Anda di halaman 1dari 55

TERJEMAHAN BEBAS PADA NOVEL YOUR NAME (KIMI NO NAWA)

KARYA MAKOTO SHINKAI


KAJIAN TEKNIK TERJEMAHAN

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh ujian sarjana


pada Program Studi Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran

AULIA RIFQIANA ADZIKRI


180610180007

FAKULTAS ILMU BUDAYA


UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2022

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

TERJEMAHAN PADA NOVEL YOUR NAME (KIMI NO NAWA)


KARYA MAKOTO SHINKAI

Oleh
AULIA RIFQIANA ADZIKRI
NPM : 180610180007

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat ujian


guna memperoleh gelar Sarjana Humaniora
pada Program Studi Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran

Telah disetujui oleh tim pembimbing pada tanggal seperti tertera dibawah ini
Bandung, ………………………
Pembimbing Utama , Pembimbing Pendamping,

Dr. Puspa Mirani Kadir, M.A. Dr. Agus Suherman Suryadimulya, M.A
NIP. 196108211988030002 NIP. 196008171989021002

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Budaya, Sastra Jepang,

Prof. Aquarini Priyatna.M.A.,M.Hum.,Ph.D Amaliatun Saleha, M.Si. Ph.D


NIP. 196806011994032003 NIP. 197606092003122001
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:


1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik sarjana di universitas/perguruan tinggi mana pun.
2. skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan dari tim pembimbing.
3. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dicantumkan sebagai acuan
dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam
referensi.
4. Pernyataan inisaya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.

Bandung, Januari 2022


Yang membuat
pernyataan,

Materai 10000

Aulia Rifqiana Adzikri


NPM : 180610180007

iii
PRAKATA

Segala puji milik Allah SWT, Tuhan yang telah menyempurnakan segala

kebaikan dengan limpahan nikmat-Nya, yang telah memberikan ilmu pengetahuan

kepada seluruh hamba-Nya. Shalawat serta salam kerinduan tak lupa kita

hadiahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Rasulullah yang diutus Allah

untuk memberi peringatan kepada manusia yang selalu ingkar dan petunjuk bagi

orang-orang yang beriman, yang diutus sebagai rahmat bagi sekalian alam. Begitu

pula kepada keluarga, para sahabat, dan pengikutnya serta semoga sampai kepada

kita ummat yang merindukan syafa’atnya.

Alhamdulillah atas karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi, dengan


judul “TERJEMAHAN BEBAS PADA NOVEL YOUR NAME (KIMI NO
NAWA) KARYA MAKOTO SHINKAI” sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Program Studi Sastra Jepang Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran.

Terlepas dari keterbatasannya, penulis berkeyakinan bahwa karangan ilmiah

ini tidak akan terlaksana tanpa adanya saran, dorongan, bantuan, serta bimbingan

dari berbagai pihak yang bersangkutan. Maka dari itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Aquarini Priyatna.M.A.,M.Hum.,Ph.D., selaku Dekan Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran

2. Ibu Amaliatun Saleha, M.Si. Ph.D., selaku Ketua Program Studi Sastra

Jepang Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran

iv
v

3. Ibu Dr. Puspa Mirani Kadir, M.A., selaku dosen pembimbing utama

yang telah memberi arahan dan masukan kepada penulis dalam menulis

skripsi ini.

4. Bapak Dr. Agus Suherman Suryadimulya, M.A., selaku dosen

pembimbing pendamping yang telah memberi arahan dan masukan

kepada penulis dalam menulis skripsi ini.

5. Bapak Yuyu Y. Risagarniwa, M.Ed., Ph.D., selaku dosen wali yang

telah membimbing penulis selama perkuliahan.

6. Ibu Risma Rismelati, M.A., selaku dosen yang juga telah membimbing

perwalian penulis selama perkuliahan.

7. Segenap staf administrasi, laboratorium, dan perpustakaan di Program

Studi Sastra Jepang dan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran,

atas semua ilmu dan pelayanan yang telah diberikan selama masa

perkuliahan.

8. Kawan-kawan seperjuangan di Universitas Padjadjaran yang selalu

memberi motivasi kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

9. Keluarga yang tercinta, Mamah yang melihat semua perjuangan penulis

di atas sana. Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan kepada

penulis sepanjang hidup. Kakak dan keluarganya yang telah

memberikan emotional support selama penulis menjalankan

perkuliahan.

Bandung,......
vi

Aulia Rifqiana Adzikri


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
PERNYATAAN.....................................................................................................iii
PRAKATA..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI...........................................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT.........................................................................................................viii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4 Kerangka Pemikiran..................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
KAJIAN LITERATUR............................................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu..................................................................................5
2.2 Teori Terjemahan......................................................................................6
2.3 Terjemahan Bebas...................................................................................13
2.4 Teori Pergeseran......................................................................................13
BAB III..................................................................................................................21
OBJEK DAN METODE PENELITIAN................................................................21
3.1 Objek Penelitian......................................................................................21
3.2 Metode Penelitian....................................................................................21
BAB IV..................................................................................................................23
PEMBAHASAN....................................................................................................23
BAB V....................................................................................................................24
SIMPULAN...........................................................................................................24
REFERENSI..........................................................................................................25
LAMPIRAN...........................................................................................................26
RIWAYAT HIDUP................................................................................................27

vii
ABSTRAK

Penelitian ini membahas mengenai kajian penerjemahan bebas pada novel Your
Name (Kimi no Nawa) karya Makoto Shinkai. Tujuan penulisan kajian ini adalah
untuk mengetahui alasan-alasan pergeseran yang terjadi pada bahasa sumber
kepada bahasa target, dan konteks apa yang melatarbelakangi perubahan dan
pergeseran tersebut.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penerjemahan bebas dan metode
deskriptif. Data yang berhasil dianalisis adalah sejumlah __ data. *masih ditulis
Kata kunci: Penerjemahan bebas, Pergeseran, Kimi no Nawa

viii
ABSTRACT

ix
10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu kemampuan dan sistem yang memudahkan manusia


untuk saling berkomunikasi. Menurut Carrol dalam Machali (2009:40),
pengertian Bahasa menurutnya adalah:
“Bahasa adalah sebuah sistem berstruktur mengenai bunyi dan urutan
bunyi. Bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat
digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan
yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda peristiwa-
peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.”
Dalam beberapa kasus umum, Bahasa sering kali menjadi permasalahan
yang sulit dihindari, terutama ketika kita tidak paham dengan apa yang hendak
disampaikan oleh lawan bicara jika kita tidak mengetahui bahasa yang
digunakan oleh lawan bicara tersebut. Contohnya, dalam karya seperti komik
atau novel yang ditulis menggunakan Bahasa Jepang, meskipun kita
mengetahui sedikit bahasa tersebut, jika kita tidak memahami situasi dan
makna sesungguhnya, maka akan salah pemahamannya. Seperti kasus dalam
komik 名探偵コナン(Meitantei Conan) Vol.80 dan terjemahannya dengan
judul Detektif Conan yang diteliti oleh Rangga Arsinanda Istamy (2017)
terdapat data sebagai berikut:

榛原:いたわ!
Haibara: Itawa!
Diterjemahkan menjadi: “Wah, dia ada disini”

Jika kita lihat secara sekilas saja, hasil terjemahan tersebut lebih panjang
dari Bahasa sumbernya. Kalimat sederhana seperti ini saja bisa terdapat
permasalahan yang sekiranya menjadikan perbedaan pemahaman yang
diterima oleh pembaca. Pada kalimat Bahasa sumber tidak ditunjukan adanya
kata penunjuk arah/keberadaan, sedangkan dalam Bahasa sasaran ada, yaitu
kata ‘disini’. Kemudian terdapat juga subjek kalimat ‘dia’ padahal pada
kalimat Bahasa sumber tidak disebutkan.
Oleh karena itu Penerjemahan lahir sebagai solusi dari masalah tersebut
dengan menerjemahkan maksud dari Bahasa Sumber ke Bahasa Sasaran.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Penerjemahan adalah
menyalin atau memindahkan suatu bahasa ke bahasa lain. Menginterpretasikan
suatu gagasan atau pikiran dari Bahasa Sumber ke Bahasa Sasaran dengan
tujuan agar sasaran paham dengan apa yang dimaksud oleh sumber. Menurut
11

Newmark (1988:5) Penerjemahan adalah “mengungkapkan makna sebuah teks


ke dalam bahasa sasaran, sama persis seperti apa yang ingin disampaikan
penulisnya.”
Dalam penerjemahan Newmark (1988) menjadikan dua sisi metode
penerjemahan, yaitu :
1. Metode yang memberikan penekanan kepada bahasa sumber.
2. Metode yang memberikan penekanan kepada bahasa sasaran.

Terjemahan bebas merupakan salah satu metode penerjemahan yang


memberikan penekanan kepada bahasa sasaran. Metode ini mereproduksi
konten sebaik mungkin tanpa begitu memerhatikan tata bahasa dari bahasa
sumber. Dalam metode ini frasa dapat berubah menjadi lebih panjang atau
lebih pendek, terjadi pergeseran struktur ataupun penggantian kata dengan
makna sepadan. Dalam kajian ini penulis akan menggunakan sumber sastra
naratif berupa novel yang berjudul Kimi no Nawa (君の名は) atau Your
Name.

Novel Kimi no Nawa (君の名は) karya Makoto Shinkai (新海誠)


diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia dengan judul Your Name merupakan
novel tentang dua remaja bernama Mitsuha Miyamizu dan Taki Tachibana
yang saling bertukar tubuh satu sama lain. Awalnya mereka tidak menyadari
pertukaran tubuh itu, mereka menganggapnya hanya mimpi semata. Tetapi
orang-orang sekitar mengatakan kepada keduanya mengenai keanehan di diri
mereka, belum lagi kejadiannya terjadi lebih dari 3 kali. Sehingga mau tidak
mau mereka pun percaya.
Setelah saling menyadari keadaan satu sama lain, Taki dan Mitsuha
sepakat untuk mencatat keseharian mereka dan menyampaikan hal-hal apa
saja yang tidak boleh dilakukan satu sama lain agar tidak dicurigai oleh orang-
orang sekitar. Selama bertukar tubuh itu, mereka merasa terikat satu sama lain,
bahkan tanpa sadar Mitsuha jatuh cinta kepada Taki. Mitsuha pun dengan
penuh keyakinan menyusul Taki. Dia melakukan perjalanan menggunakan
kereta dari Desa Itomori ke Tokyo. Tetapi apa yang Mitsuha dapatkan di sana
membuat ia sakit hati. Taki tidak mengenalinya sama sekali. Hingga akhirnya
dengan nekat ia memberikan ikat rambut berwarna merah miliknya kepada
Taki yang kemudian dipakai menjadi gelang azimat oleh pemuda itu.
Dalam novel biasanya terdapat beberapa prosedur, metode dan Teknik
penerjemahan yang berbeda-beda. Namun penulis hanya akan mengambil
metode terjemahan bebas saja agar penelitian ini tidak terlalu meluas.
Pada novel yang telah diterjemahkan ke bahasa sasaran (Indonesia),
penulis banyak menemukan hasil terjemahan dengan menggunakan metode
terjemahan bebas, berikut merupakan beberapa contohnya:

BSu : (1) 懐かしい声と匂い、愛おしい光と温度。


12

Natsukashii koe to nioi, itooshii hikari to ondo.


(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa : Suara dan aroma yang membuat rindu, cahaya dan kehangatan yang
kusayangi.
(Your Name chapter 1:5)
Situasi dalam kalimat tersebut adalah ketika tokoh utama, Mitsuha baru
saja bangun tidur. Karena jenis rumahnya adalah bentuk yang lebih
tradisional, sehingga ketika dia bangun, dia tersinari cahaya matahari pagi.
Kemudian di adegan selanjutnya, adiknya menyuruh Mitsuha untuk bangun
dan sarapan, sehingga dapat diketahui bahwa neneknya sedang memasak
untuk sarapan. Maka dari itu penulis menyertakan cahaya dan aroma pada
kalimat tersebut untuk memberikan gambaran suasana kepada pembaca.
Ketika kalimat ini diterjemahkan secara literal, maka akan menjadi “Suara
dan Aroma yang dirindukan. Cahaya dan suhu yang (rasa) kangen"
Dari contoh data (1) terlihat adanya penggunaan penerjemahan bebas yang
didukung dengan teknik penambahan dan teknik pergantian kata.
Teknik pertama digunakan adalah teknik penambahan yang diterapkan
pada kata 懐かしい. Dalam Kamus Bahasa Jepang-Indonesia Matsuura
(1994) kata 懐かしい artinya rindu; kangen. 懐かしい merupakan kelas kata
Adjektiva. Kata tersebut berfungsi sebagai penambah keterangan pada kata 声
と匂.Teknik penambahan digunakan pada BSa yaitu dengan menambahkan
kata “membuat” agar terdengar seperti Mitsuhalah yang merasakan rasa rindu
tersebut. Pada kalimat ini tidak terjadi pergantian hukum MD, karena kata
pasif “dirindukan” bentuk aktifnya adalah “merindu(kan)”, sehingga teknik
yang digunakan adalah teknik Penambahan.
Teknik kedua yang digunakan adalah teknik pergantian kata yang
diterapkan pada kata 匂い dan 温度. Kata 匂い dalam Kamus Bahasa Jepang
Matsuura (1994) adalah bau; bau yang sedap; bau yang enak. Dalam bahasa
Indonesia kata “bau” dapat menjadi dua makna yang bertolak dan bias, bisa
menjadi sesuatu yang kurang sedap dihirup atau bau yang sedap dihirup.
Sehingga terjadilah pergantian kata yang sepadan menggunakan kata “aroma”
karena dalam bahasa Indonesia kata itu lebih pasti artiannya yaitu sesuatu
yang sedap dihirup. Pada kata 温度 pun terjadi pergantian kata yang sepadan.
温度 artinya secara literal adalah suhu; derajat panas (benda). Dalam BSa
diartikan sebagai “kehangatan” dengan maksud mempertahankan nilai estetika
dari kalimat tersebut. Suhu dalam bahasa Indonesia digunakan untuk
mengukur kadar panas atau dinginnya sesuatu, dan artian itu kurang tepat
dalam kalimat ini.

