analisis yang dilakukan penulis yakni pengumpulan data,
analisis data dan penyajian hasil analisis data.
PEMBAHASAN
Dalam menganalisis suatu terjemahan, kita harus melihat dari berbagai perspektif
dan kepentingan yang ingin disampaikan dari pengarang kepada pembaca.
Penerjemah menjembatani hal tersebut dengan menerjemahkan sumber
menggunakan berbagai metode yang dapat diterapkan untuk menghasilkan
terjemahan yang sebaik mungkin dan ade-kuat. Dalam penelitian ini, penulis
menerapkan 3 unsur yang diperlukan dalam menganalisis hasil terjemahan
tersebut, yaitu Konteks Situasi, Konteks Makna, dan Teknik Terjemahan yang
patut untuk diterapkan. Penulis akan membagi analisis tersebut menjadi 2 bagian,
yaitu 4.1 Analisis Konteks Situasi dan Teknik Terjemahan dan 4.2 Analisis
Pergeseran Makna.
1. BSu : 懐かしい声と匂い、愛おしい光と温度。
Natsukashii koe to nioi, itooshii hikari to ondo.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa : Suara dan aroma yang membuat rindu, cahaya dan kehangatan yang
kusayangi.
(Your Name chapter 1:5)
Field pada data (1) adalah Mitsuha baru saja bangun tidur disebabkan beberapa
pengaruh eksternal, seperti suara-suara dari luar rumah, bunyi-bunyi yang
dihasilkan dari kegiatan di rumah oleh orang rumah, suhu hangat yang terasa dari
pengaruh cahaya yang menembus ke kamar Mitsuha.
Mode pada kalimat ini adalah tulisan karena pada novel ini tidak ada
visualisasi atau cara lain yang digunakan. Kalimat ini ditulis naratif sebagai
monolog. Kalimat ini hanya ingin memberikan kesan situasi bangun pagi yang
hangat, tidak ada pembelajaran pada kalimatnya.
2. BSu : ふと、目が開く。
Futo, me ga aku.
36
37
Field pada data (2) masih sama dengan data (1) namun lebih menjelaskan kepada
saat Mitsuha itu terbangun dan membuka mata.
Tenor pada kalimat ini juga sama seperti data (1) yaitu monolog naratif.
Emosi yang dikeluarkan juga emosi yang netral, tidak ada emosi khusus yang
ingin disampaikan. Kata ふと pada kalimat tersebut bermakna ‘sekejap’, jadi
nuansa yang diberikan saat membuka mata adalah tidak ada prosesnya atau
langsung begitu saja dan tidak ada yang menghalangi.
Mode pada kalimat ini adalah tulisan karena pada novel ini tidak ada
visualisasi atau cara lain yang digunakan. Kalimat ini ditulis naratif sebagai
monolog. Kalimat ini hanya ingin memberikan kesan situasi bangun pagi yang
hangat, tidak ada pesan atau pembelajaran pada kalimatnya. Sama dengan data
(1).
3. BSu: 朝、目が覚めるとなぜか泣いている。
Asa, me ga sameru to nazeka naiteiru.
こういうことが私には、時々ある。
Kouiu koto ga watashi ni wa, tokidoki aru.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa: Entah mengapa, aku terkadang mengalami ini. Menangis ketika
bangun di pagi hari.
(Your Name chapter 1:6)
Field pada kalimat ini dapat dipahami Mitsuha sering kali mengalami ‘mimpi’
aneh yang mengganggunya setiap pagi, hingga menyebabkan ia menangis saat
terbangun di pagi hari. Kalimat ini terletak di awal cerita sebagai pembuka dan
alur mundur yang menjelaskan akhir cerita dari novel ini. Pada akhir cerita, plot
tragis dialami oleh Mitsuha yaitu dia tidak bisa bertemu dengan orang yang
bertukar tubuh dengannya, yaitu Taki. Sehingga pada awal cerita, disebutkan
Mitsuha menangis karena mengingat kejadian tersebut sebagai ringkasan di
chapter awal.
Tenor pada kalimat ini juga sama seperti data (1) yaitu monolog naratif.
Emosi yang dikeluarkan adalah emosi negatif sedih dan bingung yang
disampaikan dengan kata なぜか泣いている (nazeka naiteiru).
Mode kalimat ini memiliki pesan emosi yang ingin disampaikan penulis,
yaitu perasaan sedih karena telah mengalami hal buruk. Pagi hari seharusnya
menjadi awal baru bagi manusia, namun pada kalimat ini, pagi hari adalah hal
yang menyedihkan bagi Mitsuha yang beberapa kali mengalami kesedihan pada
pagi hari.
