Anda di halaman 1dari 60

SKRIPSI

TRADISI DAN PERALATAN SUKU AINU DALAM


MANGA AKORO KOTAN KARYA HIDETOSHI
NARITA

ALGHINA SALMA PRAMESWARY

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2022

i
SKRIPSI

TRADISI DAN PERALATAN SUKU AINU PADA


MANGA AKORO KOTAN KARYA HIDETOSHI
NARITA

ALGHINA SALMA PRAMESWARY


NIM 1801581049

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
2022

i
HALAMAN MOTO UNIVERSITAS UDAYANA, VISI UNIVERSITAS,

FAKULTAS, DAN PROGRAM STUDI

“Takitakining Sewaka Guna Widya”

Visi Universitas Udayana:

Terwujudnya perguruan tinggi yang unggul, mandiri, dan berbudaya

Visi Fakultas Ilmu Budaya:

Terwujudnya Fakultas Ilmu Budaya yang memiliki keunggulan dan kemandirian

dalam bidang pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dengan

aplikasi keilmuan yang berlandaskan kebudayaan

Visi Sastra Jepang

Terwujudnya Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Udayana

yang Unggul, Mandiri, dan Berbudaya.

ii
TRADISI DAN PERALATAN SUKU AINU DALAM MANGA AKORO

KOTAN KARYA HIDETOSHI NARITA

Skripsi untuk Memperoleh Gelar Sarjana

pada Program Studi Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

ALGHINA SALMA PRAMESWARY

1801581049

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2022

iii
Lembar Pengesahan

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL…………

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr.Ida Ayu Laksmita Sari, S.Hum.,M.Hum. Ni Luh Kade Yuliani Giri, S.S.,M.Hum.
NIP. 198404032008012005 NIP.19800722005012002

Mengetahui,

Dekan Koordinator Program Studi Sastra Jepang


Fakultas Ilmu Budaya Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Udayana, Universitas Udayana,

Dr. Made Sri Satyawati, S.S.,M.Hum. I Made Budiana, S.S.,M.Hum.


NIP. 197103181994032001 NIP. 197712052005011001

iv
Skripsi Ini Telah Diuji pada

Tanggal 13 Desember 2022

Tim Penguji Skripsi Berdasarkan Surat Tugas Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Udayana No: …………., Tanggal………..

Ketua : Dr.Made Ratna Dian Aryani, S.S.,M.Hum

Anggota:

1. I Nyoman Rauh Artana, S.S.,M.Hum

2. Ngurah Indra Pradhana, S.S.,M.Hum

3. Dr. Ida Ayu Laksmita Sari, S.Hum.,M.Hum

4. Ni Luh Kade Yuliani Giri, S.S.,M.Hum.

v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama: Alghina Salma Prameswary
NIM : 1801581049
Judul Skripsi : Tradisi dan Peralatan Suku Aini dalam Manga Akoro Kotan Karya
Hidetoshi Narita
Program Studi : Sastra Jepang
Fakultas : Ilmu Budaya Universitas Udayana
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Bebas dari peniruan terhadap hasil karya orang lain.
Kutipan pendapat dan tulisan orang lain dirujuk sesuai dengan etika keilmuan dan
Teknik penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam
skripsi ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang
dianggap melanggar peraturan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Denpasar,…………..
yang membuat pernyataan,

(Materai Tempel 6000)

Alghina Salma Prameswary

vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai contoh akademik Universitas Udayana, saya yang bertanda tangan


di bawah ini:
Nama : Alghina Salma Prameswary
NIM :1801581049
Program Studi : Sastra Jepang
Fakultas : Ilmu Budaya
Jenis Karya : Skripsi
Guna pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
Hak Bebas Royalti (Non-exclusive Royalti Free Right) kepada Program Studi
Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana atas karya ilmiah saya
yang berjudul:
TRADISI DAN PERALATAN SUKU AINU DALAM MANGA AKORO KOTAN
KARYA HIDETOSHI NARITA
Beserta perangkat yang ada (bila diperlukan)
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Program Studi Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana berhak menyimpan,
mengalihmediakan atau memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis dalam daftar pustaka dan sebagai
pemilik Hak Cipta.

Denpasar,………………
Saya yang membuat pernyataan,

(Materai tempel 6000)

Alghina Salma Prameswary

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena yang

telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, skripsi dengan judul “Tradisi dan

Peralatan Suku Ainu pada Manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita” ini dapat

diselesaikan dengan baik.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Ida Ayu

Laksmita Sari, S.Hum.,M.Hum. dan Ni Luh Kade Yuliani Giri, S.S.,M.Hum.

selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing penulis dengan dalam keadaan apapun serta memberikan semangat

dan saran-saran terbaik sehingga penulis termotivasi untuk tetap semangat

menyelesaikan skripsi ini sampai akhir. Kemudian, penulis juga mengucapkan

terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana yaitu Prof.Dr.Ir. I Nyoman Gde

Antara, M.Eng, IPU atas segala fasilitas yang diberikan selama menempuh

pendidikan di Universitas Udayana. Kepada Dekan Fakultas Ilmu Budaya, yaitu

Dr. Made Sri Satyawati, S.S.,M.Hum atas kesempatannya untuk diberikan izin

dalam memperoleh gelar sarjana. Terima kasih kepada Koordinator Program Studi

Sastra Jepang, yaitu I Made Budiana, S.S.,M.Hum. Terima kasih kepada Dr.

Made Ratna Dian Aryani, S.S.,M.Hum selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan arahan selama penulis menjadi mahasiswi Prodi Sastra Jepang

Universitas Udayana serta penulis mengucapkan kepada seluruh dosen Prodi

Sastra Jepang yang telah tulus mendidik dan memberikan banyak pengalaman

sehingga menjadi pribadi yang lebih baik.

viii
Terima kasih kepada orang tua penulis, yaitu Ir, Agus Irwanto dan Indra

Zuhriana, S.H. yang selalu memberikan dukungan dan do’a sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini sampai selesai. Terima kasih juga kepada adik penulis

yang selalu menyemangati penulis dalam keadaan apapun. Terima kasih juga

kepada Afi, Dayu, Yogi, Anne dan Windi yang telah setia menjadi teman dan

membantu penulis dengan tulus. Terima kasih juga kepada teman-teman Akatsuki

2018 yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena telah mewarnai masa-masa

kuliah. Terakhir, terima kasih kepada diri sendiri yang selalu berproses untuk

mendapatkan nilai dan hasil yang baik.

Denpasar, 27 November 2022

Penulis

ix
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi dan peralatan masyarakat


suku Ainu dalam manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita. Teori yang
digunakan pada penelitian ini adalah teori antropologi sastra oleh Endraswara dan
teori semiotika oleh Danesi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dalam kehidupan masyarakat
suku Ainu terdapat tradisi dan peralatan yang khas. Tradisi yang terdapat dalam
manga Akoro Kotan yaitu berburu beruang (iomante), menangkap ikan, upacara
pernikahan dan upacara kematian. Peralatan yang digunakan dalam manga Akoro
Kotan yaitu panah beracun, raunkut, irurakuwa, marek. makiri, chikhorokakep.
Tradisi yang dijelaskan dalam manga memang tradisi turun temurun masyarakat
Ainu, walaupun pada kenyataannya terdapat tradisi iomante, berburu beruang
yang dilestarikan melalui seni pertunjukkan.
Kata kunci: antropologi sastra, suku Ainu, tradisi, peralatan

x
要旨
本研究 のテーマは 成田英寿の漫画『アコロ・コタン』に登場するアイヌ民族の
伝統と道具を明らかにすることを目的とする。本研究で用いる理論は、エンドラス
ワラの文学的人類学の理論とダネシの記号論の理論である。方法は、記述的質
的方法である。本研究の結果、アイヌの人々の生活には、特徴的な伝統と道具が
存在することが確認された。アコロ・コタンのマンガに見られる伝統は、熊狩り(イ
オマンテ)、漁業、婚礼、死者の儀式である。道具は、毒矢、ラウンカット、イルラク
ワ、マレク、マキリ、チコロカケプなどである。このマンガに描かれた伝統は、まさに
アイヌ民族の世襲的な伝統であるが、実際にはイオマンテという熊狩りの伝統が
あり、芸能を通して保存されている。
キーワード:文学人類学、アイヌ民族、伝統、道具

DAFTAR ISI

xi
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN MOTO UNIVERSITAS UDAYANA DAN HALAMAN VISI
UNIVERSITAS, FAKULTAS, DAN PROGRAM STUDI............................. ii
PERSYARATAN GELAR............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.......................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
ABSTRAK........................................................................................................ x
要旨.................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoretik............................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis.............................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI........... 7


2.1 Kajian Pustaka......................................................................................... 7
2.2 Konsep..................................................................................................... 11
2.2.1 Suku Ainu....................................................................................... 11
2.2.2 Tradisi............................................................................................. 12
2.3 Kerangka Teori........................................................................................ 13

xii
2.3.1 Antropologi Sastra.......................................................................... 13
2.3.2 Semiotika Danesi............................................................................ 4

BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 16


3.1 Rancangan Penelitian.............................................................................. 17
3.2 Jenis dan Sumber Data............................................................................ 17
3.3 Instrumen Penelitian................................................................................ 17
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data.................................................. 18
3.5 Metode dan Analisis Data....................................................................... 18
3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data................................. 18

BAB IV TRADISI MASYARAKAT SUKU AINU PADA MANGA


AKORO KOTAN KARYA HIDETOSHI NARITA......................................... 19
4.1 Berburu Beruang..................................................................................... 20
4.2 Upacara Pernikahan................................................................................. 23
4.3 Menangkap Ikan...................................................................................... 26
4.4 Upacara Kematian................................................................................... 29

BAB V PERALATAN MASYARAKAT SUKU AINU PADA MANGA


AKORO KOTAN KARYA HIDETOSHI NARITA......................................... 31
5.1 Panah Beracun......................................................................................... 31
5.2 Raunkut.................................................................................................... 33
5.3 Irurakuwa................................................................................................ 34
5.4 Marek...................................................................................................... 35
5.5 Makiri...................................................................................................... 36
5.6 Chikhorokakep........................................................................................ 37

BAB VI PENUTUP.......................................................................................... 39
6.1 Simpulan.................................................................................................. 39

xiii
6.2 Saran.......................................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 41
DAFTAR UNDUHAN..................................................................................... 42
SINOPSIS......................................................................................................... 43
CURRICULUM VITAE..................................................................................... 45

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat suku Ainu adalah penduduk asli Jepang yang tinggal di pulau

Hokkaido, Jepang. Kata Ainu dalam Bahasa Ainu sendiri dapat diartikan sebagai

manusia (Fitzhugh, 1999:9). Selain kata Ainu, masyarakat Jepang menyebut orang

Ainu dengan sebutan Aino atau Ainos. Aino atau Ainos diartikan sebagai anjing

kampung atau peranakan. Sebutan Aino atau Ainos adalah nama panggilan yang

diterapkan oleh orang Jepang kepada orang Ainu ketika mereka membicarakan

tentang suku Ainu. Istilah ini digunakan untuk mengekspresikan penghinaan

terhadap suku Ainu pada zaman dahulu. Hal ini dilihat dari segi fisik yang

dimiliki oleh suku Ainu yang berbeda dari fisik orang Jepang pada umumnya.

Masyarakat suku Ainu memiliki ciri-ciri dari segi fisik dengan rambut, janggut

yang tebal dan halus, mata yang berkilau, dan berpenampilan yang kumuh

membuat orang yang pertama kali melihat suku Ainu merasa risih (Batchelor,

1892:16-19).

Perbedaan ciri-ciri fisik dari suku Ainu membuat keberadaan mereka

mendapatkan perlakuan diskriminasi dari masyarakat Jepang pada umumnya.

Perlakuan diskriminasi yang dialami oleh suku Ainu tersebut, maka pemerintah

Jepang pada awalnya membuat kebijakan yang pertama tentang suku Ainu pada

tahun 1997 dengan membentuk sebuah Undang-Undang yang disebut Ainu

Cultural Promotion Act (ACPA) diberlakukan di bawah konstitusi Jepang.

1
Undang-Undang ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan budaya

masyarakat suku Ainu berupa musik, tarian tradisional dan kerajinan tangan.

Namun kekurangan dari kebijakan ini adalah tetap tidak mengakui keberadaan

masyarakat suku Ainu. Baru pada tanggal 15 Februari 2019, anggota parlemen

Jepang mengajukan Rancangan Undang-Undang dinamakan The Ainu Policy

Promotion Act (TAPPA). Rancangan Undang-Undang ini bertujuan untuk

menghormati dan melindungi keberadaan budaya dan masyarakat suku Ainu.

Pada tanggal 11 April 2019, Rancangan Undang-Undang tersebut disahkan oleh

Dewan Perwakilan Rakyat. Kemudian pada tanggal 19 April 2019, Rancangan

Undang-Undang tersebut disahkan Oleh Dewan Penasehat. Selanjutnya pada

tanggal 26 April 2019, Rancangan Undang-Undang tersebut disetujui dan

sekaligus disahkan untuk menjadi sebuah Undang-Undang. Selanjutnya, pada

tanggal 24 Mei 2019, Undang-Undang tersebut sudah mulai diberlakukan. dengan

diberlakukannya Undang-Undang tersebut, maka Undang-Undang Ainu Cultural

Promotion Act (ACPA) dengan sendirinya dihapuskan (Tsunemoto, 2019:1)

Selain diberlakukan Undang-Undang The Ainu Policy Promotion Act

(TAPPA), pemerintahan Jepang juga memberlakukan usaha pelestarian terhadap

tradisi masyarakat Ainu dengan membangun museum Sapporo Pirka Kotan

dengan tujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan tradisi yang ada di dalam

masyarakat suku Ainu. Selain museum tersebut dipakai sebagai media

pembelajaran untuk mengenalkan tradisi suku Ainu kepada masyarakat, juga

dapat secara langsung bertujuan untuk menjaga tradisi tersebut agar tidak cepat

punah oleh situasi dan kondisi zaman. Ada berbagai karya sastra yang bertujuan

2
untuk meperkenalkan tradisi dari suatu daerah. Dimana salah satu karya sastra

tersebut adalah komik Jepang atau disebut dengan manga. Manga itu sendiri

adalah salah satu karya sastra yang sangat populer di seluruh dunia. Pada

umumnya, fungsi manga adalah sebagai media hiburan, namun seiring

perkembangan waktu, lambat laun fungsi manga tersebut semakin besar. Selain

itu fungsi manga bisa juga sebagai media lintas budaya yang bertujuan untuk

mengenalkan hal-hal yang kompleks seperti kepercayaan, adat istiadat serta tradisi

(Gatra, 2019). Manga Akoro Kotan menjadi salah satu manga yang mengangkat

kisah tentang masyarakat suku Ainu beserta dengan tradisi dan peralatan yang ada

di dalamnya. Manga Akoro Kotan adalah sebuah karya sastra dari seorang guru

bernama Hidetoshi Narita yang diterbitkan pada 10 Oktober 2019. Dengan

diterbitkannya Manga Akoro Kotan ini Hidetoshi Narita bertujuan dapat

mengenalkan secara lebih luas tentang tradisi masyarakat suku Ainu.

Akoro Kotan, adalah sebuah manga yang bercerita tentang seorang guru

bernama Ai dimana dia adalah seorang wanita, yang berasal dari suku Ainu.

Dalam proses pembelajaran, Ai menceritakan tentang peristiwa diskriminasi yang

dialami oleh suku Ainu. Juga tentang beberapa tradisi yang dilakukan oleh suku

Ainu. Tidak hanya itu, Ai juga menceritakan dan memperkenalkan peralatan yang

digunakan oleh suku Ainu sampai saat ini. Sehingga Ai merindukan tanah

kelahirannya tersebut.

Adapun latar belakang dipilihnya Akoro Kotan sebagai objek penelitian ini

karena beberapa alasan, yaitu

3
Pertama, dalam proses penulisan manga Akoro Kotan karya Hidetoshi

Narita telah mempelajari bahasa dan budaya suku Ainu lebih dari 30 tahun dan

juga seorang pengajar di sekolah menengah maupun di tingkat universitas. Kedua,

dalam manga Akoro Kotan sangat kaya dengan ilustrasi mengenai adat

masyarakat suku Ainu khususnya mengenai tradisi yang dilakukan oleh

masyarakat suku Ainu dan juga peralatan yang digunakan, serta digambarkan dan

dilengkapi dengan pembahasan secara lebih detail dan lebih terperinci.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang tersebut maka masalah yang akan dibahas

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tradisi masyarakat suku Ainu yang dianalisis dalam manga

Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita?

2. Bagaimanakah peralatan yang digunakan masyarakat suku Ainu dalam

manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan yang ingin

dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian penting

yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

kepustakaan tentang analisis kajian antropologi sastra. Dimana didalamnya

membahas tentang tradisi dan peralatan yang dipergunakan oleh masyarakat suku

4
Ainu. Diharapkan penelitian ini memberikan wawasan yang baru kepada pembaca

tentang keberadaan suku Ainu.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1. Menganalisis tradisi masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro Kotan

karya Hidetoshi Narita

2. Menganalisis peralatan yang digunakan oleh masyarakat suku Ainu

dalam manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat ataupun

kegunaan. Penelitian ini memiliki dua manfaat menjadi manfaat teoretik dan

manfaat praktis yang diuraikan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretik

Manfaat Teoretik merupakan manfaat yang terkait dengan pengembangan

ilmu pengetahuan. Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan referensi

teori antropologi sastra khususnya mengenai tradisi dan peralatan suku Ainu. Juga

mampu memberikan wawasan ilmu yang berkaitan dengan tradisi dan peralatan

masyarakat Ainu.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis merupakan manfaat yang memiliki keterkaitan dengan

pembaca. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan baru kepada

pembaca tentang tradisi dan peralatan masyarakat suku Ainu. Sehingga pembaca

diharapkan dapat mengenal, mengetahui dan memahami tradisi dan peralatan

masyarakat suku Ainu yang terdapat di dalam manga Akoro Kotan.