BSu (2) ふと、目が開く。


Futo, me ga aku.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
13

BSa : kubuka mataku.


(Your Name chapter 1:5)

Dalam kalimat tersebut, Mitsuha terlihat baru saja bangun pagi.


Dari contoh data (2) terlihat adanya penggunaan penerjemahan bebas yang
didukung dengan teknik Derivasi sintaksis.
Kemudian teknik selanjutnya adalah Teknik Derivasi Sintaksis pada frasa
目が開く. 開く artinya adalah buka; dibuka; terbuka. Kata tersebut
merupakan kata 自動詞 (instransitif) dalam Bahasa Jepang, sehingga jika
diartikan sesuai dengan sifatnya seharusnya menjadi pasif, yaitu “mata
terbuka”. Dalam BSa diartikan menjadi “kubuka mataku”, verba “buka”
tersebut jika diterjemahkan kembali kedalam Bahasa Jepang seharusnya
menjadi 他動詞 (transitif) dan akan menjadi (わたし)目を開ける. Juga
terdapat penambahan subjek orang pertama yaitu “ku” (aku) agar jelas siapa
yang membukanya.

Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis


terjemahan bebas dalam novel Your Name dan mengambil judul skripsi
“TERJEMAHAN BEBAS NOVEL YOUR NAME (KIMI NO NAWA)
KARYA MAKOTO SHINKAI: KAJIAN TEKNIK TERJEMAHAN”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan, identifikasi


masalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Terjemahan bebas seperti apa yang digunakan dalam novel Kimi no
Nawa?
2. Pergeseran seperti apakah yang terjadi pada terjemahan bebas dalam
novel Kimi no Nawa?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan teknik terjemahan bebas yang digunakan dalam


novel Your Name.
2. Mendeskripsikan pergeseran yang terjadi pada terjemahan bebas dalam
novel Your Name.

1.4 Kerangka Pemikiran

1. Teori Dasar Terjemahan oleh, Newmark, Moentaha, Nida dan Taber.


2. Teori Teknik Penerjemahan Moentaha; Teori ini digunakan untuk
mengetahui apa saja teknik-teknik penerjemahan yang digunakan
penerjemah dalam menerjemahkan sumber. Penulis menggunakannya
14

untuk menganalisis teknik-teknik apa saja yang terdapat pada objek


penelitian.
3. Teori Pergeseran Newmark dan Simatupang; Membahas mengenai
pergeseran apa saja yang dapat terjadi dalam penerjemahan.
4. Teori Konteks Situasi oleh Halliday dan Hasan; Teori ini digunakan
untuk menganalisis Konteks Situasi yang terdapat pada objek
penelitian.
5. Teori Konteks Makna oleh Abdul Chaer; Teori ini digunakan untuk
menganalisis Konteks Makna yang terdapat pada objek penelitian dan
dihubungkan dengan Teori Pergeseran untuk dianalisa pergeseran
makna apa yang terjadi pada objek penelitian.
15
BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan tema terjemahan bebas telah dilakukan oleh beberapa penulis
antara lain:

Skripsi “Terjemahan Bebas dalam Komik Kimi ni Todoke Volume 1


Karya Shina Karu Ho Kajian Teknik Terjemahan Bebas” oleh Sarah Yanuari
(180610110126) Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran
tahun 2015. Penulis menganalisis teknik terjemahan yang mendukung terjadinya
terjemahan bebas dan menganalisis adanya pergeseran makna yang terjadi akibat
adanya proses terjemahan bebas. Terdapat 28 data yang dianalisis oleh penulis.
Hasil dari penelitian tersebut adalah terdapat terjemahan yang menggunakan
teknik harfiah, terjemahan bebas, penggantian kelas kata, penggantian bagian-
bagian kalimat, teknik terjemahan antonim, kompensasi, penambahan,
penghilangan dan kompresi. Kemudian terdapat 7 data analisis yang menunjukkan
7 perubahan makna yang diakibatkan penerapan teknik-teknik terjemahan
tersebut. Penulis menyatakan bahwa dalam penerjemahan komik tersebut
membuat pembaca kesulitan membedakan mana gagasan asli penulis dan mana
yang merupakan gagasan penerjemah. Namun secara keseluruhan bacaannya
menjadi lebih menarik dan tidak kaku. Penelitian ini berbeda dengan penelitian
Sarah Yanuari, penulis akan menganalisis teknik-teknik terjemahan yang
digunakan penerjemah berdasarkan konteks situasi yang disampaikan oleh
pengarang juga, karena sumber data yang digunakan oleh penulis berbeda yaitu
novel; yang tidak memiliki visual langsung seperti gambar pada komik.

Kemudian, penelitian terdahulu kedua yang digunakan adalah, Skripsi


“Analisis Nilai Karakter dalam Anime Jepang “Kimi no Na Wa”” oleh
Isnanda Elok Hapsari (2302415036) Bahasa dan Sastra Asing Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Semarang tahun 2020. Pada penelitian ini, penulis
menganalisa nilai-nilai karakter yang terdapat dalam anime Jepang “Kimi no Na
wa”. Wujud data berupa dialog dan situasi yang terdapat dalam anime tersebut.
Kesimpulan data yang telah terkumpul adalah sejumlah 22 data dan mengandung
11 nilai karakter dari 18 nilai karakter yang ditentukan oleh Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. Nilai karakter tersebut adalah:
bersahabat/komunikatif, disiplin, rasa ingin tahu, gemar membaca, tanggung
jawab, peduli sosial, cinta tanah air, menghargai karya, kreatif, mandiri, dan kerja
keras. Nilai-nilai karakter tersebut tidak diperoleh dengan instan, melainkan
melalui proses pengajaran yang ditanamkan sejak dini dan secara kontinu, baik
melalui pendidikan di sekolah atau pun pendidikan dasar di lingkungan keluarga.
Pada penelitian ini sama-sama menggunakan sumber data “Kimi no Nawa”,

16
17

namun Isnanda Elok Hapsari menggunakan versi anime dengan cerita yang sama.
Kemudian persamaan juga adalah Isnanda menganalisis konteks situasi yang ada
pada objek penelitian diambil dari visual animasi dan dialognya, perbedaannya
adalah pada penelitian ini konteks situasi yang dianalisis berdasarkan kalimat-
kalimat yang mendukung konteks situasi objek penelitian yang tidak memiliki
visual.

Perbedaannya penelitan ini dengan penelitian sebelumnya adalah penulis


akan mendeskripsian terjemahan bebas dalam novel Your Name (Kimi no Nawa)
Karya Makoto Shinkai. Penulis akan menggunakan teori utama teknik-teknik
terjemahan yang dikemukakan oleh Salihen Moentaha. Dengan teori ini, penulis
menganalisis apa saja teknik-teknik yang digunakan penerjemah yang mendukung
adanya metode Terjemahan Bebas. Kemudian menelusuri pergeseran makna yang
terdapat pada contoh data dari novel tersebut. Penulis kemudian akan
mendeskripsikan hal apa yang melatarbelakangi terjadinya pergeseran-pergeseran
tersebut berdasarkan konteks situasi, makna dan tataran bahasanya.

2.2 Teori Terjemahan

Terjemahan merupakan ilmu yang baru, sehingga belum terlalu banyak ahli yang
mendefinisikan hal ini. Dalam menerjemahkan, penerjemah harus melihat
berbagai sisi sudut pandang dari kedua bahasa, sehingga memerlukan penelitian
yang mendalam untuk melakukannya Menerjemahkan dengan semena-mena dapat
menjadikan hasil terjemahan yang tidak relevan antar BSu dan BSa.

Terjemahan menurut (Moentaha, 2006:9) yaitu sebagai proses kegiatan


manusia di bidang bahasa (analisis) yang hasilnya merupakan teks terjemahan
(sintesis). Hakikatnya teori ilmu terjemahan (science of translation), namun ilmu
ini tidak berdiri sendiri sebagai satu ilmu mandiri, namun merupakan salah satu
cabang ilmu linguistik.

Terjemahan menurut Newmark (1988:5) dalam bukunya A (Textbook) of


Translation : Terjemahan adalah mengungkapkan makna suatu wacana ke dalam
bahasa lain seperti wacana yang dimaksudkan oleh penulisnya.

“What is translation? Often, though not by any means always, it is rendering


the meaning of a text into another language in the way that the author intended the
text.”

“Apa itu terjemahan? Sering kali, walaupun tidak selalu, penerjemah adalah
menyampaikan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang
diinginkan pengarang.”

Kemudian ilmu terjemahan menurut Larson (1984:3) menyatakan bahwa


terjemahan meliputi kegiatan menerjemahkan bahasa sumber ke dalam bahasa
18

sasaran,yaitu dimulai dari bentuk bahasa pertama menuju bentuk bahasa kedua
yang menggunakan struktur semantik. Sehingga dalam penerjemahan makna atau
pesan dari sumber harus dipertahankan, sedangkan bentuk tataran kebahasaannya
boleh berubah. Larson juga menyatakan bahwa terjemahan adalah kegiatan yang
berkenaan dengan studi leksikon, struktur tata bahasa, situasi komunikasi, dan
konteks budaya teks bahasa sumber yang dianalisis dengan maksud untuk
menentukan makna. Makna yang ditemukan kemudian diungkapkan dan
dikonstruksi kembali dengan menggunakan leksikon dan struktur tata bahasa dan
konteks budaya bahasa sasaran,

Nida (1975:25) mengemukakan bahwa terjemahan merupakan proses untuk


menghasilkan padanan yang paling mendekati yang terdapat dalam bahasa sasaran
berdasarkan pada pesan yang terkandung dalam bahasa sumber. Pendapat ini
menekankan pada makna dan kesepadanan bahasa sumber dan bahasa sasaran.

Dalam menerjemahkan bahasa Jepang, sangat sulit untuk menyelaraskan


atau menyampaikan maksud budaya, sosial bahkan bahasanya sendiri untuk
diterjemahkan. Perbedaan struktur grammatikal antara bahasa Indonesia dan
bahasa Jepang sangat riskan untuk dilakukan tanpa pengetahuan kedua bahasa
yang cukup. Setelah mengetahui kedua bahasa, terdapat proses yang harus dilalui
oleh penerjemah.

Berikut adalah tahapan proses dalam menerjemahkan menurut Nida dan


Taber (1969:33) :

Gambar (1) Tahapan proses dalam menerjemahkan Nida dan Taber

1. Analisis
Tahap dimana hubungan gramatikal dan makna dari masing-masing kata
dan kombinasi kata-kata dianalisa dan ditelaah serta ditelusuri. Diharuskan
untuk meneliti makna tersirat apa yang dilahirkan dari tatanan bahasa
tersebut secara grammatikal dan makna.
2. Pengalihan
Setelah dianalisa pada tahap pertama, kemudian berdasarkan analisis
tersebut penerjemah mulai mengalih bahasakan dari BSu ke BSa.
3. Rekonstruksi Ulang,
Mengulang tahap 1 dan 2 sehingga hasil terjemahannya memiliki
keterbacaan, gaya dan kaidah yang wajar dan dapat disetujui unsur-unsur
19

kedua bahasa. Pada tahap ini penterjemah menformulasikan informasi-


informasi yang sudah ada dibenaknya dan meruntukannya dalam suatu
redaksi secermat mungkin dengan mengindahkan tatanan dan titian,
berbahasa pada Bsa.
2.2.1 Metode Terjemahan
Dalam menerjemahkan tulisan dari bahasa sumber kepada bahasa sasaran,
terdapat beberapa keadaan yang mengharuskan penerjemah untuk mengubah
konstruksi kebahasaan demi menyampaikan makna yang terdapat pada sumber
tersebut. Metode terjemahan merupakan proses menerjemahkan bahasa sumber
kepada bahasa sasaran dalam lingkup kalimat. Terdapat berbagai jenis metode
penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark yang dibagi atas dua sisi, yaitu:
1. Metode penerjemahan yang berpihak kepada bahasa sumber (BSu):
a. Word to Word
Metode penerjemahan jenis ini merupakan penerjemahan secara gamblang
kata perkata dan sejajar antara bahasa sumber dan bahasa sasaran. Urutan
katanya harus sama dengan yang ada pada sumber, termasuk kata
penghubung dan kata budaya.
Contoh:

BSu You must go to see him at the theatre


to watch that movie

BSa Kamu harus pergi menemui dia di iu


teater untuk nonton itu film

b. Literal
Metode penerjemahan ini mengkonstruksi tataran bahasa bahasa sumber
kepada tataran bahasa terdekat pada bahasa sasaran. Kemudian kata leksikal
tetap diterjemahkan kata perkata. Sehingga secara gramatikal, penerjemahan
ini dapat lebih dipahami karena struktur kebahasaannya tidak terasa aneh.
Contoh:

BS You can put your bag on the table


u

BSa Kamu bisa meletakkan tasmu di atas


meja itu

c. Faithful
Metode penerjemahan Faithful berusaha merestruktur makna setara atau
yang paling dekat dengan makna yang ingin disampaikan bahasa sumber
namun tetap mempertahankan struktur gramatikalnya. Meskipun begitu,
20

penerjemahannya harus tetap patuh sesuai dengan maksud bahasa sumber.


