UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
i
SKRIPSI
i
HALAMAN MOTO UNIVERSITAS UDAYANA, VISI UNIVERSITAS,
ii
TRADISI DAN PERALATAN SUKU AINU DALAM MANGA AKORO
1801581049
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2022
iii
Lembar Pengesahan
PADA TANGGAL…………
Dr.Ida Ayu Laksmita Sari, S.Hum.,M.Hum. Ni Luh Kade Yuliani Giri, S.S.,M.Hum.
NIP. 198404032008012005 NIP.19800722005012002
Mengetahui,
iv
Skripsi Ini Telah Diuji pada
Tim Penguji Skripsi Berdasarkan Surat Tugas Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Anggota:
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama: Alghina Salma Prameswary
NIM : 1801581049
Judul Skripsi : Tradisi dan Peralatan Suku Aini dalam Manga Akoro Kotan Karya
Hidetoshi Narita
Program Studi : Sastra Jepang
Fakultas : Ilmu Budaya Universitas Udayana
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Bebas dari peniruan terhadap hasil karya orang lain.
Kutipan pendapat dan tulisan orang lain dirujuk sesuai dengan etika keilmuan dan
Teknik penulisan karya ilmiah yang berlaku.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam
skripsi ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lain yang
dianggap melanggar peraturan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Denpasar,…………..
yang membuat pernyataan,
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Denpasar,………………
Saya yang membuat pernyataan,
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena yang
telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, skripsi dengan judul “Tradisi dan
Peralatan Suku Ainu pada Manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita” ini dapat
terima kasih kepada Rektor Universitas Udayana yaitu Prof.Dr.Ir. I Nyoman Gde
Antara, M.Eng, IPU atas segala fasilitas yang diberikan selama menempuh
Dr. Made Sri Satyawati, S.S.,M.Hum atas kesempatannya untuk diberikan izin
dalam memperoleh gelar sarjana. Terima kasih kepada Koordinator Program Studi
Sastra Jepang, yaitu I Made Budiana, S.S.,M.Hum. Terima kasih kepada Dr.
Made Ratna Dian Aryani, S.S.,M.Hum selaku pembimbing akademik yang telah
Sastra Jepang yang telah tulus mendidik dan memberikan banyak pengalaman
viii
Terima kasih kepada orang tua penulis, yaitu Ir, Agus Irwanto dan Indra
Zuhriana, S.H. yang selalu memberikan dukungan dan do’a sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini sampai selesai. Terima kasih juga kepada adik penulis
yang selalu menyemangati penulis dalam keadaan apapun. Terima kasih juga
kepada Afi, Dayu, Yogi, Anne dan Windi yang telah setia menjadi teman dan
membantu penulis dengan tulus. Terima kasih juga kepada teman-teman Akatsuki
2018 yang tidak bisa disebutkan satu persatu karena telah mewarnai masa-masa
kuliah. Terakhir, terima kasih kepada diri sendiri yang selalu berproses untuk
Penulis
ix
ABSTRAK
x
要旨
本研究 のテーマは 成田英寿の漫画『アコロ・コタン』に登場するアイヌ民族の
伝統と道具を明らかにすることを目的とする。本研究で用いる理論は、エンドラス
ワラの文学的人類学の理論とダネシの記号論の理論である。方法は、記述的質
的方法である。本研究の結果、アイヌの人々の生活には、特徴的な伝統と道具が
存在することが確認された。アコロ・コタンのマンガに見られる伝統は、熊狩り(イ
オマンテ)、漁業、婚礼、死者の儀式である。道具は、毒矢、ラウンカット、イルラク
ワ、マレク、マキリ、チコロカケプなどである。このマンガに描かれた伝統は、まさに
アイヌ民族の世襲的な伝統であるが、実際にはイオマンテという熊狩りの伝統が
あり、芸能を通して保存されている。
キーワード:文学人類学、アイヌ民族、伝統、道具
DAFTAR ISI
xi
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN MOTO UNIVERSITAS UDAYANA DAN HALAMAN VISI
UNIVERSITAS, FAKULTAS, DAN PROGRAM STUDI............................. ii
PERSYARATAN GELAR............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT.......................................... vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... vii
KATA PENGANTAR...................................................................................... viii
ABSTRAK........................................................................................................ x
要旨.................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum................................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoretik............................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis.............................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian....................................................................... 6
xii
2.3.1 Antropologi Sastra.......................................................................... 13
2.3.2 Semiotika Danesi............................................................................ 4
BAB VI PENUTUP.......................................................................................... 39
6.1 Simpulan.................................................................................................. 39
xiii
6.2 Saran.......................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 41
DAFTAR UNDUHAN..................................................................................... 42
SINOPSIS......................................................................................................... 43
CURRICULUM VITAE..................................................................................... 45
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat suku Ainu adalah penduduk asli Jepang yang tinggal di pulau
Hokkaido, Jepang. Kata Ainu dalam Bahasa Ainu sendiri dapat diartikan sebagai
manusia (Fitzhugh, 1999:9). Selain kata Ainu, masyarakat Jepang menyebut orang
Ainu dengan sebutan Aino atau Ainos. Aino atau Ainos diartikan sebagai anjing
kampung atau peranakan. Sebutan Aino atau Ainos adalah nama panggilan yang
diterapkan oleh orang Jepang kepada orang Ainu ketika mereka membicarakan
terhadap suku Ainu pada zaman dahulu. Hal ini dilihat dari segi fisik yang
dimiliki oleh suku Ainu yang berbeda dari fisik orang Jepang pada umumnya.
Masyarakat suku Ainu memiliki ciri-ciri dari segi fisik dengan rambut, janggut
yang tebal dan halus, mata yang berkilau, dan berpenampilan yang kumuh
membuat orang yang pertama kali melihat suku Ainu merasa risih (Batchelor,
1892:16-19).