5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini perlu adanya pembatasan pembahasan agar

tidak meluas dari judul dan rumusan masalah yang telah dipaparkan. Maka dari

itu, objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang digunakan merupakan

data berupa tradisi dan peralatan masyarakat suku Ainu yang terdapat dalam

manga Akoro Kotan.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa buku, skripsi, jurnal

maupun hasil penelitian yang lain, ditemukan beberapa penelitian yang dapat

dijadikan kajian pustaka dalam penelitian ini. Beberapa penelitian tersebut antara

lain sebagai berikut.

Kasniati (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Inau Sebagai

Simbol Persembahan Kepada Kamui Dalam Ritual Keagamaan Masyarakat Ainu

mengangkat permasalahan bagaimana peranan inau sebagai simbol persembahan

kepada Kamui dalam upacara keagamaan budaya masyarakat Ainu. Teori yang

digunakan dalam penelitian Kasniati adalah teori antropologi sastra oleh

Koentjaraningrat (1990). Hasil penelitian Kasniati adalah Inau merupakan benda

suci yang dipersembahkan kepada Kamui dan sebagai penghubung atau perantara

antara Ainu dengan Kamui. Masyarakat Ainu menganggap inau sebagai wadah

atau tempat roh nenek moyang dan juga sebagai sebuah simbol persembahan

kepada Dewa dalam ritual keagamaan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Kasniati adalah sama-sama

mengkaji masyarakat suku Ainu terutama dalam penjelasan tentang pengertian

inau sehingga penelitian Kasniati (2006) dapat berkontribusi dalam menjelaskan

inau secara rinci. Perbedaan penelitian ini dengan Kasniati adalah penelitian

Kasniati menggunakan sumber data buku berjudul Ainu Creed and Cult karya Ibid

N.G. Munro dengan menganalisis peranan inau sebagai simbol persembahan

7
kepada Kamui Sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data manga Akoro

Kotan dengan menganalisis tradisi dan peralatan masyarakat suku Ainu.

Sari (2019) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Antara Teks dan

Praktik: Ritual Iomante Pada Cerita Rakyat Ainu Jepang mengangkat

permasalahan hubungan antara cerita rakyat Iomante dengan praktik ritual

Iomante dalam masyarakat Ainu, bagaimana ritual Iomante dilukiskan dalam

cerita rakyat, dan mengapa Iomante muncul berulang dalam cerita-cerita rakyat

Ainu. Teori yang digunakan dalam penelitian Sari adalah teori sosiologi sastra

oleh Damono (1978) dan teori semiotika oleh Chandler (2002). Hasil penelitian

Sari adalah bahwa pelukisan ritual Iomante dalam cerita rakyat Ainu menjadi

wadah bagi masyarakat untuk ideologisasi tradisi budaya, sementara praktik ritual

Iomante mengalami penambahan fungsi dari sebatas fungsi spiritual dengan

fungsi festival, khususnya ketika ritual dipromosikan sebagai daya tarik pariwisata

etnik yang dikembangkan masyarakat Ainu.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Sari adalah sama-sama

mengkaji masyarakat suku Ainu terutama dalam ritual Iomante sehingga

penelitian Sari (2019) dapat berkontribusi dalam menjelaskan tentang ritual

Iomante secara rinci. Perbedaan penelitian ini dengan Sari adalah penelitian Sari

menggunakan sumber data cerita rakyat yang berjudul mukashi banashi:

Hitotsubu no Satciporo dengan menggunakan teori sosiologi sastra dengan

menganalisis hubungan antara praktik ritual dengan teks cerita tentang Iomante.

Sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data manga Akoro Kotan dengan

teori antropologi sastra dengan menganalisis tradisi dan peralatan masyarakat

suku Ainu.

8
Dharma (2020) dalam penelitiannya Sistem Teknologi serta Sistem Religi

Masyarakat Ainu Dalam Manga Golden Kamuy karya Satoru Noda mengangkat

permasalahan mengenai representasi dari sistem teknologi dan sistem religi yang

diilustrasikan pada manga Golden Kamuy. Teori yang digunakan dalam penelitian

Dharma adalah teori antropologi sastra oleh Endraswara (2013), Teori unsur

kebudayaan universal oleh Koentjaraningrat (2015) dan teori semiotika oleh

Pierce (1955). Metode yang digunakan pada penelitian Dharma adalah metode

deskriptif kualitatif. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian Dharma adalah

sistem teknologi yang ada dalam masyarakat Ainu yang digunakan dalam

kegiatan sehari-hari alat yang digunakan sebagian besar dari hasil alam. Hasil

alam yang dihasilkan berasal dari tumbuhan dapat berupa batang kayu, dahan,

ranting kayu, kulit kayu, dedaunan dan sayur-sayuran. Batang kayu dimanfaatkan

masyarakat Ainu menjadi peralatan-peralatan produksi seperti talenan (itata-ni),

alat tenun (attush-karabe), dan alat anyam (isete-ni). Selain itu batang kayu

digunakan oleh masyarakat Ainu sebagai bahan dalam konstruksi rumah (chise),

bahan membuat talenan sekaligus wadah makanan yaitu menokoita. Bahan

membuat senjata berupa tombak (kite) dan seruit (marek) dan bahan utama dalam

pembuatan alat transportasi berupa perahu (itaomachip). Lalu hasil berupa dahan

serta ranting kayu dimanfaatkan masyarakat Ainu untuk membuat alat produksi

berupa perangkap ikan di sungai (raoumap), pondok kecil (kucha), serta bahan

gagang dari obor yaitu ratchako dan taimatsu. Hasil dari kulit kayu dimanfaatkan

untuk diolah dengan menggunakan attush-karube menjadi pakaian yaitu attush

dan bisa juga diolah dengan isete-ni menjadi wadah berupa tas (saranip). Hasil

9
dedaunan digunakan masyarakat Ainu sebagai bahan dalam pembuatan atap dari

chise dan kucha. Hasil berupa sayur-sayuran terutama kentang digunakan untuk

membuat chipororatashikep. Kemudian hasil alam dari hewan berupa daging,

kulit, dan telur. Daging dan kulit hewan biasa digunakan masyarakat Ainu untuk

membuat hidangan berupa sup ikan salmon (ichaniu ohau), sup daging rusa (yuk

ohau) dan sup ikan sculpin (kina ohau). Hasil berupa telur terutama ikan salmon

digunakan sebagai bahan tambahan chipororatashikep.

Sistem religi yang ada dalam masyarakat Ainu mencakup sistem

kepercayaan berupa konsep sumber kehidupan yang disebut dengan Kamui.

Terdapat dua tipe Kamui yang ada di sekitar masyarakat Ainu yaitu Kamui yang

bersifat baik dan Kamui yang bersifat jahat. Kamui yang bersifat baiksenantiasa

memberikan manfaat dalam kehidupan masyarakat Ainu salah satunya adalah

Kamui dalam wujud hewan. Masyarakat Ainu yang hdup denan cara berburu,

sangat tergantung dengan keberadaan Kamui dalam wujud hewan. Secara tidak

langsung, terjalin dalam sebuah ikatan yang kuat antara Ainu dengan Kamui dan

menganggap wujudnya sebagai hewan adalah sesuatu yang wajib dihormati dan

Kamui tersebut adalah Kimun Kamui dan Kotankoro Kamui. Kimun Kamui

merupakan Kamui dalam wujud sebagai seekor beruang dan dipercaya memiliki

tingkatan yang tertinggi dikarenakan perannya dalam memberikan daging serta

kulit untuk masyarakat Ainu. Kimun Kamui dapat menjadi media bagi masyarakat

suku Ainu untuk mengucapkan terima kasih kepada Kamui atas anugerah-Nya

berupa hasil alam dan rasa terima kasih ini dituangkan dalam sebuah upacara

besar yang dinamakan upacara Iomante. Kamui wujud hewan lainnya Kotankoro

10
Kamui adalah Kamui yang berwujud burung hantu yang berguna dalam

melindungi masyarakat suku Ainu dari gangguan iblis. Selain Kamui bersifat baik,

Adapun Kamui bersifat jahat. Pauchi Kamui adalah Kamui yang senang mengusik

manusia dan tidak takut untuk memasuki tubuh manusia tersebut. Manusia yang

telah dirasuki oleh Pauchi Kamui akan berperilaku aneh yaitu dengan menari

layaknya orang gila tanpa memakai pakaian.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Dharma adalah sama-sama

mengkaji masyarakat suku Ainu terutama dalam sistem teknologi yaitu penjelasan

dan fungsi marek sehingga penelitian Dharma (2020) dapat berkontribusi dalam

menjelaskan alat marek secara rinci. Perbedaan penelitian ini dengan Dharma

adalah penelitian Dharma menggunakan sumber data manga yang berjudul

Golden Kamuy dengan menganalisis sistem teknologi dan sistem religi.

Sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data manga Akoro Kotan dengan

teori antropologi sastra dengan menganalisis tradisi dan peralatan masyarakat

suku Ainu.