Pada metode ini, kata budaya dituliskan sebagaimana adanya, atau tidak
diterjemahkan kepada bahasa sasaran (ex: Manga -> Manga).
Contoh:

BS And in Texas, First Lady took a bite of


u prize winning Chilli and began vomitting

BSa Dan di Texas, First Lady menyantap


hidangan Chilli yang memenangkan
penghargaan dan mulai muntah-muntah

d. Semantik
Metode penerjemahan ini mempertahankan nilai estetika dari kebahasaan
antara kedua bahasa. Kemudian pada saat menerjemahkan kata budaya, kata
tersebut diterjemahkan dengan kata fungsional yang bisa menyampaikan
maksud bahasa sasaran.
Contoh:

BSu Tak ada lagi yang indah di mataku,


semua kelam

BSa Nothing is beautiful in my eyes,


everything is black

2. Metode penerjemahan yang berpihak kepada bahasa sasaran (BSa):


a. Adaptation
Pada metode penerjemahan ini, karakter, latar dan plot tidak diterjemahkan,
atau ditulis sebagaimana adanya. Namun, unsur-unsur budaya bahasa
sumber, diterjemahkan kepada unsur-unsur budaya sasaran.
Contoh:

BSu The early bird catch the worms

BSa Siapa cepat dia dapat

b. Free
Metode ini mereproduksi konten tanpa terlalu memerhatikan tata bahasanya,
sehingga bentuk aslinya tidak diperhatikan. Biasanya terjadi juga
perpanjang-pendekan kalimat, atau terjadi paraprase.
21

Contoh:

BSu She can’t prove the T-Shirts is about


her

BSa Dia tidak bisa membuktikan bahwa


yang dimaksud tulisan pada t-shirt itu
memang dia.

c. Idiomatic
Metode ini mereproduksi pesan bahasa sumber dan cenderung mendistorsi
nuansa dan makna pada tulisannya. Kemudian memberikan penekanan
kepada bahasa sehari-hari bahasa sasaran yang tidak ada pada bahasa
sumber. Biasanya dijadikan/diterapkan pada idiom.
Contoh:

BSu You have to work day and night for a


new car

BSa Kamu harus membanting tulang


untuk bisa membeli sebuah mobil baru

d. Communicative
Metode ini menyampaikan makna bahasa sumber secara kontekstual kepada
bahasa sasaran. Metode ini menjadikan konten dan secara kebahasaan lebih
mudah dimengerti oleh target pembaca.
Contoh:

BSu Birth control is not one hundred


percent

BSa Alat kontrasepsi tidak menjamin


seratus persen berhasil

2.2.2 Teknik Terjemahan

Teknik terjemahan adalah suatu metode yang diterapkan dalam penerjemahan


untuk menggambarkan hasil penerjemahan dan mengklasifikasikan tipe solusi
penerjemahan. Teknik terjemahan menurut Moentaha (2006:48) yaitu:

a. Terjemahan harfiah (Literal Translation)


Teknik terjemahan yang hasil terjemahannya menyampaikan makna seadanya
berdasarkan kalimat yang diterjemahkan. Terjemahan ini menyampaikan
22

informasi teks BSu ke dalam BSa dengan mematuhi norma-norma BSa. Proses
teknik ini adalah dengan menerjemahkan kata perkata BSu ke BSa.
b. Subtitusi (Subtitution)
Proses terjemahan yang realisasinya dilakukan melalui jalan dari bentuk bahasa
sumber (BSu) ke bentuk bahasa sasaran (BSa) dengan melewati makna. Dalam
praktiknya substitusi sebagai jenis terjemahan harfiah jarang sekali digunakan.
Proses substitusi dilaksanakan atau berlangsung dalam terjemahan otomatis
(otomat-mesin) atau dalam bahasa Inggris disebut “Automatic/Machine
Translation”.
c. Terjemahan bebas (Free Translation)
Terjemahan yang dilakukan di tingkat satuan-satuan bahasa, seperti kalimat atau
teks secara keseluruhan. Terjemahan bebas pada umumnya lebih layak diterima
dibanding terjemahan harfiah, karena dalam terjemahan bebas biasanya tidak
terjadi baik penyimpangan makna maupun pelanggaran norma-norma bahasa
sumber.
d. Parafrasa (Paraphrase)
Padanan situasi bisa juga diperoleh dari teknik terjemahan parafrasa, karena
informasi yang ada dalam teks bahasa sumber (BSu) dipertahankan oleh teknik
tersebut dalam bentuk gambaran situasi dan bukannya makna teks bahasa sasaran
(BSa). Dalam menggunakan teknik ini penerjemah perlu mengetahui kondisi
nyata dalam teks Bsu, karena itu merupakan kunci yang secara absolut penting
untuk mengungkapkan kata-kata dan ungkapanungkapan yang satu dengan yang
lain dari sudut pandang gambaran situasi.
e. Penggantian (Replacements)
Satuan-satuan gramatikal (kelas kata, bagian kalimat), satuan-satuan leksikal
(kata-kata tertentu) dan kontruksikontruksi kalimat.
f. Terjemahan Antonim (Antonimic Translation)
Mencakup ruang gejala-gejala cukup luas. Terutama sekali penggantian kata
dalam satu bahasa dengan antonimnya dalam bahasa lain yang diikuti dengan
transformasi kalimat berita ke kalimat ingkar. Terjemahan antonim sering
diilustrasikan dengan contoh-contoh yang pada umumnya tidak mengandung
pertentangan antonim. Yang terjadi hanya penggantian konstruksi kalimat dalam
satu bahasa dengan konstruksi kalimat padanannya dalam bahasa lain, yakni
penggantian kalimat berita dengan kalimat ingkar dan sebaliknya.
g. Kompensasi
Aturan proses terjemahan yang sangat menarik karena adanya ketidakmungkinan
menyampaikan informasi yang terkandung dalam satuan yang satu atau yang lain,
penerjemah lantas melakukan kompensasi seiring dengan munculnya dalam teks
bahasa sumber (Bsu) satuan bahasa yang tidak bisa disampaikan ke dalam bahasa
sasaran (BSa). Dalam hal ini, penerjemah menyampaikannya ke dalam teks
bahasa sasaran (BSa) dengan sarana bahasa yang lain.
h. Penambahan (Additions)
23

Penambahan leksikal dalam teks bahasa sumber (BSu) biasanya diperlukan kalau
maksud isi teks bahasa sasaran (BSa) diungkapkan dengan sarana lain, termasuk
dengan sarana gramatikal. Penambahan kata-kata tertentu ialah tanpa menambah
maksud yang ada dalam teks bahasa sasaran (BSa), karena ke dalam teks bahasa
sumber (BSu) sudah tersampaikan informasi yang sama, seperti yang ada dalam
teks bahasa sumber (BSu) hanya saja diungkapkan dalam teks bahasa sasaran
(BSa) dengan cara-cara lain. Berikut contoh terjemahan yang menggunakan
Teknik penambahan:
i. Penghilangan (Omissions/Dropping)
Membuang kata yang berlimpah, karena seperti yang dicatat oleh ilmuwan bahasa
dari Prancis, J. Lyons (21:320), merupakan kelimpahan semantik (semantic
redundancy) yakni tanpa bantuan kata yang berlimpah itu, isi informasi dalam
teks bahasa sumber (BSu) disampaikan ke dalam bahasa sasaran (BSa) secara
utuh. Teknik penghilangan adalah gejala yang langsung bertentangan dengan
teknik penambahan. Kata-kata yang berlimpah biasa ditemukan dalam kalimat-
kalimat yang mengandung pasangan-pasangan sinonim. Berikut merupakan
contoh terjemahan yang menggunakan teknik penghilangan:
j. Kompresi (Compression)
Teknik kompresi yakni ke pengungkapan singkat, ringkas dan padat.
k. Derivasi Sintaksis (Syntactic Derivation)
Proses pembentukan berbagai konstruksi sintaktis dengan cara/lewat transformasi
konstruksi inti. Dalam proses terjemahan derivasi sintaktis mengubah posisi
bagian kalimat yang satu atau yang lain. Karena itu, teknik derivasi sintaksis
menyangkut operasi “aktif-pasif” yang pernah disinggung diatas. Kecuali itu, ke
derivasi sintaksis termasuk juga teknik “terjemahan antonim” dan teknik
“konversi”.
l. Terjemahan Deskriptif (Descriptive Translation) Amplifikasi
(Amplification)
Penyampaian makna teks bahasa sumber (BSu) ke dalam teks bahasa sasaran
(BSa) dengan menggunakan kombinasi kata-kata bebas yakni menjelaskan satuan-
satuan leksikal yang mencerminkan realitas spesifik negeri yang satu atau yang
lain, karena satuan-satuan seperti itu tidak mempunyai ekuivalensi. Terjemahan
deskriptif sama dengan teknik terjemahan amplifikasi yaitu teks yang diperluas
dalam proses terjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain.
m. Eksplikasi/Implikasi (Explication/Implication)
Teknik eksplikasi dalam proses terjemahan ialah merealisasi pengungkapan
eksplisit dalam teks bahasa sasaran (BSa) karena dalam teks bahasa sumber
(BSu) ada informasi yang pengungkapannya tidak jelas yaitu ada implikasi dalam
informasi tersebut (pengungkapan implisit).

2.3 Metode Terjemahan Bebas


24

“Free translation reproduces the matter without the manner, or the content without
the form of the original. Usually it is a paraphrase much longer than the original, a
so-called 'intralingual translation*, often prolix and pretentious, and not
translation at all.” Newmark (1988:45) Terjemahan bebas atau Free Translation
adalah metode penerjemahan yang membebaskan dari tatanan grammatikal dan
condong kepada penyampaian makna BSu sedekat mungkin dengan BSa.
Penerjemahan sebuah kalimat BSu yang sulit diterjemahkan secara kata per kata
ataupun secara harfiah, dapat dihasilkan padanan terjemah dalam BSa yang
terdiri atas beberapa kalimat yang dapat membentuk sebuah paragraf terjemahan,
Penerjemahan ini sangat bergantung kepada apa yang diketahui oleh penerjemah
dari segi gramatikal, budaya, sosial, situasi dan aspek lain dari kedua bahasa yang
dapat memengaruhi hasil penerjemahan. Dalam terjemahan bebas dapat terjadi
berbagai teknik yang digunakan untuk menyampaikan makna sebaik mungkin.

2.4 Teori Pergeseran

Terdapat dua bagian besar yang menjadi topik bahasan teori pergeseran, yakni
pertama, perihal pergeseran makna (meaning-based) dan yang kedua perihal
pergeseran bentuk (form based).

Pergeseran menurut Newmark (1988: 85) adalah suatu prosedur yang


melibatkan suatu perubahan pada tata bahasa dari bahasa sumber ke bahasa
sasaran. “A translation procedure involving a change in the grammar from source
language totarget language”.

Newmark memberi batasan pergeseran dalam hal tata bahasa saja, yang
selanjutnya menguraikannya dalam tiga tipe, yakni:

1) Pergeseran dari bentuk tunggal ke jamak


2) Perubahan yang diakibatkan ketidaktersediaan struktur dalam bahasa
sasaran (SL grammatical structure does not exist in the TL)
3) Pergeseran yang diakibatkan memungkinkannya proses penerjemahan
literal secara gramatikal namun tidak selaras dengan penggunaan secara natural
dalam bahasa sasaran. “Literal translation is grammatically possible but may not
accord with natural usage in thetarget language.” (Newmark, 1988: 85-86).