Perlakuan diskriminasi yang dialami oleh suku Ainu tersebut, maka pemerintah
Jepang pada awalnya membuat kebijakan yang pertama tentang suku Ainu pada
1
Undang-Undang ini bertujuan untuk menjaga dan melestarikan budaya
masyarakat suku Ainu berupa musik, tarian tradisional dan kerajinan tangan.
Namun kekurangan dari kebijakan ini adalah tetap tidak mengakui keberadaan
masyarakat suku Ainu. Baru pada tanggal 15 Februari 2019, anggota parlemen
dengan tujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan tradisi yang ada di dalam
dapat secara langsung bertujuan untuk menjaga tradisi tersebut agar tidak cepat
punah oleh situasi dan kondisi zaman. Ada berbagai karya sastra yang bertujuan
2
untuk meperkenalkan tradisi dari suatu daerah. Dimana salah satu karya sastra
tersebut adalah komik Jepang atau disebut dengan manga. Manga itu sendiri
adalah salah satu karya sastra yang sangat populer di seluruh dunia. Pada
perkembangan waktu, lambat laun fungsi manga tersebut semakin besar. Selain
itu fungsi manga bisa juga sebagai media lintas budaya yang bertujuan untuk
mengenalkan hal-hal yang kompleks seperti kepercayaan, adat istiadat serta tradisi
(Gatra, 2019). Manga Akoro Kotan menjadi salah satu manga yang mengangkat
kisah tentang masyarakat suku Ainu beserta dengan tradisi dan peralatan yang ada
di dalamnya. Manga Akoro Kotan adalah sebuah karya sastra dari seorang guru
Akoro Kotan, adalah sebuah manga yang bercerita tentang seorang guru
bernama Ai dimana dia adalah seorang wanita, yang berasal dari suku Ainu.
dialami oleh suku Ainu. Juga tentang beberapa tradisi yang dilakukan oleh suku
Ainu. Tidak hanya itu, Ai juga menceritakan dan memperkenalkan peralatan yang
digunakan oleh suku Ainu sampai saat ini. Sehingga Ai merindukan tanah
kelahirannya tersebut.
Adapun latar belakang dipilihnya Akoro Kotan sebagai objek penelitian ini
3
Pertama, dalam proses penulisan manga Akoro Kotan karya Hidetoshi
Narita telah mempelajari bahasa dan budaya suku Ainu lebih dari 30 tahun dan
dalam manga Akoro Kotan sangat kaya dengan ilustrasi mengenai adat
masyarakat suku Ainu dan juga peralatan yang digunakan, serta digambarkan dan
Bertolak dari latar belakang tersebut maka masalah yang akan dibahas
Penelitian ini sebagai langkah awal untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian penting
membahas tentang tradisi dan peralatan yang dipergunakan oleh masyarakat suku
4
Ainu. Diharapkan penelitian ini memberikan wawasan yang baru kepada pembaca
kegunaan. Penelitian ini memiliki dua manfaat menjadi manfaat teoretik dan
teori antropologi sastra khususnya mengenai tradisi dan peralatan suku Ainu. Juga
mampu memberikan wawasan ilmu yang berkaitan dengan tradisi dan peralatan
masyarakat Ainu.
pembaca tentang tradisi dan peralatan masyarakat suku Ainu. Sehingga pembaca
5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
tidak meluas dari judul dan rumusan masalah yang telah dipaparkan. Maka dari
itu, objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang digunakan merupakan
data berupa tradisi dan peralatan masyarakat suku Ainu yang terdapat dalam
6
BAB II
maupun hasil penelitian yang lain, ditemukan beberapa penelitian yang dapat
dijadikan kajian pustaka dalam penelitian ini. Beberapa penelitian tersebut antara
kepada Kamui dalam upacara keagamaan budaya masyarakat Ainu. Teori yang
suci yang dipersembahkan kepada Kamui dan sebagai penghubung atau perantara
antara Ainu dengan Kamui. Masyarakat Ainu menganggap inau sebagai wadah
atau tempat roh nenek moyang dan juga sebagai sebuah simbol persembahan
inau secara rinci. Perbedaan penelitian ini dengan Kasniati adalah penelitian
Kasniati menggunakan sumber data buku berjudul Ainu Creed and Cult karya Ibid
7
kepada Kamui Sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data manga Akoro
Sari (2019) dalam jurnal penelitiannya yang berjudul Antara Teks dan
cerita rakyat, dan mengapa Iomante muncul berulang dalam cerita-cerita rakyat
Ainu. Teori yang digunakan dalam penelitian Sari adalah teori sosiologi sastra
oleh Damono (1978) dan teori semiotika oleh Chandler (2002). Hasil penelitian
Sari adalah bahwa pelukisan ritual Iomante dalam cerita rakyat Ainu menjadi
wadah bagi masyarakat untuk ideologisasi tradisi budaya, sementara praktik ritual
fungsi festival, khususnya ketika ritual dipromosikan sebagai daya tarik pariwisata
Iomante secara rinci. Perbedaan penelitian ini dengan Sari adalah penelitian Sari
menganalisis hubungan antara praktik ritual dengan teks cerita tentang Iomante.
Sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data manga Akoro Kotan dengan
suku Ainu.