2.2 Konsep

Setiap penelitian tentunya memerlukan suatu konsep. Konsep adalah

definisi dari istilah tertentu yang terdapat dalam penelitian yang akan dilakukan.

Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

2.2.1 Suku Ainu

Suku Ainu adalah salah satu suku yang berada di Jepang yang mendiami

pulau Hokkaido. Dahulu kala tanah mereka terbentang dari utara Honshu (daratan

jepang) ke utara hingga Sakhalin dan kepulauan Kuril. Orang Ainu menyebut

11
Hokkaido sebagai Ainu Moshiri (Tanah Ainu) dan mata pencaharian asli mereka

berburu, mencari makan dan memancing. Bahasa yang digunakan oleh

masyarakat Ainu sendiri merupakan bahasa Ainu atau di Jepang disebut Aynu

Itak (Cobb, 2021).

Suku Ainu secara fisik, tidak sama seperti masyarakat pada umumnya

Dimana suku Ainu memiliki ciri-ciri yang lebih spesifik, yaitu rambut yang tebal

dan keriting, dengan warna rambut yang cenderung pirang atau merah. Mata

mereka berwarna coklat atau biru, dan kulit mereka pun lebih pucat. Sehingga,

dengan keberadaannya, suku Ainu pernah mendapatkan peristiwa yang sangat

menyedihkan, yaitu diskriminasi dari masyarakat Jepang yang lain. Maka dari

pengalaman peristiwa tersebut, pemerintah Jepang memandang perlu untuk segera

mengesahkan Undang-Undang, yang bertujuan untuk mengakui keberadaan suku

Ainu di Jepang, (Batchelor, 1892 :19).

Disamping mereka pernah mengalami peristiwa diskriminasi, mereka juga

memiliki beragam tradisi unik yang masih dijaga kelestariannya sampai sekarang

guna untuk memperkenalkan tradisi suku Ainu kepada khayalak umum agar tidak

punah.

2.2.2 Tradisi

Tradisi ialah sebuah gambaran perilaku atau sikap masyarakat dalam

kurun waktu yang sangat lama dilaksanakan secara turun-temurun. Tradisi

tersebut diciptakan melalui tindakan manusia melalui pemikiran dan imajinasi

pada umumnya dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi

yang diwariskan mencakup beberapa benda material, segala kepercayaan tentang

12
berbagai macam hal. Termasuk juga didalamnya menggambarkan tentang orang

dan berbagai peristiwa. Sedangkan praktik dan institusi di dalam tradisi ini juga

dapat mencakup berupa bangunan, monumen, lanskap, buku, patung, alat, dan

mesin. Bagian-bagian yang dapat diwariskan biasanya berupa pola-pola atau

gambaran-gambaran. Dimana tindakan mereka selanjutnya disajikan dalam suatu

gambaran yang diterima dari suatu masa lampau. Tradisi ini, juga dapat menjadi

objek keterkaitan yang kuat pada kualitas masa lalu mereka.

Berdasarkan hal tersebut, mereka dapat lebih memahami dan menerima

dengan cara-cara yang dianggapnya sebagai satu-satunya hal yang masuk akal

untuk bisa dilaksanakan dan dipercayainya (Shils, 1981:12). Konsep tradisi dari

Shils yang digunakan pada penelitian kali ini berfungsi untuk menampilkan tradisi

masyarakat suku Ainu dari manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita.

2.3 Kerangka Teori

Teori merupakan unsur sentral yang membantu dalam memberikan

pencerahan dalam upaya menjawab setiap rumusan-rumusan masalah yang ada.

Di dalam penelitian ini, kerangka teori yang dipergunakan adalah teori

antropologi sastra dan teori semiotika yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

2.3.1 Teori Antropologi Sastra

Antropologi sastra berupaya sikap dan perilaku yang muncul sebagai

budaya dalam karya sastra. Dalam konteks antropologi sastra, sastra adalah karya

yang merefleksikan budaya tertentu. Secara umum, antropologi diartikan sebagai

suatu pengetahuan atau penelitian terhadap sikap dan perilaku manusia. Ada

beberapa alasan penting yang menyebabkan kedekatan antropologi dan sastra,

13
yaiu (I) keduanya sama-sama memperhatikan aspek manusia. (II) manusia adalah

makhluk berbudaya dan memiliki daya cipta kritis untuk menguah hidupnya, (III)

tidak alergi dengan fenomena imajinatif kehidupan manusia. Tiga alasan berikut

menandai bahwa adat istiadat, tradisi, mitos dan sejenisnya menarik perhatian

sastrawan (Endraswara, 2013:9).

Penelitian antropologi sastra bersumber pada tiga hal yaitu manusia,

artikel tentang sastra, dan bibliografi. Ketiga sumber data ini sering dijadikan

pijakan seorang peneliti sastra untuk mengungkap makna dibalik karya sastra.

Sumber data tersebut dipandang sebagai documentation resources. Karena karya

sastra sebenarnya merupakan sumber informasi. Dalam penelitian antropologi

sastra pada umumnya akan berhadapan dengan data yang merupakan potret dari

fakta-fakta dan realitas. Data di sini dikatakan sebagai fakta yang relevan, yang

berkaitan secara logis dengan (a) masalah yang ingin dijawab atau masalah

penelitian dan dengan (b) kerangka teori atau paradigma yang digunakan untuk

menjawab masalah tersebut. Jadi, data adalah fakta yang telah dipilih, diseleksi

berdasarkan atas relevansinya. Untuk itu peneliti akan membuat rumusan,

kategori, klasifikasi, pemaknaan, dan akhirnya membandingkan data-data. Data-

data yang ditemukan diangkat, dipahami, dan dibandingkan satu sama lain hingga

menemukan simpulan. Itulah kerja ilmiah sastra (Endraswara, 2013:61).

Penelitian ini menggunakan sumber data karya sastra berupa manga Akoro Kotan

karya Hidetoshi Narita yang menekankan pada tradisi suku Ainu.

Teori antropologi sastra dari Endraswara digunakan untuk menganalisis

tradisi berburu beruang, menangkap ikan, upacara pernikahan, dan pacara

14
kematian yang terdapat pada tradisi masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro

Kotan karya Hidetoshi Narita.

2.3.2 Teori Semiotika Danesi

Teori semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tanda dengan cara

memperhatikan makna dan cara pesan yang disampaikan melalui tanda-tanda.

Danesi mengungkapkan manga atau komik merupakan bentuk narasi yang

diceritakan melalui sejumlah gambar yang diatur di dalam garis-garis horizontal,

strip, atau kotak yang disebut panels dibaca seperti teks verbal dari kiri ke kanan

dan biasanya menggambarkan satu karakter atau lebih dalam rangkaian waktu

yang terbatas (Danesi, 2012:181). Dalam manga, selain direpresentasikan oleh

kata-kata di dalamnya, juga di representasikan dalam bentuk visual. Tanda visual

didefinisikan secara sederhana sebagai tanda dikonstruksikan dengan sebuah

penanda yang bisa dilihat berupa gambar. Penglihatan dalam berupa gambar

merupakan sumber pembuatan pesan dan makna yang penting dan menjadi saksi

atau fakta bahwa bentuk visual dipandang atas pemahaman manusia dibandingkan

dengan kata-kata (Danesi, 2012:101).

Dalam penelitian ini teori semiotika oleh Danesi digunakan untuk

menganalisis berupa gambar mengenai peralatan yang digunakan masyarakat suku

Ainu dalam manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini dilakukan secara sistematis dan terstruktur dari

awal hingga akhir untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut merupakan

tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini.

16
Sumber data utama yaitu manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita dan

beberapa referensi pendukung dikumpulkan dengan metode kepustakaan dan

Teknik catat. Dalam penelitian ini terdapat dua masalah yang dikaji, yaitu tradisi

masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro Kotan yang telah dianalisis

menggunakan teori antropologi sastra oleh Endraswara (2013) dan peralatan

masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro Kotan yang telah dianalisis

menggunakan teori semiotika oleh Danesi (2012). Dalam proses analisis

digunakan metode kualitatif. Setelah proses analisis selesai, hasil dipaparkan

dengan metode informal, hasil analisis yang diperoleh kemudian disimpulkan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer pada

penelitian ini yaitu berupa manga Akoro Kotan. Sedangkan data sekunder pada

penelitian ini diambil dari artikel penelitian, buku, dan sumber internet yang

tentunya ada kaitannya dengan rumusan yang diangkat dan dibahas pada

penelitian ini. Adapun pembahasan penelitian ini masih dalam satu frame dan

narasi yaitu tentang tradisi dan peralatan suku Ainu pada manga Akoro Kotan.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam

menunjang penelitian. Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah

aplikasi Google untuk mencari data melalui internet dan Microsoft Word untuk

mengetik isi penelitian.

17
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kepustakaan dan teknik catat. Metode kepustakaan merupakan metode

pengumpulan data dengan membaca dan mencatat serta mengolah bahan

penelitian (Zed, 2003:3). Teknik catat dimana bertujuan untuk mencatat

potongan-potongan percakapan dan tindakan yang diperlukan di dalam

melengkapi dan menyempurnakan objek penelitian yang dimaksud yaitu manga

Akoro Kotan.

