2001521006
ii
Moto Universitas Udayana
“Menjadi Program Studi Sastra Bali yang Unggul, Mandiri, dan Berbudaya”
iii
Lembar Persetujuan Pembimbing
Mengetahui
Koordinator Program Studi Sastra Bali
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana,
iv
Usulan Penelitian Skripsi ini Telah Diuji dan Dinilai
oleh Tim Penguji pada
Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana
Pada Tanggal……
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
NIM : 2001521006
Denpasar,…………
Yang membuat pernyataan,
Materai
Rp 10.000
vi
DAFTAR ISI
vii
3.2 Waktu Penelitian........................................................................................ 19
3.3 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 19
3.4 Instrumen Penelitian .................................................................................. 20
3.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data....................................................... 21
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data............................................................... 22
3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ...................................... 22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23
LAMPIRAN .................................................................................................. 25
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesusastraan Bali sangat kaya akan nilai karena tidak hanya merealisasikan
kehidupan sosial semata, tetapi mengenai religi dan tata nilai. Geguritan merupakan
salah satu bentuk karya sastra tradisional yang perlu dipelajari, bahkan dilestarikan
keberadaannya yang mendapat tempat di hati masyarakat Bali. Dalam setiap geguritan
terkandung nilai-nilai maupun pesan pengawi yang begitu kuat sehingga, dapat
konvensi sastra yang cukup ketat, karena dibentuk oleh satuan pupuh atau pupuh-
pupuh yang diikat oleh beberapa syarat. Adapun syarat-syarat pupuh yang biasa disebut
pada lingsa, yaitu banyaknya baris dalam tiap-tiap bait (pada), banyaknya suku kata di
tiap-tiap baris (carik), dan bunyi akhir di tiap-tiap baris menyebabkan pupuh tersebut
sebuah karya sastra prosa melainkan harus di lagukan. Tradisi melagukan Geguritan
yang di Bali disebut dengan aktifitas mabebasan. Aktifitas ini menjadi hal yang penting
dan menarik karena isi dari karya tersebut bisa dipahami lebih mudah oleh masyarakat.
Geguritan yang dilagukan dalam tradisi mabebasan, selain berfungsi sebagai sarana
1
didalamnya Geguritan kaya dengan ajaran etika, filsafat yang bisa dijadikan tauladan
dalam menjalani kehidupan. Karya sastra geguritan masih hidup dan berkembang
dalam masyarakat Bali sehingga masih banyak diminati oleh masyarakat pecinta sastra
pada umumnya sampai saat ini. Geguritan masih dinyanyikan dan dibaca oleh
hingga remaja bahkan orang tua mengenal geguritan dan mempelajarinya dengan cara
Utsawa Dharma Gita. Terlebih lagi, geguritan semakin dikenal dengan adanya
tayangan siara di televisi maupun radio. Tetapi, tidak seluruh pupuh populer dalam
masyarakat. Ada sepuluh buah pupuh yang terkenal di Bali, yaitu sinom, pangkur,
ginada, ginanti, kumambang, durma, mijil, pucung, semarandana, dan dandang gula
Kekayaan makna dari geguritan inilah membuat karya ini tetap lestari baik itu
baru yang tercipta salah satunya Geguritan Korona, Karana, lan Kirana merupakara
karya baru dari I Made Suarsa. Beliau berasal dari bumi seni yaitu Banjar Gelulung,
Korona, Karana, lan Kirana berawal dari Puri Kauhan Ubud yang berinisiatif
menggelar ajang kreasi sastra, Sastra Saraswati Sewana. Ini adalah sebuah upaya untuk
mengajak masyarakat agar tetap kreatif dan produtif dimasa gering agung. Alasan
dipilihnya judul oleh pengarang yaitu karena maksud dari Geguritan Korona, Karana,
2
lan Kirana yaitu memiliki arti Korona yaitu virus korona, Karana itu yang
menyebabkan dunia kacau balau dan cara untuk mengatasinya dengan Kirana yaitu
sinar matahari. Jadi, maksud secara keseluruhan Geguritan Korona, Karana, lan Kirana
yaitu bagaimana cara kita untuk mengalahkan korona dan mencari kesehatan dari
Buku dari Geguritan Korona, Karana, lan Kirana memiliki tebal 26 halaman
menggunakan bahasa Bali. Pada geguritan ini didalamnya berisikan 8 jenis pupuh yang
terdiri dari pembukaan geguritan dengan pupuh Dandang (2 bait), serta terdapat 30 bait
pupuh yang berbeda – beda yaitu pupuh Sinom (7 bait), pupuh Pangkur (6 bait), pupuh
meceritakan seluruh hal yang menyangkut virus covid-19 yang dimulai dari sejarah
pemerintah dalam menyikapi, dan kesimpulan secara keseluruhan apa yang dapat
dipetik dari kehadiran covid-19 dalam beberapa tahun serta ucapan terimakasih yang
sama halnya seperti karya ilmiah ada pembuka, isi, dan penutup.