38
4. BSu : とても大切なものが、かつて。
Totemo taisetsuna mono ga, katsute.
(Kimi no Nawa chapter 1:7)
BSa : Pernah ada sesuatu yang sangat berharga, entah kapan munculnya.
(Your Name chapter 1:6)
Field pada kalimat ini adalah sudut pandang Taki, pemeran utama laki-laki pada
kisah ini yang juga mengalami hal yang sama dengan Mitsuha. Pada bagian ini
Taki juga baru terbangun dari tidurnya setelah mendapatkan mimpi yang tidak
menyenangkan.
Pada bagian paragraf yang terdapat kalimat ini, Taki bermonolog
merasakan perasaan menyedihkan setelah mengalami mimpi yang kurang
mengenakan. Dengan digambarkan bahwa dia menangis dan mengusap air
matanya dengan tangan kanannya. Sehingga Tenor yang tersampaikan adalah
emosi negatif kesedihan.
Mode yang disampaikan dari kalimat ini adalah perasaan Taki yang
mengalami kesedihan, merasakan kehilangan sesuatu yang berharga baginya.
Kalimat ini bersambung dengan kalimat setelahnya, menunjukkan kesedihan Taki
yang kehilangan sesuatu yang ‘pernah disentuh’/dimiliki olehnya.
5. BSu: この手に。
Kono te ini
(Kimi no Nawa chapter 1:7)
6. BSu : ぼんやりとした花曇りの白い空。
Bonyari toshita hanagumori no shiroi sora.
(Kimi no Nawa chapter 1:9)
39
8. BSu : 少女はそう叫び、髪を結っていた紐をするりとほどき、差し出す。
Shoujo wa sou sakebi, kami o yutteita himo o sururito hodoki, sashidasu.
40
1. BSu : 懐かしい声と匂い、愛おしい光と温度。
Natsukashii koe to nioi, itooshii hikari to ondo.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa : Suara dan aroma yang membuat rindu, cahaya dan kehangatan yang
kusayangi.
(Your Name chapter 1:5)
Terdapat pergeseran makna yang dilakukan saat menerjemahkan kalimat ini. Kata
懐かしい声 yang makna seharusnya adalah “Suara yang (di/ku)rindukan”
maknanya diterjemahkan menjadi Makna Gramatikal pada kelas kata menjadi
frasa, yaitu dengan menerjemahkan Adjektiva ‘懐かしい’ menjadi ‘yang
membuat rindu’. Sekiranya kalimat ini membuat konteks maknanya menjadi
berubah yang tadinya tidak ada Subjek pelaku menjadi ada yaitu ‘声’ dan’匂
い’; ‘suara’ dan ‘aroma’.
Kemudian pada kata ‘匂い’ yang makna seharusnya adalah ‘bau’.
Dalam bahasa Jepang, kata seperti ini diterjemahkan tergantung Adjektiva yang
menerangkan pada kata bendanya, sehingga maknanya dapat berubah.
Berdasarkan kamus Kenji Matsuura (1994) jika kata ini ingin diterjemahkan
positif ‘bau yang enak’ maka harus ditambahi adjektiva ‘よい~’, dan jika ingin
diterjemahkan menjadi 'bau yang kurang sedap maka ditambahi adjektiva ‘いや
(な)~’. Kalimat ini sendiri secara gramatikal memang kurang jelas arahnya
kemana, tapi jika dari segi makna dan situasi dapat diketahui bahwa kata ‘bau’
tersebut ingin disampaikan menjadi sesuatu yang positif. Terdapat kata alternatif
yang sebenarnya bisa menunjukkan makna positif tersebut seperti ‘香り’
(kaori), namun penulis sendiri memilih kata ‘匂い’ karena sudah disertai ‘懐か
41
2. BSu : ふと、目が開く。
Futo, me ga aku.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa : kubuka mataku.
(Your Name chapter 1:5)
Terdapat pergeseran makna dan tataran gramatikal yang dilakukan saat
menerjemahkan kalimat ini. 目 dalam Kamus Kenji Matsuura bermakna ‘Mata’,
が merupakan partikel penanda keadaan kata benda, dan 開く bermakna ‘buka;
dibuka; terbuka’. Hukum MD pada kalimat ‘目が開く’ terjadi hingga
menjadikan perspektif berbeda . Terjemah seharusnya adalah “Mata terbuka”,
namun jadi diterjemahkan menjadi “Kubuka mataku”. Tidak ada Pergeseran
makna namun ada perubahan perspektif dan terdapat perubahan kelas kata yang
akan dijelaskan pada analisis kedua.