3.5 Metode dan Analisis Data

Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode kualitatif.

Metode kualitatif yaitu pengamatan dan penelaah dokumen (Moleong, 2021:9).

Secara keseluruhan metode kualitatif memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan

menyajikan dalam bentuk deskripsi dan juga memberikan perhatian pada makna

dan pesan sesuai dengan hakikat objeknya (Ratna, 2015:46).

3.6 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode informal. Metode informal yaitu penyajian hasil analisis data

melalui kata-kata atau kalimat bukan dengan angka-angka atau persentase (Ratna,

2015:50). Data yang sudah dianalisa kemudian disajikan dengan memaparkan

bukti-bukti berupa kalimat dialog maupun gambar yang terdapat dalam manga

Akoro Kotan.

18
BAB IV

TRADISI MASYARAKAT SUKU AINU PADA MANGA AKORO KOTAN

KARYA HIDETOSHI NARITA

Dalam Bab IV berisi pembahasan mengenai tradisi suku Ainu. Tradisi

dalam KBBI (1988:959) adalah adat istiadat turun menurun dari nenek moyang

yang masih dijalankan dalam masyarakat atau penilaian anggapan bahwa cara-

cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar. Menurut Shils

(1911:12) tradisi adalah segala sesuatu yang ditransmisikan atau diturunkan dari

masa lalu ke masa kini dan diciptakan melalui tindakan manusia melalui

pemikiran dan imajinasi, diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Suku Ainu yang dikenal sebagai masyarakat yang religius dan memegang

kuat tradisinya. Hal ini bisa dari dilihat berbagai macam tradisi antara lain berburu

beruang, upacara pernikahan, tradisi menangkap ikan, upacara kematian. Dalam

kehidupan sehari-hari suku Ainu telah lama menjadi subjek penelitian karena

identitas budaya, bahasa, dan fisik. Untuk mempertahankan tradisi suku Ainu,

maka Hidetoshi Narita membuat manga Akoro Kotan agar masyarakat lebih

mudah mengenal suku Ainu.

Pada bab ini menggunakan teori antropologi sastra yang digunakan untuk

menganalisis tradisi pada masyarakat suku Ainu. Berdasarkan teori antropologi

sastra diketahui terdapat empat tradisi yaitu tradisi berburu beruang, upacara

pernikahan, menangkap ikan, dan upacara kematian.

19
4.1 Berburu Beruang

Masyarakat suku Ainu beranggapan semua yang berasal dari alam seperti

hewan dan tumbuhan adalah roh yang akan berperan kuat pada kehidupan

manusia disebut sebagai kamuy. Salah satu kamuy yang dianggap membawa

berkah adalah beruang. Meskipun hewan-hewan selain beruang juga diburu oleh

suku Ainu, namun tidak mengurangi ritual penghormatan kepada beruang sebagai

Dewa yang telah memberikan banyak manfaat. Berburu beruang adalah bentuk

ritual persembahan pada Dewa dan aktivitas yang paling berani yang dilakukan

suku Ainu, untuk pergi dan menyerang beruang dengan senjata yang digunakan

(Batchelor, 1892:158).

Gambar 1. Suku Ainu berdoa sebelum berburu


(Akoro Kotan, 2019:22)

Data (1)
イレスカムイイレスフチ、今からキムンカムイをお迎えに山に入ります。四、
五日ほど留守にいたします。その間、このコタンになんの問題もないよう
によく見守っていてくださいますよう、クオンカミナ。
(Akoro Kotan, 2019:22).
Iresu kamui iresu fuchi, ima kara kimun kamui wo o mukae ni yam ani
hairimasu. yon, go nichi hodo rusu ni itashimasu. Sono aida, konokotan ni
nanno mondai mo nai youni yoku mimamotteite kudasaimasuyou, kuon
kamina.

20
Terjemahan
Kepada Tuhan dan kepada wanita tua, sekarang kami akan menuju ke
gunung untuk mengambil kimun kamui. Kami akan pergi sekitar empat
atau lima hari. Sementara itu, tolong jaga desa ini agar tidak ada masalah.
Kami berdoa.
Data (1) menunjukkan suku Ainu sebelum melakukan aktivitas berburu.

Mereka biasanya melakukan doa bersama yang ditujukan kepada Dewa agar

diberi kelancaran dan keselamatan. Suku Ainu beranggapan bahwa berburu

beruang untuk menguji keberanian dan merupakan kegiatan rutin sehari-hari.

Berburu beruang adalah pekerjaan yang memiliki resiko yang tinggi dan

besar sehingga harus dilakukan dengan penuh konsentrasi, kehati-hatian dan

secara serius serta dengan kondisi kepala yang dingin agar mendapatkan bidikan

yang tepat. Adab masyarakat suku Ainu sebelum dan sesudah perburuan mereka

mengadakan pertemuan dengan para tetua desa untuk meminta izin agar diberi

keselamatan dan perlindungan. Selain itu, juga diharapkan keberhasilan dan

keselamatan selalu menyertai mereka dari mulai berangkat sampai selesai proses

perburuan (Batchelor, 1892:158).

Gambar 2. Suku Ainu menuju sarang beruang


(Akoro Kotan, 2019:23)

Data (2)

21
よし、いるそうだ。われらが敬うキムンカムイよ。どうか静かに矢を受けてください
ますよ。来た!
(Akoro Kotan, 2019: 23)
Yoshi, irusouda. Warera ga uyamau kimun kamui yo. Douka Shizuka ni ya wo
ukete kudasaimasu you. Kita!
Terjemahan
Oke, sepertinya ada. Kimun kamui, yang kami hormati. Silakan ambil
panah dengan tenang. Ini dia!
Data (2) menceritakan bahwa suku Ainu sedang melakukan perjalanan

dengan berkelompok di hutan untuk berburu. Dengan memakai baju jubah tebal

yang berguna untuk melindungi diri dari cuaca dingin dan bersalju. Mereka selalu

berjalan beriringan dan dipimpin oleh ketua kelompok, ketua kelompok memberi

komando bila ada bahaya mengancam. Sebelum melakukan perburuan, mereka

melakukan survei untuk menentukan titik target perburuan. Perburuan dilakukan

saat awal musim semi dan ketika salju cukup keras. Petugas pelacak selalu

membawa anjing untuk mencari jejak target perburuan dalam menentukan target

dan lokasi beruang bermukim (Batchelor, 1892:159).

Gambar 3. Suku Ainu memotong tubuh beruang yang sudah diburu.


(Akoro Kotan, 2019:26)

Data (3) menunjukkan ketika suku Ainu sedang menguliti hasil buruan

seekor beruang salju. Mereka beramai-ramai memotong hasil buruan dan

22
mengolahnya. Mereka berbagi tugas, sebagian menyingkirkan semua bagian yang

terkena racun panah sedangkan sebagian lainnya bertugas untuk mengawasi

anjing mereka agar tidak memakan jantung beruang yang beracun. Karena bagian

jantung beruang lebih banyak terkena racun daripada bagian organ lainnya,

Bagian kepala beruang disingkirkan dan kepala Beruang tersebut diberi hiasan

inau (Batchelor, 1892: 162).

Tradisi berburu beruang saat ini sudah dilarang oleh pemerintahan Jepang

pada awal tahun 1960. Walaupun sudah dilarang, suku Ainu tetap memuja dan

menyembah beruang meskipun tanpa membunuh beruang dan hanya dalam

festival iomante untuk menghibur wisatawan.

4.2 Upacara Pernikahan

Masyarakat suku Ainu menganggap pernikahan sebagai peraturan atau

kontrak sosial keluarga. Pernikahan suku Ainu melalui kesepakatan antara kedua

orang tua masing-masing mempelai yang menginginkan mereka untuk menikah

dengan pilihan orang tua namun juga bisa wanita maupun pria dapat memutuskan

menikah dengan pilihannya (Batchelor, 1892:139).

Gambar 4. Prosesi Upacara Pernikahan


(Akoro Kotan, 2019:77)

Data (4)

23
イレスフチモシリコロカムイ今日無事に育った若い二人が新しくウムレクとなりま
す。なんのケガも病気もなきよう二人の生活を見守って下さい
(Akoro Kotan, 2019:77)
Iresufuchi Moshiri kamui, kyou buji ni sodatta wakai futari ga atarashiku
umureku to narimasu. nanno kega mo byouki mo nakiyou futari no seikatsu
mimamotte kudasai.
Terjemahan:
Dua orang muda mudi yang tumbuh dengan baik hari ini akan menjadi pasangan
baru. Tolong jaga mereka agar tidak ada cedera atau penyakit.
Data (4) menunjukkan bahwa prosesi pernikahan sesuai dengan adat suku

Ainu. Prosesi pernikahan dilakukan saat mempelai wanita sudah berusia 16 atau

17 tahun sedangkan mempelai pria berusia 19 atau 20 tahun. Prosesi pernikahan

ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu di awali dengan jamuan pemberian

nasi serta buah buahan dari keluarga mempelai wanita kepada keluarga mempelai

pria. Pada prosesi ini dipimpin oleh ibu dari mempelai wanita. Keluarga mempelai

pria memberikan beberapa cinderamata yang diberikan kepada keluarga mempelai

wanita dan demikian pula sebaliknya, pengantin wanita memberikan beberapa

cinderamata seperti manik-manik serta anting-anting (Batchelor, 1892:142),

Pengantin wanita juga memberikan sarung pedang tua dimana semua

pemberian dan hadiah tersebut sebagai simbol sebagai seserahan. Setelah proses

seserahan selesai maka akan dilakukan doa bersama kepada para Dewa. Tujuan

doa bersama dari prosesi pernikahan adalah memohon keberkahan, kelancaran,

serta perlindungan atas bersatunya kedua mempelai termasuk juga kedua keluarga

besar. Sehingga diharapkan pasangan calon suami istri tersebut, kelak dapat hidup

sehat sejahtera, dan bisa cepat diberikan keturunan (Batchelor, 1892:143).