Alasan penulis memilih Geguritan Korona, Karana, lan Kirana sangat unik
karena menceritakan seluruh hal yang menyangkut virus covid-19. Selain itu adanya
estetika atau keindahan baik dari segi tema yang digunakan, makna -makna yang
terkandung di setiap pupuhnya maupun kosata yang digunakan dalam isi pupuh. Salah
satu yang menjadi keunikan dari Geguritan Korona, Karana, lan Kirana ini dari segi
3
aspek-aspek sosial yang masih relevan dengan kehidupan menjadikan karya ini
menarik untuk diteliti. Aspek-aspek sosial yang dilukiskan tersebut tidak jauh dari
realitas yang ada didalam masyarakat semasa virus covid-19 yang menyerang seluruh
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat dua rumusan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini. Adapun dua rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut.
lan Kirana?
Setiap penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai oleh seorang peneliti.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki dua tujuan yang hendak
dicapai, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Untuk lebih jelasnya, kedua tujuan
Secara umum tujuan penelitian ini adalah ikut serta membantu melestarikan,
sebuah karya sastra khususnya hasil karya sastra tradisional geguritan sebagai warisan
4
budaya yang mencerminkan masyarakat zaman dahulu. Selain itu hasil yang nantinya
diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai perbandingan dalam
penelitian-penelitian selanjutnya.
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk memecahkan masalah yang telah
dipaparkan dalam rumusan masalah. Tujuan khusus tersebut dapat dipaparkan sebagai
berikut.
perkembangan karya sastra itu sendiri. Maka hasil dari penelitian ini diharapkan
nantinya dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya. Adapun manfaat tersebut dapat
5
1.4.1 Manfaat Teoretis
menambah kasanah pustaka dan menjadi referensi bagi penelitian karya sastra yang
mengarahkan proses analisis yang dilakukan agar tidak menyimpang dari objek dan
rumusan masalah yang diteliti. Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi:
penelitian, jenis dan sumber data, instrument penelitian, metode dan Teknik
pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan
6
5. Bab V membahas menganai biografi pengarang dan aspek-aspek sosial
7
BAB II
kaitannya dengan objek analisis, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam
dilihat dari kajian Pustaka. Kajian Pustaka menjelaskan tentang gagasan, pemikiran,
atau studi-studi mutakhir yang pernah di teliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Penelitian geguritan sudah banyak dilakukan, tetapi
peneliti, ditemukan beberapa pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Adapun
struktur forma dan struktur naratif serta aspek-aspek sosial yang terkandung dalam teks
teori struktural dan teori sosiologi sastra. Teori tersebut digunakan dengan
mengkombinasikan beberapa pendapat para ahli sastra. Penelitian ini menggunakan tiga
tahapan, yaitu: (1) Tahap penyediaan data, dengan digunakan metode observasi dan
8
metode Simak dibantu dengan teknik wawancara serta teknik catat yang bersamaan
dengan teknik terjemahan, (2) Tahap analisis data, digunakan metode kualitatif yang
didukung dengan teknik deskriptif analitik. (3) Tahap penyajian hasil analisis data,
digunakan metode formal dan informal serta dibantu dengan teknik deduktif dan
induktif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu struktur forma dan struktur
naratif dari “Teks Geguritan Dalem Balingkang”. Struktur forma tersebut meliputi kode
bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa, serta struktur naratif meliputi:
insiden, alur, latar, tokoh dan penokohan, tema, dan amanat. Selain itu, penelitian ini
juga menganalisis aspek-aspek sosial yang menjadi objek dari penelitian, yaitu: aspek
sosial budaya, aspek penamaan, aspek kritik sosial, aspek etnis, dan aspek resepsi.