3. BSu: 朝、目が覚めるとなぜか泣いている。
Asa, me ga sameru to nazeka naiteiru.
こういうことが私には、時々ある。
Kouiu koto ga watashi ni wa, tokidoki aru.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa: Entah mengapa, aku terkadang mengalami ini. Menangis ketika
bangun di pagi hari.
(Your Name chapter 1:6)
Terjemah harfiah (literal) dari kalimat ini adalah “Pagi, (segera) setelah mata
terbuka, entah mengapa menangis. Hal seperti ini bagiku kadang (terkadang)
ada”. Ada perubahan komposisi dua kalimat tersebut menjadi satu kalimat yang
akan dijelaskan pada analisis kedua.
42
4. BSu : とても大切なものが、かつて。
Totemo taisetsuna mono ga, katsute.
(Kimi no Nawa chapter 1:7)
BSa : Pernah ada sesuatu yang sangat berharga, entah kapan munculnya.
(Your Name chapter 1:6)
5. BSu: この手に。
Kono te ini.
(Kimi no Nawa chapter 1:7)
6. BSu : ぼんやりとした花曇りの白い空。
Bonyari toshita hanagumori no shiroi sora.
(Kimi no Nawa chapter 1:9)
pada musim semi ketika bunga sakura sedang bermekaran, kemudian kondisi
langit saat itu berawan tipis-tipis yang memberi kesan melankolis. Kata ini
dituliskan pada data (6) dengan maksud memberikan suasana yang indah dan
menenangkan hati dengan adanya sakura, namun juga ada kesan melankolis yang
digambarkan dengan adanya awan-awan di saat yang bersamaan.
Kata ぼんやり merupakan kelas kata Adverbia yang berarti ‘samar-samar
tampak’. Kata ini memberi penjelasan pada frasa 花曇りの白い空, menjadikan
bahwa 花曇り tersebut terlihat samar-samar saja, tidak nampak jelas. Kata ini
nampaknya tidak diterjemahkan dalam BSa secara langsung, padahal nuansa
samar-samar tersebut harusnya bisa diterjemahkan juga.
Kemudian kata 白い空 yang berarti “langit putih”. Sejatinya warna langit
siang hari adalah warna biru, namun dikarenakan ada banyaknya awan maka
disebutkan langit tersebut berwarna putih. Kata ini merupakan bagian dari frasa
花曇りの白い空 yang jika diterjemahkan secara harfiah menjadi “langit
putih(nya) hanagumori (langit berawan saat sakura bermekaran)” yang
dimaksudkan untuk mengambil suatu bagian dari 花曇り yaitu 白い空 yang
tampak samar-samar. Karena tampaknya kalimat ini sulit diterjemahkan untuk
diterima pembaca BSa, maka kata 白い空 diterjemahkan langsung bersama kata
ぼんやり. Kata ぼんやり menjadi arti ‘sedikit’ kemudian digabungkan dengan 白
い空 menjadi “langit sedikit berawan”. Maknanya tidak berubah, hanya estetika
kalimatnya saja yang berkurang.
7. BSu: 泣き出しそうに切実な声だ。
Nakidashisou ini setsujitsuna koe da.
(Kimi no Nawa chapter 2:12)
Pada data (7) terdapat perbedaan makna yang digunakan pada kata 切実な声. 切
実 yang berarti ‘(yang) mendesak’, diterjemahkan menjadi ‘yang terdengar jujur’.
Kata ini diterjemahkan bersimpangan dengan kata seharusnya. Alih-alih
menggunakan nuansa terdesak/mencekam, penerjemah justru menerjemahkannya
menjadi kata yang terkesan ‘tidak ada kebohongan/riil terjadi’, sehingga kita dapat
mengajukan pertanyaan apakah tangisan itu tulus/jujur dari hati Mitsuha (yang
memanggil Taki dalam mimpi) atau tidak. Padahal sesungguhnya jika dilihat dari
situasi yang sebelumnya telah dibahas, adegan ini merupakan adegan yang
menyedihkan dan membingungkan, seharusnya pembaca dapat merasakan apa
yang Taki rasakan setelah mendapatkan mimpi aneh yang menyedihkan itu.