Teori lainnya yang membahas tentang pergeseran dijelaskan oleh


Simatupang (2000: 74) Menurutnya pergeseran terjadi karena dua hal, yaitu
perbedaan sudut pandang dan budaya penutur bahasa-bahasa yang berbeda.
Pergeseran di bidang makna ini pun mengakibatkan bahwa tidaklah selalu
mungkin memindahkan makna yang terdapat di dalam teks atau bahasa sumber ke
dalam teks atau bahasa sasaran secara tepat atau tetap utuh. Selanjutnya
Simatupang (2000: 82) menyebutkan jenis-jenis pergeseran dalam terjemahan
sebagai berikut:
25

1) Pergeseran pada tataran morfem


Pergeseran ini menyentuh bagian kecil dari sebuah kata. Pergeseran ini biasanya
terjadi pada imbuhan-imbuhan yang tidak ada padanannya pada bahasa sasaran.
Sehingga hasilnya akan menjadi dua suku kata dari kata bahasa sumber atau
sebaliknya.
Contoh:

BSu BSa
tidak dikenal/ tidak
Unknown
>< diketahui
Impossible tidak mungkin
Recycle daur ulang

2) Pergeseran pada tataran sintaksis kata ke frasa


Satu suku kata dapat menjadi frasa ketika diterjemahkan kepada bahasa sasaran
yang terdapat makna sepadan, namun secara kesatuan justru memiliki pasangan
yang jika tidak dituliskan bersama maka akan ada ambiguitas atau perbedaan
makna.
Contoh:

BSu BSa
Girl >< Anak Perempuan
Parents Orang Tua
3) Pergeseran pada tataran frasa ke klausa
Contoh:

BSu Not knowing what to say, (he just kept quiet)


BSa (Karena) dia tidak tahu apa yang hendak dikatakannya.

4) Pergeseran dari Makna Generik ke Makna Spesifik atau sebaliknya.


Pergeseran ini terjadi karena padanan yang sangat tepat sebuah kata di dalam
bahasa sumber tidak terdapat di dalam bahasa sasaran.

BSu BSa
Leg ><
Kaki
Foot
Dalam bahasa Indonesia, konsep leg dan foot diungkapkan dengan satu kata yang
bermakna lebih generik atau general atau umum, yaitu kaki. Pergeseran ini dapat
terjadi pada kelas verba, adjektiva dan yang lainnya.

2.5 Teori Konteks Situasi


Dalam karya sastra novel tidak digambarkan bagaimana situasi adegan secara
visual, namun pembaca bisa membayangkan situasi yang ada melalui tulisan yang
telah penulis sampaikan sebaik mungkin melalui berbagai cara secara tertulis agar
26

pembaca dapat memahami situasi apa yang sedang dibayangkan oleh penulis
ketika menulis adegan tersebut. Akibatnya, pembaca dapat memvisualisasikan
berbagai tulisan sesuai apa yang pembaca tangkap sendiri.
Saat menganalisa situasi suatu karya sastra, terdapat setidaknya tiga
pertanyaan yang dapat diajukan, yaitu: siapa yang berbicara, kepada siapa kita
berbicara, dan mengenai apa/siapa kita berbicara. Pentingnya kita memahami
konteks situasi adalah membantu pembaca memahami makna yang akan
disampaikan oleh penulis, sehingga tulisan tersebut bisa divisualisasikan dan
diresapi maknanya tanpa memerlukan gambar atau nada bunyi suara.
Dalam menerjemahkan karya sastra menggunakan Metode Penerjemahan
bebas, konteks situasi perlu diperhatikan. Sebab, situasi yang dituliskan dalam
novel dapat berpengaruh terhadap apa yang menjadi pemahaman sang
penerjemah. Konteks situasi yang digambarkan oleh penulis harus bisa
memberikan suasana, permasalahan, latar, pelibat dan pesan yang ingin
disampaikan agar tidak ada kesalah pahaman antara penulis, penerjemah, dan
pembaca.
Konteks situasi yang dikemukakan oleh Halliday dan Hasan (1989) terdiri
dari tiga unsur, yaitu field (bidang, pokok masalah), tenor (pelibat), dan mode
(cara). Dalam unsur pokok masalah (field) juga terkandung “tujuan penulisan”.
Jika field pada sebuah tulisan sama, namun tenor dan mode nya berbeda, maka
akan menghasilkan tulisan yang berbeda pula. Berikut adalah penjelasannya:

1. Field membantu memahami makna dasar, dan merujuk pada apa yang
terjadi, pada siapa, kenapa ini terjadi, dll. Field berisi pengertian tentang
topik atau isi teks. Field juga meruakan sistem pilihan yang potensial, yaitu
pilihan tentang apa yang diharapkan akan terjadi di dalam konteks sosial itu.
Pilihan-pilihan tersebut dapat jelas dimengerti dari kosakata dan tata bahasa
teks. Field menuntut penerjemah untuk mengambil keputusan tentang
istilah apa yang digunakan, siapa target pembaca yang dituju, dan struktur
tata bahasa apa yang akan digunakan (aktif/pasif).
2. Tenor berkaitan dengan sifat hubungan antara pemakai bahasa di dalam
konteks sosial tertentu serta membantu memahami makna interpersonal.
Tenor mencakup tiga hal yaitu peran pelibat (sasaran), status, jarak sosial
yang mencakup pada jenis hubungan (formal atau dekat). Faktor ini
mengizinkan penerjemah untuk menemukan padanan atau pilihan yang tepat
untuk hasil terjemahannya, apakah formal/informal, modern/kuno, dan
teknis/non-teknis, dll.
3. Mode membantu memahami makna teks. Mode merujuk pada perantara
komunikasi (pembicara, penulis, gambar, aksi, dll.), saluran (face to face,
melalui perantara teknologi, lisan, tulisan, isyarat), tipe interaksi (monologis
atau dialogis), peran bahasa dalam proses sosial (pendukung atau wajib),
27

dan cara retoris (mendidik, mengandung pelajaran, persuasif, dll). Mode


akan membuat hasil terjemahan menjadi lebih terorganisir.

2.6 Teori Makna


Pengertian kata Makna sendiri sulit untuk disampaikan. Namun ada beberapa
penjelasan mengenai Makna oleh beberapa ahli. Makna (bahasa Inggris: sense)
dibedakan dari arti (bahasa Inggris: meaning) di dalam semantik. Makna, maksud
pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk
kebahasaan; (KBBI Online). Ferdinand de Saussure (dalam Abdul Chaer,
1994:286) berpendapat bahwa makna merupakan konsep yang dimiliki oleh suatu
tanda linguistik.
Makna merupakan salah satu hal tersulit dalam penerjemahan, Moentaha
sendiri memasukan Makna sebagai salah satu kesulitan dalam proses
penerjemahan. Menurutnya (2006:13) “Satuan komposisi leksikal bahasa – kata –
biasanya mengandung aneka makna (polysemous word) dan sistem makna kata
dalam satu bahasa biasanya tidak sepenuhnya sama dengan sistem makna kata
yang sepadan dalam bahasa lain”.
Misalnya, kata bahasa Inggris House, yang berarti dalam bahasa Indonesia:
Rumah, sesuai hanya dengan salah satu maknanya: Gedung tempat tinggal.
Padahal House juga dapat berarti: dinasti – the House of Smiths. Demikian juga
terdapat kata Rumah dalam bahasa Indonesia tidak mempunyai hubungan sama
sekali dengan kata House, seperti rumah makan, rumah sakit, rumah sakit jiwa,
rumah yatim piatu.
Oleh karena itu, makna dalam suatu tulisan perlu diteliti agar tidak salah
dalam hasil pemahamannya. Djajasudarma (2017:7) menyebut bahwa terdapat
tiga tingkat keberadaan makna, yaitu:
1. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebebasan.
2. Pada tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan.
3. Pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu
membuahkan informasi-informasi tertentu.

2.6.1 Jenis Makna


Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam
kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam
bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda.
Chaer (2012:289-296) mengemukakan beberapa jenis makna yang dibagi
sebagai berikut:
2.6.1.1 Makna Kata
Makna memiliki atau leksem sebagai lambang benda, peristiwa, obyek, dan lain-
lain. Makna ini memiliki unsur bahasa lepas dari penggunaan atau konteksnya.
Makna kata terbagi menjadi beberapa pengertian makna kata yaitu:
1. Makna Leksikal
28

Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi


indra kita, makna apa adanya dan makna yang ada dalam kamus. Maksud
makna dalam kamus adalah makna dasar atau makna yang konkret.
Misalnya leksem "kuda" memiliki makna leksikal sejenis binatang-binatang
berkaki empat yang bisa dikendarai'.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal adalah makna yang terjadi setelah proses gramatikal
(Afikasi, Reduplikasi, Kalimatisasi).
Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal adalah Makna
Leksikal adalah makna dasar/makna dari kala per kata, sedangkan makna
gramatikal adalah makna baru yang muncul ketika kata-kata tersebut
menjadi sebuah kalimat. Contoh: dengan kata dasar kuda dapat melahirkan
makna gramatikal 'mengendarai kuda’ yang maksudnya kuda sebagai
kendaraan.
3. Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di
dalam suatu konteks. Misalnya, makna konteks kata kepala pada kalimat-
kalimat berikut : a. Rambut di kepala nenek belum ada yang putih. b.
Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu, Nomor teleponnya ada
pada kepala surat itu.
4. Makna Referensial
Makna referensial adalah sebuah kata yang memiliki referensinya/acuannya.
Sehingga sebuah kata dapat disebut bermakna referensial kalau ada
referensinya atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar
adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena adanya acuan
dalam dunia nyata.
5. Makna Non-referensial
Makna non-referensial adalah kata yang tidak mempunyai acuan dalam
dunia nyata. Contohnya kata dan, atau, dan karena. Kata-kata tersebut tidak
mempunyai acuan dalam dunia nyata.
6. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli makna asal, atau makna sebenarnya
yang dimiliki oleh sebuah kata Umpamanya, kata Kurus (bermakna
denotatif yang mana artinya keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dan
ukuran yang normal). Kata Bunga bermakna denotatif yaitu bunga yang
seperti kita lihat di taman).
7. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna yang lain yang ditambahkan pada makna
denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau
kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Umpamanya kata Kurus"
pada contoh di atas berkonotasi netral. Tetapi kata "Ramping", yaitu
sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif yaitu
29

nilai yang mengenakkan ; orang akan senang kalau dikatakan ramping.


Sebaliknya, kata "Kerempeng", yang sebenarnya juga bersinonim dengan
kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi negatif, nilai rasa yang tidak
enak, orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.
8. Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas
dan Konteks atau asosiasi apa pun. Kata Kuda memiliki makna konseptual
sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai", dan kata Rumah'
memiliki makna konseptual "bangunan tempat tinggal.
9. Makna Asosiatif
Makna asosiasi adalah makna kata yang berkenaan dengan adanya
hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya,
kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang “suci" atau "kesucian", kata
"merah" berasosiasi berani, kata buaya berasosiasi dengan "jahat" atau
"kejahatan". Makna asosiasi ini sebenarnya sama dengan “lambang" atau
"pelambangan" yang digunakan oleh suatu masyarakat pengguna bahasa
untuk menyatakan konsep lain, yang mempunyai kemiripan dengan sifat
keadaan, atau ciri yang ada konsep asal tersebut.
10. Makna Kata
Makna kata adalah makna yang bersifat umum, kasar dan tidak jelas. Kata
"Tangan" dan "Lengan" sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama,
seperti contoh berikut: a. Tangannya luka kena pecahan kaca. b. Lengannya
luka kena pecahan kaca. Jadi, kata tangan dan kata lengan pada kedua
kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama.
11. Makna Istilah
Makna istilah adalah makna yang pasti, jelas, tidak meragukan, meskipun
tanpa konteks kalimat dan perlu diingat bahwa makna istilah hanya dipakai
pada bidang keilmuan/kegiatan tertentu saja. Umpamanya, kata "Tangan"
dan "Lengan" yang menjadi contoh di atas. Kedua kata itu dalam bidang
kedokteran mempunyai makna yang berbeda. "Tangan" bermakna "bagian
dari pergelangan sampai ke jari tangan". Sedangkan kata "Lengan" adalah
"bagian dari pergelangan tangan sampai ke pangkal bahu". Jadi kata
"Tangan" dan "Lengan" sebagai istilah dalam ilmu kedokteran tidak
bersinonim, karena maknanya berbeda.
12. Makna Idiom
Makna Idiom adalah makna yang tidak dapat diramalkan dari makna unsur-
unsurnya, baik secara leksikal maupun gramatikal. Contoh, secara
gramatikal bentuk “Menjual rumah" bermakna "yang menjual menerima
uang dan yang membeli menerima rumahnya", tetapi dalam bahasa
Indonesia bentuk "Menjual gigi" tidak memiliki makna seperti itu,
melainkan bermakna "tertawa keras-keras". Jadi makna tersebutlah yang
disebut makna idiomatik.
30

13. Makna Peribahasa


Peribahasa memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari
makna unsur-unsurnya. Karena adanya asosiasi antara makna asli dengan
maknanya sebagai peribahasa. Umpamanya, peribahasa "Seperti anjing dan
kucing" yang bermakna ihwal dua orang yang tidak pernah akur. Makna ini
memiliki asosiasi bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika
bersuara memang selalu berkelahi, tidak pernah damai.