8
Dharma (2020) dalam penelitiannya Sistem Teknologi serta Sistem Religi
Masyarakat Ainu Dalam Manga Golden Kamuy karya Satoru Noda mengangkat
permasalahan mengenai representasi dari sistem teknologi dan sistem religi yang
diilustrasikan pada manga Golden Kamuy. Teori yang digunakan dalam penelitian
Dharma adalah teori antropologi sastra oleh Endraswara (2013), Teori unsur
Pierce (1955). Metode yang digunakan pada penelitian Dharma adalah metode
deskriptif kualitatif. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian Dharma adalah
sistem teknologi yang ada dalam masyarakat Ainu yang digunakan dalam
kegiatan sehari-hari alat yang digunakan sebagian besar dari hasil alam. Hasil
alam yang dihasilkan berasal dari tumbuhan dapat berupa batang kayu, dahan,
ranting kayu, kulit kayu, dedaunan dan sayur-sayuran. Batang kayu dimanfaatkan
alat tenun (attush-karabe), dan alat anyam (isete-ni). Selain itu batang kayu
digunakan oleh masyarakat Ainu sebagai bahan dalam konstruksi rumah (chise),
membuat senjata berupa tombak (kite) dan seruit (marek) dan bahan utama dalam
pembuatan alat transportasi berupa perahu (itaomachip). Lalu hasil berupa dahan
serta ranting kayu dimanfaatkan masyarakat Ainu untuk membuat alat produksi
berupa perangkap ikan di sungai (raoumap), pondok kecil (kucha), serta bahan
gagang dari obor yaitu ratchako dan taimatsu. Hasil dari kulit kayu dimanfaatkan
dan bisa juga diolah dengan isete-ni menjadi wadah berupa tas (saranip). Hasil
9
dedaunan digunakan masyarakat Ainu sebagai bahan dalam pembuatan atap dari
chise dan kucha. Hasil berupa sayur-sayuran terutama kentang digunakan untuk
kulit, dan telur. Daging dan kulit hewan biasa digunakan masyarakat Ainu untuk
membuat hidangan berupa sup ikan salmon (ichaniu ohau), sup daging rusa (yuk
ohau) dan sup ikan sculpin (kina ohau). Hasil berupa telur terutama ikan salmon
Terdapat dua tipe Kamui yang ada di sekitar masyarakat Ainu yaitu Kamui yang
bersifat baik dan Kamui yang bersifat jahat. Kamui yang bersifat baiksenantiasa
Kamui dalam wujud hewan. Masyarakat Ainu yang hdup denan cara berburu,
sangat tergantung dengan keberadaan Kamui dalam wujud hewan. Secara tidak
langsung, terjalin dalam sebuah ikatan yang kuat antara Ainu dengan Kamui dan
menganggap wujudnya sebagai hewan adalah sesuatu yang wajib dihormati dan
Kamui tersebut adalah Kimun Kamui dan Kotankoro Kamui. Kimun Kamui
merupakan Kamui dalam wujud sebagai seekor beruang dan dipercaya memiliki
kulit untuk masyarakat Ainu. Kimun Kamui dapat menjadi media bagi masyarakat
suku Ainu untuk mengucapkan terima kasih kepada Kamui atas anugerah-Nya
berupa hasil alam dan rasa terima kasih ini dituangkan dalam sebuah upacara
besar yang dinamakan upacara Iomante. Kamui wujud hewan lainnya Kotankoro
10
Kamui adalah Kamui yang berwujud burung hantu yang berguna dalam
melindungi masyarakat suku Ainu dari gangguan iblis. Selain Kamui bersifat baik,
Adapun Kamui bersifat jahat. Pauchi Kamui adalah Kamui yang senang mengusik
manusia dan tidak takut untuk memasuki tubuh manusia tersebut. Manusia yang
telah dirasuki oleh Pauchi Kamui akan berperilaku aneh yaitu dengan menari
mengkaji masyarakat suku Ainu terutama dalam sistem teknologi yaitu penjelasan
dan fungsi marek sehingga penelitian Dharma (2020) dapat berkontribusi dalam
menjelaskan alat marek secara rinci. Perbedaan penelitian ini dengan Dharma
Sedangkan penelitian ini menggunakan sumber data manga Akoro Kotan dengan
suku Ainu.
2.2 Konsep
definisi dari istilah tertentu yang terdapat dalam penelitian yang akan dilakukan.
Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Suku Ainu adalah salah satu suku yang berada di Jepang yang mendiami
pulau Hokkaido. Dahulu kala tanah mereka terbentang dari utara Honshu (daratan
jepang) ke utara hingga Sakhalin dan kepulauan Kuril. Orang Ainu menyebut
11
Hokkaido sebagai Ainu Moshiri (Tanah Ainu) dan mata pencaharian asli mereka
masyarakat Ainu sendiri merupakan bahasa Ainu atau di Jepang disebut Aynu
Suku Ainu secara fisik, tidak sama seperti masyarakat pada umumnya
Dimana suku Ainu memiliki ciri-ciri yang lebih spesifik, yaitu rambut yang tebal
dan keriting, dengan warna rambut yang cenderung pirang atau merah. Mata
mereka berwarna coklat atau biru, dan kulit mereka pun lebih pucat. Sehingga,
menyedihkan, yaitu diskriminasi dari masyarakat Jepang yang lain. Maka dari
memiliki beragam tradisi unik yang masih dijaga kelestariannya sampai sekarang
guna untuk memperkenalkan tradisi suku Ainu kepada khayalak umum agar tidak
punah.
2.2.2 Tradisi
pada umumnya dan diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi
12
berbagai macam hal. Termasuk juga didalamnya menggambarkan tentang orang
dan berbagai peristiwa. Sedangkan praktik dan institusi di dalam tradisi ini juga
dapat mencakup berupa bangunan, monumen, lanskap, buku, patung, alat, dan
gambaran yang diterima dari suatu masa lampau. Tradisi ini, juga dapat menjadi
dengan cara-cara yang dianggapnya sebagai satu-satunya hal yang masuk akal
untuk bisa dilaksanakan dan dipercayainya (Shils, 1981:12). Konsep tradisi dari
Shils yang digunakan pada penelitian kali ini berfungsi untuk menampilkan tradisi
masyarakat suku Ainu dari manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita.