Watugunung: Analisis Sosiologi Sastra”. Pada penelitian ini akan diuraikan struktur
forma serta naratif dan aspek-aspek sosial yang terkandung dalam Geguritan Runtuh
Watugunung. Pada Geguritan Runtuh Watugunung terdapat tiga puluh lima bait pupuh.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme dan teori
sosiologi sastra. Penelitian yang terdiri dari tiga tahapan, yakni: (1) tahap penyediaan
data digunakan metode simak teknik pencatatan, dan terjemahan, (2) tahap analisis data
menggunakan metode kualitatif dengan Teknik deskriptif analitik, (3) tahap penyajian
hasil analisis data digunakan metode formal dan informal dengan teknik induktif dan
deduktif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yakni terungkapnya struktur forma
9
serta naratif yang meliputi kode bahasa dan sastra yakni ketidaksesuaian padalingsa dan
suara pematut pada tiap jenis pupuh, gaya bahasa yakni gaya bahasa perbandingan yang
terdiri dari perumpamaan, metafora, dan antithesis serta terdapat juga gaya Bahasa
pertentangan yakni hiperbola, ragam Bahasa yakni bahasa Bali alus, yang terdiri dari
bahasa alus singgih, basa alur mider, basa alus sor, selain itu terdapat bahasa Bali
andap, dan bahasa Bali Kasar, insiden, alur, tokoh dan penokohan, latar, tema, dan
amanat. Aspek-aspek sosial dalam Geguritan Runtuh Watugunung yang meiputi sosio
religi yaitu kepercayaan masyarakat Bali terhadap makna sehari-hari dalam satu minggu
kekuasaan, serta moralitas yang meliputi moralitas antar manusia dengan tuhan dan
Kembar Buncing: Analisis Sosiologi Sastra”. Didalam penelitian ini terdapat delapan
jenis pupuh dalam 200 pada. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui struktur
bentuk dan struktur naratif serta aspek-aspek sosial yang terdapat dalam geguritan
tersebut. dalam penelitian ini dugunakan teori struktural dan sosiologi sastra. Teori
tersebut digunakan kombinasi dari pendapat para ahli sastra. Metode yang digunakan
dalam tahap penyediaan data yaitu, metode membaca dan metode wawancara, tahap
analisis data yaitu, metode kualitatif, dan tahap penyajian hasil analisis data yaitu,
metode kualitatif, dan tahap penyajian hasil analisis data yaitu, metode formal dan
10
pencatatan, terjemahan, dan rekam. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini, yaitu
diungkapnya struktur bentuk dan struktur naratif dari “Geguritan Dewi Ambarasari
Kembar Buncing” yang meliputi struktur bentuk: kode sastra dan Bahasa, gaya Bahasa
dan ragam bahasa, serta struktur naratif meliputi: insiden, alur, latar, tokoh dan
penokohan, temam dan amanat. Disamping itu, penelitia ini juga mengalisis aspek-
aspek sosial yang menjadi objek dari penelitian, yaitu aspek agama, aspek percintaan
dan kesetiaan, aspek magis, aspek kepemimpinan, aspek HAM, dan aspek patriarki.
tahapan kerja teori sosiologi sastra dan dipadukan dengan teori struktur. Hasil analisis
disajikan secara sistematis dan terstruktur. Hasil penelitian ini memberikan jawaban
bahwa keberadaan sebuah karya sastra bisa menjadi cerminan kadaan masyarakat saat
itu, walaupun beberapa hal yang terkadang sudah tidak relevan lagi dipergunakan.