1. BSu : 懐かしい声と匂い、愛おしい光と温度。
Natsukashii koe to nioi, itooshii hikari to ondo.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa : Suara dan aroma yang membuat rindu, cahaya dan kehangatan yang
kusayangi.
(Your Name chapter 1:5)
Pada data (1) dianalisa adanya penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang
didukung dengan Teknik Penambahan dan Teknik Pergantian Kata.
Teknik pertama digunakan adalah teknik penambahan yang diterapkan
pada kata ‘懐かしい’. Dalam Kamus Bahasa Jepang-Indonesia Matsuura (1994)
kata 懐かしい artinya rindu; kangen. 懐かしい merupakan kelas kata Adjektiva.
Kata tersebut berfungsi sebagai penambah keterangan pada kata ‘声と匂い’
‘Suara dan Aroma’. Teknik Penambahan digunakan pada BSa yaitu dengan
menambahkan kata “membuat” agar seolah-olah ‘Suara dan Aroma’ melakukan
sesuatu kepada Mitsuha sehingga merasakan kerinduan. Pada kalimat ini tidak
terjadi pergantian hukum MD, karena kata pasif ‘dirindukan’ bentuk aktifnya
adalah ‘merindu(kan)’, sehingga teknik yang digunakan adalah Teknik
Penambahan.
Teknik kedua yang digunakan adalah Teknik Pergantian Kata yang
diterapkan pada kata 匂い dan 温度. Kata 匂い dalam Kamus Bahasa Jepang
Matsuura (1994) adalah bau; bau yang sedap; bau yang enak. Dalam bahasa
Indonesia kata “bau” dapat menjadi dua makna yang bertolak dan bias, bisa
menjadi sesuatu yang kurang sedap dihirup atau bau yang sedap dihirup. Sehingga
terjadilah pergantian kata yang sepadan menggunakan kata “aroma” karena dalam
bahasa Indonesia kata itu lebih pasti artiannya yaitu sesuatu yang sedap dihirup.
Pada kata 温度 pun terjadi pergantian kata yang sepadan. 温度 artinya secara
literal adalah suhu; derajat panas (benda). Dalam BSa diartikan sebagai
“kehangatan” dengan maksud mempertahankan nilai estetika dari kalimat tersebut
dan dapat diterima lebih mudah oleh pembaca Indonesia, karena kata Suhu dalam
bahasa Indonesia digunakan untuk mengukur kadar panas atau dinginnya sesuatu,
dan artian itu kurang tepat dalam kalimat ini.
Menurut penulis kalimat ini diterjemahkan dengan kurang tepat, tanpa
menjadikan perubahan kelas kata pada kata 懐かしい, kalimat ini bisa
diterjemahkan menjadi terjemahan yang adekuat. “Suara dan Aroma yang
dirindukan. Cahaya dan Kehangatan yang kusayangi” dirasa lebih tepat tanpa
mengubah makna.
2. BSu : ふと、目が開く。
Futo, me ga aku.
46
3. BSu: 朝、目が覚めるとなぜか泣いている。
Asa, me ga sameru to nazeka naiteiru.
こういうことが私には、時々ある。
Kouiu koto ga watashi ni wa, tokidoki aru.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa: Entah mengapa, aku terkadang mengalami ini. Menangis ketika
bangun di pagi hari.
(Your Name chapter 1:6)
Pada data (3) terdapat penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang didukung
dengan Teknik Parafrase dan Teknik Kompresi.
Teknik Parafrase diterapkan pada kedua kalimat tersebut dengan beberapa
perubahan. Frasa こういうことが私には dipindahkan menjadi kalimat pertama
dengan tujuan untuk menjadikannya sebagai topik utama keseluruhan kalimat
ketika bersambung dengan kalimat kedua. Kemudian dilanjutkan dengan kalimat
47
4. BSu : とても大切なものが、かつて。
Totemo taisetsuna mono ga, katsute.
(Kimi no Nawa chapter 1:7)
BSa : Pernah ada sesuatu yang sangat berharga, entah kapan munculnya.
(Your Name chapter 1:6)
Pada data (4) terdapat penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang didukung
dengan Teknik Penambahan Kalimat.
Teknik Penambahan yang diterapkan pada kalimat tersebut ialah dengan
menambahkan kalimat “entah kapan munculnya” pada akhir kalimat. Kalimat ini
ditambahkan tanpa sumber, tidak ada kalimat yang dapat diterjemahkan demikian
pada BSu. Sekiranya tidak ada juga kalimat yang memiliki makna yang dapat
diterjemahkan demikian. Jika dapat diperjelas, とても大切なもの merupakan
objek yang pernah dialami atau dimiliki oleh Taki. Sepertinya penerjemah
menambahkan kalimat tersebut untuk menyertai keterangan pada kata もの,
sebagai sesuatu yang dialami tapi tidak ada kejelasan kapan hal tersebut terjadi.