antropologi sastra dan teori semiotika yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
budaya dalam karya sastra. Dalam konteks antropologi sastra, sastra adalah karya
suatu pengetahuan atau penelitian terhadap sikap dan perilaku manusia. Ada
13
yaiu (I) keduanya sama-sama memperhatikan aspek manusia. (II) manusia adalah
makhluk berbudaya dan memiliki daya cipta kritis untuk menguah hidupnya, (III)
tidak alergi dengan fenomena imajinatif kehidupan manusia. Tiga alasan berikut
menandai bahwa adat istiadat, tradisi, mitos dan sejenisnya menarik perhatian
artikel tentang sastra, dan bibliografi. Ketiga sumber data ini sering dijadikan
pijakan seorang peneliti sastra untuk mengungkap makna dibalik karya sastra.
sastra pada umumnya akan berhadapan dengan data yang merupakan potret dari
fakta-fakta dan realitas. Data di sini dikatakan sebagai fakta yang relevan, yang
berkaitan secara logis dengan (a) masalah yang ingin dijawab atau masalah
penelitian dan dengan (b) kerangka teori atau paradigma yang digunakan untuk
menjawab masalah tersebut. Jadi, data adalah fakta yang telah dipilih, diseleksi
data yang ditemukan diangkat, dipahami, dan dibandingkan satu sama lain hingga
Penelitian ini menggunakan sumber data karya sastra berupa manga Akoro Kotan
14
kematian yang terdapat pada tradisi masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro
strip, atau kotak yang disebut panels dibaca seperti teks verbal dari kiri ke kanan
dan biasanya menggambarkan satu karakter atau lebih dalam rangkaian waktu
penanda yang bisa dilihat berupa gambar. Penglihatan dalam berupa gambar
merupakan sumber pembuatan pesan dan makna yang penting dan menjadi saksi
atau fakta bahwa bentuk visual dipandang atas pemahaman manusia dibandingkan
15
BAB III
METODE PENELITIAN
awal hingga akhir untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berikut merupakan
16
Sumber data utama yaitu manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita dan
Teknik catat. Dalam penelitian ini terdapat dua masalah yang dikaji, yaitu tradisi
masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro Kotan yang telah dianalisis
masyarakat suku Ainu dalam manga Akoro Kotan yang telah dianalisis
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer pada
penelitian ini yaitu berupa manga Akoro Kotan. Sedangkan data sekunder pada
penelitian ini diambil dari artikel penelitian, buku, dan sumber internet yang
tentunya ada kaitannya dengan rumusan yang diangkat dan dibahas pada
penelitian ini. Adapun pembahasan penelitian ini masih dalam satu frame dan
narasi yaitu tentang tradisi dan peralatan suku Ainu pada manga Akoro Kotan.
aplikasi Google untuk mencari data melalui internet dan Microsoft Word untuk
17
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Akoro Kotan.
menyajikan dalam bentuk deskripsi dan juga memberikan perhatian pada makna
adalah metode informal. Metode informal yaitu penyajian hasil analisis data
melalui kata-kata atau kalimat bukan dengan angka-angka atau persentase (Ratna,
bukti-bukti berupa kalimat dialog maupun gambar yang terdapat dalam manga
Akoro Kotan.
18
BAB IV
dalam KBBI (1988:959) adalah adat istiadat turun menurun dari nenek moyang
yang masih dijalankan dalam masyarakat atau penilaian anggapan bahwa cara-
cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar. Menurut Shils
(1911:12) tradisi adalah segala sesuatu yang ditransmisikan atau diturunkan dari
masa lalu ke masa kini dan diciptakan melalui tindakan manusia melalui
Suku Ainu yang dikenal sebagai masyarakat yang religius dan memegang
kuat tradisinya. Hal ini bisa dari dilihat berbagai macam tradisi antara lain berburu
kehidupan sehari-hari suku Ainu telah lama menjadi subjek penelitian karena
identitas budaya, bahasa, dan fisik. Untuk mempertahankan tradisi suku Ainu,
maka Hidetoshi Narita membuat manga Akoro Kotan agar masyarakat lebih
Pada bab ini menggunakan teori antropologi sastra yang digunakan untuk
sastra diketahui terdapat empat tradisi yaitu tradisi berburu beruang, upacara
19
4.1 Berburu Beruang
Masyarakat suku Ainu beranggapan semua yang berasal dari alam seperti
hewan dan tumbuhan adalah roh yang akan berperan kuat pada kehidupan
manusia disebut sebagai kamuy. Salah satu kamuy yang dianggap membawa
berkah adalah beruang. Meskipun hewan-hewan selain beruang juga diburu oleh
suku Ainu, namun tidak mengurangi ritual penghormatan kepada beruang sebagai
Dewa yang telah memberikan banyak manfaat. Berburu beruang adalah bentuk
ritual persembahan pada Dewa dan aktivitas yang paling berani yang dilakukan
suku Ainu, untuk pergi dan menyerang beruang dengan senjata yang digunakan
(Batchelor, 1892:158).
Data (1)
イレスカムイイレスフチ、今からキムンカムイをお迎えに山に入ります。四、
五日ほど留守にいたします。その間、このコタンになんの問題もないよう
によく見守っていてくださいますよう、クオンカミナ。
(Akoro Kotan, 2019:22).
Iresu kamui iresu fuchi, ima kara kimun kamui wo o mukae ni yam ani
hairimasu. yon, go nichi hodo rusu ni itashimasu. Sono aida, konokotan ni
nanno mondai mo nai youni yoku mimamotteite kudasaimasuyou, kuon
kamina.
20
Terjemahan
Kepada Tuhan dan kepada wanita tua, sekarang kami akan menuju ke
gunung untuk mengambil kimun kamui. Kami akan pergi sekitar empat
atau lima hari. Sementara itu, tolong jaga desa ini agar tidak ada masalah.
Kami berdoa.
Data (1) menunjukkan suku Ainu sebelum melakukan aktivitas berburu.