24
Gambar 5. Prosesi memakan nasi
(Akoro Kotan, 2019:77)

Data (5)
司会者:では、ウエチウイペに移ろう。まずは新郎からポロソナピを食べるのだ。ア
ラケへ食べてー。。残りは新婦だ。
新婦:イペオケレーー!!
(Akoro Kotan, 2019:77)
Shikaisha : Dewa, uechiuipe ni utsurou. Mazu wa shinrou kara porosonapi wo
taberu no da. Arakehe tabete. Nokori wa shinpu da.
Terjemahan:
Pemimpin acara: Mari kita beralih ke upacara pemberian nasi. Acara pertama
adalah dipersiapkannya satu mangkok nasi penuh, yang harus dimakan oleh kedua
mempelai. Sebagai simbul ikatan dari keduanya. Suapan setengah mangkok
pertama, dilakukan oleh mempelai pria, sisa setengahnya lagi, akan dihabiskan
oleh mempelai wanita
Mempelai wanita: aku sudah memakannya sampai habis!!
Data (5) merupakan jamuan pemberian nasi yang dilakukan dalam prosesi

pernikahan. Pada prosesi ini mempelai pria diberikan semangkuk nasi oleh ibu

dari mempelai wanita. Kemudian mempelai pria akan memakan setengah

mangkuk nasi tersebut dan mengembalikan mangkuk yang tersisa kepada ibu dari

mempelai wanita dan sisa nasi tersebut dimakan oleh mempelai wanita. Apabila

mempelai wanita memakan sisa nasi tersebut sampai habis diartikan bahwa

mempelai wanita bersedia dan setuju untuk menikah. Demikian pula sebaliknya

25
apabila mempelai wanita tidak memakan nasi yang tersisa tersebut artinya

mempelai wanita tidak bersedia (Henrich, 2006:39).

4.3 Menangkap Ikan

Salah satu dalam bertahan hidup yang dilakukan masyarakat Ainu adalah

menangkap ikan. Kegiatan menangkap ikan merupakan kegiatan yang sangat

disukai oleh masyarakat Ainu. Beberapa dari mereka sangat pandai menombak

ikan terutama ikan salmon dengan menggunakan tombak sejak dini (Batchelor,

1892:152).

Gambar 6. Anak-anak sedang bersiap sedang memegang alat pancing


(Akoro Kotan, 2019:85).
Data (6)
弟:お!シノッポンクとペラアイか!!さっきクミチが作っ  てくれたんだ
兄:ポンノエンテレ!おれも持ってきたぜ!さっ、今からチエプコイキに行くぞ!!
弟:うん...
(Akoro Kotan, 2019:85)
Otouto: O! shinoppoku to peraai ka!! Sakki kumichi ga tsukutte kuretanda!
Aniki: Ponno entere! Oremo motte kitaze! Sa, ima kara chiepukoiki ni ikuzo!!

Terjemahan:
Adik laki-laki: O! ini busur mainan sama anak panah!! Ayah membuatnya untuk
aku!
Kakak laki-laki: Tunggu sebentar! Aku juga bawa! Ayo kita pergi menangkap
ikan!

26
Adik laki-laki: iya…

Pada data (6) diceritakan ada dua saudara kandung mempersiapkan alat

untuk menangkap ikan. Menangkap ikan adalah kegiatan yang sangat disukai oleh

suku Ainu secara turun temurun dan biasanya dilakukan pada saat musim semi

dimana pada saat itu sungai sedang dipenuhi oleh kawanan ikan yang mayoritas

adalah ikan salmon. Peralatan yang sering dipergunakan dalam menangkap ikan

ini adalah panah dan busurnya (Batchelor, 1892:152).

Gambar 7 Kakak Beradik memancing ikan


(Akoro Kotan, 2019:86)

Data (7)
兄:おっ、あそこにいるぞ!イチャンコツの群れた!
弟:ソンノ?
兄:さあ,いくぜ!!
(Akoro Kotan, 2019:86)
Aniki: O, asoko ni iruzo! Ichiyankotsu no mureta!
Otout: sonno?
Aniki: saa ikuze!!
Terjemahan
Kakak laki-laki : O, disana ada segerombolan ikan yamame!
Adik laki-laki: Benarkah?
Kakak laki-laki: Mari kita panah!

27
Data (7) merupakan jenis yamame. Yamame adalah jenis ikan salmon tipe

masu yang hidup di perairan air tawar. Ikan ini penyebarannya mencakup seluruh

Jepang kecuali bagian selatan Shikoku. Ikan salmon masu ini sangat popular dan

terkenal. Penduduk Jepang menyebutnya dengan istilah sakuramasu atau ceri

trout. Masu ini biasanya hidup berkelompok dan senang hidup pada air yang

alirannya deras di sekeliling bebatuan sungai. Selain hidup bergerombol, mereka

juga banyak menghabiskan aktivitasnya saat musim panas di hulu sungai untuk

pemijiahan.

Perkembangbiakan ikan yamame biasanya terjadi pada bulan september

dan oktober (Groot dan Margolis, 1991). Pertumbuhan ikan jenis salmon

(yamame) ini dapat tumbuh hingga 30cm daan ditemukan di aliran air yang sangat

deras. Penangkapan ikan di arus deras yang dilakukan suku Ainu sangat

membahayakan dan menjadikan tantangan yang sangat luar biasa dan dapat

dipakai sebagai uji nyali bagi para laki-laki.

4.4 Upacara Kematian

Masyarakat suku Ainu beranggapan kematian merupakan peristiwa yang

penuh ketakutan dan musuh utama yang paling dibenci karena pemikiran orang

Ainu tentang kehidupan masa depan berupa kematian sangat kelam (Batchelor,

1892:203).

28
Gambar 9. Orang berkerumunan di sekeliling mayat.
(Akoro Kotan, 2019: 118)

Data (9) menceritakan adanya kerumunan orang mengelilingi mayat

seorang wanita, keluarga dan kerabat menggunakan baju adat dan dilengkapi

dengan memakai ikat kepala. Sedangkan mayat wanita akan dikenakan pakaian

favoritnya. Sementara tubuh mayat tersebut dibaringkan memanjang di atas tikar

di sebelah kanan perapian. Kerabat dan juga teman-teman mayat wanita akan

duduk mengelilingi perapian untuk memanjatkan doa. Disisi mayat tersebut

diletakkan barang-barang berharganya dimana barang barang berharga yzng

dipakai semasa hidupnya seperti manik-manik, cincin gelang dan kalung

(Batchelor, 1892:203).

Gambar 5. Dua orang pria membawa jenazah ke kuburan


(Akoro Kotan, 2019:120)

29
Gambar (5) merupakan ilustrasi dua orang pria membawa jenazah ke tempat

peristirahatan terakhir. Sebelum dibawa, jenazah tersebut dilipat dengan tikar

disebut toma. Para pelayat mengikuti jenazah dalam satu barisan dan pria

memimpin namun membawa beberapa barang berharga yang disukai untuk

dikuburkan bersama jenazah. Untuk jenazah wanita barang-barang yang

dikuburkan bersama yaitu cangkir, satu atau dua cincin, beberapa manik-manik,

panci dan beberapa pakaian (Batchelor, 1892:206).

BAB V

PERALATAN MASYARAKAT SUKU AINU PADA MANGA AKORO

KOTAN KARYA HIDETOSHI NARITA

Peralatan adalah alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu dalam

kehidupan sehari-hari dan upacara guna untuk memudahkan pekerjaan serta

memudahkan prosesi upacara. Dalam kategorinya, peralatan dibagi menjadi dua

bagian yaitu peralatan modern dan peralatan tradisional.

30
Peralatan modern merupakan peralatan yang digunakan pada zaman era

modern ini, sedangkan peralatan tradisional merupakan peralatan yang sederhana

diturunkan secara turun-temurun digunakan oleh sekelompok masyarakat yang

mereka miliki menurut dari konsepsi budayanya (Muryadi dkk, 1990:6). Pada bab

ini menggunakan teori semiotika oleh Danesi yang digunakan untuk menganalisis

gambar berupa karakteristik maupun fungsi peralatan yang digunakan masyarakat

suku Ainu. Berdasarkan analisis teori semiotika Danesi terdapat enam gambar

peralatan yaitu panah beracun, raunkut, irurakawa, marek, makiri, dan

chikhorokakep.