2.6.1.2 Makna Frasa


Menunut Sutedi (2011: 129) Dalam bahasa Jepang ungkapan hon o yomu
‘membaca buku' kutsu o kau 'membeli sepatu', dan hara ga tatsu ‘perut
berdiri/marah' dianggap sebagai suatu frasa (klausa) atau ku. Klausa ‘hon o
yomu’ dan ‘kutsu wo kau' dapat dipahami cukup dengan mengetahui makna
kata-kata hon, kutsu, kau dan o; ditambah dengan pemahaman tentang
struktur kalimat bahwa 'nomina + o + verba'. Jadi, klausa tersebut dapat
dipahami secara Ieksikalnya (mojidori no imi). Tetapi, untuk klausa ‘hara
ga tatsu' meskipun kita mengetahui makna setiap kata dan strukturnya,
belum tentu bisa memahami makna klausa tersebut, jika makna frasa secara
idiomatikalnya (kan-youteki imi) belum diketahui dengan benar. Pada klausa
'ashi o arau' ada dua makna, yaitu secara leksikal (mojidouri o imi) yakni
'mencuci kaki', dan juga secara idiomatikal (kan-youteki imi) yakni berhenti
berbuat jahat'. Jadi, dalam bahasa Jepang ada frasa/klausa yang hanya
makna leksikal saja, ada frasa/klausa yang bermakna secara idiomatikalnya
dan ada juga frasa/klausa yang bermakna kedua-duanya.

2.6.1.2 Makna Kalimat


Menurut Sutedi (2011; 129) Makna kalimat (bun no imi) dijadikan sebagai
objek kajian semantik, karena suatu kalimat ditentukan oleh makna setiap
kata dan struktumya. Misalnya, kalimat Watashi wa Yamada san ni megane
o ageru (Saya memberi kacamata pada Yamada) dengan kalimat Watashi
wa Yamada san ni tokei o ageru (Saya memberi jam pada Yamada), jika
dilihat dari strukturnya, kedua kalimat tersebut sama yaitu "A wa B ni o
ageru", tetapi maknanya berbeda. Oleh karena itu jelas terlihat bahwa
makna kalimat ditentukan oleh kata yang menjadi unsur kalimat tersebut.
Berbeda dengan kalimat Watashi wa Yamada san to Tanaka san o mattei
iru terkandung dua makna, yaitu [Watashi wa] [Yamuda san to Tanaka san
of matte iru] 'Saya menunggu Yamada dan Tanaka' dan [Watashi wa]
[Yamada an to isshoni] [Tanaka san o] [matte iru] 'Saya bersama Yamada
menunggu Tanaka'. Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dalam suatu
kalimat dapat menimbulkan makna ganda yang berbeda. Dari uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa objek kajian semantik adalah makna kata dan
frasa/klausa; relasi makna antara beberapa kata; dan makna kalimat.
31

Dari keseluruhan teori tersebut, penulis akan meneliti menggunakan teori


terjemahan bebas Moentaha dan teori pergeseran Newmark dan Simatupan.
Karena dua teori tersebut mencakup bahasan-bahasan yang akan penulis teliti
dalam menganalisis terjemahan novel Your Name (Kimi no Nawa) karya Makoto
Shinkai ini.
BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang mejadi perhatian dalam sebuah


penelitian karena objek penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai untuk
mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Menurut Sugiyono (2012:144) pengertian objek penelitian adalah sebagi


berikut:

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan


tujuan dan kegunaan tertentu tentang suatu hal objektif, valid, dan realiable
tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

Sumber penelitian yang akan digunakan penulis adalah novel yang berjudul
Kimi no Nawa (君の名は) karya Makoto Shinkai (新海誠) Sumber yang
digunakan pada penelitian ini adalah Novel karya Makoto Shinkai (新海誠) yang
terbit pada 2016 oleh penerbit Kadokawa, diterjemahkan dengan judul Your Name
ke dalam bahasa Indonesia oleh Andry Setiawan di Penerbit Haru, cetakan 2020.

Your Name merupakan novel tentang dua remaja bernama Mitsuha


Miyamizu dan Taki Tachibana yang saling bertukar tubuh satu sama lain.
Awalnya mereka tidak menyadari pertukaran tubuh itu, mereka menganggapnya
hanya mimpi semata. Tetapi orang-orang sekitar mengatakan kepada keduanya
mengenai keanehan di diri mereka, belum lagi kejadiannya terjadi lebih dari 3
kali. Sehingga mau tidak mau mereka pun percaya.

Objek penelitian yang difokuskan oleh penulis adalah satuan-satuan kalimat


yang terdapat pada novel tersebut. Kalimat yang dianalisa menerapkan Metode
Penerjemahan bebas berdasarkan Konteks Situasi dan Makna, juga Teknik-teknik
Penerjemahan yang digunakan. Data yang diambil adalah satu kalimat penuh yang
kemudian kalimat tersebut diteliti dari tingkat morfem, kata, frasa, dan kalimat.
Berikut adalah data yang akan dianalisis:

No Data Bahasa Chapter/Hal Data Bahasa Chapter/Hal


. Sumber Sasaran

1 懐かしい声と匂 1:6 Suara dan aroma 1:5


い、愛おしい光 yang membuat rindu,
と温度。 cahaya dan
kehangatan yang
kusayangi.

32
33

2 ふと、目が開 1:6 kubuka mataku. 1:5


く。

3 朝、目が覚める 1:6 Entah mengapa, aku 1:6


となぜか泣いて terkadang mengalami
いる。こういう ini. Menangis ketika
ことが私には、
bangun di pagi hari.
時々ある

4 とても大切なもの 1:7 Pernah ada sesuatu 1:6


が、かつて。 yang sangat berharga,
entah kapan
munculnya.

5 この手に。 1:7 Sesuatu yang 1:6


kusentuh dengan
tangan ini.

6 ぼんやりとした 1:9 Langit sedikit 1:8


花曇りの白い berawan,
空。 membentang di atas
bunga-bunga sakura
yang mekar.

7 泣き出しそうに切 2:12 Suara yang terdengar 2:11


実な声だ。 jujur, seperti hendak
menangis.

8 少女はそう叫び、 2:12 Gadis itu berteriak, 2:12


髪を結っていた紐 lantas dilepaskannya
をするりとほどき、 tali pengikat
差し出す。
rambutnya,
diserahkannya
kepadaku.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam menganalisis objek


penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 3) bahwa: “Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal
34

lain-lain yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian”.
Terdapat tiga tahap analisis yang dilakukan penulis yakni pengumpulan data,
analisis data dan penyajian hasil analisis data.

3.2.1 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan oleh penulis dalam pengumpulan data adalah metode
studi pustaka dengan menggunakan sumber tertulis untuk memperoleh data, yaitu
Novel Kimi no Nawa (君の名は)karya Makoto Shinkai terbitan Kadokawa
(2016) dan versi terjemahan Bahasa Indonesianya. Studi pustaka merupakan
metode pengumpulan data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi
melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar, maupun
dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.

3.2.2 Metode Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.


Menurut Sugiyono (2016:9) metode deskriptif kualitatif adalah metode penelitian
yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci teknik pengumpulan data dilakukan
secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian
deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, melukiskan, menerangkan,
menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti
dengan mempelajari semaksimal mungkin seorang individu, suatu kelompok atau
suatu kejadian.
Kemudian data dianalisis menggunakan teknik analisis komparasi, yaitu
salah satu teknik analisis kuantitatif yang digunakan untuk menguji hipotesis
mengenai ada atau tidaknya perbedaan antar variabel atau sampel yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2016), Arti penelitian komparatif adalah bagian penelitian
yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau sampel
yang berbeda pada waktu yang berbeda.

3.2.3 Penyajian Hasil Analisis Data


Penyajian data dituliskan secara deskriptif dengan dua analisis, yaitu:
1. Analisis Konteks Situasi dan Teknik Terjemahan Bebas
2. Analisis Pergeseran Makna
Data hasil analisis disajikan oleh penulis dalam bentuk informal yakni
penyajian data dengan perumusan kata-kata biasa agar mempermudah mahasiswa
ataupun pelajar bahasa dalam memahami secara lebih mendetail mengenai
bagaimana metode Terjemahan Bebas ini diterapkan pada novel Kimi no Nawa
35

yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan menganalisis teknik-


teknik terjemahan yang digunakan berdasaran konteks situasinya, kemudian
bagaimana hal tersebut dapat berpengaruh terhadap makna data tersebut.
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam menganalisis suatu terjemahan, kita harus melihat dari berbagai perspektif
dan kepentingan yang ingin disampaikan dari pengarang kepada pembaca.
Penerjemah menjembatani hal tersebut dengan menerjemahkan sumber
menggunakan berbagai metode yang dapat diterapkan untuk menghasilkan
terjemahan yang sebaik mungkin dan ade-kuat. Dalam penelitian ini, penulis
menerapkan 3 unsur yang diperlukan dalam menganalisis hasil terjemahan
tersebut, yaitu Konteks Situasi, Konteks Makna, dan Teknik Terjemahan yang
patut untuk diterapkan. Penulis akan membagi analisis tersebut menjadi 2 bagian,
yaitu 4.1 Analisis Konteks Situasi dan Teknik Terjemahan dan 4.2 Analisis
Pergeseran Makna.

4.1 Analisis Konteks Situasi dan Makna

4.1.1 Analisis Konteks Situasi

1. BSu : 懐かしい声と匂い、愛おしい光と温度。
Natsukashii koe to nioi, itooshii hikari to ondo.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa : Suara dan aroma yang membuat rindu, cahaya dan kehangatan yang
kusayangi.
(Your Name chapter 1:5)

Field pada data (1) adalah Mitsuha baru saja bangun tidur disebabkan beberapa
pengaruh eksternal, seperti suara-suara dari luar rumah, bunyi-bunyi yang
dihasilkan dari kegiatan di rumah oleh orang rumah, suhu hangat yang terasa dari
pengaruh cahaya yang menembus ke kamar Mitsuha.

Kalimat ini merupakan bagian monolog naratif dari pemeran utama,


sehingga Tenor pada kalimat ini tidak ada interaksi dengan orang lain, namun
terdapat emosi yang dimunculkan pada situasi ini yaitu perasaan positif
berdasarkan makna kata 懐かしい yang berarti ‘rindu’ dan 愛おしい ‘sayang’
yang menggambarkan perasaan kasih sayang.

Mode pada kalimat ini adalah tulisan karena pada novel ini tidak ada
visualisasi atau cara lain yang digunakan. Kalimat ini ditulis naratif sebagai
monolog. Kalimat ini hanya ingin memberikan kesan situasi bangun pagi yang
hangat, tidak ada pembelajaran pada kalimatnya.

2. BSu : ふと、目が開く。
Futo, me ga aku.

36
37

(Kimi no Nawa chapter 1:6)


BSa : kubuka mataku.
(Your Name chapter 1:5)

Field pada data (2) masih sama dengan data (1) namun lebih menjelaskan kepada
saat Mitsuha itu terbangun dan membuka mata.

Tenor pada kalimat ini juga sama seperti data (1) yaitu monolog naratif.
Emosi yang dikeluarkan juga emosi yang netral, tidak ada emosi khusus yang
ingin disampaikan. Kata ふと pada kalimat tersebut bermakna ‘sekejap’, jadi
nuansa yang diberikan saat membuka mata adalah tidak ada prosesnya atau
langsung begitu saja dan tidak ada yang menghalangi.

Mode pada kalimat ini adalah tulisan karena pada novel ini tidak ada
visualisasi atau cara lain yang digunakan. Kalimat ini ditulis naratif sebagai
monolog. Kalimat ini hanya ingin memberikan kesan situasi bangun pagi yang
hangat, tidak ada pesan atau pembelajaran pada kalimatnya. Sama dengan data
(1).

3. BSu: 朝、目が覚めるとなぜか泣いている。
Asa, me ga sameru to nazeka naiteiru.
こういうことが私には、時々ある。
Kouiu koto ga watashi ni wa, tokidoki aru.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa: Entah mengapa, aku terkadang mengalami ini. Menangis ketika
bangun di pagi hari.
(Your Name chapter 1:6)
Field pada kalimat ini dapat dipahami Mitsuha sering kali mengalami ‘mimpi’
aneh yang mengganggunya setiap pagi, hingga menyebabkan ia menangis saat
terbangun di pagi hari. Kalimat ini terletak di awal cerita sebagai pembuka dan
alur mundur yang menjelaskan akhir cerita dari novel ini. Pada akhir cerita, plot
tragis dialami oleh Mitsuha yaitu dia tidak bisa bertemu dengan orang yang
bertukar tubuh dengannya, yaitu Taki. Sehingga pada awal cerita, disebutkan
Mitsuha menangis karena mengingat kejadian tersebut sebagai ringkasan di
chapter awal.
Tenor pada kalimat ini juga sama seperti data (1) yaitu monolog naratif.
Emosi yang dikeluarkan adalah emosi negatif sedih dan bingung yang
disampaikan dengan kata なぜか泣いている (nazeka naiteiru).
Mode kalimat ini memiliki pesan emosi yang ingin disampaikan penulis,
yaitu perasaan sedih karena telah mengalami hal buruk. Pagi hari seharusnya
menjadi awal baru bagi manusia, namun pada kalimat ini, pagi hari adalah hal
yang menyedihkan bagi Mitsuha yang beberapa kali mengalami kesedihan pada
pagi hari.
38

4. BSu : とても大切なものが、かつて。
Totemo taisetsuna mono ga, katsute.
(Kimi no Nawa chapter 1:7)

BSa : Pernah ada sesuatu yang sangat berharga, entah kapan munculnya.
(Your Name chapter 1:6)
Field pada kalimat ini adalah sudut pandang Taki, pemeran utama laki-laki pada
kisah ini yang juga mengalami hal yang sama dengan Mitsuha. Pada bagian ini
Taki juga baru terbangun dari tidurnya setelah mendapatkan mimpi yang tidak
menyenangkan.
Pada bagian paragraf yang terdapat kalimat ini, Taki bermonolog
merasakan perasaan menyedihkan setelah mengalami mimpi yang kurang
mengenakan. Dengan digambarkan bahwa dia menangis dan mengusap air
matanya dengan tangan kanannya. Sehingga Tenor yang tersampaikan adalah
emosi negatif kesedihan.
Mode yang disampaikan dari kalimat ini adalah perasaan Taki yang
mengalami kesedihan, merasakan kehilangan sesuatu yang berharga baginya.
Kalimat ini bersambung dengan kalimat setelahnya, menunjukkan kesedihan Taki
yang kehilangan sesuatu yang ‘pernah disentuh’/dimiliki olehnya.