Mereka biasanya melakukan doa bersama yang ditujukan kepada Dewa agar
Berburu beruang adalah pekerjaan yang memiliki resiko yang tinggi dan
secara serius serta dengan kondisi kepala yang dingin agar mendapatkan bidikan
yang tepat. Adab masyarakat suku Ainu sebelum dan sesudah perburuan mereka
mengadakan pertemuan dengan para tetua desa untuk meminta izin agar diberi
keselamatan selalu menyertai mereka dari mulai berangkat sampai selesai proses
Data (2)
21
よし、いるそうだ。われらが敬うキムンカムイよ。どうか静かに矢を受けてください
ますよ。来た!
(Akoro Kotan, 2019: 23)
Yoshi, irusouda. Warera ga uyamau kimun kamui yo. Douka Shizuka ni ya wo
ukete kudasaimasu you. Kita!
Terjemahan
Oke, sepertinya ada. Kimun kamui, yang kami hormati. Silakan ambil
panah dengan tenang. Ini dia!
Data (2) menceritakan bahwa suku Ainu sedang melakukan perjalanan
dengan berkelompok di hutan untuk berburu. Dengan memakai baju jubah tebal
yang berguna untuk melindungi diri dari cuaca dingin dan bersalju. Mereka selalu
berjalan beriringan dan dipimpin oleh ketua kelompok, ketua kelompok memberi
saat awal musim semi dan ketika salju cukup keras. Petugas pelacak selalu
membawa anjing untuk mencari jejak target perburuan dalam menentukan target
Data (3) menunjukkan ketika suku Ainu sedang menguliti hasil buruan
22
mengolahnya. Mereka berbagi tugas, sebagian menyingkirkan semua bagian yang
anjing mereka agar tidak memakan jantung beruang yang beracun. Karena bagian
jantung beruang lebih banyak terkena racun daripada bagian organ lainnya,
Bagian kepala beruang disingkirkan dan kepala Beruang tersebut diberi hiasan
Tradisi berburu beruang saat ini sudah dilarang oleh pemerintahan Jepang
pada awal tahun 1960. Walaupun sudah dilarang, suku Ainu tetap memuja dan
kontrak sosial keluarga. Pernikahan suku Ainu melalui kesepakatan antara kedua
dengan pilihan orang tua namun juga bisa wanita maupun pria dapat memutuskan
Data (4)
23
イレスフチモシリコロカムイ今日無事に育った若い二人が新しくウムレクとなりま
す。なんのケガも病気もなきよう二人の生活を見守って下さい
(Akoro Kotan, 2019:77)
Iresufuchi Moshiri kamui, kyou buji ni sodatta wakai futari ga atarashiku
umureku to narimasu. nanno kega mo byouki mo nakiyou futari no seikatsu
mimamotte kudasai.
Terjemahan:
Dua orang muda mudi yang tumbuh dengan baik hari ini akan menjadi pasangan
baru. Tolong jaga mereka agar tidak ada cedera atau penyakit.
Data (4) menunjukkan bahwa prosesi pernikahan sesuai dengan adat suku
Ainu. Prosesi pernikahan dilakukan saat mempelai wanita sudah berusia 16 atau
ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu di awali dengan jamuan pemberian
nasi serta buah buahan dari keluarga mempelai wanita kepada keluarga mempelai
pria. Pada prosesi ini dipimpin oleh ibu dari mempelai wanita. Keluarga mempelai
pemberian dan hadiah tersebut sebagai simbol sebagai seserahan. Setelah proses
seserahan selesai maka akan dilakukan doa bersama kepada para Dewa. Tujuan
serta perlindungan atas bersatunya kedua mempelai termasuk juga kedua keluarga
besar. Sehingga diharapkan pasangan calon suami istri tersebut, kelak dapat hidup
24
Gambar 5. Prosesi memakan nasi
(Akoro Kotan, 2019:77)
Data (5)
司会者:では、ウエチウイペに移ろう。まずは新郎からポロソナピを食べるのだ。ア
ラケへ食べてー。。残りは新婦だ。
新婦:イペオケレーー!!
(Akoro Kotan, 2019:77)
Shikaisha : Dewa, uechiuipe ni utsurou. Mazu wa shinrou kara porosonapi wo
taberu no da. Arakehe tabete. Nokori wa shinpu da.
Terjemahan:
Pemimpin acara: Mari kita beralih ke upacara pemberian nasi. Acara pertama
adalah dipersiapkannya satu mangkok nasi penuh, yang harus dimakan oleh kedua
mempelai. Sebagai simbul ikatan dari keduanya. Suapan setengah mangkok
pertama, dilakukan oleh mempelai pria, sisa setengahnya lagi, akan dihabiskan
oleh mempelai wanita
Mempelai wanita: aku sudah memakannya sampai habis!!
Data (5) merupakan jamuan pemberian nasi yang dilakukan dalam prosesi
pernikahan. Pada prosesi ini mempelai pria diberikan semangkuk nasi oleh ibu
mangkuk nasi tersebut dan mengembalikan mangkuk yang tersisa kepada ibu dari
mempelai wanita dan sisa nasi tersebut dimakan oleh mempelai wanita. Apabila
mempelai wanita memakan sisa nasi tersebut sampai habis diartikan bahwa
mempelai wanita bersedia dan setuju untuk menikah. Demikian pula sebaliknya
25
apabila mempelai wanita tidak memakan nasi yang tersisa tersebut artinya
Salah satu dalam bertahan hidup yang dilakukan masyarakat Ainu adalah
disukai oleh masyarakat Ainu. Beberapa dari mereka sangat pandai menombak
ikan terutama ikan salmon dengan menggunakan tombak sejak dini (Batchelor,
1892:152).
Terjemahan:
Adik laki-laki: O! ini busur mainan sama anak panah!! Ayah membuatnya untuk
aku!
Kakak laki-laki: Tunggu sebentar! Aku juga bawa! Ayo kita pergi menangkap
ikan!