5.1 Panah Beracun

Panah dikategorikan sebuah senjata yang digunakan untuk menembak

beruang yang biasanya digunakan untuk berburu. Pamah beracun ini banyak

digunakan oleh masyarakat suku Ainu ini untuk kegiatan berburu beruang.

Karakteristik dari panah ini adalah panah ini terbuat dari bambu.

Gambar 1. Panah beracun.


(Batchelor, 1892:170)

Gambar (1) menampilkan ilustrasi gambar panah secara keseluruhan yang

disebut dengan panah beracun. Peralatan ini memiliki terdiri dari beberapa

bagian. Bagian (1) yaitu kepala panah atau ujung panah terbuat dari bambu

panjang, yang berukuran sekitar 2 inci. Pada kepala panah ini biasanya tempat

31
dilumurinya bubuk racun. Panah tersebut mampu menahan gumpalan racun

aconite. Bagian (2) yaitu merupakan bagian dalam kepala yang berguna untuk

menahan racun. Pada bagian ini berbentuk batang anak panah. Bagian (3) adalah

bagian belakang panah dimana pada bagian belakang panah tersebut adalah

batang bulu panah sebagai tempat untuk melepaskan busur anak panah.

Racun yang digunakan terbuat dari akar aconite. Proses pembuatannya

adalah dicari dari akar pohon yang cukup tua dan dikupas kulitnya, Setelah kulit

kayu terkelupas, kemudian dijemur di bawah sinar matahari. Proses berikutnya

dijemur di bawah sinar matahari. Setelah akar kering, digiling halus sampai

menjadi bubuk. Setelah halus, bubuk racun tersebut sudah siap untuk

dipergunakan. Cara mengoleskan racun ke anak panah yaitu dengan cara

dicelupkan pada ujung kepala anak panah dan dimasukkan ke dalam getah pohon

pinus kemudian diratakan dengan ibu jari (Batchelor, 1892: 170).

5.2 Raunkut

Raunkut merupakan sabuk yang digunakan untuk wanita suku Ainu.

Raunkut ini sebagai lambang atau tanda agar tidak terjadi perkawinan dari garis

keturunan yang sama. Raunkut ini dibuat garis keturunan ibu yang digunakan

sejak beranjak remaja dan diberikan pada saat sebelum proses pernikahan.

32
Gambar 2. Raunkut
(Akoro Kotan, 2019 : 72)

Data (2)
このラウンクツだよ。私のフチイキリに代々伝わるものよ。いいかいエホク
フ以外の男には絶対に見せたり触れさせたりしてはいけないよ。
(Akoro Kotan, 2019:72)
Kono raunkut dayo. Watashi fuchiikiri ni daidai tsutawaru mono yo. Iikai ehokufu
igai no otoko ni wa zettai ni misetari furesasetari shite ikenai yo.
Terjemahan
Ini Tali pelindung wanita . tali ini diturunkan selama beberapa generasi
dan kamu tidak boleh menunjukkan atau menyentuh pria selain suami kamu.

Gambar (2) merupakan ilustrasi dari gambar raunkut. Raunkut merupakan

selempang sebagai simbol dari garis keturunan keluarga yang digunakan oleh

perempuan sebagai jimat yang dipakai sejak beranjak remaja. Raunkut dibuat oleh

perempuan dalam garis ibu, seperti ibu dan saudara perempuan ibu dan cara

menenun dan mengikat berbeda tergantung pada garis keluarga sehingga mereka

yang memiliki raunkut yang sama juga memiliki nenek moyang yang sama. Pada

saat perkawinan calon mempelai harus memastikan bahwa ibu calon mempelai

laki-laki dan raunkut yang berbeda, dan jika raunkut sama, maka perkawinan tidak

diperbolehkan untuk menghindari pernikahan saudara (Jirota, 2018).

5.3 Irurakuwa

33
Irurakuwa merupakan alat yang digunakan sebagai batu nisan dalam

masyarakat suku Ainu. Batu nisan adalah penanda, biasanya berupa batu yang

ditempatkan diatas pusara. Batu nisan adalah tradisi dalam upacara pemakaman.

Gambar 3. Irarukuwa (penanda kuburan)


(Akoro Kotan, 2019:117)

Gambar (3) Keterangan dari gambar ilustrasi diatas adalah merupakan

sebuah alat yang dinamakan irurakuwa atau dalam bahasa Jepang bonhyou

diartikan sebagai penanda kuburan. Batu nisan ini akan dipasang sebagai penanda

diatas makam orang yang telah meninggal. Pada adat suku Ainu, irurakuwa

sebelum diletakkan diatas makam, terlebih dahulu dicangkul dengan tongkat yang

disebut Kuwa yang berbentuk cangkul dan tombak (Tosabayashi, 1952 :283).

5.4 Marek

Marek merupakan alat yang digunakan masyarakat suku Ainu menangkap

ikan.

34
Gambar 4. Panah untuk memancing atau marek.
(Batchelor, 1892:152)

Gambar (4) Pada ilustrasi gambar diatas menerangkan sebuah alat yang

dinamakan Marek. Marek ini adalah sebuah mata kait ikan yang menyerupai

tombak yang digunakan untuk menangkap ikan. Marek atau kait ikan ini

panjangnya sekitar 18 inci yang kemudian dipasang dan diikat pada busur anak

panah. Di mana komponen dari marek itu sendiri terdiri dari beberapa bagian.

Bagian pertama adalah kait atau kail yang dipasangkan untuk memudahkan ikan

ditarik ke atas. Bagian kedua merupakan ujung galah sebagai tempat, untuk

mengikatkan mata kailnya. Artinya, semakin erat ikatan talinya maka semakin

kuat juga cengkraman mata kailnya. Bagian ketiga pada bagian belakang ini

terbuat dari bahan kulit singa laut. Saat menggunakan Marek, orang-orang berdiri

di sepanjang tepian sungai atau berlutut di air. Pada saat ikan salmon datang,

mereka secara bersamaan melepaskan busur anak panah mereka ke arah ikan

tersebut (Batchelor, 1892:152).

5.5 Makiri

Makiri merupakan pisau kecil yang digunakan untuk memotong batang

pohon, memotong ikan, dan menyembelih hewan. Makiri merupakan alat potong

yang terbuat dari tanduk rusa sebagai gagang yang diberi ukiran dan logam untuk

35
membilah pisau dan juga digunakan sebagai hadiah dari pria untuk melamar

wanita.

Gambar 5. Seorang wanita memegang makiri


(Akoro Kotan, 2019:54)

Data (5)
お姉ちゃん:ではまずマキリで木の幹に傷を入れて…それでねこんなふうにクッタ
ラを置いて。樹液が垂れるのをクッタラに溜まるようにするの。。以上!
(Akoro Kotan, 2019:54-55)
Terjemahan :
Pertama, potong kecil-kecil batang pohonnya menggunakan makiri... Lalu
letakkan kuttara seperti ini. Biarkan getah menumpuk di kuttara dan selesai!

Gambar (5) merupakan ilustrasi seorang wanita suku Ainu memotong

batang pohon memakai makiri. Makiri merupakan pisau kecil yang digunakan

untuk berbagai keperluan, seperti menyembelih hewan, memotong ikan,

menjahit,membuat ukiran kayu dan memotong batang pohon. Pisau kecil ini

terdiri dari bilah, sarung, dan pegangan. Bilah diperoleh melalui perdagangan,

tetapi sarung dan gagangnya sebagian besar terbuat dari kayu dan dihiasi dengan

ukiran. Beberapa sarung dan pegangan terbuat dari tanduk rusa. Tanduk rusa

36
direbus dan dilunakkan sebelum diukir. Dikatakan bahwa pria Ainu pernah

menghadiahkan pisau kecil dengan ukiran kepada wanita ketika mereka melamar

pernikahan (Yukio dan Satoshi, 2003:7).

5.6 Chikhorokakep

Chikhorokakep merupakan inau yang digunakan oleh masyarakat Ainu

sebagai media ritual upacara.

Gambar.6 Chikhorokakep (Tongkat Kayu yang telah diserut)


(Akoro Kotan, 2019:25)

Gambar (6) menerangkan sebuah benda atau alat yang dinamakan tongkat

inau yang disebut chikhorokakep. Tongkat ini merupakan kayu yang dicukur

terbalik. Ini sesuai dengan namanya dibuat dengan cara dicukur ke bawah dari

atas, bukan ke atas dari bawah. Beberapa dari tongkat ini memiliki dua serutan.

(Batchelor, 1892:90). Inau jenis chikhorokakep sering terlihat di dekat mata air di

tepi sungai di taman-taman, di sisi rumah-rumah dekat jurang atau di dekat

perapian. Dengan demikian akan terlihat bahwa jenis inau ini dipersembahkan

kepada dewa-dewa setempat atau dewa-dewa yang dianggap lebih banyak

berhubungan langsung dengan manusia (Batchelor, 1892:91).