2.2 Konsep
Konsep merupakan abstraksi dari gejala atau fenomena yang akan diteliti (Adi,
2010: 27). Konsep penelitian adalah kerangka yang digunakan untuk menghubungkan
11
atau objek yang digunakan pada penelitian-penelitian. Berdasarkan konsep-konsep
yang digunakan dari hasil pengamatan adalah berbagai produk subjektif yang
bersumber, dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek -objek atau benda-
benda melalui pengalaman pribadi (setelah melakukan suatu persepsi terhadap objek
hasil penelitiannya (Suyanto dan Sutinah, 2008: 49). Berdasarkan pernyataan tersebut
peneliti dapat Menyusun hasil pengamatan yang telah dilakukan sehinga bisa
dalam penelitian ini meliputi konsep geguritan, struktur, dan sosiologi sastra.
2.2.1 Geguritan
Geguritan sebagai genre karya sastra Bali purwa atau tradisional, dapat dipahami
secara lebih mendalam dengan meninjau bentuk dan isinya. Bentuk dianggap sebagai
bagian dari tradisi penulisan karya sastra geguritan, karena apapun yang akan ditulis
sebagai karya sastra geguritan, digubah ke dalam bentuk tembang macepat (pupuh).
Sedangkan isinya dapat berupa apa saja atau bermacam-macam sesuai dengan kemauan,
dalamnya, lalu pupuh-pupuh tersebut diikat dengan syarat-syarat yaitu disebut pada
lingsa. Pada lingsa yaitu banyaknya baris dalam tiap bait (pada) dan banyaknya suku
12
kata dalam tiap baris pada pupuh yang menyebabkan pupuh-pupuh tersebut
dilantunkan atau dilakukan. Guru wilangan adalah banyaknya suku kata dalam satu
baris, lalu guru dindong merupakan vokal atau huruf hidup pada akhir suku kata tiap-
2.2.2 Struktur
Secara etimologi struktur berasal dari kata structural yang berarti bentuk dan
bangunan. Menurut Ratna (2004: 88-92), bahwa struktur dalam suatu karya sastra
membentuk totalitas dan membentuk suatu satu kesatuan yang utuh. Secara umum
struktur didefinisikan sebagai bentuk. Bentuk adalah bangunan, gambaran, rupa atau
Menurut Ratna (2004: 90-91), tugas analisis struktur yaitu membongkar unsur-
unsur yang tersembunyi yang berada di baliknya. Struktur yang membangun struktur
terdiri atas tema, alur, insiden, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa struktur adalah sebagai bentuk bangunan yang
membentuk satu kesatuan yang utuh. Struktur dibangun terdiri atas tema, alur, insiden,
Sosiologi sastra merupakan teori sastra yang menganalisis suatu karya sastra
ekspresi pengarang. Roucek dan Warren (dalam Rusdiyanta, 2009: 18) sosiologi adalah
13
ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok. Penelitian
tersebut banyak diminati oleh penulis yang ingin melihat sastra sebagai cermin
kehidupan masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra adalah penelitian suatu karya sastra
masyarakat sebagai pencipta karya sastram dan penerimaan masyarakat terhadap suatu
antara pengarang dengan kehidupan sosial, baik aspek bentuk maupun isi karya sastra.
dalam menentukan tujuan penelitian, arah penelitian, pemilihan konsep, dan perumusan
dalam suatu penelitian ilmiah tentu harus dilandasi dengan teori-teori. Untuk itu
digunakan kerangka teori dalam Geguritan Korona, Karana, lan Kirana adalah teori
struktural dan teori sosiologi sastra. Berdasarkan hal tersebut, pertama dalam Geguritan
Korona, Karana, lan Kirana akan dikaji berdasarkan teori struktural untuk mengetahui
teori sosiologi sastra untuk dapat memahami aspek sosial apa saja yang terdapat dalam
geguritan tersebut.
14
2.3.1 Teori Struktural
Struktur karya sastra menyaran pada pengertian hubungan antar unsur (intrinsik)
Struktur dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu struktur forma dan struktur
naratif. Struktur forma meliputi: kode Bahasa dan sastra, gaya Bahasa, ragam Bahasa,
sedangkan struktur naratif meliputi: tema, tokoh, alur, insiden, latar, dan amanat
(Marsono, 2011: 10). Tujuan dari menganalisis struktur adalah untuk membongkar dan
menyeluruh.
menggunakan teori struktur menurut pendapat Marsono, yaitu mengenai struktur yang
dibagi menjadi dua bagian yaitu struktur forma dan struktur naratif yang sesuai dengan
Secara etimologi sosiologi sastra berasalah dari kata sosiologi dan sastra.