26
Adik laki-laki: iya…
Pada data (6) diceritakan ada dua saudara kandung mempersiapkan alat
untuk menangkap ikan. Menangkap ikan adalah kegiatan yang sangat disukai oleh
suku Ainu secara turun temurun dan biasanya dilakukan pada saat musim semi
dimana pada saat itu sungai sedang dipenuhi oleh kawanan ikan yang mayoritas
adalah ikan salmon. Peralatan yang sering dipergunakan dalam menangkap ikan
Data (7)
兄:おっ、あそこにいるぞ!イチャンコツの群れた!
弟:ソンノ?
兄:さあ,いくぜ!!
(Akoro Kotan, 2019:86)
Aniki: O, asoko ni iruzo! Ichiyankotsu no mureta!
Otout: sonno?
Aniki: saa ikuze!!
Terjemahan
Kakak laki-laki : O, disana ada segerombolan ikan yamame!
Adik laki-laki: Benarkah?
Kakak laki-laki: Mari kita panah!
27
Data (7) merupakan jenis yamame. Yamame adalah jenis ikan salmon tipe
masu yang hidup di perairan air tawar. Ikan ini penyebarannya mencakup seluruh
Jepang kecuali bagian selatan Shikoku. Ikan salmon masu ini sangat popular dan
trout. Masu ini biasanya hidup berkelompok dan senang hidup pada air yang
juga banyak menghabiskan aktivitasnya saat musim panas di hulu sungai untuk
pemijiahan.
dan oktober (Groot dan Margolis, 1991). Pertumbuhan ikan jenis salmon
(yamame) ini dapat tumbuh hingga 30cm daan ditemukan di aliran air yang sangat
deras. Penangkapan ikan di arus deras yang dilakukan suku Ainu sangat
membahayakan dan menjadikan tantangan yang sangat luar biasa dan dapat
penuh ketakutan dan musuh utama yang paling dibenci karena pemikiran orang
Ainu tentang kehidupan masa depan berupa kematian sangat kelam (Batchelor,
1892:203).
28
Gambar 9. Orang berkerumunan di sekeliling mayat.
(Akoro Kotan, 2019: 118)
seorang wanita, keluarga dan kerabat menggunakan baju adat dan dilengkapi
dengan memakai ikat kepala. Sedangkan mayat wanita akan dikenakan pakaian
di sebelah kanan perapian. Kerabat dan juga teman-teman mayat wanita akan
(Batchelor, 1892:203).
29
Gambar (5) merupakan ilustrasi dua orang pria membawa jenazah ke tempat
disebut toma. Para pelayat mengikuti jenazah dalam satu barisan dan pria
dikuburkan bersama yaitu cangkir, satu atau dua cincin, beberapa manik-manik,
BAB V
30
Peralatan modern merupakan peralatan yang digunakan pada zaman era
mereka miliki menurut dari konsepsi budayanya (Muryadi dkk, 1990:6). Pada bab
ini menggunakan teori semiotika oleh Danesi yang digunakan untuk menganalisis
suku Ainu. Berdasarkan analisis teori semiotika Danesi terdapat enam gambar
chikhorokakep.
beruang yang biasanya digunakan untuk berburu. Pamah beracun ini banyak
digunakan oleh masyarakat suku Ainu ini untuk kegiatan berburu beruang.
Karakteristik dari panah ini adalah panah ini terbuat dari bambu.
disebut dengan panah beracun. Peralatan ini memiliki terdiri dari beberapa
bagian. Bagian (1) yaitu kepala panah atau ujung panah terbuat dari bambu
panjang, yang berukuran sekitar 2 inci. Pada kepala panah ini biasanya tempat
31
dilumurinya bubuk racun. Panah tersebut mampu menahan gumpalan racun
aconite. Bagian (2) yaitu merupakan bagian dalam kepala yang berguna untuk
menahan racun. Pada bagian ini berbentuk batang anak panah. Bagian (3) adalah
bagian belakang panah dimana pada bagian belakang panah tersebut adalah
batang bulu panah sebagai tempat untuk melepaskan busur anak panah.
adalah dicari dari akar pohon yang cukup tua dan dikupas kulitnya, Setelah kulit
dijemur di bawah sinar matahari. Setelah akar kering, digiling halus sampai
menjadi bubuk. Setelah halus, bubuk racun tersebut sudah siap untuk
dicelupkan pada ujung kepala anak panah dan dimasukkan ke dalam getah pohon
5.2 Raunkut
Raunkut ini sebagai lambang atau tanda agar tidak terjadi perkawinan dari garis
keturunan yang sama. Raunkut ini dibuat garis keturunan ibu yang digunakan
sejak beranjak remaja dan diberikan pada saat sebelum proses pernikahan.
32
Gambar 2. Raunkut
(Akoro Kotan, 2019 : 72)
Data (2)
このラウンクツだよ。私のフチイキリに代々伝わるものよ。いいかいエホク
フ以外の男には絶対に見せたり触れさせたりしてはいけないよ。
(Akoro Kotan, 2019:72)
Kono raunkut dayo. Watashi fuchiikiri ni daidai tsutawaru mono yo. Iikai ehokufu
igai no otoko ni wa zettai ni misetari furesasetari shite ikenai yo.
Terjemahan
Ini Tali pelindung wanita . tali ini diturunkan selama beberapa generasi
dan kamu tidak boleh menunjukkan atau menyentuh pria selain suami kamu.
selempang sebagai simbol dari garis keturunan keluarga yang digunakan oleh
perempuan sebagai jimat yang dipakai sejak beranjak remaja. Raunkut dibuat oleh
perempuan dalam garis ibu, seperti ibu dan saudara perempuan ibu dan cara
menenun dan mengikat berbeda tergantung pada garis keluarga sehingga mereka
yang memiliki raunkut yang sama juga memiliki nenek moyang yang sama. Pada
saat perkawinan calon mempelai harus memastikan bahwa ibu calon mempelai
laki-laki dan raunkut yang berbeda, dan jika raunkut sama, maka perkawinan tidak
5.3 Irurakuwa
33
Irurakuwa merupakan alat yang digunakan sebagai batu nisan dalam
masyarakat suku Ainu. Batu nisan adalah penanda, biasanya berupa batu yang
ditempatkan diatas pusara. Batu nisan adalah tradisi dalam upacara pemakaman.
sebuah alat yang dinamakan irurakuwa atau dalam bahasa Jepang bonhyou
diartikan sebagai penanda kuburan. Batu nisan ini akan dipasang sebagai penanda
diatas makam orang yang telah meninggal. Pada adat suku Ainu, irurakuwa
sebelum diletakkan diatas makam, terlebih dahulu dicangkul dengan tongkat yang
disebut Kuwa yang berbentuk cangkul dan tombak (Tosabayashi, 1952 :283).