37
38
BAB VI

PENUTUP

Pada bab ini diuraikan dua poin, yaitu simpulan dan saran. Simpulan berisi

intisari dari dua rumusan masalah yang masing-masing dibahas pada Bab IV dan

V. Saran mencantumkan rekomendasi mengenai topik-topik yang relevan dapat

digunakan sebagai penelitian lanjutan.

6.1 Simpulan
Penelitian ini mengangkat permasalahan tradisi dan peralatan masyarakat

suku Ainu dalam manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita. Tradisi masyarakat

suku Ainu yang diketahui pada manga ini yaitu berburu beruang, upacara

pernikahan, menangkap ikan, dan upacara kematian. Pada manga ini juga terdapat

peralatan tradisional masyarakat Ainu, yaitu panah beracun, raunkut, irurakuwa,

marek, dan chikhorokakep.

Upacara tradisional yang diceritakan cukup mendetail dalam manga ini

adalah upacara mengirimkan arwah beruang ke negeri dewa atau iomante.

Upacara ini terkait dengan mata pencaharian penduduknya yaitu berburu beruang.

Tradisi berburu beruang merupakan tradisi turun-temurun yang dilakukan oleh

suku Ainu untuk keberlangsungan hidup dan juga untuk persembahan kepada

Dewa, walaupun pada kenyataannya saat ini di Jepang sudah dilarang untuk

berburu beruang, namun masih terdapat kegiatan pelestarian berupa pertunjukan

iomante sebagai sarana pelestarian budaya.

Alat-alat yang digunakan oleh masyarakat Ainu dalam kegiatan sehari-

harinya juga beragam, namun alat yang selalu ada di hampir setiap kegiatan

39
masyarakat Ainu adalah inau, tongkat persembahan. Tongkat ini erat laitannya

dengan upacara persembahan terhadap dewa, di mana inau aka nada dalam

upacara besar, seperti iomante maupun di letakkan di dalam rumah (dapur)

sebagai pemujaan terhadap dewa api.

6.2 Saran
Hal yang dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya adalah manga

Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita dapat dikaji dengan tema lain, misalnya

terdapat narasi mengenai masalah-masalah terkait dengan suku Ainu di antaranya

masalah rasisme yang dialami oleh masyarakat suku Ainu. Analisis juga dapat

menggunakan teori yang berbeda, misalnya teori sosiologi sastra.

40
DAFTAR PUSTAKA

Dharma, I Gede Ngurah Arya Tresna.2020.“ Sistem Teknologi serta Sistem Religi
Masyarakat Ainu Dalam Manga Akoro Kotan Karya Satoru Noda”(Skripsi).
Denpasar:Universitas Udayana.
Endraswara, Suwardi.2013. Metodologi Antropologi Sastra. Penerbit
Ombak,Yogyakarta.
Fitzhugh, William W. dan Chisato O. Dubreuil. 1999. Ainu Spirit of a Nothern
People. National Museum of Natural History Smithsonian Institution. University
of Washington Press.
Fumi, Kato. 1991. “Morphological and Ecological Notes on Large Sized
Specimens of The Amago, Oncorhyncus ishikawai and the Yamame .O. masou”.
Suizanzoushoku
Groot,C. dan L.Margolis, 1991, “Pacific Salmon Life Histories”. Department
Fishers and Oceans. British Columbia, Canada.
Henrich, Jean. 2006. “Ancient Japan”. Social Studies School Service. Culver
City, CA.
Moleong, Lexy J. 2021. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Mia, Kasniati. 2006. “Peranan Inau Sebagai Simbol Persembahan Kepada Kamui
Dalam Ritual Keagamaan Masyarakat Ainu”. Jakarta : Universitas Darma
Persada
Sari, Ida Ayu Laksmita. 2019." Antara Teks dan Praktik: Ritual Iomante Pada
Cerita Rakyat Ainu Jepang". Denpasar: Universitas Udayana
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Shils, Edward. 1981. Tradition. The University of Chicago Press. Chicago
Tosabayashi, Yoshio. アイヌ民族墓標.
Tylor, Edward Burnett. 1920. Primitive Culture : Researches into The
Development of Mythology , Philosophy, Religion, Language, Art, and
Custom.London

DAFTAR UNDUHAN

41
Ainu Go, 2017. “アイヌと自然デジタル図鑑“.
https://ainugo.nam.go.jp/siror/monthly/201704.html (diakses 17 Oktober 2022)
AlJazeera.2019. “Japan to recognise Ainu as Indigenous People for first time”
https://www.aljazeera.com/news/2019/2/15/japan-to-recognise-ainu-as-
indigenous-people-for-first-time (Diakses 22 Mei 2022)
Murray. 1920. Primitive Culture : Researches into The Development of
Mythology , Philosophy, Religion, Language, Art, and Custom
https://archive.org/details/primitiveculture01tylouoft/page/10/mode/2up?view=theater
(Diakses 24 Mei 2022)

BBC.2021. “Kisah orang-orang suku Ainu penduduk asli Jepang yang terlupakan”
https://www.bbc.com/indonesia/vert-tra-55513175 (diakses 2 oktober 2022).
Hokkaidofan. 2008. “アイヌの生活~食・料理と収穫狩猟編”.
https://hokkaidofan.com/ainulife_foods/ (diakses 25 Juni 2022)
Hotaru, Futaba. 2013. “O-Amemasu.
Poisson, Barbara Aoki. 2002. “The Ainu of Japan”. Minnepolis : Learner
Publications.
Nibutani Ainu Museum, 2010. ”アイヌ伝統・文化資料の紹
介 http://fmpipausi.sakura.ne.jp/kayano_muzeum/bunkazai/ks-e-0022.htm 
(diakses 6 Agustus 2022)
Ameblo.2016.〝ピりカモシリ“
https://ameblo.jp/pirikamoshiri/entry-12125057502.html (diakses 29 September
2022)

SINOPSIS

42
Berlatar pada era modern, seorang guru bernama Ai mengajak murid-
muridnya karyawisata ke museum yang berisi tentang suku Ainu. Murid-murid
tersebut sangat senang dengan museum tersebut dan juga banyak bertanya tentang
suku Ainu. Tetapi, saat menceritakan tentang suku Ainu, Ai merasa rindu dan
nostalgia dengan kehidupannya saat kecil yang dihabiskan bersama anggota suku
Ainu. Ai menceritakan tentang masa kecilnya yang dilakukan bersama masyarakat
suku Ainu sebelum merantau untuk menjadi Guru. Selain itu, Ai juga
menceritakan diskriminasi suku Ainu oleh warga Jepang asli dengan dipaksa
memiliki gaya hidup dan budaya seperti orang Jepang.
Dalam manga Akoro Kotan ini, masyarakat Ainu memiliki beberapa
tradisi diantaranya adalah berburu beruang, menangkap ikan, upacara pernikahan
dan upacara kematian. Tradisi tersebut dilestarikan agar para keturunannya bisa
mengetahui tentang tradisi tersebut. Selain itu, tradisi tersebut juga bisa digunakan
sebagai media pengenalan dari ciri khas suku Ainu. Namun, tradisi berburu
beruang sudah ditiadakan dan sebagai pengenalan suku Ainu kepada masyarakat
yang awam dengan suku Ainu adalah upacara iomante digunakan sebagai media
pertunjukan seni.
Peralatan yang dimiliki oleh masyarakat suku Ainu digunakan untuk
berburu beruang, menangkap ikan, upacara pernikahan, memetik tanaman liar
yang bisa dimakan dan upacara kematian. Dalam berburu, masyarakat suku Ainu
menggunakan panah dengan ujung panah diberi racun. Kemudian, ada tombak
yang disebut dengan marek yang digunakan ketika pada saat berburu ikan salmon.
Selain itu, dalam upacara pernikahan pada mempelai perempuan memakai sabuk
disebut raunkut yang berfungsi sebagai simbol dari garis keturunan keluarga yang
digunakan oleh mempelai wanita sebagai jimat. Makiri merupakan pisau kecil
untuk memetik tanaman untuk dikonsumsi.
Tradisi dan peralatan merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dalam
kehidupan masyarakat suku Ainu. Dengan peralatan yang ada memungkinkan
untuk bekerja dan dengan peralatan tersebut juga akan mendukung mata
pencaharian mereka serta akan mendapat hasil yang cukup untuk memenuhi

43
kebutuhan sehari-hari. Hasil mereka dapat dari mata pencaharian mereka tidak
semata-mata mereka nikmati untuk mereka diri sendiri.

44
CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap : Alghina Salma Prameswary

NIM : 1801581049

Tempat, Tanggal Lahir : Denpasar, 6 Juli 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Perum Taman Wira Umadui Blok C No.4

Agama : Islam

Telepon : 087860773985 / 081139404600

Email : salmaprameswary2000@gmail.com

Riwayat Pendidikan

2006-2008 : SD Negeri 4 Tuban Kuta

2008-2012 : SD Muhammadiyah 3 Denpasar

2012-2015 : SMP Harapan Mulia Denpasar

2015-2018 : SMA Harapan Mulia Denpasar

2018-2022 : Universitas Udayana

45

Anda mungkin juga menyukai