Sosiologi berasal dari kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama -sama, Bersatu, kawan
teman) dan logi (logos berarti sabda, perumpamaan). Perkembangan tersebut mengalami
15
usul, pertumbuhan masyarakat, dan ilmu pengetahuan. Sosiologi merupakan
pengetahuan atau ilmu tentang sifat, perilaku, dan perkembangan masyarakat yang di
dalamnya terdapat ilmu tentang struktur sosial, proses sosial, dan perubahannya.
Sedangkan, sastra berasal dari kata sas (sanskerta) berarti mengarahkan, mengajar,
memberi petunjuk, dan intruksi. Akhir tra berarti alat, sarana. Jadi sastra berarti
kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk, atau pengajaran yang baik.
Menurut Ratna (2003: 25), sosiologi sastra adalah penelitian terhadap karya
sastra dan keterlibatan struktur sosialnya. Pengarang secara langsung dan tidak langsung
karyanya. Hal tersebut dipengaruhi oleh apa yang dirasakan, dilihat, dan dialami dalam
struktur masyarakat. Pengarang dan karyanya merupakan dua sisi yang tidak dapat
Sosiologi sastra jelas merupakan antara sastra dan masyarakat. Wallek dan
Werren (dalam Faruk, 1999: 5) mengemukakan setidaknya tiga hal yang dapat diteliti
dalam sosiologi sastra karena terdapat hubungan yang nyata antara sastra dan
1) Sosiologi Pengarang
sebagai penghasil karya sastra. Mengenai sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan
16
institusi. Maslaah yang berkaitan disini adalah latar belakang sosial, status pengarang,
dan ideologi pengarang, yang terlihat dari berbagai kegiatan pengarang dari luar karya
sastra, karena setiap pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai
makhluk sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga dapat
meluas lingkungan tempat tinggal dan asal. Pada hal ini mengenai latar belakang
keluarga, atau posisi ekonomi pengarang akan memiliki peran dalam mengungkapkan
isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan
yang berkaitan dengan maslaah sosial. Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan
karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahnya atau apa yang tersirat dalam
karya sastra serta apa yang terjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan
sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumentasi sosial potret kenyataan sosial.
3) Sosiologi Pembaca
sosial karya sastra. Ratna (2003: 339-340) mengemukakan bahwa sosiologi sastra
adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, sehingga model
analisis yang dapat dilakukan meliputi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
17
• Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung di dalam karya sastra
terjadi.
itu snediri, tetapi dengan cara menemukan hubungan anatar truktur, bukan
disiplin tertentu.
sastra adalah pendekatan terhadap karya sastra dengan tidak meninggalkan segi-segi
masyarakat, termasuk latar belakang kehidupan pengarang dan pembaca karya sastra.
Karana, lan Kirana menggunakan pendangan sebuah kajian sosiologi sastra menurut
Wallek dan Werren yang memfokuskan pada sosiologi pengarang yang berkaitan
dengan boigrafi pengarang tentang latar belakang sosial, status pengarang, ide ologi
pengarang, latar belakang keluarga, tempat tinggal maupun asal dan posisi ekonomi
pengarang dan sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri
tentang apa yang tersirat dalam karya sastra tersebut dengan amanat maupun pesan
18
BAB III
METODE PENELITIAN
terjadi di dalamnya. Teknik yang digunakan adalah teknik deskriptif analitik, dengan
cara mendeskripsikan keadaan objek yang diteliti yang disusul dengan analisis.
Karana, dan Kirana yaitu pada minggu kedua pada bulan April 2023 hingga proses
penyajian hasil data dalam bentuk skripsi. Proses pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian
Sumber data berkaitan dengan jenis data, jenis data dibagi menjadi dua yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung ditemukan oleh
dari sumber pertanyaan. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti
19
Data primer pada penelitian ini bersumber pada teks berupa buku pdf yang
berjudul Geguritan Korona, Karana, lan Kirana karya I Made Suarsa yang diterbitkan
oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud yang diterbitkan pada bulan Oktober tahun 2021.