5.4 Marek
ikan.
34
Gambar 4. Panah untuk memancing atau marek.
(Batchelor, 1892:152)
Gambar (4) Pada ilustrasi gambar diatas menerangkan sebuah alat yang
dinamakan Marek. Marek ini adalah sebuah mata kait ikan yang menyerupai
tombak yang digunakan untuk menangkap ikan. Marek atau kait ikan ini
panjangnya sekitar 18 inci yang kemudian dipasang dan diikat pada busur anak
panah. Di mana komponen dari marek itu sendiri terdiri dari beberapa bagian.
Bagian pertama adalah kait atau kail yang dipasangkan untuk memudahkan ikan
ditarik ke atas. Bagian kedua merupakan ujung galah sebagai tempat, untuk
mengikatkan mata kailnya. Artinya, semakin erat ikatan talinya maka semakin
kuat juga cengkraman mata kailnya. Bagian ketiga pada bagian belakang ini
terbuat dari bahan kulit singa laut. Saat menggunakan Marek, orang-orang berdiri
di sepanjang tepian sungai atau berlutut di air. Pada saat ikan salmon datang,
mereka secara bersamaan melepaskan busur anak panah mereka ke arah ikan
5.5 Makiri
pohon, memotong ikan, dan menyembelih hewan. Makiri merupakan alat potong
yang terbuat dari tanduk rusa sebagai gagang yang diberi ukiran dan logam untuk
35
membilah pisau dan juga digunakan sebagai hadiah dari pria untuk melamar
wanita.
Data (5)
お姉ちゃん:ではまずマキリで木の幹に傷を入れて…それでねこんなふうにクッタ
ラを置いて。樹液が垂れるのをクッタラに溜まるようにするの。。以上!
(Akoro Kotan, 2019:54-55)
Terjemahan :
Pertama, potong kecil-kecil batang pohonnya menggunakan makiri... Lalu
letakkan kuttara seperti ini. Biarkan getah menumpuk di kuttara dan selesai!
batang pohon memakai makiri. Makiri merupakan pisau kecil yang digunakan
menjahit,membuat ukiran kayu dan memotong batang pohon. Pisau kecil ini
terdiri dari bilah, sarung, dan pegangan. Bilah diperoleh melalui perdagangan,
tetapi sarung dan gagangnya sebagian besar terbuat dari kayu dan dihiasi dengan
ukiran. Beberapa sarung dan pegangan terbuat dari tanduk rusa. Tanduk rusa
36
direbus dan dilunakkan sebelum diukir. Dikatakan bahwa pria Ainu pernah
menghadiahkan pisau kecil dengan ukiran kepada wanita ketika mereka melamar
5.6 Chikhorokakep
Gambar (6) menerangkan sebuah benda atau alat yang dinamakan tongkat
inau yang disebut chikhorokakep. Tongkat ini merupakan kayu yang dicukur
terbalik. Ini sesuai dengan namanya dibuat dengan cara dicukur ke bawah dari
atas, bukan ke atas dari bawah. Beberapa dari tongkat ini memiliki dua serutan.
(Batchelor, 1892:90). Inau jenis chikhorokakep sering terlihat di dekat mata air di
perapian. Dengan demikian akan terlihat bahwa jenis inau ini dipersembahkan
37
38
BAB VI
PENUTUP
Pada bab ini diuraikan dua poin, yaitu simpulan dan saran. Simpulan berisi
intisari dari dua rumusan masalah yang masing-masing dibahas pada Bab IV dan
6.1 Simpulan
Penelitian ini mengangkat permasalahan tradisi dan peralatan masyarakat
suku Ainu dalam manga Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita. Tradisi masyarakat
suku Ainu yang diketahui pada manga ini yaitu berburu beruang, upacara
pernikahan, menangkap ikan, dan upacara kematian. Pada manga ini juga terdapat
Upacara ini terkait dengan mata pencaharian penduduknya yaitu berburu beruang.
suku Ainu untuk keberlangsungan hidup dan juga untuk persembahan kepada
Dewa, walaupun pada kenyataannya saat ini di Jepang sudah dilarang untuk
harinya juga beragam, namun alat yang selalu ada di hampir setiap kegiatan
39
masyarakat Ainu adalah inau, tongkat persembahan. Tongkat ini erat laitannya
dengan upacara persembahan terhadap dewa, di mana inau aka nada dalam
6.2 Saran
Hal yang dapat disarankan untuk penelitian selanjutnya adalah manga
Akoro Kotan karya Hidetoshi Narita dapat dikaji dengan tema lain, misalnya
masalah rasisme yang dialami oleh masyarakat suku Ainu. Analisis juga dapat
40
DAFTAR PUSTAKA
Dharma, I Gede Ngurah Arya Tresna.2020.“ Sistem Teknologi serta Sistem Religi
Masyarakat Ainu Dalam Manga Akoro Kotan Karya Satoru Noda”(Skripsi).
Denpasar:Universitas Udayana.
Endraswara, Suwardi.2013. Metodologi Antropologi Sastra. Penerbit
Ombak,Yogyakarta.
Fitzhugh, William W. dan Chisato O. Dubreuil. 1999. Ainu Spirit of a Nothern
People. National Museum of Natural History Smithsonian Institution. University
of Washington Press.