Namun tetap saja, tidak ada hal yang mendasari kalimat tersebut harus
ditambahkan pada keseluruhan kalimat ini. Menurut penulis, jika terjemahannya
48
menjadi “Pernah ada sesuatu berharga yang pernah kumiliki”, atau kita dapat
menerjemahkannya bersama kalimat setelahnya (5) この手に, yang diterjemahkan
pada BSa sebagai “Sesuatu yang kusentuh dengan tangan ini” maka tidak ada
nuansa tambahan yang perlu diberikan oleh penerjemah. Kalimat tersebut
bermakna ‘sesuatu yang pernah dimiliki/disentuh dengan tangan’ sehingga
sekiranya pada kedua kalimat tersebut bisa diterapkan Teknik Parafrase bersama
data (4) agar menjadi satuan kalimat utuh.
5. BSu: この手に。
Kono te ni
(Kimi no Nawa chapter 1:7)
6. BSu : ぼんやりとした花曇りの白い空。
Bonyari toshita hanagumori no shiroi sora.
(Kimi no Nawa chapter 1:9)
Pada data (6) terdapat penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang didukung
dengan Teknik Deskriptif dan Teknik Kompensasi.
Teknik Deskriptif yang diterapkan pada kalimat ini adalah pada kata 花曇
り. Kata ini dituliskan secara deskriptif ke dalam BSa dengan memparafrase
keseluruhan kalimat dengan menambahkan penjelasan apa itu 花曇り. Kata 花曇
り menurut kotobank adalah 春,サクラの咲くころの曇天, kata ini tidak ada
pembanding atau sinonim yang bisa menerjemahkannya karena ini adalah kata
khas Jepang ditandai dengan adanya makna Sakura pada definisinya, sedangkan
tidak ada sakura di Indonesia. Maka cara lain adalah dengan menjelaskan bahwa
花曇り adalah kondisi saat musim semi dimana bunga sakura sedang bermekaran
dan kondisi langit yang biru yang tertutup awan. Penjelasan tersebut kemudian
menjadi keseluruhan kalimat yang diterjemahkan kepada BSa, sehingga pembaca
dapat memahami apa itu 花曇り.
Kemudian kata 白い空 mengalami teknik kompensasi, yaitu dengan
menggantinya menjadi ‘langit sedikit berawan’. Terjemah harfiah dari kata
tersebut seharusnya adalah ‘langit putih’. Maksud kata ‘putih’ bermakna kiasan
langit yang biasanya berwarna biru menjadi putih karena tertutup oleh awan.
Sehingga kata ‘putih’ ini pantas untuk dikompensasi menjadi ‘berawan’ karena
maksud dari keduanya sama.
Kata 花曇り dan 白い空 diterjemahkan bersama, kata 花曇り sendiri
sudah memiliki makna ‘awan’ , sehingga penerjemahannya sudah cukup
dileburkan bersama kata 白い空, sehingga tidak terjadi penghamburan kata.
Menurut penulis, hasil terjemahan ini sudah dibuat dengan sangat baik.
Pembaca jadi bisa memahami maksud dari kalimat ini tanpa harus mencari tahu
apa itu arti 花曇り. Namun untuk penerjemahan kata ぼんやり harusnya bisa
diterjemahkan juga agar jelas bahwa kondisi berawan tersebut tidak tampak jelas ,
hanya samar-samar. Kalimatnya bisa menjadi “Langit yang samar-samar berawan,
membentang di atas bunga-bunga sakura yang mekar”.
7. BSu: 泣き出しそうに切実な声だ。
Nakidashisou ini setsujitsuna koe da.
50
SIMPULAN
51
REFERENSI
Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta
Djajasudarma, Fatimah. 2010. Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal.
Bandung: Refika Aditama
Halliday M., Hasan, R. 1989. Language, Context, and Text: Aspects of Language
in a Social-Semiotic Perspective. Oxford: Oxford University Press
52
53
Kamus Elektronik:
Goo. https://dictionary.goo.ne.jp/
Hyogen. https://hyogen.info/
Kotobank. https://www.kotobank.jp/
Weblio. https://www.weblio.jp/
LAMPIRAN
54
RIWAYAT HIDUP
55