5. BSu: この手に。
Kono te ini
(Kimi no Nawa chapter 1:7)

BSa: Sesuatu yang kusentuh dengan tangan ini.


(Your Name chapter 1:6)
Field pada kalimat ini sama dengan data (4) Taki memiliki sesuatu yang pernah
disentuh oleh tangannya. Kemudian dia merasakan nostalgia setelah dia bermimpi
dan terbangun pada pagi itu. Dia ingin mengingat hal tersebut namun dia sendiri
lupa.
Tenor pada kalimat ini adalah perasaan sedih dan rasa sesak akan
kebingungan yang dirasakan akibat tidak bisa mengingat apa yang ada di
mimpinya. Kalimat ini disampaikan dengan monolog Taki. Kurang lebih sama
dengan sebab akibat dari Tenor data (4) karena masih berkesinambungan.
Mode yang ingin disampaikan pembaca adalah informasi bahwa Taki
pernah menyentuh sesuatu yang dia sendiri lupa apa yang dia sentuh. Pada kalimat
ini juga disampaikan bahwa Taki kemungkinannya mengalami sesuatu yang indah
namun dia melupakannya tanpa dia inginkan. Kalimat ini berupa monolog.

6. BSu : ぼんやりとした花曇りの白い空。
Bonyari toshita hanagumori no shiroi sora.
(Kimi no Nawa chapter 1:9)
39

BSa: Langit sedikit berawan, membentang di atas bunga-bunga sakura


yang mekar.
(Your Name chapter 1:8)
Field pada data ini adalah Mitsuha sedang menaiki kereta komuter. Pada adegan
ini Mitsuha memerhatikan sekelilingnya, orang-orang sekitar di dalam kereta,
langit berawan, dan pohon-pohon sakura yang sedang bermekaran. Awalnya
pemandangan itu adalah hal yang baru untuk Mitsuha, namun setelah beberapa
kali bertukar tubuh, sekarang dia sudah terbiasa melihatnya.
Tenor pada adegan ini menunjukkan emosi netral, jika ini adalah kali
pertama Mitsuha naik kereta di Tokyo, mungkin akan ada perasaan
menyenangkan/rasa gugup, tapi karena sudah terbiasa, jadi dia hanya
memerhatikan sekitar dengan emosi yang netral.
Mode yang ingin disampaikan adalah hal-hal yang sekarang sudah terbiasa
dilakukan oleh Mitsuha selama bertukar tubuh dengan Taki dan tinggal di Tokyo.
Dia sudah tidak terkejut dengan apa yang ada di sekitarnya, meskipun sebenarnya
dia adalah orang pedesaan yang tidak mengerti teknologi. Kalimat ini berupa
monolog.
7. BSu: 泣き出しそうに切実な声だ。
Nakidashisou ini setsujitsuna koe da.
(Kimi no Nawa chapter 2:12)

BSa: Suara yang terdengar jujur, seperti hendak menangis.


(Your Name chapter 2:11)
Field pada kalimat ini adalah Taki baru saja terbangun karena bunyi alarm yang ia
tidak familiar dengan suaranya (Karena pada adegan ini, Taki sedang bertukar
tubuh dengan Mitsuha untuk pertama kali). Sebelum terbangun, Taki
mendapatkan mimpi bahwa dia dipanggil oleh suara seorang wanita yang terus-
terusan memanggilnya, suara wanita itu terdengar sedih dan khawatir dari
kejauhan, padahal Taki tidak mengenali wanita tersebut.
Pada adegan ini, Taki dipengaruhi oleh suara sedih seorang wanita yang
tidak ia kenal (Mitsuha), sehingga emosi yang dirasakan oleh Taki adalah
perasaan sedih dan kebingungan. Pada adegan ini juga Mitsuha merasakan emosi
sedih dengan gambaran suara bergetar dan lirih yang ia ucapkan ketika
memanggil nama Taki. Sehingga Tenor keseluruhan dari kalimat ini adalah emosi
negatif perasaan sedih dan bingung.
Mode pada kalimat ini adalah ingin disampaikannya emosi sedih dan
kebingungan yang dirasakan oleh Taki. Kalimat ini menunjukkan adanya interaksi
antara Taki dan Mitsuha, yaitu Mitsuha yang memanggil nama Taki.

8. BSu : 少女はそう叫び、髪を結っていた紐をするりとほどき、差し出す。
Shoujo wa sou sakebi, kami o yutteita himo o sururito hodoki, sashidasu.
40

(Kimi no Nawa chapter 2:12)

BSa: Gadis itu berteriak, lantas dilepaskannya tali pengikat rambutnya,


diserahkannya kepadaku.
(Your Name chapter 2:12)
Field pada data ini adalah kelanjutan dari data (7) yang merupakan akhir adegan
dari mimpi yang dialami Taki. Pada bagian ini Taki menerima sebuah ikat rambut
yang dijulurkan oleh Mitsuha saat Taki naik ke kereta (di dalam mimpi). Mitsuha
ingin Taki mengingat dirinya, setidaknya namanya, karena saat dipanggil, Taki
seolah tidak mengenalinya, padahal mereka sudah bertemu dalam ‘mimpi’ yang
sama beberapa kali. Namun saat itu kondisi kereta yang sedang ramai membuat
Mitsuha terdorong oleh kerumunan orang-orang yang hendak turun dari kereta,
sehingga Mitsuha akhirnya terpikir untuk menjulurkan ikat rambut tersebut
kepada Taki agar dia dapat mengingatnya.

4.1.2 Konteks Makna

1. BSu : 懐かしい声と匂い、愛おしい光と温度。
Natsukashii koe to nioi, itooshii hikari to ondo.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa : Suara dan aroma yang membuat rindu, cahaya dan kehangatan yang
kusayangi.
(Your Name chapter 1:5)
Terdapat pergeseran makna yang dilakukan saat menerjemahkan kalimat ini. Kata
懐かしい声 yang makna seharusnya adalah “Suara yang (di/ku)rindukan”
maknanya diterjemahkan menjadi Makna Gramatikal pada kelas kata menjadi
frasa, yaitu dengan menerjemahkan Adjektiva ‘懐かしい’ menjadi ‘yang
membuat rindu’. Sekiranya kalimat ini membuat konteks maknanya menjadi
berubah yang tadinya tidak ada Subjek pelaku menjadi ada yaitu ‘声’ dan’匂
い’; ‘suara’ dan ‘aroma’.
Kemudian pada kata ‘匂い’ yang makna seharusnya adalah ‘bau’.
Dalam bahasa Jepang, kata seperti ini diterjemahkan tergantung Adjektiva yang
menerangkan pada kata bendanya, sehingga maknanya dapat berubah.
Berdasarkan kamus Kenji Matsuura (1994) jika kata ini ingin diterjemahkan
positif ‘bau yang enak’ maka harus ditambahi adjektiva ‘よい~’, dan jika ingin
diterjemahkan menjadi 'bau yang kurang sedap maka ditambahi adjektiva ‘いや
(な)~’. Kalimat ini sendiri secara gramatikal memang kurang jelas arahnya
kemana, tapi jika dari segi makna dan situasi dapat diketahui bahwa kata ‘bau’
tersebut ingin disampaikan menjadi sesuatu yang positif. Terdapat kata alternatif
yang sebenarnya bisa menunjukkan makna positif tersebut seperti ‘香り’
(kaori), namun penulis sendiri memilih kata ‘匂い’ karena sudah disertai ‘懐か
41

しい’, yaitu makna yang harus disampaikan. Karena itu penerjemah


menerjemahkannya menjadi makna ‘aroma’ dengan kata sinonim namun
sekaligus memiliki kesan yang positif dibanding ‘bau’.
Kata 温度 yang berarti ‘suhu; derajat panas’ diterjemahkan menjadi
‘kehangatan’. Pada KBBI etimologi kata ‘Suhu’ adalah ‘ukuran kuantitatif
terhadap temperatur; panas dan dingin, diukur dengan termometer’. Sedangkan
kata ‘Kehangatan’ yang berasal dari kata ‘Hangat’ yang ditambahi Imbuhan ‘ke-
an’ yang jadi memiliki makna ‘dalam keadaan’, sehingga makna kata
‘Kehangatan’ adalah ‘dalam keadaan hangat’ atau dalam KBBI adalah 1 perihal
hangat; 2 keadaan gembira (senang, suka cita). Tentu makna ini tidak selaras
dengan arti sesungguhnya dari kata 温度 yang berfungsi untuk memberi
keterangan pada keadaan dingin-panasnya suatu benda, apakah itu suhu udara,
hembusan angin atau hal lain yang berhubungan dengan situasi kalimat tersebut.
Terjemahan seharusnya adalah “Cahaya dan suhu yang kusayangi”.

2. BSu : ふと、目が開く。
Futo, me ga aku.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa : kubuka mataku.
(Your Name chapter 1:5)
Terdapat pergeseran makna dan tataran gramatikal yang dilakukan saat
menerjemahkan kalimat ini. 目 dalam Kamus Kenji Matsuura bermakna ‘Mata’,
が merupakan partikel penanda keadaan kata benda, dan 開く bermakna ‘buka;
dibuka; terbuka’. Hukum MD pada kalimat ‘目が開く’ terjadi hingga
menjadikan perspektif berbeda . Terjemah seharusnya adalah “Mata terbuka”,
namun jadi diterjemahkan menjadi “Kubuka mataku”. Tidak ada Pergeseran
makna namun ada perubahan perspektif dan terdapat perubahan kelas kata yang
akan dijelaskan pada analisis kedua.

3. BSu: 朝、目が覚めるとなぜか泣いている。
Asa, me ga sameru to nazeka naiteiru.
こういうことが私には、時々ある。
Kouiu koto ga watashi ni wa, tokidoki aru.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa: Entah mengapa, aku terkadang mengalami ini. Menangis ketika
bangun di pagi hari.
(Your Name chapter 1:6)
Terjemah harfiah (literal) dari kalimat ini adalah “Pagi, (segera) setelah mata
terbuka, entah mengapa menangis. Hal seperti ini bagiku kadang (terkadang)
ada”. Ada perubahan komposisi dua kalimat tersebut menjadi satu kalimat yang
akan dijelaskan pada analisis kedua.
42

Pada frasa 目が覚めると, 目 artinya ‘Mata/penglihatan’ dan 覚める


yang berarti ‘jaga;terjaga’ maknanya mengalami pergeseran tataran dari frasa
menjadi kata. Makna 覚める adalah 1 眠っている状態から、意識のはっき
りした状態に戻る (Weblio) yaitu “dari tidur ke kesadaran yang jernih”. Kurang
lebih makna dari kata tersebut sama dengan kata ‘Bangun’ dalam bahasa
Indonesia yang bermakna “3 belum (tidak) tidur; jaga”. Namun ada perbedaan
nuansa dan perspektif disini. Kata 覚める merupakan kelas kata verba jenis
intransitif. Penyertaan partikel が menjadikan posisi kata 目 menjadi subjek dari
kalimat tersebut. Sehingga kalimat ini seharusnya diterjemahkan menjadi “Mata
terjaga”. Kata ‘Bangun’ merupakan kelas kata verba transitif sebab tidak terdapat
imbuhan yang dapat menjadikan dia intransitif. Maka, jika ingin menggantinya
menjadi kata ‘bangun’ dengan menghilangkan subjek, seharusnya diberi imbuhan
ter- menjadi ‘terbangun’ agar maknanya sama.
Pada kalimat こういうことが私には、時々ある terdapat patikel には
menyertai 私. Salah satu fungsi dari partikel tersebut adalah untuk menunjukkan
standar atau pihak untuk memandang atau menilai sesuatu, dalam bahasa
Indonesia biasanya diterjemahkan sebagai ‘bagi’ atau ‘untuk’. Kalimat tersebut
jika diterjemahkan secara harfiah adalah “Hal seperti ini bagiku kadang
(terkadang) ada”. Maka posisi 私 sebagai subjek dan penanda topik. Pada hasil
terjemahan subjek ‘aku’ tidak dijadikan standar untuk menilai sesuatu. Makna dari
kalimat tersebut berubah yang tadinya seolah-olah bahwa ‘pengalaman’ tersebut
merupakan hal yang tidak akan dirasakan orang lain, menjadi hilang.