Fumi, Kato. 1991. “Morphological and Ecological Notes on Large Sized
Specimens of The Amago, Oncorhyncus ishikawai and the Yamame .O. masou”.
Suizanzoushoku
Groot,C. dan L.Margolis, 1991, “Pacific Salmon Life Histories”. Department
Fishers and Oceans. British Columbia, Canada.
Henrich, Jean. 2006. “Ancient Japan”. Social Studies School Service. Culver
City, CA.
Moleong, Lexy J. 2021. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Mia, Kasniati. 2006. “Peranan Inau Sebagai Simbol Persembahan Kepada Kamui
Dalam Ritual Keagamaan Masyarakat Ainu”. Jakarta : Universitas Darma
Persada
Sari, Ida Ayu Laksmita. 2019." Antara Teks dan Praktik: Ritual Iomante Pada
Cerita Rakyat Ainu Jepang". Denpasar: Universitas Udayana
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Graha Ilmu.
Yogyakarta
Shils, Edward. 1981. Tradition. The University of Chicago Press. Chicago
Tosabayashi, Yoshio. アイヌ民族墓標.
Tylor, Edward Burnett. 1920. Primitive Culture : Researches into The
Development of Mythology , Philosophy, Religion, Language, Art, and
Custom.London
DAFTAR UNDUHAN
41
Ainu Go, 2017. “アイヌと自然デジタル図鑑“.
https://ainugo.nam.go.jp/siror/monthly/201704.html (diakses 17 Oktober 2022)
AlJazeera.2019. “Japan to recognise Ainu as Indigenous People for first time”
https://www.aljazeera.com/news/2019/2/15/japan-to-recognise-ainu-as-
indigenous-people-for-first-time (Diakses 22 Mei 2022)
Murray. 1920. Primitive Culture : Researches into The Development of
Mythology , Philosophy, Religion, Language, Art, and Custom
https://archive.org/details/primitiveculture01tylouoft/page/10/mode/2up?view=theater
(Diakses 24 Mei 2022)
BBC.2021. “Kisah orang-orang suku Ainu penduduk asli Jepang yang terlupakan”
https://www.bbc.com/indonesia/vert-tra-55513175 (diakses 2 oktober 2022).
Hokkaidofan. 2008. “アイヌの生活~食・料理と収穫狩猟編”.
https://hokkaidofan.com/ainulife_foods/ (diakses 25 Juni 2022)
Hotaru, Futaba. 2013. “O-Amemasu.
Poisson, Barbara Aoki. 2002. “The Ainu of Japan”. Minnepolis : Learner
Publications.
Nibutani Ainu Museum, 2010. ”アイヌ伝統・文化資料の紹
介 http://fmpipausi.sakura.ne.jp/kayano_muzeum/bunkazai/ks-e-0022.htm
(diakses 6 Agustus 2022)
Ameblo.2016.〝ピりカモシリ“
https://ameblo.jp/pirikamoshiri/entry-12125057502.html (diakses 29 September
2022)
SINOPSIS
42
Berlatar pada era modern, seorang guru bernama Ai mengajak murid-
muridnya karyawisata ke museum yang berisi tentang suku Ainu. Murid-murid
tersebut sangat senang dengan museum tersebut dan juga banyak bertanya tentang
suku Ainu. Tetapi, saat menceritakan tentang suku Ainu, Ai merasa rindu dan
nostalgia dengan kehidupannya saat kecil yang dihabiskan bersama anggota suku
Ainu. Ai menceritakan tentang masa kecilnya yang dilakukan bersama masyarakat
suku Ainu sebelum merantau untuk menjadi Guru. Selain itu, Ai juga
menceritakan diskriminasi suku Ainu oleh warga Jepang asli dengan dipaksa
memiliki gaya hidup dan budaya seperti orang Jepang.
Dalam manga Akoro Kotan ini, masyarakat Ainu memiliki beberapa
tradisi diantaranya adalah berburu beruang, menangkap ikan, upacara pernikahan
dan upacara kematian. Tradisi tersebut dilestarikan agar para keturunannya bisa
mengetahui tentang tradisi tersebut. Selain itu, tradisi tersebut juga bisa digunakan
sebagai media pengenalan dari ciri khas suku Ainu. Namun, tradisi berburu
beruang sudah ditiadakan dan sebagai pengenalan suku Ainu kepada masyarakat
yang awam dengan suku Ainu adalah upacara iomante digunakan sebagai media
pertunjukan seni.
Peralatan yang dimiliki oleh masyarakat suku Ainu digunakan untuk
berburu beruang, menangkap ikan, upacara pernikahan, memetik tanaman liar
yang bisa dimakan dan upacara kematian. Dalam berburu, masyarakat suku Ainu
menggunakan panah dengan ujung panah diberi racun. Kemudian, ada tombak
yang disebut dengan marek yang digunakan ketika pada saat berburu ikan salmon.
Selain itu, dalam upacara pernikahan pada mempelai perempuan memakai sabuk
disebut raunkut yang berfungsi sebagai simbol dari garis keturunan keluarga yang
digunakan oleh mempelai wanita sebagai jimat. Makiri merupakan pisau kecil
untuk memetik tanaman untuk dikonsumsi.
Tradisi dan peralatan merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dalam
kehidupan masyarakat suku Ainu. Dengan peralatan yang ada memungkinkan
untuk bekerja dan dengan peralatan tersebut juga akan mendukung mata
pencaharian mereka serta akan mendapat hasil yang cukup untuk memenuhi
43
kebutuhan sehari-hari. Hasil mereka dapat dari mata pencaharian mereka tidak
semata-mata mereka nikmati untuk mereka diri sendiri.
44
CURRICULUM VITAE
NIM : 1801581049
Agama : Islam
Email : salmaprameswary2000@gmail.com
Riwayat Pendidikan
45