Buku pdf ini ialah buku cetakan pertama pada bulan Oktober tahun 2021 memiliki
ketebalan 822 yang berisikan kumpulan karya-karya terpilih yang terbaik dari masing-
masing lomba yang terdiri dari kategori kakawin, geguritan, kidung, puisi, cerpen, dan
satua. Buku dari Geguritan Korona, Karana, lan Kirana memiliki tebal 26 halaman
geguritan dengan pupuh Dandanggula (2 bait), serta terdapat 30 bait pupuh yang
berbeda-beda yaitu pupuh Sinom (7 bait), pupuh Pangkur (6 bait), pupuh Durma (4
Instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti. Peneliti berperan sebagai
pengumpul data, pengelola, sekaligus penafsir data. Peneliti secara aktif mencari
Korona, Karana, lan Kirana yaitu I Made Suarsa untuk mendapatkan maksud dari
20
2. Alat perekam dan kamera untuk merekam keterangan narasumber,
3. Buku catatan untuk mencatat hal-hal penting atau garis-garis besar isi
wawancara
4. Alat tulis
Hal penting yang dilakukan dalam penelitian ialah pengumpulan data, sumber
data dan alat yang digunakan. Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah
(Sudaryanto, 1993: 2). Metode ini digunakan untuk lebih memahami naskah secara
lebih mendalam. Teknik wawancara juga digunakan dalam penelitian ini dengan
melakukan wawancara kepada pengarang Geguritan Korona, Karana, lan Kirana yaitu
I Made Suarsa, penerapan ini juga dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi-
Geguritan Korona, Karana, lan Kirana dari Bahasa Bali ke Bahasa Indonesia. Hal ini
dilakukan untuk mempermudah pembaca dalam memahami naskah tersebut. selain itu
juga, teknik pencatatan juga berperan membantu penelitian ini. Teknik pencatatan yaitu
21
3.6 Metode dan Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan tahap pengolahan data. Metode yang digunakan dalam
analisis ini dalah metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data ilmiah, data
Teknik deskriptif analitik, yaitu teknik yang dilakukan dengan mendeskripsikan fakta-
Pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode formal dan
dan lambang (Sudaryanto, 1993: 45). Menurut Sudaryanto (1993: 45) metode informal
22
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Rianto. 2010. Metodologi Penelitian Sastra dan Hukum. Jakarta: Granit.
Agastia, Ida Bagus Gede. 1980. “Geguritan Sebuah Bentuk Karya Sastra Bali.”
(Makalah Untuk Sarasehan Sastra Daerah Pesta Kesenian Bali II di Denpasar).
Dwipayanti, Sang Ayu Putu Sri. 2022. “Geguritan Runtuh Watugunung: Analisis
Sosiologi Sastra”. Skripsi Program Studi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Udayana, Denpasar.
Mahayani, Ida Ayu Frisca. 2012. “Geguritan Dewi Ambarasari Kembar Buncing:
Analisis Sosiologi Sastra”. Skripsi Program Studi Sastra Bali, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Udayana, Denpasar.
Paramita, Ida Bagus Gede. 2021. “Geguritan Cokli: Analisis Sosiologi Sastra”. Jurnal
STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra (Dari
Strukturalisme Hingga Postrukturalisme, Perspektif Wacana Naratif).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sabela, Ni Ketut Hema. 2022. “Teks Geguritan Dalem Balingkang Kajian Sosiologi
Sastra”. Skripsi Program Studi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Udayana, Denpasar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.
23
Suyanto, Bagong Sutinah. 2008. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana.
Wellek, Rene, dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: Pustaka Jaya.