4. BSu : とても大切なものが、かつて。
Totemo taisetsuna mono ga, katsute.
(Kimi no Nawa chapter 1:7)

BSa : Pernah ada sesuatu yang sangat berharga, entah kapan munculnya.
(Your Name chapter 1:6)

Kata かつて definisinya adalah 1 過去のある一時期を表す語。以前。昔。


(Weblio), atau ‘sesuatu yang lampau/pernah terjadi pada suatu masa’. Kata ini
terletak pada akhir kalimat, namun pada penerjemahannya kata tersebut dialihkan
ke depan sebagai penanda lampau dan keberadaan pada frasa とても大切なもの,
sehingga terjemahannya menjadi “pernah ada...”, untuk menjelaskan bahwa
‘sesuatu yang berharga’ tersebut merupakan sesuatu yang diketahui
keberadaannya.
Pada BSa terdapat kalimat “entah kapan munculnya”. Kalimat ini tidak
terdapat pada BSu ataupun sekiranya dapat mewakili hasil terjemahan kalimat
tersebut. Penerjemah ingin menambahkan nuansa kebingungan pada kalimat
tersebut untuk menjadikan maknanya lebih kompleks.
43

5. BSu: この手に。
Kono te ini.
(Kimi no Nawa chapter 1:7)

BSa: Sesuatu yang kusentuh dengan tangan ini.


(Your Name chapter 1:6)
Jika dilihat sekilas, kita dapat mengetahui bahwa kalimat ini diterjemahkan lebih
panjang dari apa yang ditulis pada BSu. Kalimat ini diterjemahkan dengan
menambahkan beberapa hal yang sekiranya bisa lebih memperjelas apa yang
sebenarnya ingin disampaikan oleh pengarang. Pada BSa diterjemahkan dengan
menambahkan objek ‘sesuatu’ dan verba ‘sentuh’ untuk melengkapi apa yang
sebenarnya terjadi pada adegan ini. Jika ditambahkan secara harfiah maka
seharusnya adalah “(kepada) tangan ini”.
この手に merupakan kalimat yang tidak sempurna, tidak terdapat objek
dan verba yang menjadikan 手 sebagai destinasi atau tujuan. Kalimat ini
berhubungan dengan kalimat sebelumnya yang merupakan objek ‘sesuatu’ pada
kalimat tersebut yaitu とても大切なもの “Sesuatu yang sangat berharga”. Namun
jika kalimat ini pun disatukan, masih terdapat kekurangan yaitu tidak adanya
verba yang memberikan kegiatan pada kalimat tersebut. Kata かつて bukan
termasuk kelas kata verba, melainkan kelas kata adverbia, sehingga tidak bisa
digunakan menjadi verba. Maka penerjemahannya ditambahkan kata ‘kusentuh’
untuk melengkapi kalimat tersebut.
Namun kata ‘kusentuh’ merupakan verba transitif yang disertai dengan
subjek ‘aku’. Jika diterjemahkan kembali ke BSa maka menjadi (私)触る yang
artinya ‘menyentuh (dengan tangan)’. Kalimat ini pun sebenarnya tidak bisa
diterjemahkan menjadi ‘menyentuh’, karena jika kita lihat kata 手 disertai dengan
partikel に, maka ‘tangan’ ini seharusnya menjadi tempat tujuan sesuatu datang
kepadanya. Jika menggunakan kata ‘menyentuh’ berarti ada perbedaan perspektif
yang disampaikan, terkesan Taki meraih suatu benda, bukan sesuatu datang pada
tangannya/kepadanya.

6. BSu : ぼんやりとした花曇りの白い空。
Bonyari toshita hanagumori no shiroi sora.
(Kimi no Nawa chapter 1:9)

BSa: Langit sedikit berawan, membentang di atas bunga-bunga sakura


yang mekar.
(Your Name chapter 1:8)
Terdapat kata kiasan dalam kalimat ini, 花曇り yang berarti 1 桜の花の咲くこ
ろの、薄くぼんやりと曇った空模様。《季 春》2 春,サクラの咲くころ
の曇天。(Kotobank) atau dalam Dictionary Goo disebutkan sebagai ‘a cloudy
day during the cherry blossom season’. Idiom ini memiliki makna kondisi alam
44

pada musim semi ketika bunga sakura sedang bermekaran, kemudian kondisi
langit saat itu berawan tipis-tipis yang memberi kesan melankolis. Kata ini
dituliskan pada data (6) dengan maksud memberikan suasana yang indah dan
menenangkan hati dengan adanya sakura, namun juga ada kesan melankolis yang
digambarkan dengan adanya awan-awan di saat yang bersamaan.
Kata ぼんやり merupakan kelas kata Adverbia yang berarti ‘samar-samar
tampak’. Kata ini memberi penjelasan pada frasa 花曇りの白い空, menjadikan
bahwa 花曇り tersebut terlihat samar-samar saja, tidak nampak jelas. Kata ini
nampaknya tidak diterjemahkan dalam BSa secara langsung, padahal nuansa
samar-samar tersebut harusnya bisa diterjemahkan juga.
Kemudian kata 白い空 yang berarti “langit putih”. Sejatinya warna langit
siang hari adalah warna biru, namun dikarenakan ada banyaknya awan maka
disebutkan langit tersebut berwarna putih. Kata ini merupakan bagian dari frasa
花曇りの白い空 yang jika diterjemahkan secara harfiah menjadi “langit
putih(nya) hanagumori (langit berawan saat sakura bermekaran)” yang
dimaksudkan untuk mengambil suatu bagian dari 花曇り yaitu 白い空 yang
tampak samar-samar. Karena tampaknya kalimat ini sulit diterjemahkan untuk
diterima pembaca BSa, maka kata 白い空 diterjemahkan langsung bersama kata
ぼんやり. Kata ぼんやり menjadi arti ‘sedikit’ kemudian digabungkan dengan 白
い空 menjadi “langit sedikit berawan”. Maknanya tidak berubah, hanya estetika
kalimatnya saja yang berkurang.

7. BSu: 泣き出しそうに切実な声だ。
Nakidashisou ini setsujitsuna koe da.
(Kimi no Nawa chapter 2:12)

BSa: Suara yang terdengar jujur, seperti hendak menangis.


(Your Name chapter 2:11)

Pada data (7) terdapat perbedaan makna yang digunakan pada kata 切実な声. 切
実 yang berarti ‘(yang) mendesak’, diterjemahkan menjadi ‘yang terdengar jujur’.
Kata ini diterjemahkan bersimpangan dengan kata seharusnya. Alih-alih
menggunakan nuansa terdesak/mencekam, penerjemah justru menerjemahkannya
menjadi kata yang terkesan ‘tidak ada kebohongan/riil terjadi’, sehingga kita dapat
mengajukan pertanyaan apakah tangisan itu tulus/jujur dari hati Mitsuha (yang
memanggil Taki dalam mimpi) atau tidak. Padahal sesungguhnya jika dilihat dari
situasi yang sebelumnya telah dibahas, adegan ini merupakan adegan yang
menyedihkan dan membingungkan, seharusnya pembaca dapat merasakan apa
yang Taki rasakan setelah mendapatkan mimpi aneh yang menyedihkan itu.

4.2 Analisis Pergeseran Makna


45

Pada bagian ini penulis akan menganalisis Teknik Terjemahan yang


digunakan berdasarkan konteks situasi dan makna yang telah dianalisa.

1. BSu : 懐かしい声と匂い、愛おしい光と温度。
Natsukashii koe to nioi, itooshii hikari to ondo.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa : Suara dan aroma yang membuat rindu, cahaya dan kehangatan yang
kusayangi.
(Your Name chapter 1:5)
Pada data (1) dianalisa adanya penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang
didukung dengan Teknik Penambahan dan Teknik Pergantian Kata.
Teknik pertama digunakan adalah teknik penambahan yang diterapkan
pada kata ‘懐かしい’. Dalam Kamus Bahasa Jepang-Indonesia Matsuura (1994)
kata 懐かしい artinya rindu; kangen. 懐かしい merupakan kelas kata Adjektiva.
Kata tersebut berfungsi sebagai penambah keterangan pada kata ‘声と匂い’
‘Suara dan Aroma’. Teknik Penambahan digunakan pada BSa yaitu dengan
menambahkan kata “membuat” agar seolah-olah ‘Suara dan Aroma’ melakukan
sesuatu kepada Mitsuha sehingga merasakan kerinduan. Pada kalimat ini tidak
terjadi pergantian hukum MD, karena kata pasif ‘dirindukan’ bentuk aktifnya
adalah ‘merindu(kan)’, sehingga teknik yang digunakan adalah Teknik
Penambahan.
Teknik kedua yang digunakan adalah Teknik Pergantian Kata yang
diterapkan pada kata 匂い dan 温度. Kata 匂い dalam Kamus Bahasa Jepang
Matsuura (1994) adalah bau; bau yang sedap; bau yang enak. Dalam bahasa
Indonesia kata “bau” dapat menjadi dua makna yang bertolak dan bias, bisa
menjadi sesuatu yang kurang sedap dihirup atau bau yang sedap dihirup. Sehingga
terjadilah pergantian kata yang sepadan menggunakan kata “aroma” karena dalam
bahasa Indonesia kata itu lebih pasti artiannya yaitu sesuatu yang sedap dihirup.
Pada kata 温度 pun terjadi pergantian kata yang sepadan. 温度 artinya secara
literal adalah suhu; derajat panas (benda). Dalam BSa diartikan sebagai
“kehangatan” dengan maksud mempertahankan nilai estetika dari kalimat tersebut
dan dapat diterima lebih mudah oleh pembaca Indonesia, karena kata Suhu dalam
bahasa Indonesia digunakan untuk mengukur kadar panas atau dinginnya sesuatu,
dan artian itu kurang tepat dalam kalimat ini.
Menurut penulis kalimat ini diterjemahkan dengan kurang tepat, tanpa
menjadikan perubahan kelas kata pada kata 懐かしい, kalimat ini bisa
diterjemahkan menjadi terjemahan yang adekuat. “Suara dan Aroma yang
dirindukan. Cahaya dan Kehangatan yang kusayangi” dirasa lebih tepat tanpa
mengubah makna.

2. BSu : ふと、目が開く。
Futo, me ga aku.
46

(Kimi no Nawa chapter 1:6)


BSa : kubuka mataku.
(Your Name chapter 1:5)
Pada data (2) terdapat penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang didukung
dengan Teknik Derivasi Sintaksis.
Teknik Derivasi Sintaksis pada frasa ‘目が開く’. 開く merupakan kelas
kata Verba yang termasuk jenis 自動詞 (instransitif) dalam Bahasa Jepang. Kata
ini pada data tersebut menjelaskan keadaan pada ‘mata’ sebagai subjek. Kata
Kerja pada pola kalimat (KB)が(KK) biasanya diterjemahkan menjadi subjek
pasif, Sehingga terjemahan kalimat tersebut seharusnya yaitu “mata terbuka”.
Dalam BSa diartikan menjadi “kubuka mataku”, verba “buka” tersebut jika
diterjemahkan kembali kedalam Bahasa Jepang seharusnya menjadi 他動詞
(transitif) dan akan menjadi (わたし)目を開ける. Dalam tataran Bahasa
Jepang subjek わたし (aku) tidak ditulis namun tetap ada. Berbeda dengan
tataran kalimat Bahasa Indonesia yang memerlukan subjek (SPO) baik transitif
ataupun intransitive. Sehingga penerjemah menambahkan subjek orang pertama
yaitu “ku” (aku) agar jelas siapa yang membukanya dan sesuai kepada pola
kalimat bahasa Indonesia.
Namun menurut penulis, kalimat ini sesungguhnya tidak perlu diubah
kelas kata dan pola kalimatnya, terkecuali untuk subjek ‘ku (aku)’ yang memang
perlu agar lebih mudah dipahami oleh pembaca Indonesia. Kalimat tersebut bisa
diterjemahkan sebagaimana adanya (literal) menjadi “Mataku terbuka”, karena
maknanya justru lebih sesuai dengan apa yang ingin disampaikan pengarang.
Penambahan kata ふと ‘seketika’ yang merupakan kelas kata Adverbia pada
kalimat ini sebenarnya memperjelas Verba 開く, bahwa mata tersebut terbuka
seketika tanpa kehendak pemeran utama.