24
Lampiran 1
1. Dandang Gula
Titiang jadma, wau malajah mangawi, tur mangaripta
Ngripta geguritan, tan wruh maring dewek miskin
Miskin tur tambet apunggung
Gung ampurane kinapti
Tibakang ratu betara
Rarisang picayang taksu
Suar sautama kunang, kunang – kunang
Nangtangin anarung sasi
Sinah pacing tan kasidan
2. Dandang Gula
Dandang purwa, murwaning sadaging gurit, ta carita
Carita reriptan, tan len jagat gebug gering
Gering sato keni grubug
Grubug jadma nemu pati
Pati sangkan wuhan mrana
Mrana korona mangamuk
Mukya pakosodan krama, kramanglalah
Nglalah panca wanua keni
Keni pandemi sajagat
3. Sinom
Katon katah wenteh cihna
Sor patala luhur langit
Wangsit letuh pancabaya
Letuh ngetuh rimrim rimbit
Rimbit antuk wit panyakit
25
Rarab cetra hana lindu
Wak pusaka smarapura
Wintang kukus metu enjing
Malih rubuh, agraning dwara kahyangan
4. Sinom
Munggah ring lontar usadha
Upas budul cukil daki
Rare cacar punggung tiwas
Usadha budha kecapi
Wenten ujar dasar nami
Sasab miwah gering agung
Inaranan cakblag cakbyag
Bah bedeg ageng panyakit
Mrana grubug, sahananing kunang wabah
5. Sinom
Indik grubug niben jagat
Munggah maring sastra aji
Sekar alit geguritan
Kanggenin pangeling-eling
Kalianget gebug gering
Jayaprana dados ubuh
Pinarekan de ssang natha
Adampati layonsari
Samia lampus, sama jwa sang naranatha
6. Sinom
Bhumi kediri baosang
Taler keni grubug gering
Sangkan walu nateng dirah
Krodha maring sri nrepati
26
Nganistayang nanak dewi
Taler sasab tampak gangsul
Nengah Jimbaran kingkinga
Somahnyane nemu pati
Tur kakukup, somah sue sampuh pejah
7. Sinom
Nusantara keni mrana
Jero keto jero giling
Jawi kulon jawi wetan
Katekaning bhumi Bali
Tan pawilang jadma pati
Enjing gering wengi lampus
Jatma padem tan pegatan
Jagat jati katibenin
Sami tinut, pidabdab guru wisesa
8. Pangkur
Mucehang grubug korona
Mangda jati, sekali niskala nyading
Guru wisesa sawuwus
Segeh rupa awongwongan
Srana luih, maring lebuh nulak grubug
Patabuh sampunang lipia
Dupa lawan tutup geni
9. Pangkur
Upakara sanggah mrajan
Ring rong trini, unggahang nyejer pajati
Niasa hyang prama tuhu
Daksina tipat kelanan
Segeh alit, daging bhumi mapagantus
27
Makasturi bungkak beras
Canang sari ginantini
10. Durma
Ring sekala, pidabdabe jwa tincapang
Nata hurip bresih resik
Lanjarane dohang
Ngawe paru – paru rusak
Alkohol taler kelidin
Punyah-punyahan, ngranayang jantunge ganjih
11. Durma
Wijah-wijah, bramban-brumbun dong andegang
Dados sebum bibit sakit
Manut pakosodan
Karana korona nglalah
Sampunang jwa wara-wiri
Wekas ring desa, banget keni grubug gering
12. Ginada
Nyambut gawe ring pakraman
Yata ageng yata alit
Mangda tinut abah-abah
Karahajengan kapangguh
Ya ta plutuk karawasan
Makatrini, laksanayang sinarengan
13. Ginada
Nganggen masker patut dabdab
Nekep hirung cangkem malih
Paaseringan ngwajik tangan
Linggah-lungguh sikut sukat
Paling kidik, kalih depa sawatara
28
14. Ginada
Ngagem tangan jwa sampunang
Bilih – bilih ngaras pipi
Watuk bangkes dong edohang
Mangda nenten ngubuh virus
Tekes nganggen saputangan
Tisu becik, mangda virus tan manglalah
15. Samara Dahana
Yadnyane andegang riin
Pialangin aeb jagat
Pawiwahan taler reko
Pujawali pura mrajan
Begah begere sampunang
Kirangin ayah panyungsung
Tata malih ring pungkuran
16. Samara Dahana
Sangkan jagat gebug gering
Kator pasar sekolahan
Hotel pabrik warung took
Nenten sida mautsaha
Krama katah tan pakarya
Ngawe manah bungsang bingung
Manitenin kauripan
17. Pangkur
Gering agung sayan nglalah
Maring bhumi, tatan sida nyangu urip
Kulawarga bedak seduk
Watesin lampah swagina
Ikang nami, new normal new norma wuwus
29
Kadi ujar nara wakya
Kauripan jwa mamargi
18. Pangkur
Karya yadnya sekolahan
Nenten lali, jaget kantun pandemic
Parikrama tata tinut
Prokes plutuk kawarasan
Wara-wiri, sampunang yan tan ulati
PSBB kamargiang
Mogi rat santi mawali
19. Maskumambang
Maring desa, dereng tambis nawi gering
Pastikayang pisan
Mangda sami sida pasti
Pamerintah mapidabdab
20. Maskumambang
Sampun katah, pidabdabe sane becik
Mangda gelis ical
Grubug wabah mrana gering
Kreta hita ikang jagat
21. Ginanti
Sawarsa grubuge sampun
Sawarsa muceh panyakit
Sekala juga niskala
Durung sida tastas sami
Awas-awas maring manah
Ngawe duhka jroning ati
30
22. Ginanti
Rakrian mantri pun mawuwus
Majeng kramane sabhumi
Wenten tos korona anyar
Pawilangan catur yukti
Mawiwit dura negara
Panglalahe lintang rusit
23. Ginada
Yening sarat sida waras
Tan kakeneng wit panyakit
Krama plutuk kawarasan
Manggala len mantri wuwus
Mavaksinasi sajagat
Wastu sami, ngawe kukuh imun angga
24. Ginada
Sapta ya pawilangania
Pakaryan dura nigari
Pateh jati wigunannya
Saking alit kantos sepuh
Ping kalih ya mikolihang
Mogi-mogi, vaksinasi sida antar
25. Sinom
Sakawentenan ring jagat
Sangkan titah sang hyang widhi
Gering agunge upama
Ngebek ngrobeda ring bhumi
Katah jadma nemu pati
Alit lingsir lanang wadhu
Krama patut mapidabdab
31
Mangda sami telas basmi
Gering agung, sida ya kaparisuddha
26. Sinom
Sastra sewana sarana
Puja-puji Saraswati
Apan sastra sat usadha
Ngawe kukuh jroning ati
Maring sastra jwa mawali
Mangwacenin mangripta rum
Kala matemahan dewa
Leteh-letuh wastu suci
Buana agung, buana alit parisuddha
27. Durma (Dasar)
Yan mangkana, yatna-yatna kita nanak
Marisuddha grubug gering
Korona karana
Kirana len abah-abah
Macukit mavaksinasi
Sujati warasm prajana ya sabhumi
28. Durma (Lawe)
Haywa lupa, bhakti ring hyang sangkan paran
Wastu ida maweh asih
Parhyangan kinucap
Pawongan len palemahan
Kinkinen rahina wengi
Wawang ksepania, nirbhaya ikang nagari
29. Pangkur (Jawa)
Mami juga tan malupa
Puja-puji, astuti lwir tasik giri
32
Maring puri kauhan ubud
Utsawa ngripta susastra
Saraswati, marisuddha gering agung
Sastra purwa sastra anyar
Gemah ripah loh jinawi
30. Pangkur (Jawa)
Puput sampun atur titian
Sat nanginin, iratu sampun malinggih
Marisuddha gering agung
Mangda wenten pakelingan
Anggen titi, ring jagat kantos kapungkur
Jana sato tusta sarat
Jagat nemu santa santi
33
LAMPIRAN 2
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
34
BAB III METODE PENELITIAN
35
5.1.4 Pekerjaan Pengarang
5.1.5 Riwayat Kepengarangan
5.1.6 Proses Kelahiran teks Geguritan Korona, Karana, lan Kirana
5.1.7 Karya-karya I Made Suarsa
5.2 Aspek-Aspek Sosial Geguritan Korona, Karana, lan Kirana
5.2.1 Aspek Kesehatan
5.2.2 Aspek Kemasyarakatan
5.2.3 Aspek Pendidikan
5.2.4 Aspek Agama
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
36
LAMPIRAN 3:
1 Studi Pustaka
2 Bimbingan Proposal
3 Ujian Proposal
4 Perbaikan Proposal
6 Bimbingan Skripsi
7 Komprehensif
8 Ujian Skripsi
9 Perbaikan Skripsi
10 Wisuda
37