3. BSu: 朝、目が覚めるとなぜか泣いている。
Asa, me ga sameru to nazeka naiteiru.
こういうことが私には、時々ある。
Kouiu koto ga watashi ni wa, tokidoki aru.
(Kimi no Nawa chapter 1:6)
BSa: Entah mengapa, aku terkadang mengalami ini. Menangis ketika
bangun di pagi hari.
(Your Name chapter 1:6)

Pada data (3) terdapat penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang didukung
dengan Teknik Parafrase dan Teknik Kompresi.
Teknik Parafrase diterapkan pada kedua kalimat tersebut dengan beberapa
perubahan. Frasa こういうことが私には dipindahkan menjadi kalimat pertama
dengan tujuan untuk menjadikannya sebagai topik utama keseluruhan kalimat
ketika bersambung dengan kalimat kedua. Kemudian dilanjutkan dengan kalimat
47

朝、目が覚めると(なぜか)泣いている。Pada hasil terjemahan, kalimat itu


dipindahkan ke belakang (kecuali kata なぜか). kata ‘menangis’ menjadi verba
kedua yang menyertai subjek ‘aku’ pada kalimat pertama sebagai keterangan
tambahan dari kalimat tersebut.
Teknik selanjutnya adalah Teknik Kompresi yang diterapkan pada frasa 目
が覚める. Kalimat tersebut merupakan satuan frasa dari keseluruhan kalimat.
Pada hasil terjemahan, frasa tersebut dipersingkat menjadi satu verba yaitu kata
‘bangun’. Kata ini dirasa efektif untuk mempersingkat frasa dengan
menyampaikan makna yang sama, namun terdapat perbedaan nuansa dan
keindahan tulisan yang hilang dari frasa BSu. Seharusnya penerjemah bisa
menyampaikan nuansa yang ingin disampaikan oleh penulis, karena pada
keseluruhan kalimat ini adalah bagian yang penuh emosi, sehingga setelah
diterjemahkan kalimat ini menjadi biasa saja. Lebih baik frasa ini diterjemahkan
‘(ketika) mataku terjaga/terbuka’ dirasa lebih bisa memberikan nuansa yang
diinginkan pengarang. Dengan menambahkan subjek ‘aku’ pada frasa tersebut
agar sesuai dengan tata bahasa sasaran.
Menurut penulis, kalimat ini bisa diterjemahkan dengan lebih adekuat
memerhatikan nuansa yang ingin disampaikan oleh pengarang, misalnya menjadi
“Di pagi hari, entah mengapa ketika mataku terjaga, hal seperti ini kadang terjadi
padaku”. Parafrase yang diterapkan penerjemah tidak salah untuk dilakukan,
namun kompresi pada frasa pertama menyebabkan nuansa yang ingin
disampaikan pengarang tidak diterima.

4. BSu : とても大切なものが、かつて。
Totemo taisetsuna mono ga, katsute.
(Kimi no Nawa chapter 1:7)

BSa : Pernah ada sesuatu yang sangat berharga, entah kapan munculnya.
(Your Name chapter 1:6)

Pada data (4) terdapat penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang didukung
dengan Teknik Penambahan Kalimat.
Teknik Penambahan yang diterapkan pada kalimat tersebut ialah dengan
menambahkan kalimat “entah kapan munculnya” pada akhir kalimat. Kalimat ini
ditambahkan tanpa sumber, tidak ada kalimat yang dapat diterjemahkan demikian
pada BSu. Sekiranya tidak ada juga kalimat yang memiliki makna yang dapat
diterjemahkan demikian. Jika dapat diperjelas, とても大切なもの merupakan
objek yang pernah dialami atau dimiliki oleh Taki. Sepertinya penerjemah
menambahkan kalimat tersebut untuk menyertai keterangan pada kata もの,
sebagai sesuatu yang dialami tapi tidak ada kejelasan kapan hal tersebut terjadi.
Namun tetap saja, tidak ada hal yang mendasari kalimat tersebut harus
ditambahkan pada keseluruhan kalimat ini. Menurut penulis, jika terjemahannya
48

menjadi “Pernah ada sesuatu berharga yang pernah kumiliki”, atau kita dapat
menerjemahkannya bersama kalimat setelahnya (5) この手に, yang diterjemahkan
pada BSa sebagai “Sesuatu yang kusentuh dengan tangan ini” maka tidak ada
nuansa tambahan yang perlu diberikan oleh penerjemah. Kalimat tersebut
bermakna ‘sesuatu yang pernah dimiliki/disentuh dengan tangan’ sehingga
sekiranya pada kedua kalimat tersebut bisa diterapkan Teknik Parafrase bersama
data (4) agar menjadi satuan kalimat utuh.

5. BSu: この手に。
Kono te ni
(Kimi no Nawa chapter 1:7)

BSa: Sesuatu yang kusentuh dengan tangan ini.


(Your Name chapter 1:6)
Pada data (5) terdapat penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang didukung
dengan Teknik Eksplikasi.
Kalimat この手に jika diterjemahkan secara harfiah adalah “Kepada
tangan ini”. Kalimat ini dalam tatanan BSu pun kurang lengkap, untuk subjek
biasanya lebih sering untuk tidak disebutkan dalam bahasa Jepang. Namun untuk
verba tentu seharusnya dituliskan untuk memperjelas kegiatan apa yang
sebenarnya terjadi pada adegan ini. Begitu pula dalam tatanan BSa, dalam bahasa
Indonesia tatanan yang digunakan adalah subjek, predikat, objek, dan keterangan
tambahan. Pada kalimat tersebut tidak terdapat subjek, predikat (verba), dan objek
yang dapat diterangkan. Siapa yang melakukan, apa yang dilakukan, dan apa
objek yang diperlakukan tidak jelas, hanya ada keterangan tujuan yaitu この手
yang disertai dengan partikel に sebagai penanda tujuan. Pengarang membuat
kalimat ini untuk memberikan kesan estetika yang ingin dimunculkan setelah
kalimat sebelumnya dituliskan, yaitu pada data (4) dimana objek pada kalimat ini
dimunculkan terlebih dahulu. Dengan demikian masih tersisa subjek dan predikat
yang tidak muncul dalam kalimat ini.
Penerjemah ingin menambahkan subjek dan predikat pada kalimat ini
dengan menambahkan kata ‘sentuh’ dan subjek ‘aku’. Penambahan kalimat ini
dirasa efektif meskipun terjadi perpanjangan (eksplikasi) pada kalimat tersebut.
Eksplikasi ini tidak menjadikan penambahannya menjadi penghamburan, namun
justru memperjelas apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh pengarang.
Namun dengan perubahan yang dijelaskan di atas, terjadi perubahan
perspektif yang terjadi akibat ditambahkannya kata ‘kusentuh’. Kalimat yang
seharusnya memiliki makna ‘datang’ menjadi ‘meraih’. Akibatnya, pembaca jadi
memiliki visual/bayangan yang berbeda dari apa yang disampaikan oleh
pengarang. Terjemahan yang mungkin bisa digunakan adalah “sesuatu (berharga)
49

yang menghampiri/menyentuh tangan ini”. Kalimat ini dirasa tidak mengalihkan


perspektif yang ingin disampaikan dan tetap memerhatikan tataran BSa.

6. BSu : ぼんやりとした花曇りの白い空。
Bonyari toshita hanagumori no shiroi sora.
(Kimi no Nawa chapter 1:9)

BSa: Langit sedikit berawan, membentang di atas bunga-bunga sakura


yang mekar.
(Your Name chapter 1:8)

Pada data (6) terdapat penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang didukung
dengan Teknik Deskriptif dan Teknik Kompensasi.
Teknik Deskriptif yang diterapkan pada kalimat ini adalah pada kata 花曇
り. Kata ini dituliskan secara deskriptif ke dalam BSa dengan memparafrase
keseluruhan kalimat dengan menambahkan penjelasan apa itu 花曇り. Kata 花曇
り menurut kotobank adalah 春,サクラの咲くころの曇天, kata ini tidak ada
pembanding atau sinonim yang bisa menerjemahkannya karena ini adalah kata
khas Jepang ditandai dengan adanya makna Sakura pada definisinya, sedangkan
tidak ada sakura di Indonesia. Maka cara lain adalah dengan menjelaskan bahwa
花曇り adalah kondisi saat musim semi dimana bunga sakura sedang bermekaran
dan kondisi langit yang biru yang tertutup awan. Penjelasan tersebut kemudian
menjadi keseluruhan kalimat yang diterjemahkan kepada BSa, sehingga pembaca
dapat memahami apa itu 花曇り.
Kemudian kata 白い空 mengalami teknik kompensasi, yaitu dengan
menggantinya menjadi ‘langit sedikit berawan’. Terjemah harfiah dari kata
tersebut seharusnya adalah ‘langit putih’. Maksud kata ‘putih’ bermakna kiasan
langit yang biasanya berwarna biru menjadi putih karena tertutup oleh awan.
Sehingga kata ‘putih’ ini pantas untuk dikompensasi menjadi ‘berawan’ karena
maksud dari keduanya sama.
Kata 花曇り dan 白い空 diterjemahkan bersama, kata 花曇り sendiri
sudah memiliki makna ‘awan’ , sehingga penerjemahannya sudah cukup
dileburkan bersama kata 白い空, sehingga tidak terjadi penghamburan kata.
Menurut penulis, hasil terjemahan ini sudah dibuat dengan sangat baik.
Pembaca jadi bisa memahami maksud dari kalimat ini tanpa harus mencari tahu
apa itu arti 花曇り. Namun untuk penerjemahan kata ぼんやり harusnya bisa
diterjemahkan juga agar jelas bahwa kondisi berawan tersebut tidak tampak jelas ,
hanya samar-samar. Kalimatnya bisa menjadi “Langit yang samar-samar berawan,
membentang di atas bunga-bunga sakura yang mekar”.
7. BSu: 泣き出しそうに切実な声だ。
Nakidashisou ini setsujitsuna koe da.
50

(Kimi no Nawa chapter 2:12)

BSa: Suara yang terdengar jujur, seperti hendak menangis.


(Your Name chapter 2:11)
Pada data (6) terdapat penggunaan Metode Penerjemahan Bebas yang didukung
dengan Teknik Penggantian Kata.
Teknik Penggantian Kata yang diterapkan pada kalimat ini adalah
mengganti kata 切実 yang bermakna ‘(yang) mendesak’ menjadi ‘yang terdengar
jujur’ pada hasil terjemahan. Kata ‘jujur’ dan ‘mendesak’ sendiri bukan sinonim
ataupun antonim dari satu sama lain. Makna yang ingin disampaikan oleh
pengarang adalah suara Mitsuha yang memanggil Taki dalam mimpinya Taki
yang terdengar terdesak dan buru-buru karena Taki akan segera bangun dari
mimpinya. Mitsuha juga terdengar seperti hendak menangis sehingga seharusnya
ada tensi emosi yang lebih negatif. sehingga penerjemahannya kurang bisa
diterima karena tidak begitu memerhatikan apa yang ingin disampaikan
pengarang.
Menurut penulis, penerjemahan yang adekuat untuk kalimat ini adalah
“Suara yang terdengar mendesak, seperti hendak menangis”. Penerjemahan ini
tetap menyampaikan maksud sesungguhnya dari pengarang tanpa perlu mengubah
apapun, karena kalimat ini diterjemahkan secara harfiah pun akan menjadi
terjemahan yang adekuat.
BAB V

SIMPULAN

51
REFERENSI

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta
Djajasudarma, Fatimah. 2010. Semantik 1 Makna Leksikal dan Gramatikal.
Bandung: Refika Aditama

Halliday M., Hasan, R. 1989. Language, Context, and Text: Aspects of Language
in a Social-Semiotic Perspective. Oxford: Oxford University Press

Larson, M. 1984. Meaning-Based Translation. USA: University of America, Inc.

Moentaha, Salihen. 2006. Bahasa dan Terjemahan. Bekasi: Kesiant Blanc

Nida, E. 1975. Language Structure and Translation. Stanford (California):


Stanford University Press

Nida, E., Taber, C. The Theory and Practice of Translation. Leiden.

Peter, Newmark. 1988. A Textbook of Translation. Michigan: Prentice-Hall


International

Shinkai, Makoto. 2016. 「君の名は」Kimi No Nawa. Tokyo: Kadokawa


Corporation

Shinkai, Makoto. 2020. Your Name (A. Setiawan, Terjemahan). Ponorogo:


Penerbit Haru

Simatupang, Maurits. 2000. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Direktorat


Jenderal Pendidikan

Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora

52
53

Daftar Kamus Acuan

Arino, Sagawa. 1998. Nihongo Bunkei Jiten. Tokyo: Kuroshio Shuppan.

Matsuura, Kenji. 1994. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyoto: Kyoto Sangyo


University Press

Kamus Elektronik:

Goo. https://dictionary.goo.ne.jp/

Hyogen. https://hyogen.info/

Kamus Besar Bahasa Indonesia Kemendikbud. https://kbbi.kemdikbud.go.id/

Kamus Besar Bahasa Indonesia. https://kbbi.web.id/

Kamus Besar. https://www.kamusbesar.com/

Kotobank. https://www.kotobank.jp/

Weblio. https://www.weblio.jp/
LAMPIRAN

54
RIWAYAT HIDUP

Nama : Aulia Rifqiana Adzikri


Tempat, Tanggal Lahir : Garut, 17 Juli 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp Saripulo Ds Padaasih 002/001 Kec Pasirwangi
Kab Garut Prov Jawa Barat 44161
E-mail : silcaayano@gmail.com
Orang Tua
a. Nama Ayah : Ade Sopyan
b. Nama Ibu : Wasiah
Pendidikan
Tahun 2006-2012 : MI PERSIS 73 GAROGOL
Tahun 2012-2015 : MTs PERSIS 76 TAROGONG
Tahun 2015-2018 : MA PERSIS 76 TAROGONG
Tahun 2018-2022 : Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Padjadjaran

55

Anda mungkin juga menyukai